MAKALAH PRAKTIKUM BIOLOGI ‘Pembuatan Telur Asin Mekanisme Transpor Membran’
Nama Kelompok:
Ade Juni Dewi Wardah Ego Bagus Frambio Alvi Putri Amala Sari Wahyu Apriliana Yuni Setyawati
Kelas: XII IPS 4
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuknya kami dapat menyelesaikan makalah sesuai dengan tugas yang diamanahkan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan secara tuntas. Harapan kami, semoga makalah dengan judul “PEMBUATAN TELUR ASIN MEKANISME TRANSPOR MEMBRAN” ini membantu kami dalam panunjang penilaian dalam mata pelajaran Biologi (Lintas Minat) ini, agar menjadi lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para guru, dan teman sekalian untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Wassalamualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Praktikum 1.2 Landasan Dasar/Teori BAB. II METODOLOGI 2.1 Bahan dan Alat 2.2 Cara Kerja BAB. III PENUTUP 3.1 Hasil Pengamatan 3.2 Pembahasan 3.3 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Praktikum Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui cara pembuatan Telur Asin.
2.
Apa sajakah kandungan gizi dalam Telur Asin.
3. Untuk mengetahui apakah dengan cara pengasinan itu dapat membuat awet Telur.
1.2 Landasan Dasar/Teori Ada beberapa cara pengawetan telur antara lain dengan cara pengasinan atau penggaraman, dibuat tepung, dan dibuat pindang. Cara yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara pengasinan menggunakan garam yang dicampur dengan batu bata merah halus. Selain itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan abu maupun perendaman dalam larutan garam. Namun demikian menurut hasil percobaan maupun pengalaman akan lebih baik jika digunakan menggunakan bata merah. Memilih telur dapat dilakukan dengan cara pengamatan, peneropongan, dan dapat juga dimasukkan kedalam air. Bila mengapung maka telur tidak atau kurang baik dan apabila telur melayang atau tenggelam berarti baik. Pembuatan telur asin dapat menggunakan telur bebek maupun telur ayam tetapi yang sering digunakan adalah telur bebek karena selain kulit cangkangnya tebal bila dibuat telur asin rasanya lebih enak. Sebelum dilakukan pengaweten telur harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel selain untuk menjaga kebersihan juga untuk membuka pori-porinya. Dengan cara melihat telur yang telah lama dierami dan hampir menetas. Ternyata didalam telur terdapat mata kehidupan. Larutan garam mempunyai sifat plasmolisis sehingga dapat menerobos pori-pori kulit telur dengan tekanan. Telur asin yang baik dapat diamati dengan cara membelah telur asin yang baik dapat diamati dengan cara membelah telur asin yang sudah dimasak yaitu kuning telurnya berwarna kecoklatan dan masir.
BAB. II METODOLOGI 2.1 Bahan & Alat Bahan Telur bebek Garam Batu bata Abu gosok Air Alat Amplas Wadah 2.2 Cara Kerja 1. Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk). 2. Bersihkan telur dengan jalan mencuci atau dilap dengan air hangat, kemudian keringkan. 3. Amplas seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka. 4. Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok dan garam, dengan perbandingan sama (1:4). Dapat pula digunakan adonan yang terdiri dari campuran bubuk bata merah dengan garam. 5. Tambahkan sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbentuk pasta. 6. Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur, kira-kira setebal 1-2 mm. 7. Simpan telur dalam wadah selama 6 hari. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di tempat yang bersih dan terbuka.
BAB. III PENUTUP 3.1 Hasil Pengamatan -Semakin lama telur yang telah dibalur dengan garam dan abu gosok disimpan, kadar garamnya akan semakin tinggi. Sehingga telur akan semakin awet tetapi rasanya akan semakin asam, dikarenakan semakin lama kadar garam dalam telur akan semakin tinggi. -Dalam pembuatan telur asin, ada yang menggunakan amplas ada yang tidak. Amplas seluruh permukaan telur secara merata agar pori porinya terbuka, sehingga mudah retak atau pecah -Pemberian abu gosok pada pencapuran adonan telur asin bertujuan agar garam dapat lebih mudah meresap. Sehingga dalam pembungkusan telur asin bias lebih merata -Setelah pemeraman dan perebusan, didapat 14 butir telur asin dengan variasi ketebalan balutan 1-2 mm adonan yang masing-masing variasi terdiri dari 2 butir telur.
3.2 Pembahasan Pembuatan telur asin ini bertujuan untuk meningkatkan daya simpan telur. Secara tradisional telur asin biasanya dibuat dari telur itik dan memiliki daya simpan antara 1-3 minggu. Ketahanan simpan ini dikarenakan kadar garam yang tinggi. Dalam pembuatan telur asin ini, yang digunakan adalah adonan abu gosok/batu bata dan garam. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur. Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman dalam larutan garam dan pemeraman oleh adonan campuran garam dengan tanah liat, atau abu gosok atau bubuk bata merah Prinsip kedua cara tersebut adalah dehidrasi osmosis, yaitu proses pengurangan air dari bahan dengan cara membenamkan bahan dalam suatu larutan berkonsentrasi tinggi, larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis tinggi. Dehidrasi osmosis (osmotic dehydration) merupakan proses perpindahan massa secara simultan (countercurrent flows) antara keluarnya air dari bahan dan zat terlarut berpindah dari larutan ke dalam bahan.
Perpindahan massa osmosis dinyatakan sebagai kehilangan air (WL,water loss) dan penambahan padatan, SG,solid gain). Aplikasi dehidrasi osmosis dalam proses pengasinan, terlihat dengan keluarnya air dari dalam telur bersamaan dengan masuknya larutan garam ke dalam telur. Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada telur. Makin lama dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalam telur, sehingga telur menjadi semakin awet dan asin. Lamanya telur dibungkus adonan ini harus disesuaikan dengan selera individu yang akan mengonsumsinya.
Pada proses pembuatan telur asin terjadi pertukaran ion yang bersifat stokiometri, yakni satu ion H+ diganti oleh suatu ion Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap. Ion Na didapatkan dari garam sedangkan ion H + berasal dari air. Dengan demikian, ion Na masuk kedalam telur dan kadar air berkurang, akibatnya telur menjadi asin.
3.3 Kesimpulan 1. Proses pengasinan telur bertujuan agar membuat telur menjadi lebih awet. 2. Proses masuknya garam ke dalam telur berlangsung secara dehidrasi osmosis, ion Na didapatkan dari garam sedangkan ion H+ berasal dari air , dengan demikian ion Na masuk kedalam telur dan kadar air berkurang, akibatnya telur menjadi asin.
DAFTAR PUSTAKA
-Di Berandaku, 2013. Makalah Pembuatan Telur Asin, http://berandagustinjuna.blogspot.co.id -Gendhenks, 2010. PEMBUATAN TELUR ASIN (PENGASINAN TELUR), https://komputernrecipe.wordpress.com