Makna Ketaqwaan

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makna Ketaqwaan as PDF for free.

More details

  • Words: 897
  • Pages: 2
Makna Ketaqwaan dalam Sikap & Perbuatan “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas lanqit dan bumi yang disediakan untuk oranq-oranq yang bertaqwa. Yaitu oranq-oranq yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapanq mau pun sem pit. Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaatfkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri mereka ingat akan Allah, atau memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui (Q.S. Ali lmnan: 133 - 135) Bulan Ramadhan yang agung baru saja meninggalkan kita. rasa suka dan duka lara berbaur menyatu menyelimuti perasaan kaum muslimin. Adapun mereka yang bersuka cita mungkin dikarenakan rasa syukur yang tiada terhingga setelah berhasil menunaikan ibadah puasa dengan baik. Ditambah lagi dengan kabar gembira tentang ampunan Allah akan dosa-dosa yang telah lampau. Atau mungkin ia bersuka cita karena merasa telah terbebas dan kewajiban berpuasa yang memaksakannya menahan lapar dan dahaga serta keinginan hawa nafsunya di siang hari, selama bulan Ramadhan itu. Sementara mereka yang berduka lara boleh jadi disebabkan oleh rasa sayangnya berpisah dan bulan yang penuh berkah, rahmah dan maghfirah ini. Sehingga ia khawatir jangan-jangan ia tidak dapat lagi bersua dengan bulan nan suci ini di tahun mendatang. Atau boleh jadi ia bersedih karena rezkinya tidak lagi mengalir setelah bulan Ramadhan pergi. Atas dasar apa kita bersuka cita? dan atas dasar apa pula kita bersedih? Hanya Allah dan kita sajalah yang tahu persis jawabannya. Disinilah kita dapat mengukur seberapa besar kadar ketaqwaan yang kita raih setelah menjalankan ibadah puasa selama Ramadhan ini. Dalam waktu sebulan penuh di bulan Ramadhan Allah mewajihkan hamba-hamba-Nya yang beriman menunaikan ibadah puasa. Ibadah ini tak obahnya sebuah madrasah atau lembaga pendidikan yang mendidik orang-orang yang beriman agar menjadi hamba-hamha yang bertaqwa. Ketaqwaan itu sendiri merupakan sebuah pangkat atau kedudukan yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah SWT (inna Akramakum indallahi atqaakum). Adakah kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa Dalam surah Ali Imran ayat 133-135 di atas. Allah menyebutkan beberapa ciri perbuatan orang-orang yang bentaqwa. Pertama, orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Mari sejenak kita renungkan makna ibadah puasa yang haru saja kita tunaikan. Ibadah puasa pada hakekatnya mendidik seseorang untuk menjadi lehih peka dan peduli terhadap lingkungannya. khususnya tcrhadap mereka yang kurang mampu secara material. Karena melalui puasa orang merasakan benar betapu pahit dan getirnya mclewati siang dengan rasa lapar dan dahaga. Disini secara alami orang akan terketuk nuraninya untuk meringankan beban mereka yang dicengkram kemiskinan. Sehingga ia pun tidak segan-segan menafkahkan sehagian harta yang ia miliki. Dengan demikian akan tcrjalin persaudaraan yang harmonis antar si kaya dan si miskin. Barangsiapa melapangkan kesulitan-kesulitan saudaranya di dunia, maka Allah akan melapangkan kesulitannya diantara kesulitan-kesulitannya (yang ia hadapi) di yaumil qiyamah:. (HR. Muslim) Lebih jauh Allah telah mengingatkan hamba-Nya untuk menafkahkan sebagian rezkinya yang Allah berikan pada hamha tersebut sebelum ajal menjemputnya. Sebagaiman firman-Nya: Dan nafkahkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berlkan kepadamu, sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kaunu, lalu ia benkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, sehingga aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh? (Q.S. Al Munafiqun:10) Kedua, mereka mampu menahan amarahnya. Allah begitu mencintai orang-orang yang sabar, sebaliknya Allah tidak mcnyukai orang yang tidak sabar termasuk orang yang cepat marah. Kemarahan muncul oleh dorongan nafsu yang tidak terkendali. Nafsu yang sudah tidak dapat dikendalikan lagi itu bernama an Nafsu al-Amarah. Nafsu sejenis ini cenderung pada kejahatan dan kemaksiatan. Apabila scseorang telah dikuasai oleh an Nafsu amarah setan akan dengan mudah mengendalikannya. Sementara nafsu yang tcrkendali adalah nafsu yang senantiasa disinari oleh petunjuk ilahi. Inilah nafsu yang di rahmati Tuhannya, yakni an Nafsu al Muthmainnah. Orang-orang yang bertaqwa memiliki an Nafsu al Muthmainnah ini. Mereka itulah orang-orang yang mampu menahan amarahnya, namun bukan berarti mereka tidak pernah marah akan tetapi kemarahan mereka tidak sampai menimbulkan kerusakan atan denda menclan permusuhan serta pertikaian, baik yang terangterangan atau yang terselubung, karena kemarahannya didasari atas keikhlasan dan kebenaran. Ketiga, mereka yang memaafkan kesalahan orang lain. Meminta maaf atau memberi maaf adalah perbuatan yang sungguh mulia. Orang yang mau mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah orang yang kesatria, dan orang yang suka memberi maaf adalah orang yang berjiwa besar. Begitulah orang yang bertaqwa. Menurut kabar gembira yang disampaikan Baginda Nabi SAW, bagi kita yang berpuasa di bulan Ramadhan yang penuh dengan keimanan dan keikhlasan serta hanya mengharap ridha Allah SWT; maka dosa-dosa kita yang telah lampau akan diampuni oleh Allah. Namun perlu diketahui bahwa dosa yang diampuni itu hanyalah dosa yang ber-hubungan langsung dengan Allah SWT. (Hablun Minallah). Sementara dosa lain yang berkaitan dengan antar manusia (Hablun Minannas), kemampunan Allah akan dosa tersebut bergantung kepada pemaafan masing-masing kita yang bersangkutan. Dengan demikian, entah sejak kapan dimulainya, pada setiap lebaran ditradisikanlah silaturrahmi massal dan halal-bi halal, saling kunjung mengunjungi untuk saling maaf memaafkan antar ke]uarga, kerabat dekat maupun jauh dan handai tolan. Sedangkan makanan dan kue-kue lebaran kiranya hanyalah merupakan hidangan penghormatan kepada tamu yang

senantiasa bcndak berkunjung. Begitu pula halnya dengan baju baru yang dikenakan. Adapun pahalanya terletak pada niat penghormatan tamu itu atau pada niat sedckah atau hadiah yang mengiringinya. Namun yang terpenting bahwa tradisi leharan ini intinya adalah silalurnahmi dan saling maaf-memaafkan untuk menghapuskan dosa antar sesama setelah dosa terhadap dosa diampuni.

Related Documents

Makna Ketaqwaan
May 2020 22
Makna Ketaqwaan
October 2019 34
Makna Cinta
June 2020 19
Makna Kekayaan
May 2020 25
Makna Wudhu
June 2020 10
Makna Pepsi
October 2019 25

More Documents from ""