Tasawuf Modern 1. Pengertian Tasawuf Modern Sebagian mengatakan bahwa tasawuf itu diambil dari kata shafa artinya suci bersih. Sebagian lagi mengatakan bahwa kata tasawuf itu berasal dari kata shuf yang artinya bulu binatang domba, karena orang-orang yang memasuki dunia tasawuf pada zaman dahulu sering memakai pakaian dari bulu domba, dan ada juga yang mengatakan asal katanya dari shuffah yaitu sahabat-sahabat Nabi yang tinggal disalah satu ruang masjid Nabawi yang bernama sufah, ada pula yang mengatakan berasal dari shaf yang artinya barisan (pertama) dalam sholat, karena sufi selalu memaksimalkan perbuatan kesempurnaan disetiap ibadah (sholat). Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf itu berasal dari bahasa Yunani yaitu shofia yang artinya hikmah kebijaksanaan. Tetapi dari sekian banyak pengertian dari asal kata tasawuf secara etimologis, yang kami anggap paling mendekati adalah kata shuf yang artinya bulu domba tadi. Ada beberapa alasan mengapa penulis menganggap kata tersebut lebih mendekati yaitu: pertama, karena ada seorang sahabat dari ahli sufi yang bernama Hasan al-Basri pernah meriwayatkan bahwasanya dia telah bertemu tujuh puluh pasukan Badar yang semuanya mengenakan pakaian dari bulu domba. Kedua, diriwayatkan bahwasanya Khalifah Umar RA pernah mimpi bertemu Rasulullah yang sedang memakai pakaian dari bulu domba. Ketiga, karena orang yang memakai jubah dari bulu domba pada masa dulu, biasa dipanggil dengan sufi. Sedangkan secara terminologis, para ulama juga berbeda pendapat, menurut Ibnu Khaldun, tasawuf itu adalah semacam ilmu syar’iyah yang timbul kemudian dalam agama. Ada juga yang berpendapat bahwa tasawuf itu adalah ilmu yang mengkaji segala upaya/usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam rangka mencari keridloan Allah SWT atau segala bentuk ibadah yang bertujuan mencari keridloan Allah SWT. Tasawuf merupakan suatu system latihan dengan penuh kesungguhan untuk membersihkan, mempertinggi dan memperdalam nilai-nilai kerohanian dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, sehingga dengan cara itu, segala konsentrasi seseorang hanya tertuju kepada-Nya. Oleh karena itulah maka al-Suhrawardi mengatakan bahwa semua tindakan yang mulia adalah tasawuf. Kalau kita menilik dari pengertian tasawuf tadi, sesungguhnya tasawuf modern itu tidak jauh berbeda dari makna tasawuf itu sendiri, hanya mungkin pada tasawuf modern ini, lebih dipentingkan adalah bagaimana kita mengaplikasikan ajaran-ajaran al-Qur’an dalam kehidupan kita sehari-hari serta bagaimana kita bertingkah laku dalam kehidupan ini sehingga tidak adanya kesenjangan social dalam tatanan social masyarakat. Sebenarnya tasawuf modern itu hanya merupakan kelanjutan dari tasawuf klasik, tapi mungkin sudah mendapat polesan revisi disana-sini, sehingga kesannya tidak lagi eksklusif terhadap dunia, bahkan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Jadi bisa juga kita artikan tasawuf modern itu dengan meninggalkan segala praktek tasawuf yang memisahkan diri dari kehidupan dunia dan menggantikannya dengan
praktek tasawuf yang tidak memisahkan diri dari tatanan social kemasyarakatan, sebabkita adalah makhluk social yang tentunya akan saling membutuhkan satu sam lainnya, atau bisa juga kita artikan dengan keluar dari budi, perangai yang tercela dan masuk kepada budi, perangai yang terpuji sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ahli sufi yaitu al-Junaid. Oleh karena itu kami kira tasawuf modern ini lebih sesuai dengan makna tasawuf yang sebenarnya, sebab dalam tasawuf modern kita diajarkan untuk lebih memperhatikan sesama dalam social kemasyarakatan, selain itu juga lebih ditekankan untuk membangkitkan semangat Islam yang selama ini seolah-olah terkebiri, sebab semangat Islam adalah semangat berjuang, semangat berkurban, bekerja, bukan semangat malas, lemah dan melempem. Tasawuf pada mula-mula timbulnya adalah suci maksudnya, yaitu hendak memperbaiki budi pekerti, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Juanid tadi. Ketika mula-mula timbulnya semua orang bisa menjadi sufi, tidak perlu memakai pakaian tertentu, atau bendera tertentu, atau berkhalwat mengasingkan diri dari khalayak ramai atau mengadu kening dengan kening guru, sebab semua itu tidak lebih hanya merupakan kesalahan pemahaman kita tentang makna tasawuf itu sendiri. Dengan melihat segala keterangan tadi, bisa kita katakana bahwa sesungguhnya tasawuf modern itu adalah tasawuf dalam arti yang sebenarnya sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, tanpa meninggalkan kesenangan duniawi, bahkan sebaliknya, kita diwajibkan untuk membangun dunia ini, karena kita adalah “khalifah dimuka bumi” yang mempunyai tanggung jawab untuk memakmurkan bumi ini dan membebaskannya dari tangan-tangan jahat yang mencoba untuk merusak bumi ini, serta menghancurkan segala bentuk penindasan terhadap kaum dhu’afa sekaligus menolong para dzalimin dari budi pekerti yang buruk untuk hijrah kebudi pekerti yang baik dan sholeh. 2. Sejarah awal munculnya tasawuf 3. Pertumbuhan tasawuf dan tasawuf modern 4. Ulama ulama sufi dari masa ke masa
5. Tarekat dalam tasawuf Istilah tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau metode. Dalam terminologi sufistik, tarekat adalah jalan atau metode khusus untuk mencapai tujuan spiritual.[1] Secara terminologis, menurut Mircea Aliade, kata thariqah digunakan dalam dunia tasawuf sebagai jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Atau, metode psikologis-moral dalam membimbing seseorang untuk mengenali Tuhannya. Sedangkan J.S. Trimingham menyatakan bahwa tarekat adalah “a practical method (other terms were madhhab, ri’ayah and suluk) to guide a seeker by tracing a way of thought, feeling and action, leading a succession of stages (maqamat, an integral association with psycological experience called ‘states,’ ahwal) to experience of Divine Reality (haqiqa)” –metode praktis (bentuk-bentuk lainnya, mazhab, ri’ayah dan suluk) untuk membimbing murid dengan menggunakan pikiran, perasaan dan tindakan melalui tingkatan-tingkatan (maqamat, kesatuan yang utuh dari pengalaman jiwa yang disebut ‘states,’ ahwal) secara beruntun untuk merasakan hakikat Tuhan.”[2] Adapun “thariqat” menurut istilah ulama Tasawuf: 1. “Jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.” 2. “Cara atau kaifiat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai suatu tujuan.”[3] Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut di atas, jelaslah bahwa thariqat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.[4] 6. Aliran tarekat yang lurus dan tarekat yang menyimpang
Manfaat dan Tujuan Tasawuf Modern Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian terdahulu, bahwa sebenarnya tujuan tasawuf modern itu tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Jadi antara kebutuhan dunia dan kebutuhan akhirat itu ada suatu keseimbangan dari segi aplikasinya. Sebab kebahagiaan dunia itu merupakan jembatan untuk mencapai kebahagiaan akhirat, karena Nabi SAW sendiri sudah bersabda dalam salah satu hadistnya yang artinya: “bekerjalah kamu untuk duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah kamu untuk akhiratmu seakanakan kamu mati besok pagi”.[6] Dengan merujuk kepada matan hadist tersebut sudah selayaknyalah kita untuk tidak mengabaikan kehidupan dunia, sebab Nabi SAW sendiri tidak pernah mengajarkan kita untuk hidup eksklusif dari masyarakat, bahkan beliau sangat menganjurkan kepada kita agar peduli terhadap orang lain, karena hal tersebut merupakan salah satu jalan menuju dua kebahagiaan, sebagaimana perkataan Ibnu Khaldun: “bahagia itu ialah tunduk dan patuh mengikuti garis-garis Allah dan perikemanusiaan”.[7]
Jadi pada dasarnya tasawuf modern ini lebih sesuai dengan ajaran tasawuf yang diajarkan oleh Nabi SAW yaitu senantiasa berintegratif dengan kehidupan masyarakat dan senantiasa peduli dengan problem social kemasyarakatan yang terjadi. Sasaran tasawuf modern ini tidak hanya terbatas pada aspek keakhiratan saja, bahkan sangat netral sekali, sehingga tercapailah tujuannya yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sebagaimana yang tersurat dalam kitab suci al-Qur’an yang artinya: “Ya Allah berilah kami kebahagiaan di dunia dan beri pula kami kebahagiaan di akhirat, serta jauhkanlah kami dari azab neraka