Makalah Perilaku Merokok Pada Remaja.docx

  • Uploaded by: Andika ALFharisi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Perilaku Merokok Pada Remaja.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,862
  • Pages: 11
Makalah Perilaku Merokok Pada Remaja Oleh: Deni Sri Wahyuni

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Pengaruh nikotin dalam merokok dapat membuat seseorang menjadi pencandu atau ketergantungan pada rokok. Remaja yang sudah kecanduan merokok pada umumnya tidak dapat menahan keinginan untuk tidak merokok, mereka cenderung sensitive terhadap efek dari nikotin. Penelitian yang dilakukan oleh Parrot (2004) mengenai hubungan antara stress dengan merokok yang dilakukan pada orang dewasa dan pada remaja menyatakan bahwa ada perubahan emosi selama merokok. Merokok dapat membuat orang yang stress menjadi tidak stress lagi. Menurut Parrot, perasaan ini tidak akan lama, begitu selesai merokok, mereka akan merokok lagi untuk mencegah agar stress tidak terjadi lagi. Keinginan untuk merokok kembali lagi karena ada hubungan antara perasaan negative terhadap rokok, yang berarti bahwa para perokok merokok kembali agar menjaga mereka untuk tidak stres lagi. Perilaku merokok lebih tinggi ditemukan oleh orang yang mengalami stress dari pada tidak. Data yang dihasilkan menyatakan bahwa perokok yang mengalami stress atau mengalami kejadian hidup yang tidak menyenangkan susah untuk berhenti merokok. Walaupun perokok menyatakan bahwa merokok dapat mengurangi rasa stress tapi kenyataannya berhenti merokok dapat mengurangi stress Smet menyatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11-13 tahun dan pada umumnya individu pada usia tersebut merokok sebelum usia 18 tahun. Data WHO juga semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok(2003). Bahkan menurut data pada tahun 2000 yang dikeluarkan oleh Global Youth Tobacco Survey (GYTS) dari 2074 responden pelajar Indonesia usia15-20 tahun, 43,9% (63% pria) mengaku pernah merokok. Perokok laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan dimana jika diuraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi pada umur 15-19 tahun. Remaja laki-laki pada umumnya mengkonsumsi 11-20 batang/hari (49,8%) dan yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang/hari sebesar 5,6%. Yayasan Kanker Indonesia menemukan 27,1% dari 1961 responden pelajar pria SMA/SMK, sudah mulai atau bahkan terbiasa merokok, umumnya siswa kelas satu menghisap satu sampai empat batang perhari, sementara siswa kelas tiga mengkonsumsi rokok lebih dari sepuluh batang perhari.Penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun 1998 menyatakan bahwa lebih dari 4 miliar remaja adalah perokok, di mana konsumsi rokok paling banyak adalah murid high school. Tandra menyayangkan meningkatnya jumlah perokok di kalangan remaja meskipun telah mengetahui dampak buruk rokok bagi kesehatan, dan menyebutkan bahwa 20% dari total perokok di Indonesia adalah remja.

Hampir sebagian remaja memahami akibat-akibat yang berbahaya dari asap rokok tetapi mengapa mereka tidak mencoba atau menghindar perilaku tersebut? Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Menurut Kurt Lewin, perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya , perilaku merokok selain disebabkan faktor dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan. Menurut Erickson, remaja mulai merokok dengan adanya krisis aspek psikososial yang di alami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Seseorang yang pertama kali mengkonsumsi rokok mengalami gejala-gejala seperti batuk-batuk, lidah terasa getir dan perut mual, namun demikian, sebagian dari pemula yang mengabaikan gejala-gejala tersebut biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco depency(ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan stress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2020, diperkirakan rokok akan menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan yang menewaskan lebih dari 10 juta orang tiap tahunnya. 2 juta diantaranya terdapat di Cina, jadi menyebabkan lebih banyak kematian di seluruh dunia. Lebih banyak dari gabungan kematian yang disebabkan HIV,TBC,Kematian persalinan,kecelakaan lalu lintas,bunuh diri dan pembunuhan. Satu dari dua perokok yang merokok pada usia muda dan terus merokok seumur hidup, akhirnya akan meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan rokok. Rata-rata perokok yang mulai merokok pada usia remaja akan meninggal pada usia setengah baya, sebelum 70 tahun, atau kehilangan sekitar 22 tahun harapan hidup normal. Para perokok yang terus merokok dalam jangka waktu panjang akan menghadapi kemungkinan kematian tiga kali lebih tinggi daripada mereka yang bukan perokok.

BAB II PEMBAHASAN Perilaku Merokok Pada Remaja

1 Pengertian rokok dan zat-zat yang terkandung di dalamnya Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Dan menyebabkan gejala yang sangat fatal bila tidak dihentikan. Kebiasaan merokok selain mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi kepribadian. Perokok biasanya berkepribadian yang keras dan apabila tidak merokok sekali saja, maka kelakuannya semakin menjadi-jadi. Asap rokok mengandung krang lebih 4000 bahan kimia, yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Zat yang terkandung meliputi :

1. Nikotin, merupakan unsur kimia beracun memiliki susunan seperti alkali. Unsur inilah yang paling banyak pengaruhnya bagi perokok. 2. Tar/tir, merupakn benda yang lengket sejenis cat, biasanya digunakan untuk pengaspalan jalan, ter ini berguna untuk memberikan nyala pada tembakau, berwarna kehitam-hitaman yang dapat mengakibatkan penyumbatan pada saluran pernapasan. 3. Karbon monoksida dan karbon dioksida, merupakan gas beracun yang tidak berbau dan berwarna, dan dapat dikategorikan sebagai zat yang berbahaya. Zat ini dihasilkan dari proses pembakaran tembakau dan kertas pembungkus rokok. Dan zat yang lainnya adalah zat methol, Baridin, Nitrogen oksida, gas amoniak kaustik, Arsenik, Aseton, Butan, sianida, Amoniak, senyawa hidrokarbon, Binzopiren, Fenol, Kadmium, Nitroberin dan lain-lain.

2 Sejarah Rokok di Indonesia Industri rokok tembakau di Indonesia dimulai bersamaan dengan berkuasanya kolonial Belanda di negeri ini. Dimulai dengan penamaan pertama pada 1609, pada 1650 tembakau dijumpai di banyak daerah di Nusantara. VOC melakukan penamaan tembakau secara besar-besaran di daerah kedu, Bagelen, Malang, dan Priangan. Dari abad ke-17 hingga ke-19, penamaan tembakau mencapai daerah Deli, Padang, Palembang, Cirebon, Tegal, Kedu, Bagelen, Banyumas, Semarang, Rembang, Kediri, Besuki, Lumajang, Malang, Surabaya, Pasuruan, bahkan juga di Kalimantan, Sulawesi, Ambon, dan Irian. Kisah kretek bermula dari kota Kudus. Menurut Amen Budiman & Onghokham dalam buku Rokok Kretek : lintasan Sejarah dan Artinya Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara (1987), pembuatan rokok kretek di Indonesia di mulai oleh seorang bernama Haji Jamahari. Awal mulanya, penduduk asli kota kudus, pantai utara Jawa, itu telah lama mengidap rasa nyeri di dadanya. Untuk mengurangi rasa sakitnya itu, ia mengusapkan dada da pinggangnya dengan minyak cengkeh. Hasilnya, rasa sakitnya kemudian banyak berkurang. Lantas timbul gagasan dari Haji Jamahari untuk memakai rempah-rempah itu sebagai obat dengan cara berbeda. Lalu ia merajang cengkeh sampai halus, kemudian mencampurnya dengan tembakau, dan dibungkus dengan daun jangung, dan kemudian di bakar ujungnya. Dengan cara menghirup asapnya sampai masuk ke paru, ia merasa sakit di dadanya berangsur-angsur sembuh. Kemudian berita ini sampai keseluruh penduduk, masyarakat pun mengenal dengan naman rokok kretek. Pada tahun 1928, terjadi kegagalan panen cengkeh di Zan-zibar dan Madagaskar yang mengakibatjan harga cengkeh yang dalam keadaan normal hanya f.75., setiap pikul, menjadi melonjak hingga f.160., per pikul. Dampak dari hal ini banyak perusahaan rokok yang menutup pabriknya. Jadi, cara mereka mengatasi masalah ini dengan cara menurunkan mutu dari tembakau, dan menurunkan harga rokok. Hal ini pasti menurunkan reputasi rokok kretek kudus dan berakibat pasaran rokok kretek buatan kudus di pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Timur mengalami kemunduran. Sebaliknya peristiwa ini justru menguntungkan pusat-pusat industri rokok kretek di Jawa Timur, lantaran meskipun perusahaan rokok di Jawa Timur juga mengalami kesulitan mendapatkan cengkeh, namun mereka masih berusaha menjaga mutu rokok buatannya.

Perkembangan industry rokok di daerah lain : a. Jawa Tengah perkembangan industry rokok selanjutnya mulai merambah di daerah lainnya, seperti di Pati dan Karesidenan Rembang. Pada tahun 1993, untuk pertama kalinya terjadi pemungutan cukai tembakau yang memicu tumbuhnya beberapa perusahaan rokok kecil di Karesidenan Jepara dan Rembang. Pada tahun 1927 muncul industry rokok di kota Semarang, juga di Demak. Pada 1930 muncul di Karesidenan dan pekalongan. Di banyumas rokok klembak merupakan jenis rokok favorit dan industrinya muncul pada 1925 di Gombong. Di daerah Temanggung muncul pula jenis rokok yang lebih tua usianya dari rokok kelembak dan dinamai rokok kedu yang isinya terdiri dari tembakau kedu, tanpa menggunakan campuran apapun. b. Jawa Timur Di Jawa timur, pusat industri rokok waktu itu adalah din segi Blitar, Kediri, dan Tulungagung. Industri rokok di Kediri baru lahir pada 1922. Industri rokok di Jawa Timur mulai menunjukkan giginya pada tahun 1928 dan 1929. Ini akibat dari menurunnya mutu rokok kretek buatan kudus akibat dari kenaikkan harga cengkeh sehingga pengusaha rokok kretek di kudus dengan sengaja mengurangi mutu bahan bakunya. Di Karasidenan Surabaya, pembutan rokok dalam kerajinan rumah tangga sudah ada sejak 1990, dan pada 1910 muncul industry rokok yang di mulai dari kelas rumah tangga dengan nama PT.HM Sampoerna. Namun ke;las pabrik dengan memakai tenaga buruh barulah lama setelah itu, yaitu pada 1928. Pada 1914 sudah ada pabrik besar milik orang Tionghoa, namun untuk pembuatan sigaret kretek. Di daerah Sidoarjo muncul pada 1924 dan Mojokerto pada 1927. c. Jawa Barat pasaran rokok di Jawa Barat awalnya lebih didominasi oleh rokok kawung, yaitu rokok yang pembungkusnya dari daun pohon kawung, yang ada di kalangan orang Jawa di kenal dengan nama pohon aren. Industry rokok kawung muncul pertama kali di Bangdung pada 1905 oleh seorang pengusaha Tionghoa. Selanjutnya muncul juga di Bogor, Garut, Tasikmalaya, Purwakarta, Sukabumi, dan Batavia (Jakarta0. Karena banyaknya kegagalan industry rokok di Jawa Barat yang menjual produk rokok kretek, seorang pengusaha rokok di daerah Climus, kabupaten Kuningan, mencoba trik baru dengan membuat rokok kretek (tembakau campur dengan cengkeh) namun dengan pembungkus daun kawung d. Zaman penjajahan Jepang industri rokok di zaman Jepang mengalami penurunan tajam, baik dari mutu maupun jumlah perusahaan yang berdiri. Ini dikarenakan kesulitan mendapatkan tembakau lantaran Jepang telah mengganti kebun tembakau menjadi kebun jeruk. Stok cengkeh pun semakin sulit didapatkan

lantaran impor cengkeh dari Zanzibar dihentikan. Para perusahaan rokok menyiasati situasi ini dengan mengganti cengkeh dengan rajangan daun jambu bol, bahkan sampai ada pula yang menggunakan garam sebagai campuran daun tembakau, seperti yang dilakukan Nitisemito supaya rokok tetap mengeluarkan bunyi “kretek-kretek” sewaktu di bakar. Hal yang menguntungan ini makin diperparah dengan dirampasnya aset-aset perusahaan rokok besar seperti yang dialami perusahaan rokok cap Bal Tiga milik Nitisemito. e. Zaman Awal Kemerdekaan dan Sesudahnya. Pada zaman awal kemerdekaan, daerah yang dikuasai pejuang Republik mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku, bahkan di Yogyakarta sempat pula kertas Koran bekas dari harian kedaulatan rakyat dipakai orang-orang sebagai kertas pembungkus rokok. Namun daerah yang masih di duduki pemerintahan Belanda, stok bahan baku rokok terbilang sangat mudah di dapat lantaran Belanda mengizinkan impor cengkeh secara besar-besara

3. Bahaya Rokok Akibat negative dari rokok, sesungguhnya mulai terasa pada waktu orang baru mulai mengisap rokok. Dalam asap rokok yang membara karena dihisap, tembakau kurang sempurna sehingga menghasilkan CO, yang disamping asapnya sendiri tar dan nikotin dihirup masuk kedalam nafas. CO, tar dan nikotin tersebut berpengaruh terhadap syaraf yang menyebabkan :gelisah, tangan gemetar, kemudian pada ibu hamil yang suka merokok juga dapat kemungkinan terjadi keguguran pada kandungannya, mereka cenderung memiliki bayi yang lebih kecil dibandingkan dari ibu yang tidak merokok. Selain itu, kandungan senyawa karnbon monoksida di dalam darah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen di dalam jaringan janin, sehingga dapat menghambat perkembangan janin. Nikotin itu di terima oleh reseptor asetil kolin-nikotinik yang kemudian membaginya kejalur imbalan dan jalur adrenergic pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat memacu system dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergic, zat ini akan mengaktifkan system adrenergic pada bagian otak lokus seruleous yang mengeluarkan serotonim. Meningkatnya serotonim menimbulkjan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang mengakibatkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan terhadap nikotin. Selain itu, rokok juga dapat mengakibatkan mata kering, katarak hingga kebutaan. Menurut kepala Bagian Glaukoma Departemen Mata FKUI-RSCM dan Ketua Glaucoma Center Jakarta Eye Center, DR. Dr Ikke Wiyogo, Spm, rokok memiliki efek negatife terhadap mata, yaitu menyebabkan kekeringan pada mata. Penyebab katarak adalah karena adanya proses oksidasi yang berlebihan di mata, dan rokok dianggap dapat mempercepat proses oksidasi tersebut. Selain menyebabkan katarak, rokok dapat menyebabkan infertilitas, pada prinsipnya nikotin merusak sel sehingga menjadikan tubuh kekurangan produksi sel,sperma atau sel telur yang menyebabkan sulitnya mempunyai keturunan.

4. Tipe-tipe Perokok Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya 5 menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejakl bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah banugn pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi. Menurut Silvan Tomkins, ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan management of effects theory, keempat tipe tersebut adalah : 1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green(dalam psychological factor in smoking,1978) menambahkan ada tiga sub tipe ini menjadi :   

Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. Stimulation of pick them up, perilaku merokok hanmya dilakukan hanya sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memengang rokok sangat spesifik pada perokok pipa dengan tembakau sedangkan untuk menhisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakn dengan api.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative, banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negative, misalnya bila ia marah , cemas, gelisah rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dair perasaan yang tidak enak. 3. Perilaku merokok yang adiktif, oleh Green disebut sebagai psycologikal addiction, mereka yang sudah adiksi akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah untuk membeli rokok walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya. 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan, mereka yang menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi benar-benar sudah menjadi kebiasaan yang rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan disadari ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu benar-benar habis.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih banyakan orang yang masih melakukannya. Bahkan orang merokok ketika masih remaja. Sejumlah studi menjelaskan bahwa kebanyakan perokok mulai merokok antara umur 11 dan 13 tahun, dan 85% sampai 95% sebelum umur 18 tahun. Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok menurut Levy(1984) setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok, pendapat tersebut didukung oleh Smeet(1994) yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas social,gengsi dan tingkat pendidikan. Menurut Lewin(Komasari&helmi,2000) perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan factor-faktor dari dalam diri juga disebabkan factor lingkungan. Laventhal(dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa merokok tahap awal dilakukan dengan teman-teman(46%), seorang anggota keluarga bukan orang tua (23%) dan orang tua (14%). hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Komasari dan Helmi(2000) yang mengatakan bahwa ada tiga fsktor pemyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap primitife orang tua terhadap perilaku merokok remaja dan pengaruh teman sebaya. Mu’tadin mengemukakan alasan mengapa remaja merokok, antara lain : 1.pengaruh orang tua Menurut Baer dan Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obatobatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. 2. pengaruh teman Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakn banyak remaja merokok maka semakn besar kemunkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. 3. faktor kepribadian Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obat(termasuk alcohol)ialah konformitas sosial. 4. Pengaruh iklan

Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampikan gambaran bahwa perokok adalah lambing kejantanan atau glamou Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen(Sarafino, 1994) tentang factor - faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu : 1.Faktor Biologis Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergan tungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama(1992) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok yang cukup tinggi. 2. Faktor Psikologis Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sult untuk dihindari. 3.Faktor Lingkungan Linkungan social berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya. 4.Faktor Demografis Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok di usia dewasa semakin banyak, akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tudak terlalu berperan karena baik pria maupun wania sekarang sudah merokok. 5. Faktor Sosiol budaya Kebiasaan budaya, kelas social, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada idividu. 6.Faktor Sosial Politik Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungibagi orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok.

6. Rokok ditinjau dari perspektif sosiologi Fenomena merokok adalah fenomena global, ketika kadar penggunaan rokok di kalangan Negara-negara meningkat, di barat keadaannya jauh berbeda. Puncak merokok bisa dilihat dari faktor psikologi dan sosio budaya. Afganistan sebuah Negara produksi candu utama dunia, anak kecil menjadi ketagihan candu susu ibunya. Namun, membuat rumusan umur mengenai puncak merokok berdasarkan faktor psikobiologi adalah kurang tepat, karena hingga sekarang belum ada penelitian yang mengkaji mengenai pengaruh genetic terhadap kecendrungan merokok.

Satu kajian yang dilakukan oleh penyelidik di London mendapati bahwa kebanyakan remaja di London, Britain dan juga Ottawa, Kanada, merokok Karena dapat menguruskan berat badan. Menurut penyelidikan tersebut, ia memperkirakan kira-kira 2800 remaja perempuan di keduadua Negara dalam lingkungan usia 11-18 tahun. Sejumlah 20% daripada mereka dikatakan merokok. Kajian ini seharusnya menimbulkan rasa takut di kalangan ibu bapak serta masyarakat umumnya. Karena disebabkan adanya remaja perempuan yang akan dipengaruhi oleh hujjahhujjah yang sama. Kajian sosio budaya di banyak tempat sering menonjolkan bahwa banyak wanita percaya, berat badan mereka akan turun dalam masa dua decade yang lalu,sedangkan yang sebenarnya kebanyakan daripada mereka yang mengalami berat badan yang meningkat. Mengikuti suatu kajian pada tahun 1996, kaitan merokok dengan berat badan telah di paparkan melalui iklan-iklan rokok sejak tahun 1920, khususnya Amerika Serikat. Sebagai contoh satu iklan jenama rokok lucky strike, telah mengutarakan slogan “Reach for a lucky Instead of a sweet”(cobalah lucky daripada gula-gula). Mereka bukan saja menggunakan remaja perempuan berbadan langsing sebagai model dalam iklan-iklan, tetapi seringkali mengiklankan nama-nama rokok yang ada kaitannya dengan kelangsingan badan dengan menggunakan istilah seperti “Slenderness”(ramping) dan “ slimness”(langsing). Hal ini menunjukkan persatuan tembakau mempunyai strategiuntuk memperluas pasaran mereka di kalangan wanita yang hingga kini masih belum di eksploitasi sepenuhnya. Di Amerika Serikat,industri tembakau membelanjakan sebanyak US$4,6 bilion setahun ataupun US$12,6 milion(anggaran RM 50 juta) perhari untuk pengiklanan. Iklan-iklan ini dipaparkan sebagai satu simbol “kebebasan”, “kedewasaan”, “kejayaan”, “impian” serta juga cara-cara untuk bersosiolisasi dan bersoronok. Ia hanya memberikan gambaran bahwa penggunaan rokok adalah hal biasa. Gambaran diri terhadap perempuan lebih mengarah kepada pelanggaran norma sosio-budaya, hal ini juga diiringi dengan cirri keanggunan, seksi, sehat, dan juga menyeronokkan sebagai daya tarikaan kepada mereka. Pengiklanan seperti ini yang khususnya didasarkan kepada wanita lewat tahun 60-an dan awal 70-an, didapatkan peningkatan permulaan merokok dikalangan wanita pada waktu yang sama. Persoalan yang diselidiki di Amerika Serikat sekitar tahun 1967 yang melibatkan lebih daripada 102,626 wanita menunjukkan peningkata yang mendadak dalam permulaan merokok bagi remaja perempuan berumur di bawah 18 tahun. Oleh karena itu, seharusnya masyarakat umum dan ibu bapak khususnya perlu perhatian menggunakan cara-cara yang sama untuk mempengaruhi remaja-remaja kepada perilaku merokok. Dengan kesadaran ini, diharapkan pihak yang bertanggung jawab agar lebih berperan dalam melindungi remaja kita. Khususnya remaja perempuan, daripada terjebak dari pengaruh tembakau. Satu cara yang jelas dengan cara menyekat pengiklanan sedemikian rupa supaya remaja kita tidak lagi tertipu. Dengan berbagai nilai palsu yang ingin diterapkan oleh serikat rokok tentang gambaran diri termasuk yang berkaitan dengan berat badan. Seandainya kita tidak cepat menanggulangi masalah ini, kita pasti akan mengalami berbagai gejala sosial lainnya yang timbul di kalangan

remaja perempuan pada masa kini. WHO mengatakan ada sekitar 3 juta kematian setiap tahunnya akibta asap rokok pada selama kurun waktu 90-an. Penyebabnya bukan hanya peroko aktif tetaopi juga perokok pasif. Perokok pasif meupakan orang yang paling merugi Dikarenakan ia biasa terkena pengaruh dari rokok sedangkan ia tidak merokok. hal ini disebabkan oleh adanya interaksi sosial, namun secara langsung kita tidak biasa mencegah adanya interksi sosial, karena dalam hidup ini sangat dibutuhkan adanya hubungan sosial, oleh sebab itulah kita sebagai masyarakat harus menimbulkan kesadaran diri kita sendiri. karena jika bukan kita, maka siapa lagi yang akan menjaga kesehatan kita bersama.

7. Upaya Pencegahannya Cara penanggulannya pertama di bebankan kepada negara melalui media masa secara luas, seperti melalui surat kabar, majalah-majalah, siaran-siaran radio dan televisi yang penerangan tentang besarnya bahaya merokok kepada para pemuda dan masyarakat luas. Kemudian meminta bantuan kepada orang yang berpengalaman, para ahli,, pemikir dan penulis. Di samping itu, hendaknya Negara menaikkan pajak dan harga rokok, kemudian melarangnya secara keseluruhan di tempat-tempat umum dan keramaian. Pelaksanaan seperti ini merupakan suatu langkah periodical yang pada akhirnya harus diadakan larangan secara total, sebagaimana dilakukan di negara-negara besar, seperti Amerika, Inggris, dan lain-lain dewasa ini. Kemudian untuk orang dewasa yang sudah terbiasa merokok, hendaknya selalu ingat dan takut kepada Allah Swt. Sehingga mereka akan menjauhi hal-hal yang haram,seperti merokok. Hendaknya mereka mempunyai tekad yang bulat untuk mengalahkan hawa nafsunya, di samping mempunyai pemikiran dan kebijaksanaan yang mendorong untuk mengikuti jalan yang benar. Jika seseorang telah memiliki iman yang teguh, kuat, sudah barang tentu ia akan memiliki sifat yang sempurna dan hidup dengan tenang dan tentram. Anak-anak yang terbiasa merokok dan melakukan hal-hal negative, banyak disebabkan oleh tidak adanya atau kurangnya pengawasan dari para pendidik dan keluarganya. Oleh karena itu tugas para pendidik tidak lain adalah memperhatikan dan mengawasi tingkah laku anak dan meluruskan kenakalan dan penyimpangannya. Sehingga dapat mengembalikan mereka kepada kebenaran dan mereka mendapatkan keselamatan kembali. Selain tindakan di atas, maka dapat juga dilakukan hal di bawah ini : 1. sebelum anda berhenti merokok, tempellah secarik kertas catatan di bungkus rokok anda dan catatlah setiap merokok sebatang rokok sigaret. 2. putuskan akan berhenti segera, jika anda berhenti merokok segera, gantikanlah dengan permen karet atau kegiatan olahraga, latihan pernapasan, meditasi, dan teknik relaksasi. 3. niatnya harus kuat, jika usaha untuk merokok hanya setengah hati, anda pasti belum siap. 4. dukungan keluarga dan teman-teman terdekat,. 5. jangan berhenti lagi untuk berusaha lagi, bila suatu saat anda merokok lagi, kekambuhan ini manusiawi, jangan merasa bersalah Mulailah berusaha lagi, jangan di tunda untuk menghentikannya lagi.

Petunjuk-petunjuk bagi yang belum siap berhenti merokok, diantaranya : a.kurangi tar dan nikotin yang anda isap b. jangan mengisap rokok dalam-dalam c.perlama jarak waktu antara satu isapan dengan isapan berikutnya d.jangan mengisap sampai mendekati pangkal rokok.

DAFTAR PUSTAKA      

http://www.library.usu.ac.id/download/fk/132316815 Manastas, Lagita.2007. Filosofi Rokok. Yogyakarta : Katalog Dalam Terbitan. Pusat Promosi Kesehatan Departement Kesehatan Republik Indonesia. Rahman, Arif., dkk.2005. Sosiologi. Yogyakarta : Saka Mitra Kompetensi. Sudjadji, Bagad.2005. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Surabaya : Katalog Dalam Terbitan. Suharto. Majalah Kesehatan Keluarga. Jakarta : P.T. Dian Rakyat.2008.

Related Documents


More Documents from "ita oktafia nainggolan"