1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar balakang Manusia
pada
dasarnya
adalah
makhluk
budaya
yang
harus
membudayakan dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dorongan nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama makhluk alamiah dengan manusia dia tidak dapat melepaskan dari ikatan dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya. Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsipprinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5. Al-Quran
menerangkan
bahwa
manusia
berasal
tanah
dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapantahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
2
1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1.2.1 Ayat-ayat apa saja dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang proses kejadian manusia? 1.2.2
Bagaimanakah
penghayatan
ayat-ayat
dalam
Al-Quran
yang
menjelaskan tentang asal-usul manusia? 1.2.3 Bagaimanakah hadist yang menjelaskan tentang kejadian dan asal usul manusia? 1.2.4 Bagaimana Cara Menjauhi Larangan dan Menjalankan PerintahNya?
1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Mengetahui Ayat-ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang proses kejadian manusia. 1.3.2 Mengetahui Ayat-ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang Asalusul Kejadian Manusia. 1.3.3 Mengetahui Hadist yang menjelaskan tentang kejadian dan asal usul manusia. 1.3.4 Dapat Menjadi Hamba yang bertaqwa
3
BAB II PEMBAHASAN 1. Asal-usul Manusia Menurut Islam Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan. "Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib..."(QS. Al Baqarah (2) :2-3) Tahapan kejadian manusia : a.
Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya : "Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7) "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26) Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda : "Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari) b.
Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firman-Nya : "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
4
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36) Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu : "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1) Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan : "Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim) Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya. c.
Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14). Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda : "Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya
5
pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim) Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas). Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan : "Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu". Selain itu beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh sebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya." Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embrio berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan
6
dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an : "...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6). d.
Proses kejadian Nabi Isa a.s
Seperti telah kita ketahui bersama, nabi Isa a.s diciptakan oleh Allah dengan proses yang agak berbeda dengan kejadian manusia biasa. Penciptaan nabi Isa ini tidak melalui pembauran antara sel telur (ovum) dengan sel sperma, namun proses kehidupan embriyonya di dalam rahim berjalan normal seperti biasa, yaitu kelahiran nabi Isa a.s dari seorang wanita yang bernama Siti Maryam. Proses kejadian Nabi Isa a.s ini secara lengkap dijelaskan oleh Allah di dalam Surat Maryam (19) ayat 16 s/d 40. Di dalam Al Qur’an Allah berfirman : "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti penciptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya : ‘Jadilah’ (seorang manusia) maka jadilah dia" (QS. Al Imran (3) : 59) Ayat ini memberi gambaran kepada manusia bahwa Allah Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu baik yang dapat diterima oleh akal maupun tidak akibat dari keterbatasan akal manusia. Hal ini juga dijelaskan oleh Allah di dalam firman-Nya : "Jibril berkata : ‘Demikianlah’. Tuhanmu berfirman : ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai ramat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan" (QS. Maryam (19) : 21)
2. Pengertian Taqwa Pengertian Taqwa secara dasar adalah Menjalankan perintah, dan menjauhi larangan. Kepada siapa? maka dilanjukan dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa kepada Allah SWT. Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan tapi kenyataan-nya banyak orang yang belum sanggup bahkan terkesan asalasalan dalam menerapkan arti kata Taqwa tersebut, lihat sekitar kita ada beberapa
7
orang yang tidak berpuasa dan terang-terangan makan di tempat umum, contoh bagaimana lingkungan di sekitar kita atau mungkin diri saya pribadi masih belum mampu mengemban amanah Taqwallah dengan sepenuhnya. TAQWA = Terdiri dari 3 Huruf : Ta = TAWADHU’ artinya sikap rendah dirii (hati), patuh, taat baik kepada aturan Allah SWT, maupun kepada sesama muslim jangan menyombongkan diri. Qof = Qona’ah artinya Sikap menerima apa adanya (ikhlas), dalam semua aspek, baik ketika mendapat rahmat atau ujian, barokah atau musibah, kebahagiaan atau teguran dari Allah SWT, harus di syukuri dengan hati yang lapang dada. Wau = Wara’ artinya Sikap menjaga hati / diri (Introspeksi), ketika menemui hal yang bersifat subhat (tidak jelas hukum-nya) atau yang bersifat haram (yang dilarang) oleh Allah SWT. beberapa ulama mendifinisikan dengan : Taqwa = dari kata = waqa-yaqi-wiqayah = memelihara yang artinya memelihara iman agar terhindar dari hal-hal yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT. Taqwa = Takut yang artinya takut akan murka da adzab allah SWT. Taqwa = Menghindar yang artinya menjauh dari segala keburukan dan kejelekan dari sifat syetan.
8
Taqwa = Sadar yang artinya menyadari bahwa diri kita makhluk ciptaan Allah sehingga apapun bentuk perintah-nya harus di taati, dan jangan sekali-kali menutup mata akan hal ini. sebagaimana firman-Nya: “Hai Orang-orang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah, dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati, melainkan dalam keadaan beragama islam.” (Al-Imron) : Allah SWT menegaskan di dalam al-Quran bahawa umat Islam adalah generasi terbaik dan menjadi contoh kepada umat lain di bumi ini. Hakikat ini dibuktikan generasi Rasulullah dan sahabat selepasnya janji Allah itu benar apabila mereka benar-benar berpegang teguh pada ajaran Islam. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar.” (Al-Hujurat:13) “Sesungguhnya Kami telah berwasiat (memerintahkan) kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada kamu, bertaqwalah kepada Allah.” (An Nisa: 131) Taqwa juga adalah wasiat Rasulullah SAW kepada umatnya. Baginda bersabda yang artinya: “Aku berwasiat kepada kamu semua supaya bertaqwa kepada Allah, serta dengar dan patuh kepada pemimpin walaupun dia seorang hamba Habsyi. Sesungguhnya sesiapa yang hidup selepas aku kelak, dia akan melihat pelbagai perselisihan. Maka hendaklah kamu berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk selepasku.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Termizi dan Majah)
9
Sabda Baginda lagi, yang artinya: “Hendaklah kamu bertaqwa di mana saja kamu berada. Ikutilah setiap kejahatan (yang kamu lakukan) dengan kebaikan, mogamoga kebaikan itu akan menghapuskan kejahatan. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (Riwayat At Termizi dan Ahmad). Dalam suatu riwayat yang sahih disebutkan bahawa Umar bin Khattab r.a. bertanya kepada sahabat Ubay bin Ka’ab r.a. tentang taqwa. Ubay bertanya kembali, “Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh duri?” “Ya”, jawab Umar “Apa yang anda lakukan saat itu?” “Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati.” “Itulah taqwa.” kata Ubay bin Ka’ab r.a. Berdasar dari jawaban Ubay atas pertanyaan Umar, Sayyid Quthub berkata dalam tafsir Azh-Zhilal, “Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus selalu waspada dan hati-hati jangan sampai sampai terkena duri jalanan. Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kehawatiran dan keraguan. Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak wajar untuk ditakuti dan masih banyak duri-duri yang lainnya.” Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyatakan dalam buku Ruhaniyatud Daiyah, berkata “Taqwa lahir dari proses dari keimanan yang kukuh, keimanan yang selalu dipupuk dengan muraqabatullah, merasa takut dengan azab Allah serta berharap atas limpahan kurnia dan maghfirahnya.” Sayyid
Quthub
juga
berkata
“Inilah
bekal
dan
persiapan
perjalanan…bekal ketaqwaan yang selalu menggugah hati dan membuatnya
10
selalu terjaga, waspada, hati-hati serta selalu dalam konsentrasi penuh… Bekal cahaya yang menerangi liku-liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang yang bertaqwa tidak akan tertipu oleh bayangan sesuatu yang menghalangi pandangannya yang jelas dan benar… Itulah bekal penghapus segala kesalahan, bekal yang menjanjikan kedamaian dan ketenteraman, bekal yang membawa harapan atas kurnia Allah; di saat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua amal tak lagi berguna…” Taqwa diperoleh dari ibadah yang ikhlas dan lurus kepada Allah. Orangorang yang bertaqwa akan mendapatkan kemuliaan dari Allah. Firman Allah SWT yang artinya: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurat: 13). Kemuliaan bukan terletak semata-mata dia lelaki atau perempuan, kehebatan suku bangsa dan warna kulit, namun karena ketaqwaannya. Mereka yang bertaqwa adalah orang yang senantiasa beribadah dengan rasa cinta, penuh harap kepada Allah, takut kepada azab-Nya, ihsan dalam beribadah, khusyuk dalam pelaksanaannya, penuh dengan doa. Allah swt. juga menyebutkan bekal hidup manusia dan pakaian yang terbaik adalah taqwa. Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyebut ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai taqwa, yakni :
11
1. Mu’ahadah Mu’ahadah Berarti selalu mengingat perjanjian kepada Allah swt., bahwa dia akan selalu beribadah kepada Allah swt. Seperti merenungkan sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari semalam dia membaca ayat surat Al Fatihah : 5 “Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.” Dalam perjanjian itu, manusia mengakui Allah pencipta seluruh manusia dan juga pentadbir mutlak alam semesta. Perjanjian itu kemudian dirakamkan Allah melalui firman-Nya yang bermaksud: “Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun temurun) dari (tulang) belakang manusia, dan Dia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri (sambil Dia bertanya dengan firman-Nya): Bukankah Aku Tuhan kamu? Mereka semua menjawab: Benar, (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi. Yang demikian itu supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat: Sesungguhnya kami lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini.” (Surah al-A’raf, ayat 172) 2. Muraqabah Muraqabah Berarti merasakan kebersamaan dengan Allah swt. dengan selalu menyedari bahawa Allah swt. selalu bersama para makhluk-Nya dimana saja dan pada waktu apa saja. Terdapat beberapa jenis muraqabah, pertamanya muraqabah kepada Allah swt. dalam melaksanakan ketaatan dengan selalu ikhlas kepadaNya. Kedua muraqabah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total. Ketiga, muraqabah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab kepada Allah dan bersyukur atas segala
12
nikmatNya. Keempat muraqabah dalam mushibah adalah dengan redha. atas ketentuan Allah serta memohon pertolonganNya dengan penuh kesabaran. 3. Muhasabah Muhasabah sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran surat Al Hasyr: 18, “Wahai orang-orang yang beriman! Takwalah kepada Allah dan hendaklah merenungkan setiap diri, apalah yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan takwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui apa jua pun yang kamu kerjakan.” Ini bermakna hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya tatkala selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan redha. Allah? Atau apakah amalnya dicampuri sifat riya? Apakah ia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia? Umar bin Khattab r.a. berkata,”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk pertunjukan yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan pada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang sedikitpun. 4. Mu’aqabah Mu’aqabah Ialah memberikan hukuman atau denda terhadap diri apabila melakukan kesilapan ataupun kekurangan dalam amalan. Mu’aqabah ini lahir selepas Muslim melakukan ciri ketiga iaitu muhasabah. Hukuman ini bukan bermaksud deraan atau pukulan memudaratkan, sebaliknya bermaksud Muslim yang insaf dan bertaubat berusaha menghapuskan kesilapan lalu dengan melakukan amalan lebih utama meskipun dia berasa berat dalam Islam, orang yang paling bijaksana ialah orang yang sentiasa bermuhasabah diri dan melaksanakan amalan soleh.
13
Disebutkan, Umar bin Khattab pergi ke kebunnya. Ketika pulang didapatinya orang-orang sudah selesai melaksanakan solat Asar berjamaah. Maka beliau berkata,”Aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang-orang sudah solat Asar. Kini kebunku aku kujadikan sedekah untuk orang-orang miskin.” Suatu ketika Abu Thalhah sedang solat, di depannya lewat seekor burung lalu ia melihatnya dan lalai dari solatnya sehingga lupa sudah berapa rakaat beliau solat. Kerana kejadian tersebut beliau mensedekahkan kebunnya untuk kepentingan orang miskin sebagai denda terhadap dirinya atas kelalaian dan ketidakkhusyukannya. 5. Mujahadah Makna mujahadah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ankabut ayat 69 adalah apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini ia harus tegas, serius dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia baginya dan menjadi sikap yang melekat dalam dirinya. Sebagai penutup, Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran yang bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kamu mati melainkan di dalam keadaan Islam”. (‘Ali Imran: 102)
14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaikbaiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Adapun
tahap
kejadian
manusia
yaitu;tahap
kejadian
pertama(Adam);tahap kejadian kedua(Hawa);dan tahap kejadian ketiga(semua keturunan Adam dan hawa)
3.2 Saran Perlunya bagi kita umat Islam untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai ayat-ayat al-Qur`an. Karena al-Qur`an sebagai pegangan hidup dan di dalamnya telah tertera dengan jelas mengenai segala sesuatunya termasuk ayat AlQuran yang menyangkut tentang proses penciptaan/terbentuknya atau dengan kata lain kejadian manusia. Tidak sepatutnya kita saling menyombongkan diri, menyalahkan dan membenarkan diri atau takkabur terhadap sesama, karena manusia hanyalah hamba yang lemah yang hanya diciptakan dari tanah serta tetes air hina. Semua yang berkuasa dan yang patut sombong hanyalah Allah Azza Wajallah. Maka dari itu mari kita saling menjaga dan intropeksi serta belajar untuk menjadi manusia yang ideal dan manusia yang mempunyai insan iman dan takqwa.
15
DAFTAR PUSTAKA Kitab Majmu’ Arab Jawai M.Zaky. 2005. Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Indah Jaya Adipratama Nata, Abudin. 2010. Tafsir ayat-ayat Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Hamka . 1982. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : PT Pustaka Panjimas Hatta , Ahmad. 2009. Tafsir Quran Perkata. Jakarta : Maghfirah Pustaka Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan. Bandung.CV.Pustaka Setia http://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/makalah-asal-usulmanusia.html http://harlisa123.blogspot.com/2012/03/makalah-tafsir-tarbawi-tentangkejadian.html http://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/makalah-asal-usulmanusia.html http://cintailmuku1.blogspot.com