Makalah Pneumonia.docx

  • Uploaded by: Puput Putri Utami
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pneumonia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,793
  • Pages: 15
PNEUMONIA

Disusun oleh : DESTERINA AGMI

(

KIKI TRIATI

( 08113063C117018 )

HANSON JOSHUA

( 08113063C117013)

YOPA YOPISA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN TAHUN 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pneumonia adalah radang parenkim paru-paru atau infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru. Pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma pneumonia, jamur, aspirasi, pneumonia hypostatic, dan sindrom weffer. Gejala penyakit ini berupa nafas cepat dan nafas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali / menit juga disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam. Pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali / menit dan pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali / menit. Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menelan, selalu memuntahkan semuanya, kejang,dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi. Kasus terbanyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di puskesmas atau balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai.

1.2 Rumusan masalah 1. Apa definisidari pneumonia? 2. Apa epidemiologi dari pneumonia? 3. Apa etiologi yang menyebabkan seseorang terkena pneumonia? 4. Bagaimana manifestasi klinis dari pneumonia? 5. Bagaimana patofisiologi dari pneumonia ? 6. Bagaimana Asuhan Keperawatan serta diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus pneumonia?

1.3 Tujuan 1. Untuk menjelaskan apa itu Pneumonia 2. Untuk menjelaskan penyebab penyakit Pneumonia, tanda dan gejala serta patofisiologinya dalam tubuh 3. Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien Pneumonia. 4. Untuk menjelaskan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan utamanya terhadap penderita Pneumoia

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan khususnya pneumonia 2. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengan pneumonia dan penatalaksanaan masalah keperawatan 3. Memahami tanda dan gejala yang berhubungan dengan Pneumonia.

BAB II 2.1 Definisi Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak. Pneumonia adalah infeksi atau radang yang cukup serius pada paru-paru. Dari jenis-jenis pneumonia itu ada yang spesifik/khusus yang disebut dengan tuberkulosis atau tbc atau Tb, yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosa. Jenis yang lain, adalah SARS yang adalah pneumonia akibat –sampai hari ini- virus. Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit). Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993). Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrnkialis, adalah pun beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lainlain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran pernafasa. ( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997) Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paruparu atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol . ( Satya.2015)

2.2 Epidemiologi Epidemiologi pneumonia komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP) di Amerika Serikat diperkirakan ~1.600 kasus per 100.000 populasi. Sedangkan di Indonesia secara nasional adalah 1,8% dimana prevalensi tahun 2013 adalah 4,5%. Global Pneumonia komunitas atau Community-acquired pneumonia (CAP) merupakan penyakit yang serius dan merupakan penyebab kematian nomor tiga secara global dan merupakan penyebab kematian dan disabilitas terbesar diantara penyakit pada sistem pernapasan lainnya.Di Amerika Serikat insidensi CAP diperkirakan ~1.600 kasus per 100.000 populasi tidak jauh berbeda dengan Eropa ~1.100-1.600 kasus per 100.000 populasi. Angka CAP yang harus dirawat inap diperkirakan ~250 kasus per 100.000

populasi. Terdapat perubahan tren yaitu peningkatan insidensi CAP dengan patogen yang resisten terhadap obat. Tingkat keseluruhan kasus CAP (Community Acquired Pneumonia) pada orang dewasa berkisar kira-kira 5,16-6,11 kasus per 1000 orang. Kasus CAP meningkat seiring dengan bertambahnya umur . Terdapat variasi musiman denga kasus yang lebih banyak pada musim gugr. Kasus pneumonia lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan dan lebih banyak pada orang kulit hitam dibandingkan dengan Kaukasia. Etiologi dari CAP bervariasi, dapat menurut wilayah geografis, namun Streptococcus pneumonia adalah bakteri yang teridentifikasi sebagai penyebab CAP yang paling umum diseluruh dunia. Selain itu virus juga merupakan penyebab umum CAP. Mikrobiologi CAP akan didiskusikan lebih rinci dibawah ini. Pada tahun 2005, kombinasi pneumonia dan influenza adalah delapan penyebab kematian yang paling umum di Amerika Serikat dan merupakan penyebab kematian terbesar ketujuh di Canada. Ada lebih dari 60000 kematian akibat pneumonia di Amerika Serikat. Angka kematian paling tinggi terdapat pada pasien yang membutuhkan rawat inap. Data dari Pusat Layanan Medicare dan Servis Medicaid memperkirakan angka kematian 30 hari dari CAP (kebanyakan pada pasien yang berusia > 65 tahun) yang memerlukan perawatan di Rumah sakit Amerika Serikat menjadi sekitar 12%. Secara keseluruhan angka kematian menurut wilayah geografis (Amerika Serikat/ Kanada 7,3 persen; Eropa 9,1 persen; Amerika Latin 13,3 persen).

Indonesia Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, period prevalence atau prevalensi periode seluruh pneumonia di Indonesia secara nasional adalah 1,8% dimana prevalensi tahun 2013 adalah 4,5%. Prevalensi periode paling tinggi pada kelompok umur 1-4 tahun dan meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun dan kelompok umur yang lebih tua. Berdasarkan data administratif, terdapat 988 kasus CAP pada tiap 100.000 pasien yang telah keluar dari perawatan inap rumah sakit di Indonesia dengan rata-rata masa rawat inap atau length of stay adalah 6,1 hari .(Gold SP Tampubolon.2013)

3

Etiologi Penyebab infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus pneumonia, melalui slang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan, jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia . selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongan yaitu :

1. Bacteria : Diplococcus pneumonia, pneumococccus,streptokokus hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinae, mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander. 2. Virus : Respiratory syncytial virus, adeno virus, V.sitomegalitik, V.influenza. 3. Mycoplasma pneumpnia. 4. Jamur : histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans. 5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin ,minyak tanah), cairan amnion , benda asing. 6. Pneumonia Hipostatik. 7. Sindrom Loeffler.

Klasifikasi berdasarkan anatomi (IKA FKUI): 1. Pneumonia Lobaris, terjadi pada satu lobus atau bisa terjadi pada dua lobus paru. Bila kedua paru terkena , maka dikenal sebagai pneumonia bilateral (ganda) 2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung kahir bronkiolus , yang tersumbat oleh eksudat mukropulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang disebut pneumonia lobularis 3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

1.

2.

3.

4.

Klasifikasi pneumonia berdasarakan inang dan lingkungan : Pneumonia komunitas Pneumonia yang terjadi di masyarakat yang disebabkan oleh virus , bakteri , dan jamur. Pneumonia Nosokomial Pneumonia yang muncul saat di rawat di RS lebih dari 48 jam disebabkan oleh kurangnya pertahan tubuh sehingga kuman masuk Pneumonia Aspirasi Disebabkan oleh infeksi kuman , pneumonia kimia akibat aspirasi bahan toksik,akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru Pneumonia pada Gangguan Imun Terjadi akibat proses penyakit dan akibat terapi yang disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorrganisme.

2.4 Manifestasi klinis Pneumonia bakterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5oC ¬¬¬sampai 40,5oC), dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot aksesori pernapasan. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organisme penyebab. Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti nasal, sakit tenggorok), dan awitan gejala pneumonianya bertahap. Gejala yang menonjol adalah

sakit kepala, demam tingkat rendah, nyeri pleuritis, mialgia, ruam, dan faringitis. Setelah beberapa hari, sputum mukoid atau mukopurulen dikeluarkan. Nadi cepat dan bersambungan (bounding). Nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat Celcius. Bradikardia relatif untuk suatu demam tingkatan tertentu dapat menandakan infeksi virus, infeksi mycoplasma, atau infeksi dengan spesies Legionella. Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata menjadi lebih terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik. Pasien lebih menyukai untuk duduk tegak di tempat tidur dengan condong ke arah depan, mencoba untuk mencapai pertukaran gas yang adekuat tanpa mencoba untuk batuk atau napas dalam. Pasien banyak mengeluarkan keringat. Sputum purulen dan bukan merupakan indikator yang dapat dipercaya dari etiologi. Sputum berbusa, bersemu darah sering dihasilkan pada pneumonia pneumokokus, stafilokokus, Klebsiella, dan streptokokus. Pneumonia Klebsiella sering juga mempunyai sputum yang kental; sputum H. Influenzae biasanya berwarna hijau. Tanda-tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi lain seperti kanker, atau pada mereka yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan, yang menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadap organisme yang sebelumnya tidak dianggap patogen serius. Pasien demikian menunjukkan demam, krekles, dan temuan fisik yang menandakan area solid (konsolidasi) pada lobus-lobus paru, termasuk peningkatan fremitus taktil, perkusi pekak, bunyi napas bronkovesikular atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada). Perubahan ini terjadi karena bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) ketimbang melalui jaringan normal. Pada pasien lansia atau mereka dengan PPOM, gejala-gejala dapat berkembang secara tersembunyi. Sputum purulen mungkin menjadi satu-satunya tanda pneumonia pada pasien ini. Sangat sulit untuk mendeteksi perubahan yang halus pada kondisi mereka karena mereka telah mengalami gangguan fungsi paru yang serius. 2.5 Patofisiologi Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi.Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus.Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit. Virus Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak.Biasanya virus masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung.setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu

tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah.Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus. Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus syccytial respiratory(RSV),adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV). Bakteri Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan 8arasite,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur.Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan smengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema.Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus 8arasite8,bakteri gram 8arasite dan bakteri atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram 8arasite” merujuk pada warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan dberespon pada 8arasite88 yang berbeda dari bakteri yang lain.Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus 8arasite8, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada 8arasite.Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus.Bakteri Gram 8arasite penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram

9arasite.Beberapa dari bakteri gram 9arasite yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus 9arasite9,Klebsiella pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa,dan Moraxella catarrhalis.Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri atipikal yang menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,Mycoplasma 9arasite9,dan Legionella pneumophila. Jamur Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada individu dengan masalah 9arasi imun yang disebabkan AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi,dan Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya. Parasit Beberapa varietas dari 9arasite dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-paru,biasanya melalui darah.Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi 9arasite.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumoniaeosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang disebabkanparasit.Parasit paling umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis. Skema

2.6 Penatalaksanaan Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S. Pneumoniae. Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, penisilin lainnya, dan trimetoprim-sulfametoksazol (Bactrim). Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromisin, tetrasiklin, dan derivat tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respons terhadap antimikrobial. Pneumocystis carinii memberikan respons terhadap pentamidin dan trimetropimsulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi lembab, hangat sangat membantu

dalam menghilangkan iritasi bronkial. Asuhan keperawatan dan pengobatan (dengan pengecualian terapi antimikrobial) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang mengalami pneumonia akibat bakteri.Pasien menjalani istirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Jika dirawat di RS, pasien diamati dengan cermat dan secara kontinu sampai kondisi klinis membaik. Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen. Analisis gas darah arteri dilakukan untuk menentukan kebutuhan akan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen. Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien dengan PPOM karena oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar dengan menggantikan dorongan ventilasi yang masih tersisa dan mengarah pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernapasan seperti intubasi endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa pasien tersebut. 2.7 Asuhan keperawatan 1. Pengkajian Aktivitas/istirahat Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia. Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas. Sirkulasi Gejala: Riwayat adany/GJK kronis. Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat. Integritas ego Gejala: Banyaknya stresor, masalah finansial. Makanan/cairan Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus. Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi). Neurosensori Gejala: Sakit kepala daerah frontal (influenza). Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen). Nyeri/keamanan Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal (influenza), mialgia, artralgia. Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

Pernapasan Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takpnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal. Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, warna: pucat atau sianosis bibir/kuku. Keamanan Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam (mis: 38, 5-39,6oC). Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela. Penyuluhan/pembelajaran Gejala: Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alkohol kronis. Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8 hari. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, oksigen mungkin diperlukan bila ada kondisi pencetus.

1) Diagnosa keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum. 2. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia. 3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia. 4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.

2) Intervensi a) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum. Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis. Intervensi : 1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. R/ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru. 2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis: krekels, mengi. R/ Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.

3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi. R/ Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat. 4) Lakukan penghisapan sesuai indikasi. R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran. 5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin. R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret 6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik. R/ Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan. b) Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia. Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan. Intervensi: 1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas. R/ Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum. 2) Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral). R/ Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik. 3) Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan menggigil, mis: selimut tambahan, suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau dingin. R/ Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan influenza) sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler. 4) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi (fowler atau semi fowler), napas dalam dan batuk efektif. R/ Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi. 5) Berikan terapi oksigen dengan benar, mis: dengan nasal prong, masker, masker Venturi.

R/ Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien. 6) Awasi GDA, nadi oksimetri. R/ Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru. c) Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia. Tujuan: Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.

1)

2)

3)

4)

5)

Intervensi: Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas. R/ Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat. R/ Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat. R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidur. R/ Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau bantal. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan. R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

d) Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru. Tujuan: Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat. Intervensi: 1) Tentukan karakteristik nyeri, mis: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri. R/ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis. 2) Pantau tanda vital. R/ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.

3) Berikan tindakan nyaman, mis: pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas. R/ Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesi 4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering. R/ Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum. 5) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk. R/ Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk. 6) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi. R/ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif/paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

3) Evaluasi

b) c)

d) e) f)

a) Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan. Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal. Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat badan, menyatakan perasaan sejahtera. Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

Patofisiologi

Normal (sistem pertahanan) terganggu organisme Sal napas bag bawah pneumokokus

virus Kuman patogen mencapai bronkioli terminalis merusak sel epitel bersilia, sel goblet

Stapilokokus Trombus

Eksudat masuk ke alveoli Toksin , coagulase

Alveoli Cairan edema + leukosit ke alveoli

Konsolidasi paru Kapasitas vital , compliance menurun, hemoragik

Sel darah merah,leukosit,pneumokokus mengisi alveoli

Permukaan lapisan pleutra tertutup tebal eksudat trombus vena pulmonalis

Leukosit + fibrin mengalami konsolidasi Nekrosis

Leukositosis

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Kekurangan volume cairan

Intoleransi aktivitas Defisiensi pengetahuan

Ketidakefektifan pola nafas

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Makalah Pneumonia.docx
October 2019 1
Outline.docx
October 2019 52
Barterrr.docx
June 2020 34
Barterrr.docx
June 2020 37