Makalah_paper_pencegahan_dan_penanganan.docx

  • Uploaded by: SUCI
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah_paper_pencegahan_dan_penanganan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,023
  • Pages: 20
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN INFERTILITAS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi

Disusun oleh: Fitri Ayu Andarini

(172141018)

Indriyani

(172141022)

Tika Putri Sekariyanti

(172141042)

Ni Luh Putu Ayu Dika

(172141050)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN JAKARTA 2016

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu tugas matakuliah “Kesehatan Reproduksi” yang wajib ditempuh di Universitas M.H Thamrin. Makalah ini disusun sebagai pelengkap tugas diskusi. Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Ibu Yasinta Kristianti, M.Kes selaku dosen mata kuliah Kesehatan Reproduksi. 2. Keluarga kami atas segala dukungan selama ini, baik moril maupun materil serta doa yang dipanjatkan setiap waktu. 3. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 24 Maret 2016

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii BAB I .............................................................................................................................................................1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................................1 1.1.

Latar Belakang ...................................................................................................................................1

1.2.

Rumusan Masalah ..............................................................................................................................1

1.3.

Tujuan ................................................................................................................................................2

BAB II ............................................................................................................................................................3 PEMBAHASAN ............................................................................................................................................3 2.1.

Definisi Infertilitas .........................................................................................................................3

2.2. Jenis Infertilitas ...................................................................................................................................3 2.3.

Penyebab Infertilitas .......................................................................................................................5

2.4. Infertilitas Pada Wanita .......................................................................................................................5 2.5. Infertilitas Pada Pria ............................................................................................................................7 2.6. Gejala dan Pencegahan Infertilitas ....................................................................................................12 2.7. Penangulangan Infertilitas .................................................................................................................13 BAB III.........................................................................................................................................................16 PENUTUP ....................................................................................................................................................16 3.1.

Kesimpulan ................................................................................................................................. 16

3.2.

Saran.............................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................17

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran. Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan. Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya, adalah: faktor tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi. Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami kemandulan atau infertilitas. Sebagian besar pasangan suami istri berpikir bahwa mereka akan mudah memperoleh anak. Sebetulnya 1 diantara 10 pasang akan mengalami hambatan untuk mempunyai anak. Sekitar 40 % kasus infertilitas disebabkan oleh kemandulan wanita, 30 % disebabkan oleh kemandulan pria dan 30% oleh keduanya.

1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan infertilitas? 2. Apa saja jenis infertilitas? 3. Apa saja penyebab infertilitas? 4. Bagaimana infertilitas pada kaum pria dan wanita? 5. Apa saja gejala dan pencegahan infertilitas? 6. Bagaimana cara penanganan infertilitas?

1

1.3. Tujuan 2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian infertilitas 3. Untuk mengetahui faktor penyebab infertilitas pada wanita dan pria 4. Untuk memahami bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan infertilitas

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Infertilitas Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Strigh B, 2005:5 ). Adapula pengertian lain yaitu, infertilitas adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi tetapi belum memiliki anak (Sarwono, 2000). Menurut dokter ahli reproduksi, sepasang suami istri dikatakan infertil jika tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun. Tidak hamil setelah enam bulan melakukan hubungan intim secara rutin dalam kurun 1-3 kali seminggu dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun serta perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu). Pada dasarnya infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang lakilaki atau seprang perempuan untuk menghasilkan keturunan.

2.2. Jenis Infertilitas Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. 1. Infertilitas primer Dikatakan infertilitas primer apabila istri belum pernah hamil walaupun melakukan hubungan seksual tanpa usaha kontrasepsi dan berada pada kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.  Penyebab infertilitas primer Infertilitas primer banyak dialami oleh pasangan suami istri, penyebabnya dapat disebabkan oleh gaya hidup masing-masing yang kurang sehat. Seperti tidak tercukupinya asupan makanan yang menunjang produksi hormon reproduksi, tidak

3

melakukan olahraga, stress berkepanjangan yang nantinya akan mempengaruhi produksi hormon dan masalah waktu yang tepat untuk melakukan hubungan seksual. 2. Infertilitas sekunder Infertilitas sekunder adalah apabila istri pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun melakukan hubungan seksual tanpa usaha kontrasepsi dan berada kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.  Penyebab infertilitas primer Masalah pada infertilitas sekunder sangat berhubungan dengan masalah pada pasangan dengan infertilitas primer. Sebagian besar pasangan dengan infertilitas sekunder menemukan penyebab masalah kemandulan sekunder tersebut, darikombinasi berbagai faktor meliputi : a. Usia Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang teratur, kemungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan. Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Center for Health Statistics menunjukkan bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96% dalam setahun, usia 25 –34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 – 44 tahun. Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan kesuburan. Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mereka mulai menurun. Penelitian mengungkapkan hanya sepertiga pria yang berusia diatas 40 tahun mampu menghamili isterinya dalam waktu 6 bulan dibanding pria yang berusia dibawah 25 tahun. Selain itu usia yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma (Kasdu, 2001:63 ). b. Masalah reproduksi

4

Masalah pada sistem reproduksi dapat berkembang setelah kehamilan awal bahkan, kehamilan sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah reproduksi yang benar-benar mengarah pada infertilitas sekunder, misalnya perempuan yang melahirkan dengan operasi caesar, dapat menyebabkan jaringan parut yang mengarah pada penyumbatan tuba. Masalah lain

yang juga berperan

dalamreproduksi yaitu ovulasi tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan penyumbatan saluran sperma. c. Faktor gaya hidup Perubahan pada faktor gaya hidup juga dapat berdampak pada kemampuan setiap pasangan untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang berolah raga secara berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh mereka,yang mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam yang ketat juga mempengaruhi motilitas sperma ( Kasdu, 2001:66 ).

2.3. Penyebab Infertilitas Penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok: satu pertiga masalah terkait pada wanita, satu pertiga pada pria dan satu pertiga disebabkan oleh faktor kombinasi.

2.4. Infertilitas Pada Wanita Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh: 1.1. Masalah vagina Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah

5

penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma (Stright B, 2005:60 ). 1.2. Masalah serviks Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi (Stright B, 2005:60). 1.3. Masalah uterus Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan, nutrisi serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro, 2002:509 ). 1.4. Masalah tuba Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan. Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ). Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi. 1.5. Masalah ovarium Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress

6

diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi hormone.(Handersen C & Jones K, 2006:86 ).

2.5. Infertilitas Pada Pria Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-duanya, maupun pasangan. Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah: 1. Faktor koitus dan bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas abnormal, kelainan anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual. Kelaianan anatomi yang mungkin menyebabkan infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens kongenital, obstruksi vasdeferens dan kelainan kongenital system ejakulasi. Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat orkitis karena mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau varikokel (Benson R & Pernoll M, 2009:680). Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur. Sperma memiliki tiga bagian utama: 1. Kepala sperma mengandung inti. Inti memegang DNA dari sel. Kepala juga mengandung enzim yang membantu sperma memecah melalui membran sel telur. 2. Bagian tengah sperma dikemas dengan mitokondria. Mitokondria adalah organel dalam sel yang menghasilkan energi. Sperma menggunakan energi dalam midpiece untuk bergerak. 3. Ekor sperma bergerak seperti baling-baling, berputar-putar. Ekor ini adalah flagella panjang yang mendorong sperma ke depan. Sebuah sperma dapat melakukan perjalanan sekitar 30 inci per jam. Untuk mengenali ciri-ciri sperma yang baik dan sperma sehat sangatlah mudah dilihat melalui pemerikasaan atau pengamatan dengan mikroskop. berikut ini tanda atau ciri dari sperma yang baik dan berkualitas :

7

1. Volume Ketika pria mengalami ejakulasi saat berhubungan intim, normalnya sperma yang keluar ada sekitar 2-6 ml. Jika sperma yang keluar kurang dari sperma yang normal, kemungkinan mengaalami suatu gangguan atau masalah dengan tingkat kesuburan yang disebabkan oleh seringnya melakukan hubungan sesual, terlalu cepat ejakulasi dan seringnya masturbasi. 2. Waktu Pembekuan Ciri-ciri sperma yang baik yang dikenal mengandung protein dan akan menggumpal (koagulasi) jika dibiarkan diudara terbuka selama kurang lebih 20-30 menit. Jika dalam waktu tersebut sperma tetap cair kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih. 3. Jumlah Sel Sperma Jumlah sel sperma yang baik yang terjadi sekali ejakulasi normalnya kurang lebih sekitar 20-40 juta sperma atau 0 (nol) jika pria menjalani vasektomi. Jika seseorang memiliki jumlah sperma yang kurang dari sperma normal dapat dikatakan mengalami ketidak suburan. Walaupun seperti itu tetap tidak menutup kemungkinan jumlah sperma yang kurang dari jumlah normal sperma tetap bisa membuahi sel telur. 4. Bentuk Sperma (Morfologi) Untuk mendapatkan sperma yang sehat, minimal sperma pria harus memiliki 70% sel sperma dalam sekali ejakulasi dan harus memiliki bentuk ideal. Jika sel sperma yang abnormal umumnya memiliki 2 ekor (ekor pendek dan kepala kecil) sehingga memungkinkan kegagalan dalam membuahi sel telur. 5. Pergerakan Sperma (Motilitas) Gerakan sperma seperti kecebong serta lincah dan cepat dalam pergerakannya maka dapat disebut sebagai sperma yang memiliki kualitas yang baik. Minimal 60% dari jumlah sperma yang dikeluarkan dalam sekali ejakulasi harus dapat bergerak lincah berenang menuju sel telur dan sisanya bergerak lambat tak menjadi masalah. 6. Keasaman Sperma (pH) Sperma juga memerlukan keseimbangan pH sekitar 7,2-8,0 untuk tetap menjaga kondisi, kualitas sperma yang ideal agar mampu bertahan hidup dan bergerak secara optimal. Bila keasaman dan keseimbangan sperma terlalu tinggi atau rendah dapat membunuh sel sperma. 7. Jumlah Sel Darah Putih

8

Sel darah putih umumnya tidak ditemukan didalam cairan sperma. Sel darah putih hanya terdeteksi atau terlihat di urine dan cairan sperma jika mengalami infeksi yang ditemukan bersama dengan beberapa bakteri penyebab infeksi. Sedangkan, morfologi sperma yang abnormal antara lain: 1.

Makro : 25 % > kepala normal.

2.

Mikro : 25 % < kepala normal.

3.

Taper : kurus, lebar kepala ½ dari yang normal, tidak jelas batas akrosom, memberi gambaran cerutu.

4.

Piri : memberi gambaran ”tetesan air mata”.

5.

Amorf : bentuk kepala yang ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom.

6.

Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom.

7.

Piri : tidak jelas adanya kepala yang nyata, tampak midpiece dan ekor saja.

8.

Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda.

Ciri-ciri sperma yang tidak sehat ialah: 1.

Berbau busuk

Cara mendasar untuk membedakan sperma sehat atau tidak adalah dengan mencium bau yang dihasilkan dari sperma itu sendiri. Apabila sperma sobat mengeluarkan aroma yang sangat bau dan busuk, maka bisa dipastikan bahwa sperma tersebut dalam keadaan yang tidak sehat. Mengapa? Karena sperma yang sehat dan normal adalah sperma yang mengeluarkan bau klorin. Bila sperma sobat berbau busuk maka ada kemungkinan bahwa telah terjadi sebuah infeksi yang menyerang sperma. Untuk mengatasi hal ini, sebisa mungkin carilah dokterk yang telah berpengalaman untuk mendapatkan solusi. 2.

Warna sperma

Selain putih, ternyata ada juga beberapa warna yang mengindikasikan bahwa sperma masuk dalam kategori sehat atau tidak. Warna-warna tersebut adalah kuning, hijau, merah, dan coklat. Untuk sobat yang mempunyai sperma dengan warna yang terlalu kuning bahkan cenderung hijau, maka sobat harus berhati-hati karena warna tersebut mengindikasikan terjadinya infeksi. Selain itu bisa dimungkinkan bahwa sperma sobat terserang sebuah penyakit menular yang disebut dengan kencing nanah atau 9

gonore. Sperma berwarna merah pun berbahaya, karena warna merah ataupun coklat mengindikasikan bahwa ada pembuluh darah yang pecah di area prostat. Warna merah disebabkan oleh darah persisten keluar bersama sperma. 3.

Sperma terlalu kental

Mempunyai sperma lengket seperti jelly memang merupakan hal yang tak menghawatirkan karena menunjukkan bahwa sperma sobat sehat. Namun apabila sperma terlalu lengket atau kental, maka bisa saja sperma sobat tidak dalam keadaan sehat. Untuk sperma yang normal, dalam waktu sekitar 30 menit maka akan menjadi encer bahkan bening. Air mani kental bisa disebabkan oleh dehidrasi ataupun rendahnya hormone testosterone yang ada pada tubuh. Untuk itu, pria harus waspada apabila memiliki air mani yang terlalu kental.

2. Kualitas sperma atau konsentrasi sperma rendah Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan. 3. Tidak ada semen Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang. 4. Varikokel (varicocele) Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu. 5. Testis tidak turun

10

Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu. 6. Kekurangan hormon testosteron Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma. 7. Kelainan genetik Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma.

Dalam

penyakit Cystic

fibrosis, beberapa

pria

penderitanya

tidak

dapat

mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi. 8. Infeksi Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma. 9. Masalah seksual Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma. 10. Ejakulasi balik Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra, dan pengaruh obat-obatan tertentu. 11. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi

11

Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang penis. 12. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia) Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks. 13. Antibodi pembunuh sperma Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut. 14. Pencemaran lingkungan Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik. 15. Kanker Testis Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.

2.6. Gejala dan Pencegahan Infertilitas a. Gejala Gejala-gejala yang dapat dikategorikan sebagai gejala infertilitas antara lain: 1. Gejala yang timbul tidak kunjung hamil. 2. Reaksi emosional (baik pada isteri, suami maupun keduanya) kerena tidak memiliki anak. 3. Kemandulan sendiri tidak menyebabkan penyakit fisik, tetapi dampak psikisnya pada suami, isteri maupun keduanya bisa sangat berat. 4. Pasangan tersebut mungkin akan menghadapi masalah 5. Pernikahan (termasuk perceraian), depresi dan kecemasan.

12

b. Pencegahan Infertilitas dapat dicegah dengan beberapa penyesuaian, yaitu: 1. Kemandulan seringkali sebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu dianjurkan untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan risiko kemandulan dimasa yang akan datang. 2. Imunisasi gondongan telah terbukti mampu mencegah gondongan dan komplikasinya pada pria (orkitis). Kemandulan akibat gondongan bisa dicegah dengan menjalani imunisasi gondongan. 3. Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki risiko kemandulan lebih tinggi misalnya: IUD, IUD tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita yang belum pernah memiliki anak.

2.7. Penangulangan Infertilitas a. Penanggulangan infertilitas pria Penanggulangan terbaik adalah dengan menangani penyebabnya. Namun tidak semua penyebab diketahui dan sebaliknya cukup banyak penderita yang diketahui penyebabnya, namun tidak dapat tuntas ditanggulangi. Beberapa cara penanggulangan infertilitas pada pria:  Tindakan pembedahan / operasi varikokel. Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66% penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10% pada kelompok yang tidak dioperasi.  Memberikan suplemen vitamin. Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20% penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di tingka kromosom dan keberhasian manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang.  Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma. Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di testis.  Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma.  Menjalani teknik reproduksi bantuan. Termasuk dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan progra bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antibodi pada serviks. Pria dengan jumlah sperma hanya 5- 10 juta/cc dapat mencoba inseminasi buatan. Sedagkan bayi tabung 13

umumya membutuhkan sperma hanya beberapa buahdapat dilakukan dengan teknologi terbaru dengan menyuntikkan langsung sel sperma ke dalam sel telur yang dikenal sebagai ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection) b. Penanggulangan infertilitas wanita Penanganan pada wanita dapat dibagi dalam 7 langkah yang digambarkan sebagai berikut:  Langkah I Cara yang terbaik untuk mencari penyebab infetilitas pada wanita. Banyak faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat ditanyakan pada pasien. Anamnesis meliputi hal-hal berikut : 1. Lama fertilitas 2. Riwayat menstruasi, ovulasi dan dismenore 3. Riwayat koitus, frekuensi koitus, dispareunia. 4. Riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir. 5. Kontrasespsi yang pernah digunakan. 6. Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya. 7. Riwayat penyakit sistematik (tuberculosis, diabetes melitus, tiroid) 8. Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme) 9. Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi 10. Riwayat keluar ASI 11. Pengetahuan kesuburan.  Langkah II (Analisis Abnormal) Dilakukan jika hasil anamnesis ditemukan riwayat atau sedang mengalami gangguan menstruasi, atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi. Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan sekresi GnRH yang akibatnya terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 525 ng/ml. Jika ditemukan kadar prolaktin >50 ng/ml dosertai gangguan menstruasi, perlu dipikirkan ada tumor di hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberi informasi tentang penyebab tidak terjadinya menstruasi.  Langkah III (Uji Pasca-Koitus) Tes ini dapat emberi informasi tentang interaksi antara sperma dan getah serviks. Jika hasilnya negatif, perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma.  Langkah IV (Penilaian Ovulasi) Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). Sbb dikerjakan setiap hari pada saat bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebelum makan dan minum. Jika wanita memilki siklus haid berovulasi, grafik akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran grafiknya monofasik. Pada gangguan ovulasi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi dapat dicoba dengan pemberian estrogen (umpan balik positif) atau antiestrogen (umpan balik negatif). Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan USG. Jika diameter

14

folikel mencapai 18 – 25 mm, berarti menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi.  Langkah V (Pemeriksaan Bakteriologi) Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat Clamydia Trachomatis dan Gonokokus sering menyebabkan sumbatan tuba.  Langkah VI (Analisis Fase Luteal) Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi. Pengobatan insufisiensi korpus luteum dengan pemberian sediaan progesteron alamiah.  Langkah VII (Diagnosis Tuba Fallopi) Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan anovulasi merupakan penyebab tersering infertilitas. Penanganan pada prediposisi infertilitas bergantung pada penyebabnya, termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas akibat infeksi.

15

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang laki-laki atau seorang perempuan untuk menghasilkan keturunan. Penyebab infertilitas dapat berbeda baik laki-laki maupun perempuan. Pada wanita, infertilitas dapat disebabkan akibat masalah pada vagina, serviks ataupun uterus. Sedangkan pada laki-laki, infertilitas dapat timbul akibat faktor pekerjaan, konsentrasi sperma yang rendah ataupun masalah kelainan genetik maupun kekurangan hormon. Akan lebih baik jika pasangan dapat mendeteksi dini gejala infertilitas sehingga dapat melakukan tindakan yang lebih tepat. Begitu juga dengan proses pencegahan maupun penanganan sebaiknya dikonsultasikan sehingga diagnosa maupun pengobatan dapat berjalan secara optimal.

3.2.

Saran

 Bagi mahasiswa Sebaiknya mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi kesehatan masyarakat agar dapat lebih memahami informasi dan lebih sigap dalam menyelenggarakan upaya promotif dan preventif mengenai infertilitas, mengingat banyak faktor dari infertilitas yang dapat dicegah.  Bagi masyarakat Akan lebih baik jika pasangan suami istri sebelum menikah memeriksakan keadaan reproduksinya. Lalu, perbanyaklah mengkonsumsi makanan yang dapat menyuburkan alat-alat reproduksi dan juga melakukan olahraga yang teratur serta waspada terhadap gejala infertilitas.

16

DAFTAR PUSTAKA Daniel, 2008. Benarkah Infertilitas Disebabkan Gaya Hidup. Bandung : PT. Refika Aditama. Elizabeth, 2005. Panduan kesehatan Bagi Wanita. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka. Herlianto, Harijati. 1971. Fertilitas (Kelahiran) dalam Pengantar Demogarfi.jakarta: PT Lembaga Demografi UI. Manuaba, IBG., 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta. Permadi, 2008. Mengatasi Infertilitas. Bandung: PT Grafindo Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi Dan Embryologi.Bandung: Tarsito. http://andinurfitri27.blogspot.co.id/2013/04/makala-tentang-infertilitas.html http://ferrystoner.blogspot.com/2013/03/infertilitas.html https://dieena.wordpress.com/2012/06/23/makalah-infertilitas http://caramemperbesarpenisku.net/mengetahui-ciri-ciri-sperma-yang-sehat-dan-tidak-sehat/ diakses 02 Juni 2016 http://spermayangbaik.com/ciri-ciri-sperma-yang-baik/ diakses 02 Juni 2016 http://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/beda-sperma-normal-dan-abnormal diakses 02 Juni 2016

More Documents from "SUCI"