Perhubungan Pola Asuh Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja.docx

  • Uploaded by: Nur Rohadatul Aida
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perhubungan Pola Asuh Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,909
  • Pages: 12
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Kelompok usia anak dalam meninggalkan masa anak-anak dan mendekati masa dewasa adalah remaja. Seorang anak mencapai kematangan yang sempurna pada sisi tersebut biasanya terjadi pada usia 10-19 th. Remaja adalam masa di mana individu dalam tahap perkembangan dari saat pertama kali menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan, biologik, psikologik, dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda. Hal ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia dengan jumlah yang di perkirakan 2030 populasi kaum muda akan tumbuh; dari 1,8 miliar, pada 2015 menjadi 1,9 pada 2030. Selama periode ini, proporsi orang muda di total populasi di seluruh dunia akan terjadi penurun sedikit dari 24,5 persen menjadi 23 persen (WHO, 2018). Di Indonesian proyeksi jumlah anak dengan usia remaja 15-19 tahun dalam kurun waktu tahun 2011,2011, dan 12 menunjukan jumlah 21.738.3, 21.333.9, dan 20.936,5. Jumlah proporsi remaja di DKI Jakarta 2016 dengan jumlah 1,590,433 (Data statistic, Dki Jakarta, 2016). Dari datra tersebut diketahui jumlah remaja pada usia 15-19 tahun cukup besar, 1

dan mengingat remaja merupakan usia menuju dewasa yang memiliki potensial generasi penentu masa depan suatu bangsa, anak di usia remaja ini mempunyai resiko karena di usia remaja merupakan masa transisi.

Masa transisi merupakan masa perubahan dari anak-anak menuju dewasa, terjadi perubahan fisik maupun mental. Sementara perubahan mental meliputi kesiapan remaja dalam menghadapi perkembangan fisik yang terjadi serta mulai mengenali fungsi dari perkembangan tersebut (Wong’s, 2009).

Masa remaja dapat terjadi krisis identitas diri, dimana pada masa remaja dimulai memiliki keinginan untuk menonjolkan identitas dirinya. Apabila perkembangan pada masa ini perkembangannnya menjadi tidak optimal. Masalah yang terjadi pada anak dengan usia remaja dengan perilaku berisiko diantaranya adalah kebiasaan merokok, gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, hygiene dan sanitasi individu, depresi/stress, konsumsi obat-obatan terlarang dan konsumsi minuman beralkohol.

Perokok reguler di antara anak laki-laki berusia 15 sampai 19 tahun meningkat dari 36,8% pada tahun 1997) menjadi 42,6% pada tahun 2000 (WHO, 2003). Data dari survei tembakau pada anak sekolah usia 13 – 15 tahun Global Youth Tobacco Survey (GYTS) yang dilakukan di 50 sekolah menunjukkan prevalensi pelajar yang pernah merokok sebesar 33%, sedangkan prevalensi perokok saat ini (perokok tiap hari dan kadang-kadang) diantara pelajar adalah 22% 4 . Data dari Susenas 2001 menunjukkan bahwa persentase merokok pada usia 10 tahun 2

ke atas di Jawa Barat adalah sebesar 31%, dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional (27.7%). Masih dari hasil Susenas 2001, persentase usia mulai merokok tertinggi di Jawa Barat adalah pada kelompok usia 15 – 19 tahun (62.9%), sedangkan persentase untuk usia mulai merokok lebih muda, 10 – 14 tahun adalah 5.6%. Sementara data dari GYTStahun 2009 menunjukkan proporsi pernah merokok pada laki-laki usia 13 -15 tahun adalah sebesar 57.8% di populasi anak sekolah di Jawa dan Sumatra (KEMENKES, 2015).

Remaja cenderung bergantung pada ibu untuk masalah dukungan dan kedekatan daripada dengan ayah. Remaja laki-laki juga menganggap figur ibu lebih responsif dan bertanggung jawab daripada figur ayah. Ibu juga dipandang lebih peka dan suportif secara emosional terhadap remaja laki-laki. Ibu menghargai individualitas,

kerapuhan,

dan

sensitifitas

remaja

laki-laki

sekaligus

kekuatannya. Hal ini membuat remaja laki-laki lebih berani berekspresi dan bergantung pada sosok ibu, karena ibu adalah figur orang tua yang memberikan kenyamanan dan kepekaan emosional (Lombardi, 2012).

Tidak hanya itu, Eliasa (2011), menyatakan ibu menempati peringkat pertama pada pengasuhan anak, yang akhirnya menjadikan ibu sebagai figur kelekatan utama. Setelah dilakukan penelitian, diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan dan pertimbangan bagi orang tua khususnya ibu dalam mengasuh anak-anaknya agar tidak melakukan perilaku negatif khususnya merokok. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian. 3

Rosenthal dan Kobak (2010), yang menyatakan bahwa baik remaja laki-laki dan perempuan yang duduk di bangku sekolah menengah atas menempatkan figur ayah di bawah figur ibu, teman sebaya, dan pasangan dalam hirarki kelekatan utama.

Kelekatan utama dalam perawatan remaja menyatakan Preferensi remaja terkait orang tua sebagai figur kelekatan utama dipengaruhi persepsi mengenai ketersediaan orang tua, frekuensi kontak, dan responsivitas. Ibu merupakan figur yang dipandang lebih dekat, responsif, dan mudah dicari oleh anak, sehingga ditempatkan sebagai figur kelekatan utama Rosentahl dan Kobak (2010).

B. MASALAH PENELITIAN C. D. PERTANYAAN PENELITIAN E. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua terhadap prilaku meroko pada usia remaja SMA Islam Putradarma Bekasi 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah teridentifikasinya a. Pola asuh orang tua ( informasi, penilaian, instrumental dan emosional) dalam perilaku merokok beresiko pada usia remaja di SMA Islam Putradarma Bekasi. b. hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada usia remaja 4

F. Manfaat penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP REMAJA 1. Pengertian Remaja Remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan, biologik, psikologik, dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. oleh karena itu, seseorang remaja membutuhkan pemahaman tentang karakterisktik dalam masa perkembangan ini sering kali berbagai problem yang muncul terjadi karena kurang pengalaman untuk berinteraksi terhadap tuntutan pertumbuhan dan perkembangan remaja (Abu sa’id, 2017). 2. Perubahan Yang Terjadi Pada Remaja a. Perkembangan Fisik 1) Rata-rata umur remaja bagi perempuan adalah 12-13 tahun dan rata-rata umur remaja bagi anak laki-laki adalah 14-15 tahun. 2) Ukuran dada anak perempuan bertambah besar.

5

3) Tinggi badan bertambah 15-20 cm selama satu tahun dan berat badan bertambah 18-22 kg selama 1 tahun. 4) Bertambahnya ukuran organ- organ seksual bagian tengah dan dalam. 5) Mimpi basah bagi laki- laki dan menstruasi bagi perempuan.

b.

Perkembangan Intelektual 1) Matangnya kemampuan berfikir dan berkembangnya kecerdasan secara umum. 2) Kemampuan penafsiran kejadian yang dihadapi dan memberi penilaian terhadap kejadian tersebut. 3) Munculnya kemampuan beradaptasi antara dirinya dengan lingkungan yang ada disekitarnya. 4) Berkembangnya kemampuan berkonsentrasi baik secara kualitas maupun kuantitas dalam waktu yang lama. 5) Munculnya respon terhadap perilaku orang lain dengan cepat dan segera ingin mengetahui hasil dari respon tersebut.

c.

Perkembangan Bahasa 1) Kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan semakin baik saat dalam kondisi susah atau senang. 2) Remaja menghabiskan waktu yang lama ketika berbicara khususnya saat berbicara tentang sesuatu yang berkaitan dengan nya. 3) Berkembangnya kemampuan untuk berbicara dengan dirinya sendiri baik setuju atau tidak setuju atau hanya berbicara dengan dirinya tentang apa yang terjadinya sepanjang hari.

6

4) Sering memakai ungkapan – ungkapan yang pendek dan tanggapan yang tidak tenang ketika dia tidak suka terhadap sesuatu. 5) Topik pembicaraan yang sering diungkapkan adalah tentang teman-teman dan keluarga.

d.

Perkembangan psikologis 1) Mampu mengungkapan emosi positif (gembira) dan emosi negative (sedih) dengan jelas. 2) Bertambahnya rasa kekhawatiran atau perasan cemas. 3) Bertambahnya ekspresi emosi secara umum terutama saat merasa terancam (kekerasan yang mungkin terjadi disekolah, rumah atau bersama teman – temannya) atau tidak suka, seperti mengigit kuku atau mengigit bibir.

e.

Perkembangan social 1) Munculnya seseorang sebagai sahabat dekat sangant mungkin untuk berubah dari waktu kewaktu. 2) Cenderung terpengaruh oleh komunitas remaja dimana ia beriteraksi, baik pengaruh positif atau negative. 3) Hubungan yang baik atau tidak atau orang dewasa tergantung dari jenis pengalaman dan keadaan yang terjadi pada mereka. 4) Memiliki kecenderungan terlibat pada orang tua dalam mengambil keputusan seperti untuk menentukan tempat-tempat yang akan dituju ketika piknik, jalan-jalan, dll.

3. Masalah Utama Yang Mengiringi Usia Remaja 7

Pada lingkungan Pendidikan yang didalamnya terdapat banyak konflik dengan remaja, pada umumnya akan memunculkan masalah-masalah mendasar, seperti melanggalr aturan, suka menyendiri atau merenung, cepat emosi dan marah, mengganggu, orang lain mencuri ataupun perilaku merokok.

B. POLA ASUH ORANG TUA 1. PENGERTIAN POLA ASUH Pada pola asuh orang tua dalam membantu anak untuk mengembangkan dalam kedisiplinan adalah suatu upaya orang tua yang diaktualisasikan teradap penataan dalam penataan lingkungan fisik, lingkungan social internal dan ekternal, dialog dengan anak-anaknya, suasana psikologis, dan sosiobudaya, perilaku yang ditampilkan pada saat terjadi pertemuan dengan anak, kontrol terhadap perilaku anak dan menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang di upayakan kepada anak. (Moh.shochib, 2014). 2. POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA Menurut wahyuni, sikap orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak remaja dipengaruhi oleh adanya beberapa factor diantaranya pengalaman masalalu yang berhubungan erat terhadap pola asuh atau pola sikap mereka terhadap anak, terutama doi usia remaja. Nilai-nilai yang di anut oleh orang tua, tipe kepribadian dari orang tua, kehidupan perkawinan orang tua dan alasan orang tua mempunyai anak

terutama pola asuh pada ( Gunarsa, 1976). Pola asuh yang sering

digunakan pada anak terutama di usia remaja adalah otoriter, demokratis, dan permisif. 8

C. KONSEP PERILAKU MEROKOK 1. DEFINISI PERILAKU Pengertian dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan, dan dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia juga dapat di artikan suatu aktivitas manusia itu sendiri (soekidjo,N., 1993 dalam buku psikologi sunaryo). 2. DEFINISI MEROKO Perokok adalah seseorang yang suka merokok, disebut perokok aktif bila orang tersebut yang merokok secara aktif, dan disebut perokok pasif bila orang tersebut hanya menerima asap rokok saja, bukan melakukan aktivitas merokok sendiri (KBBI, 2018). Definisi lain dari perokok adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal enam bulan selama hidupnya masih merokok saat survei dilakukan (Octafrida, 2011). D. HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP PRILAKU MEROKOK PADA REMAJA Penerapan pola asuh otoriter oleh orang tua yang selalu menekan, tidak memberikan kebebasan pada anak untuk berpendapat akan membuat anak tertekan, marah dan kesal kepada orang tuanya, akan tetapi anak tidak berani mengungkapkan kemarahannya itu dan melampiaskan kepada hal lain berupa perilaku merokok. Berdasarkan penelitian orang tua yang memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak, kontrol yang minim apalagi dengan anak usia remaja 1517 tahun yang merupakan fase remaja pertengahan dengan penuh gejolak jiwa dapat menyebabkan penyimpangan perilaku pada anak, yang salah satunya perilaku merokok. Pola asuh permisif yang cenderung memberikan kebebasan pada anak 9

untuk berbuat apa saja, dapat berpotensi membuat anak menjadi bingung dan salah arah dalam berperilaku (Agus, 2012).

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP Menurut notoatmojo (2010) kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin di teliti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada usia remaja di SMA Islam Putradarma. Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen

Variable Dependen Perilaku merokok pada remaja :

Pola asuh orang tua -

Informasi Penilaian Instrumental Emosional

- Pengetahuan remaja tentang - Sikap remaja terhadap prilaku merokok - Aktifitas keseharian remaja terhadap perilaku merokok 10

Variable confounding : - Karakteristik usia - Jenis kelamin - Aktifitas ekstrakulikuler - Informasi yang diterima Skema di atas menjelaskan bahwa variable dependen penelitian ini adalah perilaku merokok pada remaja yang terdiri dari pengetahuan remaja tentang pengetahuan kesehatan bahaya merokok., bagaimana sikap remaja terhadap prilaku merokok dan aktifitas keseharian remaja terhadap prilaku merokok sehari hari.. variable independent adalah pola asuh orang tua yang terdiri dari informasi, penilaian, instrumental dan emosional, sedangkan variable confounding adalah karakter usia, jenis kelamin, aktivitas ekstrakulikuler dan informasi yang diterima. Keterangan : : diteliti dan dihubungkan : diteliti dan tidak dihubungkan

B. HIPOTESIS 1. Adanya hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada usia remaja 2. Adanya hubungan dukungan penilaian orang tua dengan perilaku merokok pada usia remaja

11

3. Adanya hubungan dukungan instrumental orang tua dengan perilaku merokok pada remaja 4. Adanya hubungan dukungan emosional orang tua dengan perilaku merokok pada remaja.

12

Related Documents


More Documents from ""