MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IJTIHAD Disusun o l e h INSAN FAHMI NPM : 71180712029 PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA MEDAN TA.2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah Swt berkat Rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyusun makalah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “IJTIHAD”, makalah ini disusun berdasarkan silabus Pendidikan Agama Islam. Saya berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat bapak terima dengan senang hati.Dan juga dapat bermanfaat bagi saya dan orang lain. Kritik,saran dan revisi yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan dari bapak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah Swt memberi petunjuk kepada saya, dan dengan segala kerendahan hati saya memohon maaf atas segala kekurangan dalam pemulisan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………
i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...
ii
BAB I . PENDAHULUAN……………………………………………………………………..
iii
A.LATAR BELAKANG……………………………………………………...
iii
B.TUJUAN PENULISAN…………………………………………………….
iii
BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………………………………….
1
IJTIHAD……………………………………………………………………….
1
1.PENGERTIAN IJTIHAD…………………………………………………..
1
2.FUNGSI IJTIHAD…………………………………………………………..
1
3.CARA BERIJTIHAD……………………………………………………….
2
4.KEDUDUKAN BERIJTIHAD……………………………………………..
3
5.SYARAT-SYARAT MUJTAHID………………………………………….
3
6.METODELOGI IJTIHAD………………………………………………….
4
BAB III. PENUTUP……………………………………………………………………………..
5
A.KESIMPULAN……………………………………………………………..
5
B.SARAN………………………………………………………………………
5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 6
ii
BAB I PENDAHULUAN Segala puji bagi Allah Ta’ala, Tuhan Pencipta Alam Semesta. Berikut shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabat-sahabatnya. A.LATAR BELAKANG Mengingat pentingnya dalam syariat Islam yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan Assunah, secara komprehensif karena memerlukan penelaahan dan pengkajian ilmiah yang sungguh-sungguh serta berkesinambungan. Usaha untuk tetap menjaga eksistensi syariat Islam dan terlepasdari belenggu kekakuan dan ketertinggalan zaman, maka Ijtihad satu-satunya jalan yang harus dilakukan secara maksimal. Dengan Ijtihad, reaktualisasinilai-nilai syariat Islam tetap actual dan dapat dipertahankan dalam kehidupan praktis. B.TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan makalah ini, yaitu : -
Untuk menjelaskan pengertian Ijtihad Untuk mengetahui fungsi dan kedudukan Ijtihad Cara berijtihad Untuk mengetahui syarat-syarat Mujtahid Mengetahui metodelogi Ijtihad
iii
BAB II PEMBAHASAN IJTIHAD 1. PENGERTIAN IJTIHAD Secara etimologi Ijtihad berasal dari akar kata “ja” “ha” “da” yang berarti kesulitan dan kesusahan. Dari sudut ilm sharf kata Ijtihad bentuknya mengikuti pola timbangan iftial yang menunjukkan arti berlebih (mubalagah) dalam melaksanakan suatu perbuatan. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa berijtihad bukanlah kegiatan yang mudah atau ringan, tetapi mengandung kesulitan serta membutuhkan pengerahan tenaga dan daya pikir yang maksimal. Dilihat dari segi kebahasaan, kata ijtihad berarti mengerahkan segala kemampuan untuk mewujudkan sesuatu. Maka, jika disederhanakan perumusannya, ijtihad bermakna kerja keras dan bersungguh-sungguh. Dengan demikian, setiap pekerjaan yang dilakukan dengan maksimal serta mengerahkan segenap kemampuan yang ada, dinamakan ijtihad dan pelakunya dinamai Mujtahid. Ibrahim Husein mengidentifikasikan makna ijtihad dengan” istinbath”. Istinbath berasal dari kata nabath (air yang mula-mula memancar dari sumber yang digali). Oleh karena itu menurut bahasa arti istinbath sebagai muradif dari ijtihad yaitu “mengeluarkan sesuatu dari persembunyian”. Menurut mayoritas ulama Usul Fiqh, ijtihad adalah pencurahan segenap kesanggupan (secara maksimal) seorang ahli fiqh untuk mendapatkan pengertian tingkat dhanni terhadap hokum syariat. Status dhanni pada hukum hasil ijtihad berarti kebenrannya tidak bersifat absolut, ia benar tapi mengandung kemungkinan salah. Hanya saja menurut mujtahid yang bersangkutan porsi kebenarannya lebih absolute. Atau sebaliknya ia salah mengandung kemungkinan benar. Menurut Harun Nasution, ijtihad juga berlaku pada bidang politik, akidah, tasauf, dan falsafat.
2. FUNGSI IJTIHAD Fungsi ijtihad sangat penting karena telah diakui kedudukan dan fungsinya dalam Islam, namun tidak semua orang dapat melakukan ijtihad, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memenuhi syarat-syarat menjadi mujtahid. Ijtihad berfungsiuntuk mendapatkan solusi hukum, jika terdapat suatu masalah yang harus diterapkan hukumnya, namuntidak dijumpai dalam Alquran dan Hadits. Ada beberapa fungsi ijtihad, yaitu : a. Terciptanya suatu keputusan bersama antara para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk mencegah kemudratan dalam penyelesaian suatu perkara yang tidak ditentukan secara eksplisi oleh Alquran dan Hadits. 1
b. Tersepakatinya suatu keputusan dari hasil ijtihad yang tidak bertentangan dengan Alquran dan Hadits. c. Dapat ditetapkannya hukum terhadap suatu persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan, kegunaan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syariat berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran Islam.
3. CARA BERIJTIHAD a. Qiyas Menurut Alquran surah Al-jumu’ah ayat 9 :
ٰٰۤ ٰ َّ ٰۤ َ ۡ َ ُ ُ ِ ص ٰلو ِة ِم ۡن ي َّۡو ِم ۡال ُج ُمعَ ِة د و ن ا ذ ا ا و ن م ا ي ذ ال ا ه ي ا ي ُّ َن ِ ِ ۡ ۡ َّ ى ِلل َ َ َ ۡ َف ّٰللاِ َوذَ ُروا ۡالبَ ۡي َع ؕ ٰذ ِل ُك ۡم خ َۡي ٌر لَّـ ُك ۡم اسعَ ۡوا اِ ٰلى ِذ ۡك ِر ه ﴾9:﴿ َك ۡنتُم تَعۡ لَم ۡون ۡ ُ اِ ۡن ُ Artinya : Hai orang-orang beriman, apabila diseur untuk menunaikan shalat jum’at, maka bersegeralah kmu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Yang dimaksud dengan Qiyas adalah menetapkan suatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum diterangkan oleh Alquran dan as-Sunnah dengan dianalogikan kepada hukum sesuatu yang sudah diterangkan hukumnya oleh Alquran, karena ada sebab yang sama. b. Ijma’ Yang dimaksud dengan Ijma’ atau Konsessus ijtihad kolektif adalah persepakatan ulama-ulama islam dalam menentukan suatu masalah ijtihadiyah. c. Istihsan
Yang dimaksud dengan Istihsan atau Preference adalah menetapkan suatu hukum terhadap suatu persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip umum jaran islam seperti keadilan dan kasih sayang. Qiyas khofi adalah sebutan istihsan oleh para ulama. Apabila kita dihadapkan dengan keharusan memilih salah satu diantara dua persoalan yang sama-sama jelek maka kita harus mengambil yang lebih ringan jeleknya.
2 d. Mashalihul Mursalah
Pengertian mashalihul mursalah atau Utility adalah menetapkan hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syariat.
4. KEDUDUKAN BERIJTIHAD Ijtihad menempati kedudukan sebagai sumber hukum islam setelah Alquran dan Hadist. Dalilnya adalah Alquran dan hadist. Allah Swt berfirman :
ْ ام ال َمس ِج ِْد شَط َْر َوج َهكَْ َف َو ِْل َخ َرجتَْ َحيثْ َو ِم ن ِْ كنتمْ َما َو َحيثْ ال َح َر ْلا شَط َرهْ وجو َهكمْ فَ َولُّوا ْ َ ون ِلئ َْ اس َيك ْ ِ علَيكمْ ِللنا َ ِْين ِإ ْل ا ح اجة َْ َظلَمواْ الاذ ْلَ ِمنهم ْ َعلَيكمْ نِع َم ِتي َوألتِ اْم َواخشَونِي تَخشَوهمْ ف َ ْون َولَعَلاكم َْ تَهتَد “Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zhalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk,” (QS alBaqarah [2]
Dari ayat Alquran tersebut dapat dipahami bahwa orang yang berada jauh dari baitullah Masjidil Haram, apabila tidak mengerjakan sholat, ia dapat mencari dan menentukan arah kiblat sholat itu melalui ijtihad dengan mencurahkan pikirannya berdasarkan tanda-tanda yang ada. Ijtihad diberlakukan dalam berbagai bidang ,yakni mencakup akidah, mu’ammalah dan falsafat. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan disini adalah mengenai kedudukan hasil ijtihad.
5. SYARAT-SYARAT MUJTAHID Pintu ijtihad selalu terbuka pada setiap masa, dengan perkembangan, ijtihad selalu diperlukan. Namun demikian tidak berarti setiap orang boleh melakukan ijtihad. Dalam literature ushul fiqh terlihat bahwa ahli ushul memberikan rumusan yang berbeda tentag syarat mujtahid. 1. Syarat yang berhubungan dengan kepribadian a. Syarat umum yang harus dimiliki seorang mujtahid adalah telah baligh dan berakal b. Syarat kepribadian khusus 3 2. Syarat yang berhubungan dengan kemampuan
Seseorang harus mempunyai kemampuan akademis untuk meneliti dan menggali hukum syara’ dari dalil-dalilnya serta merumuskannya dalam formulasi hukum. Syarat-syarat nya adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g.
Mengetahui ilmu alat Pengetahuan tentang Alquran Memahami hadist nabi Pengetahuan tentang Ijma’ Ulama Pengetahuan tentang Qiyas Pengetahuan tentang maksud syar’I dalam menetapkan hukum Pengeteahuan tentang Ushul Fiqh
6. METODELOGI IJTIHAD
Wahyu sebagai sumber ajaran utama islam dalam menjawab masalah-masalah waqi’iyah yang terjadi, sudah tidak turun lagi semenjak dipanggilnya Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah keharibaan-Nya pada 14 abad yang telah lewat Metode ijtihad yang dimaksud dalam bahasan ini adalah thariqah yaitu jalan atau cara yang harus dilakukan oleh seorang mujtahid dalam memahami, menemukan dan merumuskan hukum syara’. Dalam beberapa literatur Ushul Fiqh, dirumuskan mengenai metode ijtihad yang ditempuh oleh 4 imam madzhab, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Imam Abu Hanifah Imam Malik Imam Syafi’i Imam Ahmad bin Hambal
4 BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN Ijtihad adalah sebuah usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan berbagai metode yang diterapkan beserta syarat-syarat yang telah ditentukan untuk menggali dan mengetahui hukum islam. Melakukan ijtihad bagi seorang mujtahid dapat mencapai hukum wajib ain, fardhu kifayah, dan sunnat. Hasil ijtihad antara lain adalah: qiyas, ijma’, istihsan, mashalihul mursalah, urf, istishab, dan sududz dzariah. jtihad dalam terminologi usul fikih secara khusus dan spesifik mengacu kepadaupaya maksimal dalam mendapatkan ketentuan syarak. Dalam hal ini, alSyaukani memberikan defenisi ijtihad dengan rumusan : ―upaya seseorang ahli fikih (al-faqih) mengerahkan kemampuannya secara optimal dalam mendapatkan suatuhukum syariat yang bersifat zhanni.
B. SARAN Diharapkan kepada pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang mendalam terhadap hukum-hukum islam.
5 DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Haidar Putra, 2014, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, Jakarta, Prenadamedia. Hamid, Syamsul Rijal, 2005, Buku Pintar Agama Islam, Jakarta, Cahaya Salam. Ash-Shiddieqy, T.M Hasbi. 1980. Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang Shoim, Muhammad, Ulumul Hadist, (Tulungung: Pusat Penerbitan dan Publikasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Rifa’I, H. Moh, 1978, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang, CV Toha Putra.
6