A. PENGERTIAN TASAWUF SUNNI Tasawuf menurut al-kattani adalah moral, barang siapa yang diantaramu semakin bermoral, tentu jiwanya pun semakin bening. 1 Sedangakan menurut Dr.Ahmad Amien, tasawuf adalah ketekunan dalam beribadah, konsentrasinya langsung berhubungan dengan Allah, menjauhkan diri dari kemewahan duniawi, berlaku zuhud terhadap hal-hal yang diburu dan diperebutkan oleh orang banyak, seperti kenikmatan, kekuasaan, dan kedudukan dan menghindarkan diri dari pergaulan bebas sesama makhluq, menyepi atau berkhalwah, demi untuk beribadah.2 Dari pendapat tersebut bisa diartikan bahwa tasawuf adalah semangat islam sebab semua hukum islam berdasarkan landasan moral, ketekunan beribadah, ketahan mental, dari berbagai macam godaan duniawi, konsisten dalam latihan spiritual atau mujahadah dan komitmen yang tidak terbatas untuk dapat sampai kepada Allah, Tuhan yang Maha Benar (AlWujud Al-Haqq). Sedangkan kata sunni atau ahlussunnah wal jammah, adalah mereka yang senantiasa tegak diatas islam berdasarkan alqur’an dan hadits, dengan pemahaman para sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin.3 Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuf sunni adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak, mencari hakikat kebenaran dan mewujudkan manusia yang dapat makrifat kepada Allah, dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf sunni biasa juga disebut dengan istilah tasawuf akhlaqi. Tasawuf model ini berusaha untuk mewujudkan akhlak mulia dalam diri si sufi, sekaligus menghindarkan diri dari akhlak mazmumah (tercela), 4 dengan memadukan aspek hakekat dan syari’at dan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur’an, Sunnah dan Shirah para sahabat. Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadi baik dan ada potensi untuk menjadi buruk. Tasawuf akhlaki tentu saja berusaha mengembangkan potensi baik supaya manusia menjadi baik, sekaligus mengendalikan potensi yang buruk supaya tidak berkembang menjadi perilaku (akhlak) yang buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-Aql dan al-Qalb. Sementara potensi untuk menjadi buruk adalah an-nafs (nafsu) yang dibantu oleh syaitan. Hal ini digambarkan dalam Al-Qur’an surat As-Syam ayat 7-8 yang artinya sebagai berikut : “dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikkan dan ketakwaannya.”
4.
alba, cecep, tasawuf dan tarekat, hal.31
3 B. LATAR BELAKANG MUNCULNYA TASAWUF SUNNI Latar belakang kemunculan tasawuf Sunni dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal yang menyebabkan tasawuf ini adalah sekitar masalah aqidah-aqidah yang menjadi masalah besar, sedangkan faktor internalnya adalah kritik-kritik tasawuf yang ada saat itu oleh tokoh-tokoh suffi yang dipandang menyimpang. Sebenarnya tasawuf Sunni pada abad ke-3 dan ke-4 hijriyah telah ada, namun disini belum terlihat jelas bentuk tasawufnya, yang jelas para tokoh yang ada pada saat itu menggunakan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedomannya. Dan pada abad ke-5 lah, muncul masalah besar tentang aqidah dan disini banyak muncul kaum suffi yang kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah. Faktor eksternal yang menjadi penyebabnya adalah munculnya pecekcokan masalah aqidah yang melanda para ulama’ fiqh dan tasawwuf, lebih-lebih pada abad ke-5 hijriah aliran syi’ah al-islamiyah yang berusaha untuk mengembalikan kepemimpinan kepada keturunan ali bin abi thalib. Dimana syi’ah lebih banyak mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa imam yang ghaib akan pindah ketangan sufi yang layak menyandang gelar waliyullah, dipihak lain para sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat NeoPlatonisme yang memunculkan corak pemikiran taawwuf falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan kehidupan para sahabat dan tabi’in,5 dengan ketegangan inilah muncullah tokoh-tokok sufi, yang menggunakan al-qur’an, sunnah, dan shiroh sahabat sebagai rujukan ajarannya yang bercorakkan tasawuf Sunni. Para sufi, yang menjadi pelopor munculnya tasawuf sunni, sekaligus mengembangkan dengan ajaran-ajarannya antara lain : Hassan Al-Bashri (21 H-110 H) dalam kitab ihya ulumuddin, AlGhazali berkata “Hassan Al-Bashri merupakan orang yang kata-katanya paling mirip dengan sabda para nabi, dan paling dekat petunjuknya dari sahabat”6, Al-Muhasibi (165H-243H) dengan pemikiran tasawufnya tertuang dalam kitab “Ar-Riayah li Huquqillah” tentang Hak-Hak Allah Dan Pengaruh Egoisme Terhadapnya, Al-Qusyiari (376 H-465 H) 5.
puncakgunung12.blogspot.2013/06/tasawufsunni.com
6.
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, jilid.1, hal.77
4 dengan salah satu pemikiran tasawufnya yaitu Al-Ma’rifat (pengetahuan tentangTuhan secara dekat), Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H-505H) dengan konsep tasawuf yang dapat dicapai melalui dua pendekatan yakni “pendekatan ilmu pengetahuan dan pendekatan amal perbuatan” , Syekh Al-Islam Sultan Al-Auliya Abdul Qadir Al-Jilani (470 H-561 H) yang melihat ajaran islam dari dua aspek (lahir dan batin), Rabiah Al-Adhawiyah (-), yang terkenal dengan konsep mahabbahnya.
Sumber Tasawuf Sunni Tidak seperti aliran tasawuf laiinya yang berlandaskan pemikiran islam dan budaya serta faklsafah bangsa barat, tasawuf sunni bersumber dari Alqur’an dan hadits yang merupakan pedoman hidup bagi manusia didunia. Beberapa dalil yang mendasari ilmu tasawuf antara lain sebagai berikut
“Tidaklah para hamba yang beribadah kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan hamba yang beribadah kepada-Ku dengan perbuatanperbuatan sunat, maka Aku juga mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatan yang ia gunakan untuk melihat, tangan yang ia pakai memegang dan kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, maka Aku akan melindunginya Dasar ilmu tasawuf atau ilmu kebatinan juga disebutkan juga dalam surat Almaidah ayat 54 secara eksplisit yakni mengenai orang beriman dan kecintaan kepada Allah SWT berikut ini
ع َلى الكَاف ِِرينَ يُ َجا ِهدُونَ فِي َّ ف َيأتِي َ علَى ال ُمؤمِ نِينَ أَع َِّزة َ ّللاُ ِبقَوم يُحِ ُّب ُهم َويُحِ بُّونَهُ أ َ ِذلَّة َ َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا َمن َيرت َ َّد مِ ن ُكم َ َعن دِي ِن ِه ف َ سو َٰ ِ َّ ّللاِ َو َل يَخَافُونَ لَو َمةَ َلئِم ۚ ذَلِكَ فَض ُل علِيم َّ ّللا يُؤتِي ِه َمن يَشَا ُء ۚ َو َّ سبِي ِل َ ّللاُ َواسِع َ
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orangorang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Qs Al Maidah : 54)
Manfaat Tasawuf Sunni
Seseorang yang mengamalkan ilmu tasawuf terutama tasawuf sunni tentu akan memiliki jiwa atau batin yang lebih tenang, hati yang dermawan serta tidak mudah terpikat oleh gemerlap dunia yang bisa mendatangkan kemudharatan. Tasawuf yang diamalkan akan membuat orang lain merasa nyaman dan pelakunya akan lebih ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT.
Dengan kata lain, mempelajari ilmu tasawuf dapat melengkapi ilmu-ilmu lainnya dan membuat seseorang senantiasa rendah hati meskipun ia memiliki banyak ilmu maupun materi. Tasawuf dapat dilakukan dengan mempelajari ilmu agama dengan benar dan memahami maknanya serta dengan berzikir dan beribadah kepada Allah SWT. Wallahu A’lam Bisshawab.
https://dalamislam.com/dasar-islam/tassawuf-sunni