Makalahstudi Kasus Hipertensi (klp.iii).docx

  • Uploaded by: Jefriyanto Budikafa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalahstudi Kasus Hipertensi (klp.iii).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,579
  • Pages: 22
MAKALAH PELAYANAN KESEHATAN STUDI KASUS HIPERTENSI

OLEH: ARI WIDYANINGSIH

(O1B1 18 003)

FARADILA CAHYANI R.

(O1B1 18 007)

IRVAN ANWAR

(O1B1 18 011)

MARGANITA NURHASANA

(O1B1 18 015)

MUH. JEFRIYANTO B.

(O1B1 18 019)

PUTRI SABRINA AYU S.

(O1B1 18 023)

RESKI AMELIA

(O1B1 18 027)

SAHRIR MANA’AN

(O1B1 18 031)

SYAM FEBRIANTARA

(O1B1 18 035)

WINDY AFTA WIDANTHY

(O1B1 18 039)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang ditetapkan.Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu dosen mata kuliah pelayanan kesehatan, yang telah terlebih dahulu memberikan pengarahan kepada kami mahasiswa dalam penulisan makalah ini. Adapun makalah ini berjudul “Studi kasus penyakit hipertensi”, merupakan salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah

Pelayanan Kesehatan. Penulis

berharap agar makalah ini dapat kita manfaatkan untuk menambah pengetahuan kita mengenai hipertensi serta penatalaksanaannya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.Oleh sebab itu, dengan hati yang terbuka penulis menerima kritik dan saran yang bersikap membangun dari pembaca.

Kendari, Maret 2019

Penulis

2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2 C. Tujuan ......................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3 A. Epidemologi ............................................................................................... 3 B. Etiologi .........................................................................................................5 C. Hipertensi Primer (essensial) .......................................................................6 D. Hipertensi Sekunder ..................................................................................... 8 E. Patofisiologi .................................................................................................8 F. Klasfikasi tekanan darah ..............................................................................9 G. Komplikasi hipertensi .................................................................................. 10 H. Terapi Farmakologi ...................................................................................... 10 I.

Terapi non farmakologi................................................................................14

BAB III STUDI KASUS ................................................................................... BAB IV KESIMPULAN .................................................................................. 16 A. Kesimpulan ................................................................................................. B. Tujuan ......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju.Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap tingginya biayapengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan obat jangka panjang. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent killer”. Tanpa disadaripenderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang bermakna. Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNESIII); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar. Healthy People 2010 for Hypertension

menganjurkan perlunya

pendekatan yanglebih komprehensif dan intensif guna mencapai pengontrolan tekanan darah secaraoptimal. Maka untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan partisipasi aktif parasejawat Apoteker yang melaksanakan praktek profesinya pada setiap tempatpelayanan kesehatan. Apoteker dapat bekerja sama dengan dokter dalam memberikan edukasi ke pasien mengenai hipertensi, memonitor 4

respons pasien melalui farmasi komunitas, adherence terhadap terapi obat dan non-obat,mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek samping, dan mencegahdan/atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penulisan makalah ini adalah: 1. Bagaimana penatalaksanaan terapi terhadap pasien penyakit hipertensi? 2. Bagaimana cara mengurangi faktor resiko akibat penyakit hipertensi? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui tatalaksana terapi penyakit hipertensi 2. Untuk mengurangi faktor resiko akibat penyakit hipertensi.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemologi Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg); dengan persentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya.Menurut National Health and Nutrition Examination Survey(NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 19992000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk menderita hipertensi pada populasi ≥55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah 90%.Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah prehipertensi sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi pada umur diantara dekade ketiga dan dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur ≥60 tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65.4 %. B. Etiologi Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.

6

C. Hipertensi primer (essensial) Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. adrenal, dan angiotensinogen. D. Hipertensi sekunder Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (lihat tabel 1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 1. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder. PENYAKIT •penyakit ginjal kronis •hiperaldosteronisme primer •penyakit renovaskular •sindroma Cushing •pheochromocytoma •koarktasi aorta •penyakit tiroid atau

OBAT •Kortikosteroid, ACTH •Estrogen (biasanya pil KB dg kadar estrogen tinggi) •NSAID, cox-2 inhibitor •Fenilpropanolamine dan analog •Cyclosporin dan tacrolimus •Eritropoetin •Sibutramin paratiroid •Antidepresan (terutamavenlafaxine) NSAID: non-steroid-anti-inflammatory-drug, ACTH: adrenokortikotropik hormon Tabel 1. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi

7

E. Patofisiologi Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darahsistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selamakontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah (lihat gambar 1 ): 

Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atauvariasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya responsterhadap stress psikososial dll



Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor



Asupan natrium (garam) berlebihan



Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium



Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnyaproduksi angiotensin II dan aldosteron



Defisiensi

vasodilator

seperti

prostasiklin,

nitrik

oxida

(NO),

dan

peptidenatriuretik 

Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhitonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal



Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan padapembuluh darah kecil di ginjal



Diabetes mellitus



Resistensi insulin



Obesitas



Meningkatnya aktivitas vascular growth factors



Perubahan

reseptor

adrenergik

yang

mempengaruhi

denyut

jantung,karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vascular 

Berubahnya transpor ion dalam sel

8

F. Klasifikasi tekanan darah Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis(Tabel 2). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cendrung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat. Klasifikasi tekanan darah Normal

Tek darah sistolik, mm Hg

Tek darah diastolic, mm Hg

<120

dan

<80

Prehipertensi

120-139

atau

80-89

Hipertensi stage 1

140-159

atau

90-99

Hipertensi stage 2

≥ 160

atau

≥ 100

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur ≥ 18 tahun menurut JNC 7. Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau

9

telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg; dikategotikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi.Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut: encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissectingaortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan. Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam s/d beberap hari. G. Komplikasi hipertensi Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transientischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain (tabel 3), maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arterperifer, dan gagal jantung. H. Terapi Farmakologi Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini.

10

Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama. Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-baseduntuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakantarget organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadarmenurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalamseleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB). Terapi obat berdasarkan rekomendasi dari JNC 7. a) Terapi Lini Pertama untuk Kebanyakan Pasien Petunjuk dari JNC 7 merekomendasikan diuretik tipe tiazid bila memungkinkan sebagai terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien, baik sendiri atau dikombinasi dengan salah satu dari kelas lain (ACEI, ARB, penyekat beta, CCB).2 Diuretik tipe thiazide sudah menjadi terapi utama antihipertensi pada kebanyakan trial. Pada trial ini, termasuk yang baru diterbitkan Antihypertensive and Lipid-Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial (ALLHAT), diuretik tidaktertandingi dalam mencegah komplikasi kardiovaskular akibat hipertensi. Kecuali pada the Second Australian National Blood Pressure Trial; dimana dilaporkan hasil lebih baik dengan ACEI dibanding dengan diuretik pada laki-laki kulit putih. Diuretik meningkatkan efikasi antihipertensi dari banyak regimen obat,berguna dalam mengontrol tekanan darah , dan harganya lebih dapat dijangkau dibanding obat antihipertensi lainnya. Sayangnya disamping kenyataan ini,diuretik tetap kurang digunakan (underused).

11

Faktor resiko mayor Hipertensi Merokok Obesitas (BMI ≥30) Immobilitas Dislipidemia Diabetes mellitus Mikroalbuminuria atau perkiraan GFR<60 ml/min Umur (>55 tahun untuk laki-laki, >65 tahun untuk perempuan) Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular prematur (laki-laki < 55 tahun atau perempuan < 65 tahun) Kerusakan organ target Jantung : Left ventricular hypertrophy Angina atau sudah pernah infark miokard Sudah pernah revaskularisasi koroner Gagal jantung Otak : Stroke atau TIA Penyakit ginjal kronis Penyakit arteri perifer Retinopathy BMI = Body Mass Index; GFR= glomerular Filtration Rate; TIA = transient ischemic attack Tabel 3. Faktor-faktor resiko kardiovaskular

12

b) Rekomendasi terapi farmakologi

13

I. Terapi Non Farmakologi Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegahtekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gayahidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi padapasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti rasionalitas intervensi diet : a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orangdengan berat badan ideal b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight) c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapatmenurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang jugaprekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapatberlanjut ke DM tipe 2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakitkardiovaskular. e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapatmenurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.

14

f. Walaupun

ada

pasien

hipertensi

yang

tidak

sensitif

terhadap

garam,kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik denganpembatasan natrium. JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang,jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga manayang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target.Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakitkardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.

Tabel 4. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi

15

BAB III STUDI KASUS 1. Studi Kasus 1 Ny.TG 47 thn, BB ± 155 cm, MRS dengan keluhan mual, muntah,pusing. Mengaku memiliki riwayat DM dengan terapi Glibenklamide 1-1/2-0. Metformin 2x850 mg. Pasien juga mengaku tidak meminum obat secara rutin, karena diet sudah ketat. Selanjutnya pasien didiagnosa dengan hipertensi maligna disertai DM. Pada pemeriksaan awal dijumpai kadar gula acak 578 mg/dl, BP 170/110 mmHg. Bagaimana penatalaksanaan? Lakukan analisis SOAP (subjektif,objektif, assessment dan planning). Subyektif Tidak minum obat secara teratur, memiliki riwayat penyakit DM, dan diet ketat

Obyektif Ny PG, 47 tahun TB : 155 Gula darah acak : 598 mg/Hg BP : 170/110 mmg

Asessment Pasien tidak minum obat secara teratur, ditemukan pemeriksaan kadar gula darah acak 578 mg/dl , BP 170/110 mmHg

Plan 1. Ramipril 1x2,510 mg sehari (hipertensi) 2. HCT/klortarido n 1X12,5 mg per hari (dipiro E 8 hal 111112) 3. Insulin aspart 0,7-2,5 unit/kg (diabetes) (pharmakoterapi handbook edisi 9, 164).

2. Studi Kasus 2 Apa itu hipertensi? JAWAB

:

Hipertensi (pada orang tanpa diabetes) didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik berkelanjutan (SBP) ≥140 mmHg, atau tekanan darah diastolik berkelanjutan (DBP) ≥90 mmHg (Clinical Knowledge Summaries, 2007). Catatan: Hipertensi dianggap berkelanjutan jika pengukuran tekanan darah awal meningkat pada dua atau lebih konsultasi berikutnya).

16

3. Apa target perawatan yang tepat untuk tekanan darah pasien ini? JAWAB

:

Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan darah hingga 140/90 mmHg atau lebih rendah (NICE, 2006). Catatan: Pasien yang tidak mencapai target ini, atau yang perawatan lebih lanjutnya tidak sesuai, ditolak atau tidak ditoleransi masih akan menerima manfaat yang bermanfaat dari perawatan obat jika ini menurunkan tekanan darah. 4. Selain tekanan darah, apa saran dan perawatan lain yang diperlukan pasien ini untuk memastikan risiko penyakit kardiovaskular berkurang? Berikan alasan yang jelas untuk saran Anda dan jelaskan risiko yang terkait dengan tidak mengambil saran ini. JAWAB

:

Pasien ini harus menerima saran yang tepat tentang berbagai tindakan gaya hidup yang dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular secara keseluruhan. Secara khusus, ia perlu didorong untuk menurunkan berat badan, berhenti merokok dan mengurangi asupan alkoholnya hingga batas yang disarankan. Ringkasan

Pengetahuan Klinis tentang Hipertensi (2007) menunjukkan

bahwa orang dengan hipertensi harus diberi nasihat tentang modifikasi gaya hidup yang tepat untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Saran harus diberikan pada: 

Konsumsi Alkohol



Diet



Aktivitas fisik



Berhenti merokok



Penurunan berat badan.

5. Apa kelas utama obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi? Diuretik tiazid, calcium channel blockers, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, beta-blockers dan angiotensin II receptor blockers. 6. Studi Kasus 1. Ny.TG 47 thn, BB ± 155 cm, MRS dengan keluhan mual, muntah,pusing. Mengaku memiliki riwayat DM dengan terapi Glibenklamide 17

1-1/2-0. Metformin 2x850 mg. Pasien juga mengaku tidak meminum obat secara rutin, karena diet sudah ketat. Selanjutnya pasien didiagnosa dengan hipertensi maligna disertai DM. Pada pemeriksaan awal dijumpai kadar gula acak 578 mg/dl, BP 170/110 mmHg. Bagaimana penatalaksanaan? Lakukan analisis SOAP (subjektif,objektif, assessment dan planning) 7. Kelas obat mana yang akan menjadi pengobatan lini pertama yang tepat untuk Tn. HA? Bagaimana pilihan pengobatan ini akan terpengaruh jika pasien tersebut berasal dari Afro Karibia? Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor) akan menjadi pilihan awal yang tepat pada pasien ini. Jika pasien tersebut berasal dari Afro Karibia maka diuretik thiazide atau calcium channel blocker akan menjadi pilihan yang tepat. 8. Untuk salah satu kelas obat yang disebutkan dalam pertanyaan 4 menunjukkan hal berikut: a. obat dari kelas itu b. dosis dan frekuensi awal yang cocok c. dosis maksimum untuk hipertensi d. kontraindikasi e. efek samping yang umum. Jawab : Dosis awal yang cocok, frekuensi dan dosis maksimum untuk beberapa obat yang

sesuai

tercantum

pada

Tabel

A2.2.

Tabel A2.2 Dosis awal yang tepat, frekuensi dan dosis maksimum untuk beberapa obat yang sesuai untuk Tn. HA (hipertensi)

18

Drug

Dose

Frequency

Maximum dose

Ramipril

1.25 mg

Once daily, increased at 10 mg once daily intervals of 1–2 weeks

Lisinopril

10 mg

Daily

40 mg daily

Enalapril

5 mg

Once daily

40 mg once daily

Perindopril

4 mg

Daily

8 mg daily

 Kontraindikasi ang dimaksud adalah: 1. pasien dengan hipersensitif terhadap ACE inhibitor (termasuk angioedema), 2. pasien dengan penyakit reno vaskular yang diketahui atau diduga, dan 3. kehamilan.  Efek samping yang umum adalah: 1. Hipotensi dosis pertama, 2. Batuk kering persisten dan 3. Hiperkalemia. 4. Efek samping lain termasuk: efek gastrointestinal (mual, muntah, dispepsia, diare, tes fungsi hati yang berubah, kelainan darah, angioedema, ruam, kehilangan indera penciuman (lebih mungkin jika juga pada agen penghilang kalium atau suplemen kalium. 7. Mengingat usia Mr HA, ia memerlukan penilaian risiko kardiovaskular. Bagaimana Anda menilai risiko kardiovaskular pasien ini? Jawab : Orang dewasa> 40 tahun tanpa riwayat CVD atau diabetes yang belum menjalani pengobatan untuk tekanan darah atau lipid harus ditinjau secara oportunistik.

Pasien <40 tahun dengan riwayat keluarga penyakit aterosklerotik prematur juga harus dinilai risiko kardiovaskularnya.

19

Risiko kardiovaskular lebih dari 10 tahun> 20% berisiko tinggi dan pasien harus menjadi sasaran saran untuk mengurangi risiko ini (mis. Penurunan tekanan darah, aspirin, modifikasi diet dan pengobatan obat untuk modifikasi lipid, berhenti merokok, dll). Untuk menghitung risiko kardiovaskular untuk pasien pencegahan primer seperti Tn. HA, gunakan kalkulator risiko yang divalidasi. Ini adalah Chart Predictor Risiko JBS CVD (Heart, 2005, 91: 1–52); BNF Extra (berisi program prediksi risiko JBS CVD. Subyektif Terdapat memar pada lengan kiri dan paha atas, merokok 20 batang pehari, konsumsi 30 unit alkohol perminggu, tidak dalam pengobatan dan pasien tampak sehat

Obyektif Mr. HA, 50 tahun BB 81 kg BP 165/80 mmHg Denyut jantung 90 detak permenit dan bertahan selama 48 jam.

Asessment Pasien tidak

Plan 4. Ramipril 1x2,5-10 mg sehari (hipertensi) 5. HCT 1X12,5 mg per hari (dipiro E 8 hal 111-112) Cklortaridon

20

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah: 1. Penatalaksaan terapi untuk penyakit hipertensi adalah Ramipril 1.25 mg, Sekali sehari dengan dosis maksimum 10 mg sekali sehari, meningkat dengan interval 1-2 minggu, Lisinopril 10 mg. harian dengan dosis maksimum 40 mg setiap hari, Enalapril 5 mg sekali sehari dengan dosis maksimum 40 mg sekali sehari, Perindopril 4 mg Harian dengan dosis maksimum 8 mg setiap hari. 2. Cara mengurangi faktor risiko riwayat penyakit hipertensi adalah bahwa orang dengan hipertensi harus diberi nasihat tentang modifikasi gaya

hidup

yang

tepat

untuk

mengurangi

risiko

penyakit

kardiovaskular. Saran harus diberikan pada: a) Konsumsi Alkohol, b) Diet. c) Aktivitas fisik, e) Berhenti merokok, e) Penurunan berat badan.

21

DAFTAR PUSTAKA. Dipiro, J.T., et al. 2008. Pharmacotherapy Handbook. 7th edition. USA: The Mc. Graw Hill Company. National Institute of Health and Care Excellence (NICE) , 2006. NICE clinical guideline Hypertension; The care and management of hypertension.

22

Related Documents


More Documents from "herman"