Makalah (akidah,syariah,akhlak) Psi Kel.1.docx

  • Uploaded by: MellysaIsnaini
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah (akidah,syariah,akhlak) Psi Kel.1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,666
  • Pages: 26
POKOK-POKOK AJARAN ISLAM

Makalah Disusun Untuk Memenuhi TugasMata KuliahPengantar Studi Islam

Dosen Pengampu :Jakaria Umro, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Nisaul Magfiroh

( 201811001004 )

2. Fitriatul Nurfadilah

( 201811001018 )

3. So’ima Dewi Fitriya

( 201811001029 )

4. M. Asri Nur Affan

( 201811001041 )

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PGRI PASURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oktober, 2018

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pokok-Pokok Ajaran Islam”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi tugas Mata KuliahPengantar Studi Islam di STIT PGRI Pasuruan.Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

Pasuruan, Oktober 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii Daftar Isi………………………………………………………………………….iii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1 A. Latar Belakang………………………………………………………..1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………….1 C. Tujuan Masalah……………………………………………………….2 BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….3 A. AKIDAH……………………………………………………………...3 B. SYARI’AH……………………………………………………………5 C. AKHLAK……………………………………………………………..6 BAB III PENUTUP………………………………………………………………22 A. Kesimpulan………………………………………………………..…22 B. Saran…………………………………………………………………22 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...……….23

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal, aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan, karena ketiga unsur tersebut merupakan pondasi atau kerangka dasar dari Agama Islam. Ajaran Agama Islam yang seharusnya bersumber pada Al-Qur’an dan as Sunnah telah banyak yang melenceng.Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya bermunculan aliran-aliran sesat atau yang sifatnya bid’ah.Selain itu, kasus-kasus kriminalitas yang semakin merajalela pada saat sekarang ini merupakan suatu cerminan keruntuhan akhlak pada umat Islam saat ini.Untuk itulah, kita selaku umat Rasulullah SAW perlu mengetahui serta mempelajari tentang Ilmu yang membahas ketiga unsur yang menjadi kerangka dasar ajaran agama Islam tersebut agar kita tidak tersesat dan tetap berada di jalan yang benar. Oleh sebab itu, dalam makalah kali ini kami membahas tentang ketiga unsur tersebut yaitu Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq.Dengan mempelajari dan mengambil esensi dari ketiga unsur ini, semoga Allah memberikan kita petunjuk agar selamat di dunia dan di akhirat. B. Rumusan masalah 1. Apa pengertian akidah ? 2. Apa pengertian akhlak ? 3. Apa pengertian syari’ah ?

1

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian aqidah 2. Untuk mengetahui pengertian syari’ah 3. Untuk mengetahui pengertian akhlak

2

BAB II PEMBAHASAN A. AKIDAH Kata Akidah dalam bahasa arab adalah ‘aqidah, yang diambil dari kata dasar ‘aqada, ya’qidu, ‘aqdan, ‘aqidatan, yang berarti simpul, ikatan, perjanjian. Setelah berbentuk menjadi ‘aqidah, maka ia bermakna keyakinan. Dengan demikian, ‘aqidah, yang berhubungan dengan kata ‘aqdan, menjadi bermakna keyakinan yang kokoh di hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.1 Dalam kamus bahasa Indonesia, akidah (‘aqidah) berarti yang dipercayai hati. Kata akidah ini juga seakar dengan kata “al-‘aqdu” yang memiliki arti sama dengan kata ar-rabth (ikatan), al-ibram (pengesahan), alihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), al-syaddu bi quwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamasuk (pengokohan) dan al-itsbat (penetapan). Dengan demikian, kata ‘aqidah, dapat dimaknai sebagai ketetapan hati yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.2 Secara

harfiah,akidah

artinya

sesuatu

yang

mengikat

atau

terikat.secara istilah, akidah islam adalah sistem kepercayaan dalam islam. Mengapa disebut akidah ? karena kepercayaan itu mengikat penganutnya dalam bersikap dan bertingkah laku.3 Mahmud Syaltut, mantan Rektor al-Azhar Mesir, mendefinisikan akidah sebagai suatu sistem kepercabutyaan dalam islam, diyakini sebelum apapun dan sebelum melakukan apapun, tanpa ada keraguan sedikitpun dan tanpa ada unsur yang mengganggu kebersihan keyakinannya itu.4

1

H.Hammis Syafaq, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011) hal. 57. Ibid, hal 57-58. 3 Rasihon Anwar, dkk, Pengantar Sudi Islam, (BANDUNG:CV PUSTAKA SETIA,2009) hal.147. 4 H.Hammis Syafaq, dkk. Op.cit hal 59 2

3

Yusuf al-Qardlawi menguraikan beberapa prinsip akidah, diantaranya adalah: 1. Tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. 2. Mendatangkan ketentraman jiwa. 3. Menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran.5 Uraian diatas senada dengan yang dikatakan oleh MuhammadalGhazali, seorang ulama besar dari Mesir, bahwa apabila akidah telah tumbuh pada diri seseorang, maka tertanamlah dalam jiwanya keyakinan bahwa hanya Allah SWT sajalah yang paling berkuasa.6Segala wujud yang ada ini hanya makhluk belaka.Ia akan senantiasa berkomunikasi dengan penuh rasa tanggung jawab dan waspada dalam segala urusan. Apabila ia bertindak atas dasar kebenaran, maka ia dapat bekerja sama dengan mereka yang berperilaku atas kebenaran pula. Jika ia melihat ada yang menyimpang dari kebenaran, ia tetap mengambil jalan yang benar itu. Ruang lingkup pembahasan akidah adalah : 1. Illahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah SWT, sifat-sifat Allah SWT, perbuatan Allah SWT dan lain-lain. 2. Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah SWT, mu’jizat, dan lain sebagainya. 3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syaiton, Roh, dan lain sebagainya. 4. Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat dalil naqli berupa AL-Quran dan sunnah, 5 6

H.Hammis Syafaq, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011) hal. 59 Ibid, hal 59

4

seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga-neraka dan lainnya.7 B. SYARI’AH Syari’ah dalam konteks kajian hukum islam lebih menggambarkan kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari proses tasyri’. Maka dalam membahas Syari’ah diawali dengan membahas tasyri’. Tasyri’ adalah menciptakan dan menerapkan Syari’ah. Dalam kajian hukum islam, tasyri’ sering didefinisikan sebagai penetapan norma-norma hukum untuk menata kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan umat manusia lainnya.8 Sebagai istilah keislaman, syari’at adalah dimensi hukum atau peraturan dari ajaran islam. Disebut syari’at karena aturan itu dimaksudkan untuk memberikan jalan atau mengatur lalu lintas perjalanan hidup manusia. Lalu lintas perjalanan hidup manusia itu, ada yang bersifat vertikal dan ada yang bersifat horizontal maka syari’at juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia. Sesuai dengan objek penerapannya, maka para ulama membagi tasyri’ ke dalam dua bentuk; tasyri’ samawi dan tasyri’ wadl’i.9 Tasyri’ samawi adalah penetapan hukum yang dilakukan langsung oleh Allah dan RasulNya dalam al-Qur’an dan sunnah. Ketentuan-ketentuan tersebut bersifat abadi dan tidak berubah karena tidak ada yang kompeten untuk mengubahnya selain Allah sendiri. Sedangkan tasyri’wadl’i adalah penentuan hukum yang dilakukan para mujtahid. Ketentuan-ketentuan hukum hasil kajian mereka ini tidak memiliki sifat mutlak, tetapi bisa berubah-ubah karena merupakan hasil kajian nalar para ulama yang tidak lepas dari salah karena di pengaruhi oleh

7

Ibid, hal 60 Muhammad Faruq Nabhan, al-Madkhal lli Tasyri’ al-Islami (Beirut: Dar al-Qalam, 1982),hal 11 9 H.Hammis Syafaq, dkk, op. cit, hal 61 8

5

pengalaman keilmuan mereka serta kondisi lingkungan dan dinamika sosial budaya masyarakat di sekitarnya. Sementara itu, kata syari’ah bermakna jalan tempat keluarnya air untuk minum (murid al-ma’). Dalam kajian hukum islam, syari’ah diartikan sebagai segala sesuatu yang disyari’atkan oleh Allah kepada seluruh manusia, agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Aspek hukum yang masuk dalam kategori syari’ah itu mencakup aturan tentang hubungan antara manusia dengan Allah, yang disebut dengan ‘ubudiyah, dan mencakup aturan tentang antar manusia dengan manusia, yang disebut dengan mu’amalah/ijtima’iyah.

C. AKHLAK Akhlaksecara etimologis berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat.10 Secara terminologis, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Muhammad alGhazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.11 Tingkah laku itu dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik atau hanya sewaktu-waktu saja. Maka seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya, didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan dengan banyak pertimbangan pemikiran, apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.

10

Abu Hamid al-Ghazali, IIya’ Ulum al-Din (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Vol III, 98. H.Hammis Syafaq, dkk, op. cit, hal 65

11

6

Sementara itu, ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan yang dilakukan oleh manusia dan mengajarkan perbuatan baik yang harus dilakukan oleh manusia dan perbuatan buruk yang harus dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengertian di atas, maka terdapat empat hal yang menjadi syarat apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak : 1. Perbuatan yang baik. 2. Kemampuan melakukan perbuatan. 3. Kesadaran akan perbuatan itu. 4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk. Akhlak bersumber pada agama. Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan perangai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologis, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Muhammad al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa

mempertimbangkan

pikiran

terlebih

dahulu.

Perangai

sendiri

mengandung pengertian suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.12 Budi pekerti, moral, etika, dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Budi pekerti pada kamus bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti. Budi berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran. Pekerti berarti kelakuan. Secara terminologis, kata budi ialah sesuatu pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran, didorong oleh 12

Ibid, hal. 66

7

pemikiran atau rasio yang disebut dengan nama karakter. Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behaviour. Jadi dari kedua kata tersebut budi pekerti dapat diartikan sebagai perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. Penerapan budi pekerti tergantung pada pelaksanaanya. Budi pekerti dapat bersifat positif maupun negatif. Budi pekerti itu sendiri selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Budi pekerti didorong oleh kekuatan yang terdapat di dalam hati yaitu rasio. Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores, yang berarti adat istiadat, atau aturan umum yang menjadi dasar ukuran baik atau buruk perbuatan seseorang. Maka, ukuran baik atau buruksuatu perbuatan dalam ukuran moral itu bersifat lokal. Maka moral adalah tindakan manusia yang baik dan wajar menurut aturan umum di mana manusia itu berada. Etika, berasal dari kata ethos, yang berarti adat kebiasaan. Menurut beberapa pakar, etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tingkah laku serta prinsip-prinsip ajaran tentang tingkah laku yang benar.13 Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif dan metaetika. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakantindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Etika dalam islam memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah; 1. Mengajarkan kepada manusia tingkah laku yang baik. 2. Mengajarkan kepada manusia bahwa sumber moral (ukuran baik atau buruknya perbuatan) adalah ajaran Allah SWT. 13

Ibid, hal (67-68)

8

3. Bersifat universal dan komprehensif, yaitu dapat diterima oleh seluruh manusia di segala tempat dan waktu. 4. Mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur. Persamaan antara etika dan moral adalah sama-sama membicarakan tentang tingkah laku manusia. Hanya saja etika lebih banayak didasarkan oleh akal pikiran, sementara moral di dasarkan pada adat kebiasaan. Etika memandang tingkah laku secara teoritis, sementara moral memandang tingkah laku secara praktis. Akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia. Ruang lingkup akhlak adalah sebagai berikut; 1. Akhlak dalam berhubungan dengan Allah SWT Bentuknya adalah dengan menjalankan segala perintahnya dan mejauhi segala laranganNya. Mencintai Allah SWT dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Mengakui keagungan Allah SWT sehinnga memiliki rasa malu untuk berbuat maksiat. Mengakui Rahmat Allah SWT dalam segala hal, sehingga memiliki kemauan keras untuk berdoa kepadanNya dan mencari ridho Allah SWT serta tidak memiliki sifat putus asa. Menerima segala keputusan Allah SWT dengan sikap sabar, sehinnga tidak akan memiliki prasangka buruk kepada Allah SWT. Beberapa hal di atas sangat penting bagi kehidupan manusia karena hidup mnusia sangat ditentukan oleh Allah SWT. Jika manusia ingin dapat hidup bahagia, baik di dunia maupun di akhirat, maka ia harus dapat menjalin hubungan baik dengan Allah SWT. Sebab, jika

9

Allah SWT murka, maka sengsaralah manusia yang mendapatkan murkaNya. 2. Akhlak dalam berhubungan dengan sesama manusia Bentuknya adalah dengan saling menjalin sikap silatuhrahmi, saling menghormati dan menghargai, saling tolong menolong, saling menasihati. Tidak menyakiti orang lain, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan maupun sikap. Tidak bersikap sombong di hadapan orang lain. Mengedepankan sikap maaf jika terjadi perselisihan. Hubungan baik antar sesama manusia menjadi penting karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial, yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainya. Manusia harus hidup bernasyarakat untuk dapat berjalan harmonis, maka seseorang harus menjaga sikapnya dalam menjalin hubungan dengan yang lainnya. 3. Akhlak dalam berhubungan dengan alam Bentuknya adalah dengan menjaga kelestarian alam, karena alam jugamakhlukAllah SWT yang berhak hidup seperti manusia. Hal itu dapat dilakukan dengan cara menyadari bahwa diri manusia diciptakan dari unsur alam, yaitu tanah. Dengan demikian, alam adalah bagian dari diri manusia. Alam harus dilindungi karena alam atau lingkungan hidup yang ditempati manusia telah memberi banyak manfaat kepada manusia. Dan mulai air, udara, api, tumbuh-tumbuhan, binatang, sinar matahari, semuanya menjadi bagian penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa mereka, manusia tidak dapat hidup. Manusia tidak dapat makan tanpa ada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manusia tidak dapat berpakaian tanpa ada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manusia tidak dapat membangun rumah tanpa ada bumi, air, api, bebatuan, pohon kayu dan lain sebagainya. Manusia juga membutuhkan air bersih untuk minum, memasak,mandi, dan mencuci pakaian. Manusia membutuhkn

10

udara bersih untuk bernfas. Manusia membutuhkan cahaya untuk penerangan. Artinya, alam lingkungan di sekitar kita ini dapat menjadi sumber bahan pangan, sumber bahan pangan, sumber bahan bangunan, sumber obat-obatan bagi kehidupan manusia. Jika manusia tidak bersikap ramah kepada alam, maka alam akan bersikap tidak ramah pula kepada manusia. Jika alam tidak bersikap ramah kepada manusia, yang merugi adalah manusia juga, karena manusia tidak mampu melawan alam. Contoh yang sudah banyak terjadi di indonesia adalah bagaimana manusia tidak mampu melawan ganasnya tsunami, gempa bumi, banjir, semburan lumpur, hembusan angin yang kencang, letusan gunung, derasnya curah hujan dan lain sebagainya. Semua bencana itu adalah dampak dari perilaku negatif manusia terhadap alam. Itu artinya, akhlak yang baik dalam berhubungan dengan alam akan menguntungkan manusia sendiri, sebaliknya akhlak yang buruk terhadap alam juga akan merugikan manusia sendiri. Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah bahwa akhlak menjadi penting bagi kehidupan manusia, bahkan akhlak menjadi bagian dari ukuran keimanan seseorang.Di antara induk dari akhlak terpuji adalah; a. Qanaah Qanaa’ah berarti cukup. Dalam ajaran akhlak, qanaa’ah artinya merasa cukup dengan apa yang yang dimiliki dan menjauh dari sikap tidak puas atau merasa kurang.14 Komponen qanaa’ah meliputi 5 (lima) hal, yaitu: 1) Menerima dengan rela apa yang ada. 2) Memohon kepada Allah SWT suatu tambahan rezeki yang layak dan diiringi dengan ikhtiar. 3) Menerima dengan sabar semua ketentuan Allah SWT. 14

Ibid, hal 72

11

4) Bertawakal kepada Allah SWT. 5) Tidak tertarik dengan tipu dya duniawi. Orang yang memiliki sikap qanaa’ah, senantiasa mersa tentram dan merasa berkecukupan terhada apa yang dimiliki, karena ia merasa bahwa hakikatnya kekayaan ataupun kemiskinan tidak di ukur dari banyak atau sedikitnya harta, akan tetapi terletak kepada kelapangan hatinya untuk menerima dan mensyukuri segala karunia yang diberikan oleh Allah SWT. b. Sabar Sabar berarti menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan, baik dalam menemukan suatu yang tidak diingini maupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disayangi. Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi mental atau kesanggupan diri manusia dalam mengendalikan nafsu.15Dalam islam, tingkat kesabaran dibagi menjadi tingkatan; 1) Kesabaran dalam menghadapi musibah (kesabaran terendah) 2) Kesabaran dalam memtauhi perintah Allah SWT (kesabaran pertengahan) 3) Kesabaran dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat (kesabaran tinggi). Sabar menjadi bagian penting dalam membina akhlak terpuji karena kesabaran yang dimiliki oleh seseorang, akan menuntunnya ke arah perilaku yang terpuji. Jika diamati, pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki tingkat kesabaran, ia akan melakukan hal-hal yang tidak terpuji di jalanan. Kebut-kebutan adalah bagian dari hilangnya sifat sabar dalam diri seseorang. Kemacetan di jalan juga diakibatkan di antaranya oleh 15

Ibid, hal 73

12

pengendara yang tidak sabar, ingin selalu mendahului yang lain, tidak pernah memberikan kesempatan kepada yang lain untuk lewat. c. Istiqamah Istiqamah dapat diartikan dengan berpegang teguh pada pendirian (konsisten). Dalam pengertian yang lebih luas, istiqamah adalah memiliki pendirian yang teguh dalam menyakini suatu kebenaran, tidak merubah pendirian itu dalam kondisi apapun, baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan sendirian maupun berkelompok.16 Sikap istiqamah sangaat dibutuhkan dalam beragama, karena sikap ini memberikan keteguhan hati sehinnga tidak goncang ketika mengalami cobaan dan juga tidak lupa ingatan ketika mendapat kesenangan. Orang yang istiqamah dalam berpegang kepada kebenaran tentu akan terbentang baginya jalan, baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak.

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata; Tuhan kami adalah Allah SWT, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: Janganlah kalian takut dan merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan kepada kalian”.( QS. Fushilat:30 ) d. Zuhd Zuhd menurut arti bahasa adalah kurang memiliki kemauan terhadap sesuatu.Zuhd dalam istilah agama adalah suatu pola hidup yang menghindari dan meninggalkan keduniawian karena 16

Ibid, hal 74

13

ibadah kepada Allah SWT, serta lebih mencintai kehidupan akhirat.17 Sikap zuhd dimaknai sebagai sikap menjauhi kemewahan dan gemerlapnya dunia yang bersifat materi. Dalam dunia tasawuf, zuhd lebih dimaknai sebagai sikap kepatuhan seseorang terhadap perintah dan larangan Allah SWT dengan cara menghindari kemewahan dunia dan mendekatkan diri kepada-Nya. Zuhd merupakan sikap terpuji yang harus dilakukan supaya seseorang dapat lebih meningkatkan kualitas ibadahnya.Meskipun demikian, zuhd tidak tepat jika dimaknai sebagai perilaku yang mengesampingkan kehidupan duniawi secara ekstrim. Sebab islam juga mengajarkan kepada umatnya tentang keutamaan tangan diatas

lebih

baik

daripada

tangan

dibawah.

Islam

juga

mengajarkan bahwa umat islam yang kuat lebih baik daripada mereka yang lemah. Dengan demikian, zuhd harus dipahami sebagai sikap hidup sederhana yang menyeimbangkan kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi.Semua kehidupan duniawi yang dilakukan, selalu berorientasi kepada kehidupan akhirat sehingga semuanya tetap bernilai ibadah. Muhammad al-Ghazali menyebutkan bahwa indikasi seseorang bersikap zuhd itu ada tiga: 1.) Apabila seseorang merasa biasa-biasa saja dengan harta yang melimpah, sehingga ia tidak merasa sedih ketika harta itu diambil olrh Allah SWT. 2.) Menganggap wajar segala status sosial, pangkat dan kedudukan yang disandangnya, sehingga ketika semuanya lepas, ia tidak merasa kaget.

17

Ibid, hal 75

14

3.) Semua yang dilakukan adalah untuk menunjukkan cintanya kepada Allah SWT, sehingga semua yang dilakukan terasa nikmat.18 Zuhd memiliki tingkatan: 1.) Tingkatan paling tinggi, yaitu meninggalkan sesuatu yang bersifat duniawi karena adanya keyakinan bahwa kehidupan duniawi tidak ada nilainya dibandingkan dengan kehidupan ukhrawi. 2.) Tingkatan sedang, yaitu meninggalkan kesenangan duiawi karena memandang rendah dan hina terhadap seseorang yang rakus akan harta dan kekayaan duniawi. 3.) Tingkat paling rendah, yaitu meninggalkan kesenangan duniawi akan tetapi sebenarnya masih ada keinginan dihatinya untuk mendapatkan kesenangan itu. Dengan demikian, sikap zuhd sangat positif dalam kehidupan ini, terutama dalam kehidupan modern yang cenderung hedonis, egois, materialistis dan penuh denga persaingan. Sikap zuhd jika diterapkan dalam kehidupan bernegara, akan dapat menghapus tradisi korupsi, korupsi, monopoli, rakus, tamak, konsumtif, boros, manipulasi dan beberapa bentuk sikap negative lainnya. Hal itu dikarenakan sikap zuhd dapat menyelamatkan seseorang dari tipu daya kemewahan duniawi dan dapat menjadikan seseorang menerima segala cobaan dengan sabar. e. Tasamuh Tasamuh memiliki arti toleransi, tenggang rasa atau saling menghargai.Tasamuh adalah suatu sikap yang senantiasa saling menghargai antar sesama manusia.19Sikap menghargai antar

18

Ibid, hal. 76 Ibid, hal. 77

19

15

sesama manusia ini diwujudkan dengan tidak membedakan warna kulit, suku, ras, agam dan jabatan atau status sosial. Sikap tasamuh ini pernah diperlihatkan oleh Rasulullah SAW ketika melihat iringan orang yang membawa jenazah dengan cara berdiri untuk menunjukkan sikap hormat. Salah seorang yang melihat sikap Rasulullah SAW itu kemudian berkomentar, ya Rasulullah SAW, itu jenazah orang Yahudi. Rasulullah pun menjawab, bukankah ia juga manusia (H.R. Bukhari). Ajaran tasamuh juga didapatkan dalam firman Allah SWT pada surat al-Hujurat, ayat 13:

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah SWT adalah orang yang paling bertaqwa”. Dalam kaitan dengan tasamuh (toleransi), ada toleransi antar sesama muslim danada toleransi antar muslim dan non muslim. Toleransi sesama muslim adalah kewajiban yang harus dilakukan sebagai wujud persaudaraan yang diikat oleh tali persaudaraan yang sama. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan olrh Imam Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda “Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.” Sementara toleransi antara muslim dan non muslim dilakukan dengan cara menghargai mereka selama mereka juga

16

menghargai muslim, tidak menyerang, tidak menggusur atau mengusir muslim dari kampong halamannya. Jika itu dilanggar, maka hukum toleransi kepada mereka terhapuskan. Jika sikap toleransi ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan terwujud kerukunan antar umat beragama, kehidupan yang harmonis, pergaulan yang luas, tidak ekslusif, dan dapat dihindari pertengkaran dan pertikaian karena semua menyadari bahwa masing-masing manusia ini memiliki pemikiran dan keinginan yang berlainan. f. Bersikap Ramah Terhadap Lingkungan Bersikap ramah terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah: 1) Melakukan penghijauan, yaitu menanam kembali hutan atau lahan yang telah gundul akibat penebangan. Penghijauan ini menjadi penting karena untuk memulihkan kembali alam yang sudah rusak. 2) Melakukan penangkaran, yaitu perkembangbiakan terkontrol hewan dan tanaman untuk beberapa hewan yang telah punah dan tanaman yang sudah mulai langkah. 3) Perlindungan alam, yaitu usaha-usaha untuk menjaga kelestarian hewan, tumbuhan, tanah dan air. Tujuannya adalah untuk mempertahankan ekosistem. 4) Pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu pembangunan pabrik, kantor, perumahan, pertokoan atau pasar dengan mempertimbangkan pembuangan limbah, sanitasi, kesehatan lingkungan atau melakukan analis mengenai dampak lingkungan sebelum melakukan pembangunan. Sementara induk dari akhlak tercela adalah sebagai berikut; a. Hasud, iri hati, dan dengki.

17

Hasud adalah sifat yang muncul dalam bentuk merasa tidak senang ketika melihat keberhasilan orang lain. Sifat hasud dapat merusak banyak hal, diantaranya adalah tatanan yang sudah baik, merusak hukum dan merusak perasaan pelakunya, ia pun menjadi tersiksa oleh perasaannya.Orang yang memiliki sifat hasud, didunia akan dikucilkan oleh masyarakatnya, sementara kelak diakhirat ia akan mendapat azab dari Allah SWT. Sesungguhnya, jika diamati, beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya sifat hasud adalah: 1) Adanya rasa permusuhan dan kebencian terhadap seseorang. Orang yang merasa benci dengan orang lain, selalu berharap agar orang lain mendapatka kecelakaan atau penderitaan. 2) Tidak bersyukur, orang yang tidak bersyukur sulit menerima melihat orang lain terlihat lebih senang daripada dirinya. 3) Perasaan tinggi diri, orang yang merasa dirinya lebih terhormat dan mulia dibandingkan orang lain, maka akan mudah iri jika melihat ada orang lain yang lebih tinggi derajatnya daripada dirinya. 4) Kikir atau pelit, orang yang kikir itu selalu berpikir bagaimana hartanya bertambah. Ia berpikir bahwa membantu orang lain hanya akan menghabiskan hartanya saja. b. Sombong Sifat ini muncul jika seseorang menganggap dirinya paling tinggi diantara orang lain, baik dari sis nasab (keturunan), kekayaan, kecerdasan, kedudukan, kecantikan atau ketampanan dan lain sebagainya. Sombong itu ada dua macam; sombong lahir dan sombong batin. Sombong lahir adalah kesombongan yang dilakukan oleh anggota badan dan terlihat oleh orang lain dengan jelas. Sementara

18

sombong batin adalah kesombongan yang dilakukan oleh jiwa atau hati. RasulullahSAW menjelaskan sombong dengan bahasa sederhana, yaitu menolak kebenaran dan menghina orang lain. c. Tamak Sikap tamak terjadi jika seseorang merasa tidak puas dengan yang diterimanya. Jika mendapat rezeki sedikit, ia meminta yang banyak. Jika menerima banyak, ia ingin menerima lebih banyak lagi. Tamak itu berarti merasa kurang, tidak pernah puas atau merasa cukup dengan yang sudah diterimanya. Ingin mendapatkan apa yang ada didunia ini.20 Seseorang yang memiliki sifat seperti ini akan diperbudak oleh harta dan selalu berpikir bagaimana caranya agar hartanya terus bertambah. Maka, sifat tamak sangat berbahaya, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena dapar memunculkan perilaku yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkannya. Tamak dapat dicegah dengan beberapa cara: 1) Meyakini bahwa rezeki itu sudah ditentukan oleh Allah SWT, dan rezeki itu pasti datang tanpa harus berbuat tamak. 2) Membiasakan hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan. Walaupun harta melimpah, hendaklah tetap membatasi diri dalam segala hal, termasuk berpakaian, makanan dan tempat tinggal. 3) Membiasakan sifat qana’ah, meyakini bahwa kebahagiaan bukan semata-mata karena harta, tetapi karena mensyukuri nikmat Allah SWT.

20

Ibid, hal 82

19

4) Merenungi hidup orang fakir-miskin, betapa mereka menderita dan hidup dalam kekurangan, tetapi mereka tetap bisa bertahan. d. Merusak lingkungan. Beberapa aktivitas yang dapat merusak lingkungan diantaranya adalah: 1. Menebang hutan tanpa batas. Hal ini berdampak pada hilangnya tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Akibatnya, banyak hewan yang menyerbu pemukiman penduduk untuk mendapatkan makanan. Hal yang lebih parah dapat terjadi adalah punahnya hewan atau tumbuhan. Akibat lainnya adalah terjadi erosi, longsor, banjir, tanah longsor dan kekurangan sumber air. 2. Menimbun lahan basah, seperti rawa dan sawah untuk dijadikan tempat pemukiman. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya ribuan makhluk hidup yang tadinya menghuni rawa

atau

sawah

tersebut.

Akibat

lainnya

adalah

berkurangnya daerah peresapan air, jumlah pohon dan lahan pertanian sehingga dapat menyebabkan berkurangnya lahan produksi pangan, masalah banjir dan kualitas hidup berkurang. 3. Urbanisasi, yakni perpindahan penduduk dari desa ke kota. Hal ini dapat berdampak pada padatnya penduduk kota yang mengakibatkan kualitas kota menurun, kota menjadi kumuh, sampah bertumpukan, terjadi pencemaran limbah domestic dan penurunan kesejahteraan. Kehidupan kaum urban dikota juga dapat menyebabkan terjadinya polusi, baik polusi udara, polusi air, polusi tanah maupun polusi suara. 4. Pembuangan

limbah,

dengan

menyemprotkan

atau

membuang beberapa zat kimia tidak pada tempatnya, baik

20

limbah industri maupun limbah pemukiman. Akibatnya adalah kematian hewan, tumbuhan bahkan manusia. 5. Intensifikasi

pertanian,

yaitu

meningkatkan

produksi

pertanian dengan menggunakan pupuk anorganik secara berlebihan dan erosi plasma nutfah. Hal ini berdampak pada polusi, pencemaran air dan lahan. Penggunaan pestisida yang berlebihan secara terus menerus akan menyebabkan polusi makanan yang dapat merugikan manusia, serta membunuh beberapa jenis hewan. 6. Melakukan pertambangan. Hal ini dapat menghilangkan tempat hidup berbagai jenis organisme. Pertambangan juga dapat merusak lapisan tanah serta menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan. Di antara metode peningkatan kualitas akhlak adalah dengan menyadari bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang dapat melakukan

berbagai

kemungkinan.Artinya,

manusia

itu

memiliki

kemungkinan untuk menjadi jahat dan juga memiliki kemungkinan untuk menjadi baik, karena pada diri manusia terdapat instink, akal, nafsu dan hati. Jika manusia mampu mengendalikan nafsu, maka ia menjadi baik, tetapi jika ia menuruti nafsu, ia menjadi tidak baik, manusia yang diciptakan oleh Allah SWT itu sebagai makhluk yang paling mulia, tetapi dapat pula terperosok ke dalam hal-hal yang negatif sehingga menyebabkan mereka menjadi hina, kecuali bagi mereka yang dapat mempertahankan akhlak yang mulia.

21

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Akidah adalah ketetapan hati ataupun keyakinan yang tidak ada keraguan sedikitpun dan tanpa ada unsur yang mengganggu kebersihan keyakinannya itu,sedangkan akidah islam adalah sistem kepercayaan dalam islam yang mengikat pengikutnya dalam bersikap dan bertingkah laku. Syari’ah diartikan sebagai segala sesuatu yang disyari’atkan oleh Allah kepada seluruh manusia, agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Muhammad al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Perangai sendiri mengandung pengertian suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang B. Saran Berakhirnya makalah tentang Pokok-Pokok Ajaran Islam ini, kami mengharap

kepada

para

mahasiswa

untuk

lebih

mempelajari

secara

mendalam.Karena kami merasa makalah ini kurang lengkap dan kurang sempurna.Untuk kesempurnaan makalah ini, penulis menerima kritikan dan saran yang membangun dari pembaca.

22

DAFTAR PUSTAKA Syafaq, Hamis, dkk. 2011. Pengantar Studi Islam. Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press. Anwar, Rasihon, dkk. 2009. Pengantar Studi Islam. Bandung: CV PUSTAKA SETIA. Nabhan, Muhammad Faruq. 1982. al-Madkhal lli Tasyri’ al-Islami.Beirut:Dar alQalam. Al-Ghazali, Abu Hamid.1989. IIya’ Ulum al-Din.Beirut:Dar al-Fikr.

23

Related Documents

Psi
June 2020 32
Psi
May 2020 28
Psi
June 2020 26
Psi
November 2019 49
Psi
December 2019 42
Psi-si
July 2020 19

More Documents from ""