BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.1 Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: Sosialisasi Primer (dalam keluarga) dan Sosialisasi Sekunder (dalam masyarakat). Kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja2. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal. Pengertian Sosialisasi Primer menurut Peter L. Berger dan Luckmann didefinisikan sebagai berikut : "Sosialisasi Primer adalah sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya". Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di 1 2
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi Goffman
1
dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. "Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama". Melalui proses sosialisasi yang dipaparkan di atas, kedirian dan kepribadian seseorang akan terbentuk, kepriadian itu sangat penting artinya, karena ia merupakan salah satu komponen penyebab atau pemberi warna dari wujud tingkah laku sosial manusia. Karena sosialisasilah yang membuat manusia menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan sekitar dan membawa manusia kepada cara berfikir yang baik.
1.2 Tujuan Penulisan Setiap kegiatan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai baik tujuan secara umum maupun tujuan secara khusus, sebab dengan memahami tujuan penulisan kita akan memiliki gambaran yang pas mengenai apa yang akan kita tulis. Sebagaimana pemaparan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan ini dapat kami tuliskan sebagai berikut : 1.Untuk mengetahui apa itu kepribadian. 2.Untuk mengetahui apa itu kedirian.
1.3 Rumusan Masalah
2
Bertolak dari latar belakang dan tujuan penulisan di atas tersebut, maka rumusan masalah dapat kami tuliskan sebagai berikut : 1.Apa yang dimaksud dengan kepribadian ? 2.Apa yang dimaksud dengan kedirian ?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kepribadian Seorang tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohania, di samping ada faktor temperamen, karakter, dan bakat fitalitas jasmani seseorang bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang terpengaruh oleh factor-faktor hereditas sehingga keaadaanya dapat di katakan tetap atau konstan dan merupakan daya hidup yang sifatnya jasmanias. Pengertian kepribadian menurut para ahli adalah sebagai berikut : a.
Menurut Horton (1982) "Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya".
b.
Menurut Schever Dan Lamm (1998) "Mendevinisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atu baku, sehingga kalau di katakan pola sikap,
3
maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi".3
2.1.1 Kepribadian Faktor Penyebab Tingkah Laku Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.4 Sehubungan dengan
itu, perlu
diketahui bahwa
para
sosiolog
memusatkan penyelidikan pola-pola tingkah laku sosial, para sosiolog membuatkan model dari sistem sosial, hal itu tidak terlepas dari maksud untuk memberikan pengertian atau gambaran umum terhadap pola tingkah laku sosial. Untuk memahaminya secara lebih khusus, haruslah diperhatikan faktor-faktor penyebab terbentuknya tingkah laku. Di dalam kebanyakan model atau teori, disebutkan tiga perangkat faktor dasar yang menjadi sebabmusabab daripada tingkah laku. Faktor-faktor tersebut adalah : a. Struktur sosio-kultural, yaitu pada pola tingkah laku ideal yang diharapkan. b. Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik dan sosial di tempat berbeda dan diterapkannya sesuatu sistem sosial. c. Faktor kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang mempengaruhi tingkah laku para pelaku secara perseorangan. 3 4
http://putra-tatiratu.blogspot.com/2008/06/pengertian-kepribadian-secara-umum.html http://syakira-blog.blogspot.com/2008/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
4
Dengan demikian faktor kepribadian dapat dipandang sebagai suatu bagian integral dari organisasi sosial. Tanpa dikaitkan faktor-faktor tersebut, maka penyimpangan tingkah laku dalam sistim sosial dari tingkah laku ideal yang diharapkan tentunya tak dapat dipahami secara lengkap. Disamping itu, proses sosialisasi juga tak dipahami sepenuhnya. Dengan kata lain penyimpangan atau ketidak sesuaian antara faktor struktural sosial, faktor situasi, dan faktor kepribadian akan memberikan kerangka konsep untuk menganalisis dan menerangkan tekanan struktural yang terjadi didalam setiap sistem sosial. Setiap kelompok variabel penting fungsinya untuk menjelaskan perubahan dan kepecahan sosial, dan juga menerangkan terjadinya organisasi sosial itu sendiri.
2.1.2 Kepribadian Prodak Sosialisasi Istilah kepribadian yan dikemukakan diatas tentu saja mengandung pengertian yang berbeda dengan penggunaan populernya. Dalam penggunaan populernya, seakan-akan terdapat orang atau tokoh "berpribadi" dan ada yang tidak. Sebetulnya setiap orang memiliki suatu kepribadian, hanya saja kepribadian orang yang satu berbeda dengan orang yang lainya. Tidak ada satupun kepribadian yang dapat dikatakan baik atau buruk, kecuali dengan menggunakan standar moral tertentu. Hal terakhir ini bukanlah wewenang para sosiolog, meskipun mereka dapat menggambarkan kepribadian dengan berpatokan kepada suatu kebudayaan tertentu. Kepribadian itu terbentuk, hidup dan berubah seirama dengan jalannya proses sosialisasi. Dan terdapat empat faktor yang menentukan kepribadian, yaitu : 1. Kebudayaan
5
2. Warisan Biologis Sifat-sifat biologis manusia yang bersifat warisan, seperti perbedaan laki-laki dan perempuan memberikan andil besar pada tahap pertama perkembangan kepribadian seseorang. Hal itu menentukan batas-batas yang tidak mungkin dilampaui oleh setiap individu. Batas-batas tersebut berpengaruh pada perkembangan sosialnya. Ada dua macam keragaman yang terdapat pada manusia, yaitu perbedaan yang nyata, misalnya pria dan wanita, serta perbedaan yang kontinu, misalnya tinggi dan berat badan. Hubungan yang terjadi antara keragaman dan pembentukan kepribadian dapat dilihat sebagai berikut. a. Kecantikan atau ketampanan seseorang akan menempatkan seorang individu lebih beruntung daripada mereka yang kurang memperoleh kecantikan atau ketampanan. b. Pada kebudayaan tertentu, terlihat bahwa cirri biologis tertentu yang lebih diinginkan dibandingkan cirri-ciri yang lainny. Misalnya pria dianggap lebih diutamakan daripada wanita serta mereka yang berkulit putih lebih diutamakan daripada yang berkulit hitam.
3. Pengalaman Kelompok Pribadi (Lingkungan Sosial) Sebagian besar perkembangan kepribadian manusia merupakan produk pengalaman pribadi yang diperoleh dalam suatu kelompok. Nilai, norma dan kepercayaan yang ada dalam suatu kelompok juga membantu terbentuknya suatu kepribadian. Tanpa adanya pengalaman kelompok ini, kepribadian tidak akan berkembang. Meskipun para individu menjadi anggota kelompok yang sama namun pengalaman mereka dalam kelompok tersebut tidaklah sama. Perbedaan pengalaman inilah yang selanjutnya
mempengaruhi
dalam
6
batas-batas
tertentu
variasi
kepribadian.
4. Lingkungan Lingkungan fisik mempengaruhi terhadap kepribadian seseorang karena dalam banyak hal lingkungan mempengaruhi tingkat kebutuhan yang harus dicapai seseorang jika ia ingin memiliki kebutuhan pokok untuk mempertahankan hidup. Lingkungan geografis menimbulkan pengalaman yang berbeda bagi setiap individu dalam menyesuaikan diri dan membentuk kepribadian. Mereka yang tinggal dan berkembang di dalam perkotaan akan cenderung lebih berani menonjolkan dirinya dibandingkan mereka yang tinggal dan berkembang di daerah pedesaan. Individu yang berkembang dan hidup di lingkungan perkotaan dengan sifat individualistisnya akan berbeda perkembangannya dengan individu yang hidup danberkembang di daerah pedesaan yang mengutamakan kebersamaan dan gotongroyong.5
2.2 Kedirian Sedangkan pengertian kedirian secara khusus adalah merupakan penilaian seseorang secara menyeluruh tentang dirinya yang diperoleh dari pemahaman yang benar bagaimana Allah Melihat dan menilai dirinya. Sedangkan nilai diri (self-esteen) dalam pengertian umum adalah bagaimana seorang merasa tentang dirinya atau seberapa banyak seseorang menyukai dirinya sendiri.
5
http://tugassekolahonline.blogspot.com/2009/02/kepribadian.html
7
2.2.1 Kedirian Proses Sosialisasi Perbedaan paling jelas antara manusia dengan makhluk yang lain adalah terletak dari unsur kedirian yang ada pada manusia itu sendiri. Secara obyektif, kedirian (self) dapat dikatakan sebagai kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Pada hakikatnya, kesadaran itulah yang membuat timbulnya sebutan "aku" Atau "saya". Kedirian yang subyektif tidaklah mudah dipelajari, meskipun oleh si orang yang mempunyai diri itu sendiri, sebab tidak seorang pun dapat meninjau dirinya sendiri secara obyektif seratus persen. Menurut Charles Horton Cooly, George Herbert Mead, dan Sigmund Freud bersepakat mengenai kedirian, yaitu bahwa : 1. Kedirian itu bersifat sosial 2. Kedirian itu membutuhkan masyarakat untuk bisa menjelaskannya secara sempurna, dan 3. Kesadaran individu terhadap dirinya itu timbul akibat pergaulannya dengan orang lain. Nilai diri tinggi dan nilai diri rendah , jangan dikacaukan dan dihubungkan dengan tinggi hati dan rendah hati. Malah seringkali justru orang yang memiliki nilai diri tinggi yang merasa aman dan damai dengan dirinya, dapat lebih menghargai orang lain. Sebaliknya orang yang menilai dirinya rendah, bukan bersikap rendah hati, tetapi akan merasah rendah diri, merasa tidak memiliki keunggulan dan bakat apa-apa. Yang disadarinya hanyalah kelemahan dan untuk menutupi kelemahannya ia merasa perlu untuk menonjolkan dirinya dengan mengecilkan orang lain. Ia bersikap sombong dan tinggi hati serta cenderung iri pada orang lain yang dinilainya lebih dari dirinya. Maka ia kurang bisa menghargai orang lain dan menutupi atau mengucilkan keunggulan orang lain. Penilaian seseorang terhadap dirinya sangat mempengaruhi dan
8
menentukan dalam banyak hal, misalnya : - Bagaimana ia berhubungan dengan orang lain. - Siapa yang ia pilih sebagai temannya - Seberapa jauh produktifitas - Bagaimana kepribadiannya untuk bersikap kreatif - Seberapa jauh ia mau berusaha untuk berhasil - Apakah ia akan menjadi pemimpin dan pengikut Perasaan tentang nilai diri adalah inti dari kepribadian seseorang, perasaan ini menentukan apakah ia akan menggunakan bakat dan kesanggupan yang ada pada dirinya, atau membiarkannya berlalu. Sesungguhnya penilaian diri adalah sumber utama apakah seseorang akan berhasil atau gagal dalam hidupnya. Karena itu, penilaian seseorang terhadap dirinya sangat penting. Penilaian diri sebagai tinggi atau rendah terjadi berdasarkan 2 faktor pertimbangan yaitu :
1.Apakah saya dicintai 2.Apakah saya berharga Karena setiap orang mempunyai kebutuhan untuk dicintai dan merasa berharga dan kebutuhan itu terus berlangsung selama orang itu hidup. Demikian juga mengenai perasaan diri berharga, orang tua ingin anak memiliki perasaan atau rasa diri berharga tetapi memarahinya didepan temannya atau orang tua tidak berani beertindak dengan memberi tanggung jawab, karena merasa si anak belum bisa. Maka konsep tentang dirinya ia anak yang tidak sanggup, ia merasa dirinya kurang berharga atau kurang
9
berarti dan kurang berguna.
2.2.2 Asal Mula Kedirian Beberapa eksperimen dengan bayi menyimpulkan bahwa banyaknya respon hangat yang diterima seorang hayi, menjadi dasar untuk kelak terbentuknya pandangan positif mengenai dirinya. Respon ini dapat berupa perhatian, senyuman, pelukan, nyanyian, serta bentuk-bentuk permainan dan percakapan dengan bayi. Meskipun belum mengerti katakata, namun seorang bayi sudah dapat menyimpulkan kesan tentang dirinya dari bagaimana ia diperlakukan. Sentuhan, gerakan tubuh, ketegangan otot, nada suara dan ekspresi wajah dari orang-orang disekitarnya mengirimkan pesan kepadanya, siapa dirinya. Orang-orang yang penting dalam hidup anak berperan sebagai "psychological mirrors " Baik melalu bahasa kata-kata, maupun melalui bahasa tubuh. Pembentukan seorang bayi yang tidak seratus persen pasif itu menjadi manusia sudah dimulai sejak saat ia dilahirkan. Interaksi dengan orang lsin berlangsung seketika itu juga. Karena seorang bayi serta tak berdaya berbuat sesuatu dan berhubung organisme manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar, maka tidak berapa lama bayi itu lahir ia bisa menghubungkan kehadiran orang-orang lain disekitarnya sebagai semacam pengalaman dirinya sendiri. Ibunya akan dikelani sebagai orang yang selalu memberi ia makan, pakaian, membelaibelainya dan tak lama kemudia ibunya itu akan dipandang sebagai orang yang kadang-kadang menjengkelkan hatinya. Ketika anak sudah lebih besar dan mengerti kata-kata, juga kata-kata dan sikap orang-orang di sekitarnya menjadi cerminan yang membentuk konsep dirinya dan nilai dirinya. Maka anak akan menilai diri sendiri
10
setinggi ia dinilai orang-orang tersebut. Di samping orang tua, orang-orang lain pun menjadi cermin untuk anak, misalnya kerabat, tetangga, baby sitter, pembantu turut membentuk pandangannya terhadap dirinya. Dari penilaian orang lain, tumbuhlah penilaian terhadap diri sendiri. Semakin ia menyukai konsep dirinya, semakin tinggi self esteem/penilaian dirinya. Broom dan Selznick memandang tiga cara proses penting pada sosialisasi dalam membentuk suatu tingkah laku yaitu : Pertama, dalam proses sosialisasi itu seseorang mendapatkan bayangan dirinya (self image). Kedua, dalam sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Si orang yang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar mendapat pujian dan rasa cinta dari orang lain. Ketiga, dalam sosialisasi juga pada akhirnya membentuk kedirian manusia itu dengan jalan membangun suatu ego.
2.2.3 Dampak Nilai Diri Terhadap Kepribadian Anak Anak yang seringkali menerima cerminan positif, akan merasa bahwa "saya disayang, saya dianggap berharga bagi mereka. Orang tua saya mengatakan bahwa saya sudah dapat melakukan beberapa hal dengan baik, namun masih banyak hal yang perlu saya pelajari. Kalau belum berhasil, saya akan berusaha lagi, nanti saya pasti bisa, lalu saya ingin mencoba melakukan banyak hal baru. Saya senang pada diri saya". Kemungkinan besar anak seperti ini akan tumbuh dengan kepribadian yang mantap, yakin diri, tidak takut gagal, tidak mudah putus
11
asa, kreatif, bersedia bekerja keras untuk mencapai yang diharapkan dan dapat diandalkan. Sebaliknya, anak yang sering mendapat cerminan yang negatif dan jarang mendapat cerminan yang positif dari sekelilingnya, akan menilai dirinya sebagai orang yang tidak dicintai dan tidak berharga. la merasa rendah diri dan tidak yakin akan kemampuannya. la kurang mau mencoba karena merasa pasti akan gagal. Meskipun ia mempunyai banyak segi kekuatan, namun yang dilihatnya adalah kelemahannya. la akan bersikap ragu-ragu,
takut
mengambil
inisiatif,
takut
menghadapi
risiko.
Kemungkinan besar anak ini akan tumbuh dengan kepribadian yang lemah, kurang yakin diri, merasa diri kurang sanggup, dan mempunyai hari depan yang kurang cerah.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hal yang penting dalam penanaman nilai diri adalah ditekankannya sikap mengandalkan Tuhan dalam segala perkara, menghargai diri sendiri dan orang lain, melakukan pekerjaan dengan penuh sukacita. Dengan nilai diri maka
12
seseorang
akan
merasa
dirinya
berharga
dan
kemudian
ia
akan
memperlakukan orang lain dengan baik juga. Sebaliknya orang yang memiliki sikap cepat berputus asa, mudah menyerah hidupnya akan kacau dan merusak merasa dirinya tidak berharga, direndahkan cenderung akan melihat orang lain dengan penilaian yang juga negatif. Akibatnya ia kurang dapat bersosialisasi dengan baik. Hubungan dengan orang lain menjadi kurang harmonis dan dapat menjadi batu sandungan. Karena itu sangat penting memahami bahwa tanpa nilai diri, tidak dapat seseorang mencapai keberhasilan yang membanggakan dan membahagiakan dirinya dan juga orang lain. Pemahaman yang benar dan jelas dari semua komunitas Sabda Space tentang nilai diri yang berakar pada firman Tuhan, dapat memampukan dalam mengatasi cobaan yang muncul dari keinginan untuk melihat hanya dari segi kesenangan dan keuntungan diri sendiri ataupun kesepakatan bersama.
3.2 Penutup Kami selaku penulis masih merasa belum sempurna apa yang kami uraikan dan kami paparkan ini. Mungkin dari segi penulisan atau kebakuan bahasanya, maka dari itu kami memohon saran dan masukan para pembaca untuk kesempurnaan makalah yang akan kami susun berikutnya, dan muda-mudahan apa yang kami uraikan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi saya selaku penulis khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
13
Yasik, Faisal. Sosiologi Pendidikan, Penerbit Usaha Nasional Surabaya Murdiyatmoko Janu. Sosiologi : Mengkaji dan Memahami Masyarakat, (http://books.google.co.id/books?id=9izwozl4loC&pg=PA17&dq=buku+sosiologi&client=firefoxa#v=onepage&q=buku%20sosiologi&f=false) http://tugassekolahonline.blogspot.com/2009/02/kepribadian.html http://syakira-blog.blogspot.com/2008/11/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html http://putra-tatiratu.blogspot.com/2008/06/pengertian-kepribadian-secaraumum.html
14
MAKALAH SOSIOLOGI (PERKEMBANGAN KEDIRIAN DAN KEPRIBADIAN)
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi
Dosen Pembimbing :
Drs. Nafan Abu Manshur
Disusun Oleh : Abdulah Safri Afnan Anshori
SEKOLAH TINGIH ILMU TARBIYAH PONDOK PESANTREN MASKUMAMBANG
15
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas Nikmat dan RahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah "Perkembangan Kedirian dan Kepribadian" Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi, untuk melengkapi tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen. Dan tak lupa Shalawat serta salam, muda-mudahan tetap tercurahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW karena beliaulah yang telah membimbing kita dari masa jahiliyah menuju masa islamiyah sebagaimana yang kita rasakan sekarang ini. Dan juga kami tak lupa berterimah kasi pada teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
16
Muda-mudahan apa yang kami paparkan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi kami selaku penulis khususnya. Amin........
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i KATA PENGANTAR.................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1 1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
17
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2.1 Kepribadian............................................................................................. 3 2.1.1 Kepribadian Faktor Penyebab Tingkah Laku.......................... 3 2.1.2 Kepribadian Prodak Sosialisasi.................................................. 5 2.2 Kedirian................................................................................................... 7 2.2.1 Kedirian Proses Sosialisasi.......................................................... 7 2.2.2 Asal Mula Kedirian...................................................................... 9 2.2.3 Dampak Nilai Diri Terhadap Kepribadian Anak.................... 10
BAB III PENUTUP........................................................................................ 3.1 Kesimpulan............................................................................................. 12 3.2 Saran....................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13
18
iii