Makalah Pbl Blok 28- Fina

  • Uploaded by: Anonymous wztrzkVn
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pbl Blok 28- Fina as PDF for free.

More details

  • Words: 3,450
  • Pages: 12
Sick Building Syndrome Fina Otta Apelia 102012086 / F7 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012 Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat 15510 Email: [email protected]

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sick building syndrome (SBS) atau sindrom gedung sakit dikenal sejak tahun 1970. Kedokteran okupasi tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah kesehatan akibat lingkungan kerja berhubungan dengan polusi udara, indoor air quality (IAQ) dan buruknya ventilasi gedung perkantoran. Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala akibat adanya gedung yang "sakit", artinya terdapat gangguan pada sirkulasi udara di dalam gedung itu. Adanya gangguan itulah yang menyebabkan gedung tersebut dikatakan "sakit", sehingga timbul sindrom ini yang memang terjadi karena para penderitanya menggunakan suatu gedung yang sedang "sakit". Hal tersebut menyebabkan buruknya kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality atau IAQ) dan terdapat banyak radikal bebas bersumber dari asap rokok, ozon dari mesin fotokopi dan printer, perabotan, cat serta bahan pembersih.1 Gejala-gejala yang timbul memang berhubungan dengan tidak sehatnya udara di dalam gedung. Keluhan yang ditemui pada sindrom ini antara lain dapat berupa batuk-batuk kering, sakit kepala, iritasi di mata, hidung dan tenggorok, kulit yang kering dan gatal, badan lemah dan lain-lain. Keluhan-keluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua minggu. Keluhan-keluhan yang ada biasanya tidak terlalu hebat, tetapi cukup terasa mengganggu dan yang penting amat berpengaruh terhadap produktifitas kerja seseorang. Gejala tersebut akan berkurang atau hilang bila pekerja tidak berada di dalam gedung, hal tersebut dapat terjadi pada satu atau dapat tersebar di seluruh lokasi gedung. Sindrom gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20%, atau bahkan sampai 50% pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di atas. Kalau hanya dua atau tiga orang maka mereka mungkin sedang kena flu biasa. Gejala ini biasanya hilang segera setelah meninggalkan gedung tetapi mungkin tetap untuk penyakit kulit, gejala dan kekeringan pada kulit yang bertahan beberapa hari untuk disembuhkan.1 Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 1

1.2 Skenario Seorang perempuan usia 30 tahun, datang ke klinik anda dengan keluhan utama batuk pilek berulang sejak 3 minggu yang lalu.

II. Pembahasan Pembahasan akan dilakukan secara 7 langkah diagnosis okupasi, meliputi : 2.1 Diagnosis klinis a. Rhinitis alergi Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada dilepaskannya suatu mediator kimia ketika ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Rhinitis alergi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantai oleh Ig E. Gejala pada rhinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lainnya adalah keluar ingus yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar ( lakrimasi). Pemeriksaan fisik pada rhinitis alergi adalah pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat disertai adanya sekret encer yang banyak.2 Pemeriksaan penunjang pada rhinitis alergi ada 2 secara in vitro dan in vivo. In vitro : - hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. -

Pemeriksaan ig E total sering menunjukkan normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya rinitis alergi yang juga menderita asma bronkial.

In vivo : - Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cubit kulit, uji intrakutan atau intra dermal yang tunggal atau berseri (Skin end-point titration/SET). Set dapat mengetahui alergen penyebab juga derajat alergi.2

Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 2

b. ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal ( mikroplasma ). Gejalanya antara lain demam, pusing, lemas, tidak nafsu makan, muntah, batuk, , stridor ( suara napas ), dyspnea ( kesulitan bernapas ), hipoksia ( kurang oksigen )dan dapat berlanjut pada gagal napas apabila tidak mendapat pertolongan dan dapat mengakibatkan kematian. Diagnosis okupasi a.

Pajanan yang dialami

 Pajanan fisik Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruangan). Secara umum, pengkondisian udara (air conditioning) dilakukan dengan mengkondisikan udara dari luar bisa dipanaskan (untuk heatingmode) atau didinginkan (untuk cooling mode) sehingga udara yang didalam ruangan mencapai kondisi set-point (temperature dan kelembaban) yang diinginkan. Pendingin udara diklasifikasikan menjadi pendingin udara local dan central. Pendingin udara local yaitu pendingin udara yang umum dipakai di rumah-rumah atau beberapa ruangan kantor (biasanya ruang pejabat structural, namun sekarang hamper seluruh ruang baik ruang staf maupun umum sudah dipasang pendingin udara/AC), sedangkan pendingin udara sentral adalah pendingin udara yang dikendalikan di satu tempat tersendiri oleh operator khusus, biasanya hotel-hotel, tempat perbelanjaan, dan gedung perkantoran yang berskala besar. Kedua pendingin udara ini berpotensi dalam menyebarkan berbagai virus dan bakteri. Idealnya, filter mesin AC dibersihkan dan dibubuhi disinfektan setidaknya 3-4 kali dalam setahun. Jika tidak AC menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri. Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang kuping. Bagi orang sehat dengan stamina prima, masuknya kuman tak mendatangkan masalah. Lain soal jika korban yang dijambangi kuman adalah mereka yang daya tahan tubuhnya sedang buruk. Dhermatopagoides pteronnyssinus dan Dhermatopagoides farina

adalah tungau debu rumah yang sering

ditemukan pada gedung lemaba yang menyebabkan sensitisasi alergi.1 Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 3

Debu di dalam ruang kerja merupakan partikel-partikel zat padat, disebabkan oleh kekuatan-kekuatan mekanis atau alami yang terbawa oleh angin. Oleh karena itu, debu bisa terdapat dimana saja, misalnya untuk indoor, penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu aktivitas pernapasan manusia.1 Karpet yang tidak dirawat. Partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikelpartikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan karpet tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Sebagian besar orang pernah merasakan bau kuat yang menyengat dari karpet yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur, maka pertikel debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.1  Pajanan Kimia Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida dan banyak toksin serta agen pembuat peka lain. Pajanan yang berulangulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke beragam bahan lain. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, bahanbahan tersebut dapat meyebabkan keadaan yang lebih serius. Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya. 1,3

Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 4

 Pajanan biologis Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme lain. Terutama, perkantoran modern yang biasanya menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami. Pekerja dapat berisiko mengidap penyakit, diantaranya: Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak disertai gejala yang mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil, pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap dan Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin.3  Ergonomi Pajanan ergonomis yang berhubungan dengan SBS adalah bentuk meja dan kursi kerja, posisi saat bekerja, serta desain tangga kantor. Dengan posisi kerja yang tidak nyaman atau posisi yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu low back pain. Sikap bungkuk yang menghadap ke depan komputer, kemudian leher menunduk, gerakan berulang pada jari-jari tangan bisa menyebabkan orang itu mudah lelah, kemudian bisa juga mengalami low back pain atau karena gerakan tangan yang terus menerus menimbulkan Carpal Tunnel Syndrome yang merupakan kondisi medis dimana saraf median dikompresi di pergelangan tangan, menyebabkan parastesia, mati rasa, parastesia dan kelemahan otot di tangan.3  Psikososial Penyebab pajanan psikologis adalah faktor psikososial (upah yang kecil, beban kerja yang berat, tidak ada prospek dalam jejaring karir, kurang penghargaan) dan faktor individu (tidak ada kesempatan untuk belajar, bekerja terlalu lama, jam istirahat kurang, jam kerja lama, kondisi lingkungan kerja yang tidak baik), stress psikis, kerja monoton, tuntutan pekerjaan, hubungan sesama sejawat dan lain-lain. Pasien merasa lelah, monoton sehingga kurang oksigen terhadap hal pekerjannya dan kemudia sakit kepala akibatnya pekerjannya tidak dapat terselesaikan dengan baik. Bekerja pada usia muda yang mempunyai beban tersendiri. Jam kerja berlebihan dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Pekerjaan yang monoton

Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 5

yakni bagian membuat laporan keuangan, memfotokopi berkas, print berkas dimana waktu dihabiskan di depan komputer dan menyebabkan kelelahan dan kejenuhan pada pekerja.3

b. Hubungan pajanan dengan penyakit  Pendingin udara (air conditioning)  AC yang jarang dibersihkan serta ventilasi udara yang kurang menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri. Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan menyebabkan infeksi saluran pernafasan  Debu di dalam ruang kerja  Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuk atmosfir karena terbawa oleh angin. misalnya untuk indoor, penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu aktivitas pernapasan manusia  Karpet yang tidak dirawat  Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur, partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya. Sebagian iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen yang terdapat pada karpet, seperti tungau atau kapang. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan karpet yang ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.  Pajanan biologi seperti kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme lain Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin. Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak disertai gejala mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling

Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 6

hanya demam, menggigil, pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.  Pajanan kimia. Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida. Pajanan yang berulangulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Bahanbahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat diding yang masih baru diaplikasikan, papan partikel (particle board), papan fiber (fiber board), dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.  Pajanan Ergonomi. Posisi tubuh yang membungkuk dan jongkok saat bekerja dan leher menoleh menekuk.  Pajanan Psikososial. Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, dan lain-lain.3,4

c. Jumlah pajanan Untuk mengetahui pajanan kita bisa menanyakan berapa jam sehari untuk bekerja. Semakin banyak atau lama waktu dalam bekerja di gedung yang “sakit” semakin banyak terkena pajanan. d. Faktor individu Perhatikan kesehatan fisik pasien. Tanyakan riwayat alergi, tanyakan juga ada riwayat pajanan serupa sebelumnya sehingga resiko tnya meningkat atau tudak, dan riwayat penyakit keluarga (penyakit keturunan dan apakah anggota keluarga lain juga menderita hal yang sama). Kebersihan perorangan juga penting karena kemungkinan saja keluhannya itu disebabkan karena dia tidak bersih , jarang membersihkan ruangan tempat ia bekerja sehingga banyak debu.4 Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 7

e. Faktor lain diluar pekerjaan Selain faktor dari individu pasien itu sendiri. Kita juga perlu menanyakan faktor-faktor lain, seperti: 

Hobi: karena ada kemungkinan keluhannya ini karena hobinya misalnya menonton TV berjam-jam.



Kebiasaan (merokok, minum alkohol).



Pajanan rumah: ini penting untuk mencari penyebab spesifik dari keluhannya (rumah/daerah sekitar rumah sedang dalam tahap renovasi, sirkulasi udara dirumah berhubungan dengan ventilasi dan kebersihan pendingin udara, kebersihan rumah, adakah di rumah yang merokok)



Aktifitas di luar rumah: sepulang dari kantor apakah pasien ada pekerjaan sambilan juga misalnya menjadi penjaga toko tua, tukang cat.4

f. Diagnosis okupasi Dari 6 langkah diagnosis diatas, maka diagnosis penyakit diatas adalah penyakit akibat hubungan kerja atau lebih spesifik penyakit Sick Building Syndrome. Sick building syndrome Sick Building Syndrome (SBS) merupakan kumpulan gejala yang dialami oleh pegawai atau pekerja dalam gedung perkantoran berhubungan dengan lamanya berada dalam gedung serta kualiatas udara yang buruk yang dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalamgedung tersebut tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Diagnosa SBS iniakan diperkuat lagi jika terdapat beberapa karyawan lain yang bekerja di bangunan yang sama mengalami keluhan yang sama seperti pasien tersebut. Orang dinyatakan menderita SBS apabila memiliki keluhan minimal 2 atau lebih dari sekumpulan gejala tersebut, dalam kurun waktu bersamaan selama berada dalam ruangan dan perlahanlahan menghilang saat meninggalkan ruangan atau gedung tersebut. Masa kerja dengan keluhan Sick Building Syndrome Semakin lama pegawai bekerja disuatu tempat, semakin besar kemungkinan mereka terpapar oleh faktor-faktor lingkungan kerja baik fisik maupun kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja khususnya SBS yang pada akhirnya dapat mengakibatkan menurunnya produktifitas kerja Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 8

seorang pegawai atau pekerja. Suhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja karena tubuh manusia menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme basal dan muskuler. Namun dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20% saja yang dipergunakan dan sisanya akan dibuang ke lingkungan. Suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah bisa memepengaruhi konsentrasi dan kemampuan kerja seseorang .Temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan seseorang kehilangan cairan lebih cepat dan pada kondisi ekstrim bisa menyebabkan heat stroke. Sebaliknya pada temperatur yang rendah memaksa seseorang untuk bekerja lebih keras mempertahankan suhu tubuhnya tetap pada kondisi normal. Pada kondisi ekstrim temperatur yang terlalu dingin bisa menyebabkan frost bite. Pada kedua kondisi diatas baik temperatur terlalu tinggi ataupun rendah tubuh bisa merasakan kelelahan lebih cepat daripada normal dan mengalami berbagai gejala seperti iritasi mata, iritasi tenggorokan dan batuk-batuk yang termasuk gejala-gejala SBS. 4 Pemeriksaan fisik  Tanda-tanda vital: suhu, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi nafas  Keadaan umum  Pemeriksaan fisik  Inspeksi: melihat warna mata, melihat ada atau tidak lesi-lesi alergik pada kulit,  Palpasi: melakukan palpasi umum untuk mengetahui lokasi nyeri.  Auskultasi: suara paru 1 Pemeriksaan penunjang  Pemeriksaaan darah : Hb,Ht, leukosit, trombosit,dll. ( biasanya hasilnya normal)  Pemeriksaan rontgen toraks ( biasanya hasilnya normal )  Pemeriksaan dahak dengan pewarnaan DFA (direct fluorescent antibody) biasanya menunjukkan adanya Legionella. 2.2Gejala Sick Building Syndrome Simptom dan gejala yang biasa ditimbulkan oleh SBS ialah sakit kepala, mual, iritasimukosa membran, kulit gatal-gatal, nyeri badan, batuk pilek dan mata terasa panas atau gatal.Gejala-gejala ini disebabkan oleh udara yang sangat kering, pergerakan udara yang sedikit atau ventilasi yang buruk.5

Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 9

2.3 Penatalaksanaan a. Non-medika mentosa Menghilangkan sumber kontaminasi penyebab SBS, misalnya dengan pembersihan AC secara berkala Jangan merokok, karena dapat memperberat penyakit Menghilangkan sumber polutan. Jika suatu gedung telah dinyatakan telah terkena SBS, maka perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari sumber polutan yang dominan. Setelah sumber tersebut ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan sumber polutan tersebut. Meningkatkan laju pertukaran udara. Ini dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi terhadap sistem ventilasi yang telah ada disesuaikan dengan standar baku yang telah ada. Membersihakan udara yang disirkulasikan di dalam gedung. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan filter yang dapat menyaring udara, meskipun sangat terbatas. Menjaga temperature dan kelembapan ruangan dalam rentang dimana kontaminasi biologis susah bertahan hidup. Biasanya dalam temperature 70oF dan kelembapan 4060%. Jendela sedapat mungkin dibuka untuk membantu proses pertukaran udara dalam dan udara luar.6

b. Medika mentosa Pengobatan dilakukan berdasarkan simptom: Decongstan: membantu melancarkan pernafasan dan pengeluaran mucus atau lendir dari hidung. Dextromethorpan atau ambroxol: membantu mengeluarkan dahak atau mengencerkan dahak. Paracetamol, ibuprofen, aspirin: demam, sakit kepala dan nyeri seluruh badan. Antibiotik erythromycin: untuk penyakit seperti Legionnaire. 2.4 Pencegahan Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 10



Edukasi tentang penyakit SBS



Upaya agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan terdistribusi secara merata ke semua bagian didalam suatu gedung. Dalam hal ini perlu diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan dengan sumber-sumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam gedung. Ventilasi dan sirkulasinya udara dalam gedung diatur sedemikian rupa agar semua orang yang bekerja merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah supply udara segar sesuai dengan kebutuhan jumlah orang didalam ruangan, demikian pula harus diperhatikan jumlah supply udara segar yang cukup apabila ada penambahanpenambahan karyawan baru dalam jumlah yang signifikan.



Perlu pula diperhatikan pemilihan bahan-bahan bangunan dan bahan pembersih ruangan yang tidak akan mencemari lingkungan udara di dalam gedung dan lebih ramah lingkungan (green washing,non toxic, natural, ecological friendly).



Penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi udara yang memadai.



Keluar gedung saat istirahat untuk menghirup udara segar.



Alokasikan ruangan khas untuk merokok dan buat jalur ventilasi untuk asap buangannya demikian sehingga tidak bercampur dengan sirkulasi udara segar menuju ruangan lainnya.



Segera laporkan apabila terlihat gejala-gejala sick building syndrome.4,6

2.5 Prognosis Prognosis untuk kasus ini baik bila penyebab dapat diatasi dengan segera. Sehingga kualitas kerja para pekerja baik, dan akhirnya produktivitas perusahaan baik.

III. Penutup Kesimpulan Berdasarkan skenario kasus, wanita 30 tahun dengan keluhan batuk pilek berulang menderita sick building syndrome (SBS) yang merupakan penyakit akibat kerja. Penyakit sick building syndrome (SBS) biasanya timbul pada lokasi atau tempat kerja sehari-hari yang kurang sehat. Kehidupan masyarakat yang modern dan dikelilingi dengan perangkat teknologi bisa berdampak buruk bagi tubuh, salah satunya adalah penyakitnya SBS. SBS Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 11

adalah istilah yang menyatakan bahwa gedung-gedung industri, perkantoran, perdagangan, dan rumah tinggal yang menimbulkan dampak penyakit. SBS sangat mungkin menurunkan produktivitas. Berbagai penyakit itu muncul disebabkan polutan dari berbagai perangkat dan peralatan di dalam ruangan gedung, kantor, dan rumah. Polutan yang mencemari ruangan kerja itu seperti asap rokok, ozon yang berasal dari mesin fotokopi dan printer, kuman dan bakteri yang berasal dari karpet. Memang penyakit yang ditimbulkan lewat oleh SBS tersebut tidak seketika terjadi. Namun, jika terusmenerus terkena dampak tersebut bisa memicu munculnya berbagai penyakit dalam tubuh. Yang perlu diperbaiki adalah rumah atau lingkungan tempat kerja. Caranya adalah dengan memberikan ruang sanitasi udara yang cukup, begitu juga untuk pancaran sinar matahari.

Daftar Pustaka 1. Utami ET. Hubungan antara kualitas udara pada ruangan ber-AC sentral dan sick building sindrome. Jateng-DIY. Tesis DIY:UNNES:2005. 2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi 7.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2012.h.106-13. 3. Jaakkola K, Jaakkola MS. Sick building syndrome. In: Hendrik DJ, Burge PS, Beckett WS, Churg A, editors. Occupational disorder of the lung: recognation management and prevention. 5th ed. London: WB Saunders;2007. h. 241-55. 4. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Jakarta: Med J Indones; 2002. Page 124-31. 5. Hodgson M. Indoor environmental exposure and symptoms. Environ Health Perspect 2007. Page 663-7. 6.

Ladou J, Fischman ML. Current occupational and environmental medicine. Edisi 4. New York: McGraw Hill companies;2007.h.719-24.

Pbl blok 28- Fina Otta Apelia

Page 12

Related Documents


More Documents from "Mikael Clement"