Makalah Stroke Hemoragik.docx

  • Uploaded by: Maharani Adelia Zeline
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Stroke Hemoragik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,584
  • Pages: 30
OBAT PENYAKIT DEGENERATIF STROKE

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

Andi Asti Ainun

1713015063

Andi Hesti

1713015187

Angelina Theodora H

1713015011

Aprilia Putri Firdaus

1713015059

Dellaitgilbert Farrelin

1713015164

Fania Humaira N

1713015095

Frety Aula Nur I

1713015043

Halimathussadiah

1713015104

Irmayanti Irwan

1713015064

Maharani Adelia Zeline

1713015075

Ni Wayan Diana

1713015052

Nur Amiiroh Isyraqi

1713015112

Nur Misnawati

1713015051

Sahara Harumi

1713015092

Sri Lestari

1713015004

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2019

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita, sehingga tugas makalah Obat Penyakit Degeneratif tentang “Stroke” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini juga sebagai tugas yang harus dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi kita. Makalah ini dibuat berdasarkan apa yang telah penulis terima dan juga penulis kutip dari berbagi sumber, baik dari buku maupun dari media elektronik. Semoga isi dari makalah ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Stroke. Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki kesalahan dalam makalah ini. Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam isi makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Samarinda, 21 Maret 2019

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii BAB I .................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 A.

Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B.

Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C.

Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II................................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3 A.

Pengertian Stroke .................................................................................................... 3

B.

Gejala Stroke ........................................................................................................... 3

C.

Tahapan Gejala Stroke ............................................................................................ 6

D.

Pemicu Stroke ......................................................................................................... 7

E.

Akibat dan Dampak Stroke ..................................................................................... 8

F.

Penyebab Stroke...................................................................................................... 9

G.

Diagnosis Stroke ................................................................................................... 10

H.

Obat-obatan Untuk Stroke dan Mekanismenya .................................................... 13

I.

Terapi Farmakologi ............................................................................................... 16

J.

Terapi Non Farmakologi ....................................................................................... 19

K.

Pencegahan Stroke ................................................................................................ 20

BAB III ............................................................................................................................. 22 PENUTUP ........................................................................................................................ 22 A.

Kesimpulan ........................................................................................................... 22

B.

Saran ..................................................................................................................... 22

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu. Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang terganggu. Stroke memiliki beberapa gejala diantaranya gejala stroke sementara,ringan dan berat. Ada beberapa pemicu yang dapat meningkatkan terjadinya stroke, yaitu ada dua pemicu yang dominan, faktor risiko mayor dan faktor risiko minor. Stroke juga merupakan penyakit yang sangat berbahaya yang bisa terjadi pada semua orang, dari yang muda sampai yang tua, kemudian stroke ini bisa menyebabkan kelumpuhan dan perubahan mental pada pasien yang terkena stroke. Penyebab terjadinya stroke juga ada dua yaitu ada dari faktor pembuluh darah dan ada dari faktor luar tubuh. Untuk mendiagnosis atau untuk menentukan bahwa pasien terkena stroke, harus menjalani beberapa tahapan yaitu dilakukan identifikasi gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium berperan dalam beberapa hal antara lain untuk menyingkirkan gangguan neurologis lain, mendeteksi penyebab stroke, dan menemukan keadaan komorbid. Untuk sistem penyembuhan stroke ada beberapa cara yaitu secara farmakologi, nonfarmakologi dengan terapi dan berbagai cara yang bisa digunakan untuk sistem penyembuhan stroke. Namun lebih baik mencegah dari pada mengobati, maka dari itu ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya stroke antara lain dengan berolahraga, tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan yang berbahaya, kemudian pola makan dan gaya hidup sangat mempengaruhi untuk terjadinya stroke.

1

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1.

Apa pengertian dari Stroke?

2.

Bagaimana gejala stroke?

3.

Bagaimana tahapan-tahapan terjadinya stroke?

4.

Apa saja yang dapat menjadi pemicu stroke?

5.

Apa akibat dan dampak dari stroke?

6.

Apa penyebab dari stroke?

7.

Bagaimana cara mendiagnosa stroke?

8.

Apa saja contoh obat-obatan stroke dan bagaimana mekanismenya?

9.

Bagaimana mengimplementasikan terapi farmakologi?

10. Bagaimana mengimplementasikan terapi non-farmakologi? 11. Bagaimana cara mencegah terjadinya stroke?

C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut: 1.

Dapat mengetahui pengertian dari Stroke

2.

Dapat mengenali gejala stroke

3.

Dapat mengetahui tahapan-tahapan stroke

4.

Dapat mengetahui pemicu dari stroke

5.

Dapat mengetahui akibat dan dampak dari stroke

6.

Dapat mengetahui penyebab dari stroke

7.

Dapat mengetahui cara mendiagnosa stroke

8.

Dapat mengetahui dan memahami contoh obat-obatan stroke dan mekanismenya

9.

Dapat mengetahui bagaimana terapi farmakologi dari stroke

10. Dapat mengetahui bagaimana terapi non-farmakologi dari stroke 11. Dapat mengetahui cara mencegah terjadinya stroke

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Stroke Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu. Definisi stroke menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokul maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah di otak. Menurut Neil F Grondon, Stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada suplai darah bagian otak (Sudarsini, 2017). Stroke hemoragik adalah perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya terjadi saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Umumnya kesadaran penderita menurun. Stroke hemoragik juga dikatan disfungsi neurologist fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler (Sudarsini, 2017). B. Gejala Stroke Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang terganggu. Otak manusia terdiri atas otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak. Otak besar terdiri atas bagian besar yang disebut hemister, yaitu hemister kanan dan hemister kiri. Fungsi bagian tubuh sebelah kanan dikendalikan oleh hemister kiri dan fungsi bagian tubuh sebelah kiri oleh hemisfer kanan. Otak terdiri atas lobus-lobus yang memiliki fungsi masing-masing. Gangguan pembuluh darah otak yang memberikan pasokan darah ke lobus frontal dan parietal akan memberikan gejala kelemahan anggota gerak

3

dan gangguan rasa. Stroke yang menyerang cerebellum memberikan gejala pusing berputar (vertigo). 1. Kelumpuhan anggota gerak Kelemahan anggota gerak merupakan gejala yang umum dijumpai pada stroke. Bila seseorang tiba-tiba merasa kehilangan kekuatan pada salah satu lengan dan tungkai atau lengan dan tungkai pada satu sisi. Kelemahan umumnya sesisi kanan atau kiri. Gangguan peredaran darah otak disebelah kanan akan menyebabkan kelemahan anggota gerak sebelah kiri. Pasien mengeluh kurang mampu mengancingkan baju atau tidak dapat memakai sandal dengan baik. 2. Wajah perot Wajah perot juga merupakan gejala yang sering muncul pada penderita stroke. Bila tiba-tiba seseorang menunjukkan gejala wajah perot, pikirkanlah ini sebagai gejala stroke. Wajah stroke pada stroke muncul akibat terganggunya saraf otak disentral. Cara yang paling mudah untuk menilai wajah perot adalah dengan meminta pasien untuk tersenyum atau menunjukkan giginya. Bila sudut bibir tidak simetris atau tertarik hanya kesalah satu sisi saja, ini adalah gejala wajah perot. 3. Gangguan bicara Pasien stroke dapat pula menunjukkan gelaja bicara tidak jelas (pelo) atau tidak dapat bicara (afasia). Hal ini umumnya disebabkan oleh karena kelumpuhan saraf otak atau lobus fronto-temporal di otak. Pada keadaan stroke lidah akan miring kesisi yang lumpuh. 4. Pusing berputar Pusing berputar atau vertigo adalah salah satu gejala stroke. Pusing berputar dapat disertai mual/muntah ataupun tidak. Gangguan pada sistem keseimbangan di otak kecil/cerebellum akan menimbulkan gejala pusing berputar. 5. Nyeri kepala Pada lebih dari 95% kasus, nyeri kepala bersifat primer dan dihubungkan dengan keterangan otot atau migren. Pada 5% kasus, nyeri

4

kepala disebabkan oleh sakit sekunder termasuk diantaranya stroke. Nyeri kepala pada stroke bersifat mendadak, dengan intensitas yang berat, dan disertai gejala atau tanda gangguan saraf yang lain. 6. Penurunan kesadaran Kesadaran manusia dipertahankan oleh sebuah sistem diotak yang disebut ARAS (Assending Reticular Activating System) sistem ini membuat seseorang terjaga. Pada kasus stroke yang langsung mengenai pusat sistem kesadaran atau mendesak pusat sistem kesadaran dapat dijumpai penurunan kesadaran. Kasus stroke yang disertai penurunan kesadaran pada umumnya dijumpai pada stroke pendarahan. Penurunan kesadaran dapat berupa mengantuk/ somnolen (terbangun dengan suara), soporo (terbangun dengan rangsang nyeri), sampai dengan koma (tidak ada respon dengan rangsang sakit). 7. Gejala lain Salah satu kata kunci yang ada pada stroke adalah sifatnya yang mendadak. Seseorang awalnya baik-baik saja dan menunjukkan gangguan sistem saraf yang bersifat mendadak di curigai sebagai stroke. Perubahan tingkah laku, penurunan tajam penglihatan, gangguan lapang pandang, dan gangguan menelan yang bersifat mendadak. ( Pinzon, 2010) Gejala klinis pada stroke hemoragik dapat berupa : 1. Defisit neurologis mendadak didahului gejala prodromal yang terjadi pada saat istirahat atau bangun pagi 2. Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran 3. Terjadi terutama pada usia lebih dari 50 tahun 4. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya (Batticaca, 2008)

5

C. Tahapan Gejala Stroke Usaha mengenali tahapan gejala stroke sangat penting untuk memastikan penderita mendapatkan perawaan yang lebih tepat dan cepat, sekaligus menghindari kefatalan. Berikut adalah tahapan gejala stroke yaitu: 1. Gejala stroke sementara (Sembuh dalam beberapa menit/jam) a. Tiba-tiba sakit kepala b. Pusing dan bingung c. Pengelihatan atau kehilangan ketajaman pada satu atau dua mata d. Kehilangan keseimbangan dan lemah e. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh. 2. Gejala stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu) a. Beberapa atau semua gejala stroke sementara b. Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki c. Bicara tidak jelas. 3. Stroke berat (sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau tahun, tidak bisa sembuh total) a. Beberapa atau semua gejala stroke sementara dan ringan b. Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran) c. Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki d. Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara e. Sukar menelan f. Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan feses g. Kehilangan daya ingat atau konsentrasi h. Terjadi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak menentu, mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil. (Mahendra, 2005)

D. Klasifikasi Stroke Hemoragik Adapun klasifikasi stroke hemoragik yaitu 1. Perdarahan serebral Gejalanya :

6

a. Tidak jelas kecuali nyeri pada kepala yang hebat karena hipertensi b. Serangan terjadi pada siang hari saat beraktivitas dan emosi atau marah c. Mual atau muntah pada permulaan serangan d. Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal pada serangan e. Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma 2. Perdarahan subaraknoid Gejalanya : a. Nyeri kepala hebat dan mendadak b. Kesadaran sering ternganggu dan sangat bervariasi c. Ada gejala atau tanda meningeal papilledema terjadi bila ada perdarahan subaraknoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anteriol atau arteri karotis interna (Batticaca, 2008) E. Pemicu Stroke Pemicu stroke dapat digolongkan menjadi 2, yaitu pemicu yang dominan (faktor risiko mayor (faktor risiko mayor) dan pemicu yang minor (faktor risiko minor). 1. Faktor risiko mayor a. Pernah terserang stroke b. Hipertensi c. Penyakit jantung d. Sudah ada manifestasi asterosklerosis secara klinis (gejala-gejala pengerasan pembuluh darah), gangguan pembuluh darah koroner, gangguan pembuluh darah karotis, klaudikasio intermiten (nyeri yang hilang timbul), denyut nadi perifer tidak ada, dan lain-lain e. Diabetes melitus f. Polistemia (banyak sel-sel darah). 2. Faktor risiko minor a. Kadar lemak yang tinggi

7

b. Hematokrit tinggi c. Merokok d. Kegemukan (obesitas) e. Kadar asam urat tinggi f. Kurang berolahraga g. Fibrinogen tinggi. (Mahendra, 2005) F. Akibat dan Dampak Stroke Akibat stroke ditentukan oleh bagian otak yang cidera. Namun, perubahan-perubahan yang terjadi setelah stroke, baik yang mempengaruhi bagian kanan dan kiri otak, pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kelumpuhan. Kelumpuhan bagian tubuh yang hanya sebelah (hemiplegia) adalah cacat yang paling umum akibat stroke. Bila stroke menyerang bagian otak kiri, terjadi hemiplegia kanan. Kelumpuhan terjadi dari wajah bagian kanan hingga kaki sebelah kanan, termasuk tenggorokan dan lidah. Bila terserang otak bagian kanan, terjadi hemiplegia kiri dan hemiparesis kiri. Bila kerusakan terjadi pada bagian otak bagian bawah (cerebellum), kemampuan otak untuk mengkoordinasikan gerakan tubuhnya akan berkurang. Ada juga pasien stroke yang mengalami disfagia atau kesulitan makan dan menelan karena bagian otak yang mengendalikan otot-otot telah rusak dan tidak berfungsi. 2. Perubahan mental Stroke tidak selalu membuat mental penderita menjadi merosot. Beberapa perubahan pun biasanya bersifat sementara. Akibat serangan stroke dapat terjadi gangguan pada daya pikir, kesadaran, konsentrasi, kemampuan belajar, dan intelektual. Semua hal tersebut terjadi dengan sendirinya memperngaruhi penderita. Ini juga disebabkan penderita kehilangan kemampuan-kemampuan tertentu, misalnya sebagai berikut :

8

d. Agnosia yaitu kehilangan kemampuan untuk mengenali orang dan benda. e. Anasoni yaitu tidak mengenali bagian tubuhnya sendiri. f. Ataksia yaitu koordinasi gerakan dan ucapan yang buruk. g. Apraksia yaitu tidak mampu melakukan suatu gerakan atau menyusun kalimat yang diinginkannya. Hal ini disebabkan terputusnya hubungan antara pikiran dan tindakan. h. Distosi spasial yaitu tidak mampu mengukur jarak atau ruangan yang dijangkaunya. (Mahendra, 2005) G. Penyebab Stroke Beberapa penyebab stroke dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yakni stroke yang disebabkan faktor pembuluh dan faktor dari luar tubuh. 1. Faktor pembuluh darah a. Aterosklerosis pembuluh darah otak Penumpukan ateromatau lemak pada lapisan dalam pembuluh darah. Jika aterom ini sudah menutupi seluruh lumen pembuluh darah maka aliran darah akan tersumbat dan jaringan yang ada didepan pembuluh darah akan kekurangan oksigen dan bisa mengakibatkan kematian jaringan. b. Malformasi arteri Adanya aneurisma (kelemahan) pembuluh darah otak dan tipisnya dinding pembuluh darah akan memudahkan dinding pembuluh darah robek jika terjadi peningkatan tekanan aliran darah. Aneurisma dibagi menjadi dua yaitu congential (bawaan dari lahir) dan bukan bawaan dari lahir. Aneurisma ini tidak memberikan gejala apapun sampai suatau saat dapat pecah sendiri jika terjadi peningkatan aliran darah ke otak dan terjadi stroke. c. Trombosis vena (penyumbatan)

9

Penyebabnya seperti thrombus, embolus, cacing, parasit atau leukimia. d. Pecahnya pembuluh darah otak Pecahnya

pembuluh

darah otak dapat

subarachnoid (dibawah selaput

otak)

atau

terjadi di intraceberal

ruang (dalam

jaringan otak). Akibatnya darah di artei otak akan terus mengalir keluar tanpa ada yang menghentikan. Darah akan menutupi dan menekan sebagian besar jaringan otak sehingga jaringan otak yang tertekan akan mengalamin hipoksia disertai dengan kematian jaringan otak, bahkan mungkin disertai kematian biologis. 2. Faktor dari luar pembuluh darah a. Penurunan perfusi darah ke otak. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti hipertensi menahun yang menyebabkan terjadinya perubahan anatomi jantung, gagal jantung kongestif atau hiperkolesterol. b. Embolus/thrombus yang mengalir di dalam pembuluh darah tersangkut disalah satu cabang pembuluh darah otak yang kecil sehingga menyumbat aliran darah. Hal ini menyebabkan kematian jaringan otak. Embolus atau thrombus dapat berasal dari pembuluh darah di tungkai yang terlepas saat kita beraktivitas, dari paru-paru, embolus lemak terutama terkena pada orang obesitas atau pasca operasi. (Mahendra, 2005) H. Diagnosis Stroke Diagnosis stroke dibuat berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium berperan dalam beberapa hal antara lain untuk menyingkirkan gangguan neurologis lain, mendeteksi penyebab stroke, dan menemukan keadaan komorbid (Rahajuningsih, 2009). 1. Anamnesis Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit neurologis akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat

10

kesadaran. Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke non hemoragik meliputi hemiparese, monoparese, atau quadriparese, tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada nyeri kepala dan reflek babinski dapay positif mapun negatif. Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan waktu terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat membuat anamnesis menjadi sedikit sulit untuk mengetahui gejala atau onset stroke seperti : a. Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan hingga pasien bangun (wake up stroke). b. Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari pertolongan. c. Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke. d. Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang, infeksi sistemik, tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis, dan hiponatremia. 2. Pemeriksaan penunjang Untuk membedakan jenis stroke iskemik dengan stroke perdarahan dilakukan pemeriksaan radiologi CT-Scan kepala. Pada stroke hemoragik akan terlihat adanya gambaran hiperdens, sedangkan pada stroke iskemik akan terlihat adanya gambaran hipodens (Misbach, 1999). Pencitraan otak sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke non hemoragik. Non contrast computed tomography (CT) scanning adalah pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan stroke akut jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan

distribusi

anatomi

dari

stroke

dan

mengeliminasi

kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma, abses). Pada kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT scan biasanya tidak sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat

11

normal pada >50% pasien, tetapi cukup sensitif untuk mengidentifikasi perdarahan intrakranial akut dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria eksklusi terapi trombolitik. Teknik-teknik neuroimaging berikut ini juga sering digunakan: a. CT angiography dan CT scanning perfusi b. Magnetic Resonance Imaging (MRI) c. Scanning karotis duplex d. Digital pengurangan angiography e. Pungsi lumbal diperlukan untuk menyingkirkan meningitis atau perdarahan subarachnoid ketika CT scan negatif tapi kecurigaan klinis tetap menjadi acuan. 3. Sirijaj stroke score Variabel Sakit kepala

1. Angina pectoris

2. Claudicatio intermitten

3. Diabetes mellitus

Gejala klinis

Skor

Iya

1

Tidak

0

Iya

1

Tidak

0

Iya

1

Tidak

0

Iya

1

Tidak

0

Siriraj Stroke Score = (2,5 X Derajat Kesadaran) + (2 X muntah) + (2 X sakit kepala) + (0,1 X tekanan darah diastol) – (3 X ateroma) – 12 .Apabila skor yang

didapatkan < 1 maka diagnosisnya stroke non

perdarahan dan apabila didapatkan skor ≥ 1 maka diagnosisnya stroke perdarahan. 4. Algoritma stroke gadjah Mada Apabila terdapat pasien stroke akut dengan atau tanpa penurunan kesadaran, nyeri kepala dan terdapat reflek babainski atau dua dari ketiganya maka merupakan stroke hemoragik. Jika ditemukan penurunan kesadaran atau nyeri kepala ini juga merupakan stroke non hemoragik. 12

Sedangkan bila hanya didapatkan reflek babinski positif atau tidak didapatkan penurunan kesadaran, nyeri kepala dan reflek babinski maka merupakan stroke non hemoragik. Penurunan kesadaran

Nyeri kepala

Babinski

Jenis stroke

+

+

+

Pendarahan

+

-

-

Pendarahan

-

+

-

Pendarahan

-

-

+

Iskemik

-

-

-

Iskemik (Lamsudin,1990)

I. Obat-obatan Untuk Stroke dan Mekanismenya Pengobatan stroke dapat dibagi berdasarkan jenis stroke yang menyerang penderita, apakah stroke yang dialami merupakan stroke iskemik (disebabkan oleh adanya sumbatan pada pembuluh darah pada otak) atau pendarahan di dalam atau di sekitar otak (haemorrhagic stroke). Pengobatan untuk stroke umumnya menggunakan satu atau lebih pengobatan (kombinasi) dan dapat juga dilakukan operasi/pembedahan. 1. Obat-obat thrombolysis Obat yang digunakan untuk melarutkan thrombus (gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah) sehigga aliran darah menuju otak dapat kembali lancar. Contoh obat thrombolysis yang sering digunakan adalah Alteplase. Harus dilakukan pemindaian pada otak agar dapat diketahui jenis stroke yang dialami, karena alteplase dapat memperparah kasus stroke pendarahan (Neal, 2016). a. Alteplase, dosis dewasa : untuk stroke iskemik 0,9 mg / kg (hingga 90 mg) iv selama 60 menit dengan 10% dari total dosis diberikan sebagai bolus iv awal pada menit pertama. 2. Antiplatelet Umunya digunakan untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah dalam pembuluh darah dengan mencegah platelet berikatan dengan 13

fibrinogen, sehingga penggumpalan darah tidak terjadi. Contoh obat antiplatelet adalah aspirin (dalam dosis kecil), clopidogrel, tirofiban, eptifibatide, abciximab, dipyridamole (Neal, 2016). a. Clopidogrel, dosis : 75mg PO/hari, tanpa loading dose. b. Tirofiban, dosis : Loading dose 25mcg/kg IV dalam 5 menit. Post loading dose 0,15mcg/kg/menit IV hingga 18 jam. c. Eptifibatide, dosis : 180mcg/kg IV bolus 1-2 menit, kemudian 2mcg/ kg/ menit IV hingga 72 jam d. Abciximab, dosis : 250mcg/kg bolus selama 1 menit dilanjutkan dengan 0.125 mcg/kg/min (maks: 10mcg/min) dalam infus kontinyu (Drip)

e. Dipyridamole, dosis dewasa : (Extended Release Tablet) 200 mg 2 x sehari secara oral.

3. Antikoagulan Diberikan pada pasien sebagai obat pencegahan dan perawatan stroke, di mana pada pencegahan stroke antikoagulan berperan dalam mencegah pembentukan thrombus dalam pembuluh darah. Antikoagulan bekerja dengan mengubah komposisi kimiawi dalam darah sehingga mencegah terbentuknya gumpalan darah. Obat-obat antikoagulan yang umum diberikan pada penderita stroke antara lain warfarin, apixaban, dabigatran, edoxaban, dan rivaroxaban. Obat antikoagulan heparin juga dapat diberikan, contohnya dalteparin, enoxaparin, fondaparinux (Neal, 2016) a. Warfarin, dosis dewasa : untuk pencegahan tromboemboli pada fibrilasi atrium .dosis awal: 2 hingga 5 mg oral sekali sehari dosis pemeliharaan: 2 hingga 10 mg oral sekali sehari b. Apixaban, dosis dewasa : 2,5 mg PO 12-24 jam setelah operasi c. Dabigatran, dosis dewasa : CrCl >30 mL/menit :150 mg PO selama 2 hari dan CrCl 15-30 mL/menit : 75 mg PO selama 2 hari. CrCl merupakan creatinin clearance

d. Edoxaparin, dosis : 60mg PO/ hari e. Rivaroxaban, dosis : 20mg PO/ hari bersamaan dengan makan malam.

14

4. Antihipertensi Diberikan untuk mencegah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah (haemorrhagic stroke). Obat-obatan yang umumnya digunakan dapat dikelompokkan berdasarkan cara kerjanya dalam menurunkan

tekanan

darah.

Thiazide

diuretics

contohnya

bendroflumethiazide, chlortalidone, indapamide, spironolactone, bekerja dengan mengurangi volume darah dan kadar ion natrium melalui ekskresi oleh urin. Vasodilator bekerja dengan memicu dilatasi pembuluh darah sehingga mengurangi tekanan pada dinding pembuluh darah. Vasodilator terbagi berdasarkan cara obat tersebut menyebabkan dilatasi pada pembuluh darah. ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor bekerja dengan menghambat sintesis Angiotensin II, sehingga mencegah terjadinya vasokonstriksi, dan menurunkan tekanan darah. Contoh obat golongan ini adalah lisinopril dan enalapril. ARB (Angiotensin Receptor Blockers) bekerja dengan menghambat ikatan angiotensin pada reseptornya, sehingga menurunkan tekanan darah. Bloker kanal kalsium bekerja dengan mengurangi tonus otot polos pembuluh darah. Contoh obat termasuk golongan ini adalah nifedipine dan amlodipine. Obat beta blocker bekerja dengan mengurangi efek andrenergik pada reseptor beta1, sehingga mengurangi output jantung, dan menurunkan tekanan darah. Contoh obat dengan mekanisme kerja ini adalah bisoprolol, metoprolol, atenolol, dan lain-lain (Neal, 2016). a. Bendroflumethiazide, dosis : 5-20 mg sehari PO. Dosis pemeliharaan 2,5-15 mg sehari b. Chlortalidone, dosis : 12,5-25 mg/ hari PO c. Indapamide, dosis : 1,25 mg/ hari PO d. Spironolactone, dosis dewasa : untuk edema 25-200 mg per oral per hari dalam dosis tunggal atau terbagi e. Bisoprolol, dosis : 1,25 mg PO per hari, dosis maksimum 10 mg/hari

15

f. Metoprolol, dosis : Hipertensi; Lopressor. 100 mg/ hr PO awalnya dalam dosis tunggal atau dibagi setiap 12 jam dapat ditingkatkan pada interval 1 minggu atau lebih lama tidak melebihi 450 mg/hr g. Atenolol, dosis : Hipertensi 25-50 mg/hari dapat ditingkatkan sampai 100 mg/hari PO

5. Statin Diberikan kepada pasien yang mempunyai kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi. Statin dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan menghambat enzim dalam hati yang memproduksi kolesterol, sehingga kadar kolesterol dalam darah dapat turun. Contoh obat golongan statin adalah antara lain atorvastatin, simvastatin, pravastatin (Neal, 2016). a. Atorvastatin, dosis : 10mg 1×sehari, maks. 80mg 1×sehari b. Simvastatin, dosis : 5-10mg/hari dosis tunggal pada malam hari. Maksimal 40mg/hari dosis tunggal c. Pravastatin, dosis : 1×10-20mg/hari. Kisaran dosis 10-40mg/hari (Team Medical Mini Notes, 2017) J. Terapi Farmakologi 1. Terapi suportif Terapi supertif penting diberikan untuk menyokong fungsi organ – organ vital dan mencegah komplikasi stroke. Sekitar 25% pasien stroke akut akan mengalami pemburukan dalam 2 – 4 hari pascaserangan karena pebengkakan otak. Namun, tetaplah sulit untuk menentukan pasien mana yang kondisinya akan memburuk. Hal ini yang mendasari bahwa mengapa pasien stroke akut dianjurkan untuk dirawat dirumah sakit. Terapi suportif yang dilakukan di rumah sakit antara lain sebagai berikut. a. Observasi tanda vital Observasi tanda vital dilakukan dalam 24 jam sejak pasien masuk rumah sakit dengan memonitor kerja organ – organ vital, seperti

16

jantung, paru – paru, dan fungsi saraf, mengingat kondisi pasien belum stabil dan perubahan akan tampak pada tanda vital,. Pasien diawasi pernapasannya, irama jantung, suhu tubuh, dan gerak menelan pada pasien yang sadar. b. Pemenuhan kebutuhan oksigen Pada pasien stroke akut, pasokan oksigen harus dipastikan adekuat untuk mencegah otak kekurangan oksien dan perburukan gangguan saraf. Dokter akan memeriksa apakah pasien mnegalami sumbatan saluran pernapasan, membutuhkan tambahan oksigen, atau memerlukan alat bantu pernapasan. c. Pencegahan peningkatan tekanan kepala Peningkatan tekanan di dalam kepala membawa kaibat buruk terhadap jaringan otak. Tekanan dalam kepala dapat meningkatakibat adanya pembengkakan jaringan otak pada kasus stroke iskemik ataupun darah yang keluar pada stroke hemoragik. Peningkatan tekanan ini dapat dicegah dengan pengaturan posisi kepala danbila diperlukan pemberian obat – obatan. d. Perbaikan fungsi saraf Fungsi saraf yang terganggu perlu diberikan rangsangan sedini mungkin agar perbaikan fungsi tercapai dengan cepat. Rangsangan yang diberikan dapat berupa rangsangan sensorik (berupa suara, warna, bau) ataupun perabaan (kognitif, memori, bahasa serta emosi). e. Nutrisi Nutrisi yang memadai sangat penting selama perawatan stroke. Kekurangan nutrisi dapat menghambat penyembuhan. Sebelum pemberian nutrisi pasien harus diperhatikan apakah mengalami gangguan menelan atau tidak. Hal ini penting karena jika tersedak sehingga makanan atau minuman tersebut masuk ke saluran pernapasan maka akan meperburuk kondisi pasien. Makanan yang diberikan adalah yang bias menjaga agar feses tetap lunak. Jika pasien tidak sadar atau tidak bias menelan maka nutrisi diberikan melalui

17

selang yang dipasang di lubang hidung untuklangsung menuju lambung. f. Mobilisasi Mobilisasi pasien dilakukan sesegera mungkin setelah kondsi pasien dianggap stabil. Mobilisasi segera dapat mencegah komplikasi pneumonia/radang paru, otot mengecil, ataupun luka akibat kulit tertekan lama. Jika pasien belum bisa bangun, mobilisasi dapat dilakukan secara pasif dengan bantuan fisioterapis. Mobilisasi dapat berupa miring ke kanan-kiri, menggerakan tungkai, menggerakan lengan, serta mengaktifkan persendian. g. Mencegah komplikasi akut Terapi suportif juga penting untuk mencegah komplikasi akut. Mengingat bahwa komplikasi akut dapat menyebabkan kematian 5 kali lebih bayak disbanding kerusakan jaringan otak pada stroke. 2. Terapi obat Tujuan terapi obat pada fase akut stroke difokuskan untuk memperbaiki aliran darah otak serat menghentikan kerusakan sel dan jaringan otak yang berkaitan dengan iskemik. Periode waktu yang sering disebut therapeutic window ini berkisar 12 – 24 jam, terapi serig ditekankan antara 3 – 6 jam. Sempitnya golden time ini mengharuskan individu yang mengalami serangan stroke akut sesegera mungkin di bawa ke rumah sakit. Beberapa waktu setelah serangan stroke, kemungkinan terjadi kematian jaringan otak pada tempat ang aliran darahnya terputus dan penurunan aliran darah disebut daerah penumbra iskemik dan merupakan target utama terapi stroke akut. Menyelamatkan daerah penumbra diharapkan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas dan meminimalkan efek pascastroke. Masih adanya aliran darah walaupun sedikit berarti masih ada kemungkinan utuk disembuhkan. a. Obat untuk stroke hemoragik Adapun obat yang dapat digunakan pada stroke hemoragik antara lain sebagai berikut:

18

1) Nimodipin Obat

ini

bermanfaat

untuk

mencegah

menyempitnya

pembuluh darah pada stroke dengan pendarahan subarachnoid. 2) Aminocaproic acidacid Obat ini bekerja melawan aktivator plasminogen, jadi hampir kebalikan dari kerja t-PA. Pendarahan subarachnoid dapat berkurang 13 – 20% setelah terapi dengan aminocaproic acidacid. 3) Tranexamid acid Mekanisme kerjanya adalah mengahmabt pembentukan plasmin obat ini dapat mencegah terjadinya pendarahan ulang. 3. Terapi bedah Terapi bedah yang dilakukan pada pasien stroke hemoragik, tujuannya adalah mengeluarkan darah yang dapat merusak jaringan otak dan jika memungkinkan menghentikan pendarahan. Adapun pada stroke iskemik bertujuan untuk mengurangi penyempitan atau menghilangkan sumbatan pembuluh darah agar aliran darah ke jaringan otak kembali lancar. (Sari, 2016) K. Terapi Non Farmakologi 1. Terapi Akut Intervensi pada pasien stroke iskemik akut yaitu dilakukan bedah. Dalam beberapa kasus edema iskemik serebral karena infark yang besar, dilakukan kraniektomi untuk mengurangi beberapa tekanan yang meningkat telah dicoba. Dalam kasus pembengkakan signifikan yang terkait dengan infark serebral, dekompresi bedah bisa menyelamatkan nyawa pasien. Namun penggunaan pendekatan terorganisir multidisiplin untuk perawatan stroke yang mencakup rehabilitasi awal telah terbukti sangat efektif dalam mengurangi cacat utama karena stroke iskemik (Fagan, 2005). 2. Terapi pemeliharaan stroke

19

Terapi non farmakologi juga diperlukan pada pasien paska stroke. Pendekatan interdisipliner untuk penanganan stroke yang mencakup rehabilitasi awal sangat efektif dalam pengurangan kejadian stroke berulang pada pasien tertentu.Pembesaran karotid dapat efektif dalam pengurangan risiko stroke berulang pada pasien komplikasi berisiko tinggi selama endarterektomi (Fagan, 2005). Selain itu modifikasi gaya hidup berisiko terjadinya stroke dan faktor risiko juga penting untuk menghindari adanya kekambuhan stroke. Misalnya pada pasien yang merokok harus dihentikan, karena rokok dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan (Eusi, 2003). L. Pencegahan Stroke Penerapan pola hidup sehat, sangat penting untuk mencegah penyakit stroke. Sehingga beberapa pola hidup sehat yang dapat dilakukan guna menekan resiko terjadinya stroke. Diantaranya adalah: 1. Olahraga Melakukan olahraga secara teratur dan meningkatkan aktivitas fisik yang menyehatkan merupakan salah satu cara pencegahan penyakit stroke. Hal yang perlu diperhatikan adalah memilih olahraga yang sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan. Bagi seseorang yang berusia kurang dari 40 tahun dengan kondisi kesehatan yang prima atau tidak mengalami penyakit kronis seperti penyakit jantung dan DM tipe 2, jenis olahraga yang dapat dipilih dapat berupa jenis olahraga anaerobik seperti anak beban, push up, pull up dan sebagainya. Beberapa jenis olahraga aerobik juga dapat dilakukan seperti joging, berlari, senam dan sebagainya, dimana olahraga ini ditujukan untuk memperbesar volume atau kapasitas paru-paru dan menjaga elastisitas pembuluh darah dan daya pompa jantung (Wahyu, 2009). 2. Mengindari minuman beralkohol dan obat-obatan berbahaya Menurut Elizabeth Mostofsky dari Cardiovascular Epidimiology Research Unit bahwa resiko stroke akan meningkat dalam 2 jam setelah

20

mengonsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan seperti kokain juga dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung. Sehingga perlunya menghindari minuman beralkohol dan obat-obatan berbahaya untuk pencegahan penyakit stroke ini 3. Berhenti merokok Kebiasaan merokok akan menyebabkan kecepatan aliran darah melalui pembuluh darah ke otak mengalami perubahan. Selain itu, cedera yang terus-menerus pada lapisan pembuluh darah otak (pembuluh darah yang memasok darah ke otak) dapat berkontribusi pada penyakit pembuluh darah jangka panjang yang disebut penyakit serebrovaskular, yang sering terjadi pada penderita stroke. Pembuluh darah di otak menjadi lebih cenderung untuk mengalami penyumbatan dan peningkatan pembekuan darah setelah berulang kali terkena paparan bahan kimia yang dihirup melalui rokok karena nikotin dalam rokok dapat menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang. Selain perokok aktif, para perokok pasif pun mendapat dampak yang sama asap rokok juga menghasilkan variasi detak jantung dan fungsi jantung yang pada akhirnya dapat menyebabkan stroke. (Agromedia, 2009) 4.

Ciptakan lingkungan tenang dan batasi pengunjung pada penderita stroke karena rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan tekanan intra kranial. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik dan perdarahan lainnya (Muttaqin, 2008).

21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak

yang dapat timbul secara mendadak. Beberapa gejala

stroke yaitu kelumpuhan anggota gerak, wajah perot, gangguan bicara, pusing berputar, nyeri kepala, penurunan kesadaran dan gejala lain (penurunan ketajaman penglihatan, gangguan pandangan, gangguan menelan). Tahapan gejala stroke ada beberapa macam yaitu gejala stroke sementara, gejala stroke ringan, dan stroke berat. Faktor pemicu stroke dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko mayor (pernah terserang stroke, hipertensi, peyakit jantung) dan faktor risiko minor (merokok, kegemukan, kurang berolahraga). Dampak dari stroke adalah kelumpuhan dan perubahan mental. Stroke dapat disebabkan oleh aterosklerosis pembuluh darah otak, malformasi arteri, pecahnya pembuluh darah di otak, dan penurunan perfusi darah ke otak. Diagnosis stroke dilakukan dengan CT angiography dan CT scanning perfusi, magnetic resonance imaging, scanning karotis duplex, dan digital pengurangan angiography. Obat-obatan yang dapat diberikan pada penderita stroke adalah obat-obat trombolisis, antiplatelet, antikoagulan, antihipertensi dan statin. Selain diberikan obat-obatan penderita stroke juga dapat melakukan terapi farmakologi seperti terapi suportif, terapi obat dan terapi bedah, dan terapi non farmakologi seperti terapi akut, dan terapi pemeliharaan stroke. Stroke dapat dicegah dengan sering berolahraga, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan tidak merokok.

B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah diatas masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

22

pembaca mengenai makalah diatas. Penulis juga mengharapkan bahwa makalah ini dapat memberikan pengetahuan mendasar kepada pembaca tentang stroke. Selain itu penulis menyadari perlu adanya sosialisasi ke masyarakat mengenai stroke, dan pentingnya menjaga pola makan serta pola hidup sehat agar terhindar dari resiko terkena penyakit stroke.

23

DAFTAR PUSTAKA Agromedia, Redaksi. 2009. Solusi Sehat Menangani Stroke. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba medika. Eusi. 2003. Iskemik Stroke Prophylaxis and Treatment. United Kingdom. Fagan, C.S., and Hess, C.D. 2005. Stroke. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. McGRAW-HILL Medical Publishing Division. Lamsudin, R. 1990. Well Controlled And Less Well Controlled Hypertension In Stroke Patients. A Thesis Sub, Itted For Master Of Medical Science Degree In Clinical Epidemiology, Australia. Mahendra, B., dan Evi R. 2005. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Jakarta: Niaga Swadaya. Misbach, J. 1999. Stroke, aspek diagnostik, patofisiologi manajemen. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Pengasuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Semarang: Penerbit salemba. Neal, Michael J. 2016. Medical Pharmacology: at a glance. UK: John Willey and sons. Pinzon, Rizaldy dan laksmi Asanti. 2010. Awas Stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan dan Pencegahan. Yogyakarta : ANDI. Rahajunungsih, D. S. 2009. Patofisiologi Trombosis.Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sari,Wening., Lili Indrawati., Dan Catur Setia Dewi. 2016. Stroke Cegah dan Obati Sendiri. Jakarta: Penebar Plus.

24

Sudarsini. 2017. Fisioterapi. Malang: Penerbit Gunung Samudera. Team Medical Mini Notes. 2017. Basic Pharmacology & Drugs Notes. Makassar: MMN Publishing. Wahyu, Genis Ginanjar. 2009. Stroke Hanya Menyerang Orangtua?. Yogyakarta: Penerbit Buku First.

25

PERTANYAAN 1. Malformasi arteri dapat diakibatkan karena faktor keturunan dan bukan faktor keturunan. Jika bukan karena faktor keturunan, bagaimana bisa terjadi malformasi arteri (penipisan dinding arteri) dan jika faktor keturunan, berarti apakah ada resiko terkena stroke saat usia muda? ( Corelia Cyane Zein/ 1713015074 ) Jawab: Jika tidak karena faktor keturunan, malformasi arteri terjadi karena faktor naiknya tekanan darah. Diketahui bahwa pembuluh arteri merupakan pembuluh yang kecil ukurannya, elastis dan tebal. Jika terjadi tekanan darah tinggi, maka semakin lama akan terjadi dilatasi pada pembuluh arteri, sehingga pembuluh akan semakin menipis dan akan mudah untuk robek. Namun, jika karena faktor keturunan memang akan memiliki resiko terkena stroke pada usia muda karena penyebab dari stroke bukan hanya terjadi pada usia tua, karena aktivitas fisik juga dapat berpengaruh terhadap penyakit stroke. Terutama pada orang yang memiliki aktivitas yang tidak produktif, akan lebih beresiko terkena penyakit stroke walaupun masih berusia muda karena tidak pernah melatih pembuluh darah dan kerja jantung ( Sri Lestari / 1713015004 )

2. Apakah obat antihipertensi boleh digunakan terus-menerus ? faktor apa yang mempengaruhi hipertensi ? ( Khofifah Nurwahida Balqis / 1713015178 ) Jawab Obat antihipertensi digunakan sesuai dengan kondisi tekanan darah penderita. Jika penderita memiliki tekanan darah yang normal maka konsumsi obat antihipertensi dapat diberikan dengan dosis minimal dan harus rutin melakukan pengecekkan tekanan darah karena hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan penggunaan obat antihipertensi. ( Maharani Adelia Zeline / 1713015075 )

26

Faktor utama yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah faktor keturunan, usia (semakin tua maka semakin tinggi karena pembuluh darahnya tidak elastis), jenis kelamin, kegemukan (obesitas), pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi kafein. ( Frety Aula Nur Islamika / 1713015043 )

27

Related Documents

Stroke
November 2019 39
Stroke
December 2019 32
Stroke
November 2019 36

More Documents from "Jhay Sustiguer"