Makna Ketaqwaan

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makna Ketaqwaan as PDF for free.

More details

  • Words: 737
  • Pages: 2
Mutiara Ramadhan Haluan Makna Ketaqwaan dalam Sikap dan Perbuatan Oleh Buya H. Masoed Abidin « Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas lanqit dan bumi yang disediakan untuk oranq-oranq yang bertaqwa. Yaitu oranq-oranq yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapanq mau pun sem pit. Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaatfkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri mereka ingat akan Allah, atau memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui. » (Q.S. Ali lmnan: 133 - 135) Bulan Ramadhan yang agung kita masuki dengan rasa suka dan syukur menyatu dalam perasaan kaum muslimin. Semua mukmin bersuka cita karena rasa syukur yang tiada terhingga dapat menunaikan ibadah puasa dengan baik. Ditambah dengan kabar gembira tentang ampunan Allah akan dosa-dosa yang telah lampau. Semua mukmin akan bersuka cita karena dapat melaksanakan kewajiban berpuasa dengan menahan lapar dan dahaga serta mampu mengendalikan keinginan hawa nafsu di siang hari, selama bulan Ramadhan. Dalam waktu sebulan penuh di bulan Ramadhan Allah mewajibkan hamba-hambaNya yang beriman menunaikan ibadah puasa. Ibadah ini tak obahnya sebuah madrasah atau lembaga pendidikan yang mendidik orang-orang yang beriman agar menjadi hamba-hamha yang bertaqwa. Ketaqwaan itu sendiri merupakan sebuah kedudukan yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah SWT (inna Akramakum indallahi atqaakum). Adakah kita akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa itu ? Di sini kita memahami Firman Allah di dalam surah Ali Imran ayat 133-135 di atas, bahwa Allah Ta’ala menyebutkan beberapa ciri perbuatan orang-orang yang bentaqwa. Pertama, orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Mari sejenak kita renungkan makna ibadah puasa yang kita tunaikan. Ibadah puasa pada hakekatnya mendidik seseorang untuk menjadi lebih peka dan peduli terhadap lingkungannya, khususnya terhadap mereka yang kurang mampu secara material. Karena melalui puasa orang merasakan benar betapa getirnya melewati siang dengan rasa lapar dan dahaga. Di sini secara alami orang akan terketuk nuraninya untuk meringankan beban mereka yang dicengkram kemiskinan. Sehingga ia tidak segan-segan menafkahkan sehagian harta yang dimilikinya. Dengan demikian akan terjalin persaudaraan yang harmonis antara yang kaya dan yang miskin. Sabda Rasulullah, « Barangsiapa melapangkan kesulitan-kesulitan saudaranya di dunia, maka Allah akan melapangkan kesulitannya diantara kesulitankesulitannya (yang ia hadapi) di yaumil qiyamah. » (HR. Muslim) Lebih jauh Allah telah mengingatkan hamba-Nya untuk menafkahkan sebagian rezkinya yang Allah berikan pada hamha tersebut sebelum ajal menjemputnya. Sebagaiman firman-Nya: « Dan nafkahkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berlkan kepadamu, sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kaunu, lalu ia benkata, “Ya

Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, sehingga aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh? » (Q.S. Al Munafiqun:10) Kedua, mereka mampu menahan amarahnya. Allah amat mencintai orang-orang yang sabar, sebaliknya Allah tidak menyenangi orang yang tidak sabar, termasuk orang yang cepat marah. Kemarahan muncul oleh dorongan nafsu yang tidak terkendali. Nafsu yang tidak dapat dikendalikan itu bernama an Nafsu al-Amarah. Nafsu sejenis ini cenderung pada kejahatan dan kemaksiatan. Apabila scseorang telah dikuasai oleh an Nafsu amarah, maka setan akan dengan mudah menungganginya. Sementara nafsu yang terkendali adalah nafsu yang senantiasa disinari oleh petunjuk Ilahi. Inilah nafsu yang di rahmati Tuhannya, yakni an Nafsu al Muthmainnah. Orang-orang yang bertaqwa memiliki an Nafsu al Muthmainnah ini. Mereka itulah orang-orang yang mampu menahan amarahnya. Bukan berarti orang muttaqin tidak memiliki sifat marah. Namun, kemarahan mereka tidak sampai menimbulkan kerusakan atau dendam permusuhan serta pertikaian. Kemarahan yang dipunyai muttaqin selalu didasari atas keikhlasan dan kebenaran. Ketiga, mereka yang memaafkan kesalahan orang lain. Meminta maaf atau memberi maaf adalah perbuatan yang sungguh mulia. Orang yang mau mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah orang yang kesatria. Sementara orang yang suka memberi maaf adalah orang yang berjiwa besar. Begitulah sifat orang yang bertaqwa. Menurut kabar gembira yang disampaikan Baginda Nabi SAW, bagi kita yang berpuasa di bulan Ramadhan yang penuh dengan keimanan dan keikhlasan serta hanya mengharap ridha Allah SWT; maka dosa-dosa kita yang telah lampau akan diampuni oleh Allah. Namun perlu diketahui bahwa dosa yang diampuni itu hanyalah dosa yang tidak dilakukan dengan kesengajaan yang bertautan langsung dengan Allah Ta’ala (Hablun Minallah). Sementara dosa lain yang berkaitan dengan antar manusia (Hablun Minannas), kemampunan Allah akan dosa tersebut bergantung kepada pemaafan masing-masing kita yang bersangkutan pula. Karena itu jadilah kita kaum yang saling memaafkan. Wassalam < [email protected] >

Related Documents

Makna Ketaqwaan
May 2020 22
Makna Ketaqwaan
October 2019 34
Makna Cinta
June 2020 19
Makna Kekayaan
May 2020 25
Makna Wudhu
June 2020 10
Makna Pepsi
October 2019 25

More Documents from ""