Pbl Blok 6 . Nila.docx

  • Uploaded by: Mikael Clement
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pbl Blok 6 . Nila.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,226
  • Pages: 12
Organ Penglihatan Manusia Nila Septianti 102011101 [email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara 6, Jakarta Barat

Pendahuluan Mata merupakan organ penglihatan yang dimiliki manusia. Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang di bungkus oleh tiga lapisan dari luar ke dalam. Isi bola mata terdiri atas lensa , badan bening dan cairan dalam mata. Indera penglihatan juga dinamakan fotoreseptor karena mampu menerima rangsang fisik yang berupa cahaya. Organ mata terbagi menjadi beberapa bagian yaitu konjungtiva, sklera, kornea, traktus uvealis, lensa, retina aqueous humor dan vitreus humor. Bola Mata Bola mata orang dewasa normal hampir bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar 24,2 mm.1 Mata adalah alat indra kompleks yang berevolusi dari bintik-bintik peka sinar primitive pada permukaan golongan invertebrae. Dalam bungkus pelindungnya, mata memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor tersebut dan sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.1 Terlihat dari bagian paling luar, mata memiliki kelopak mata yang merupakan struktur perlindungan pertama. Kelopak mata berperan sebagai shutter yang melindungi bagian anterior mata dari lingkungan. Kelopak mata akan menutup ketika ada suatu keadaan yang mengancam mata, seperti misalnya ada benda yang mendekat ke mata, cahaya yang terlalu terang, atau ketika ada benda yang masuk ke mata. Kedipan yang terus menerut membantu dalam menjaga

kelembapan mata, membersihkan dan antibakteri. Di dalam kelopak mata terdapat kelenjar lacrimalis yang memproduksi air mata secara terus-menerus. Cairan ini mengalir dari bagian permukaan anterior mata dan menuju ke kanal kecil di setiap ujung mata. Bulu mata berfungsi sebagai pelindung terhadap debu, sehingga debu tidak akan langsung jatuh ke mata.2

Konjungtiva Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan merekat erat ke tarsus. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital fornices dan melipat berkali-kali. Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. Sel-sel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea secara merata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.1,2 Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria ciliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan membentuk jaringan-jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun di dalam lapisan superfisial dan profundus dan bergabung dengan pembuluh limfe palpebra membentuk pleksus limfatikus yang kaya. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini memiliki serabut nyeri yang relative sedikit.1 Sklera dan episklera Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus opticus di posterior. Pita-pita kolagen dan jaringan elastin membentang di sepanjang foramen sklera posterior, membentuk lamina cribrosa, yang diantaranya dilalui oleh berkas akson nervus opticus. Permukaan luar sclera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis jaringan elastik halus, episklera, yang mengandung banyak

pembuluh darah yang mendarahi sklera. Lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera adalah lamina fusca, yang membentuk lapisan ruang suprakoroid.1 Secara histologis, sklera terdiri atas jaringan fibrosa padat yang sejajar dan berkas-berkas jaringan kolagen teranyam, yang masing-masing mempunyai tebal 10-16 μm dan lebar 100-140 μm. Struktur histologis sklera sangat mirip dengan struktur kornea. Alasan transparanya kornea dan opaknya sklera adalah deturgesensi relatif kornea.2 Kornea Kornea jernih dan tembus cahaya dengan permukaan yang licin, tetapi tidak melengkung secara uniform atau seragam. Kornea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus skleralis. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang berbatasan dengan lapisan konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel. Lapisan epitel mempunyai lima atau enam lapis sel. Lapisan Bowman merupakan lapisan jernih aselular, yang merupakan bagian stroma yang berubah. Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Bagian ini tersusun atas jalinan lamella serat-serat kolagen dengan lebar sekitar 10-250 μm dan tinggi 1-2 μm yang mencakup hampir seluruh diameter kornea. Lamella ini berjalan sejajar dengan permukaan kornea, dan karena ukuran dan kerapatannya menjadi jernih secara optis. Membran Descemet, yang merupakan lamina basalis endotel kornea, memiliki tampilan yang homogen dengan mikroskop cahaya tetapi tampak berlapis-lapis dengan mikroskop elektron akibat perbedaan struktur antara bagian pra- dan pascanasalnya. Endotel hanya memiliki satu lapis sel kuboid, tetapi lapisan ini berperan besar dalam mempertahankan deturgesensi stroma kornea. Endotel kornea cukup rentan terhadap trauma dan kehilangan sel-selnya seiring dengan penuaan. Reparasi endotel terjadi hanya dalam wujud pembesaran dan pergeseran sel-sel, dengan sedikit pembelahan sel. Kegagalan fungsi endotel akan menimbulkan edema kornea.1,2 Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan sebagian besar oksigen dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea di dapat dari cabang pertama (ophthalmicus) nervus kranialis V (trigeminus). Transparansi kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitas, dan deturgensinya.1

Traktus uvealis Traktus uvealis terdiri atas iris, corpus ciliare, dan koroid. Bagian ini merupakan lapisan vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Struktur ini ikut mendarahi retina.1 Iris Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris merupakan permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang, yang masingmasing berisi aqueous humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior. Persarafan sensoris iris melalui serabut-serabut dalam nervi ciliares.1 Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialisasi III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatis.1 Corpus ciliare Corpus ciliare, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang kedepan dari ujung anterior koroid kepangkal iris (sekitar 6 mm). Corpus ciliare terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm), dan zona posterior yang datar, pars plana (4 mm). Processus ciliares berasal dari pars plicata. Processus ciliares ini terutama terbentuk dari kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vorticosa. Ada dua lapisan epitel siliaris: satu lapisan tanpa pigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior; dan satu lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan lapisan epitel pigmen retina. Processus ciliares dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk aqueous humor.1,2 Musculus ciliaris, tersusun dari gabungan serat-serat longitudinal, sirkular, dan radial. Fungsi serat-serat sirkular adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula, yang berorigo di lembah-lembah di antara processus ciliares. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa sehingga lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun

yang berjarak jauh dalam lapangan pandang. Serat-serat longitudinal musculus ciliaris menyisip kedalam anyaman trabekula untuk mempengaruhi besar porinya. Pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi corpus ciliare berasal dari circulus arteriosus major iris. Persarafan sensoris iris melalui saraf-saraf siliaris.1 Koroid Koroid adalah segmen posterior uvea, diantara retina dan sklera. Koroid tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai koriokapilaris. Darah dari pembuluh koroid dialirkan melalui empat vena vorticosa, satu di tiap kuadran posterior. Koroid di sebelah dalam dibatasi oleh membran Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Ruang suprakoroid terletak di antara koroid dan sklera. Koroid melekat erat ke posterior pada tepi-tepi nervus opticus. Di sebelah anterior koroid bergabung dengan corpus ciliare. Kumpulan pembuluh darah koroid mendarahi bagian luar retina yang menyokongnya.1 Lensa Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. lensa tergantung pada zonula di belakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus ciliare. Disebelah anterior lensa terdapat aqueous humor; disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.1 Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula (zonula Zinii), yang tersusun atas banyak fibril; fibri-fibril ini berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.1 Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35%-nya protein (kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa.1,2

Aqueous humor Aqueous humor adalah cairan encer yang disekresikan oleh epitel yang melapisi prosesus ciliaris di badan ciliaris. Cairan ini berimigrasi antara ligamentum-ligamentum yang menopang lensa dan menembus pupil menuju kamera anterior mata (antara lensa dan kornea). Dari sini cairan mengalir ke sudut antara kornea dan iris daan kemudian melalui jaringan trabekular untuk masuk ke kanalis Schlemm, yang mengalirkan isinya secara langsung ke dalam vena ekstraokuler.3 Retina Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare dan berakhir pada ora serrata dengan tepi yang tidak rata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensoris bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga berhubungan dengan membran Bruch, koroid, dan sklera. Di sebagian besar tempat, retina dan epitel pigmen retina mudah terpisah hingga terbentuk suatu ruangan subretina, seperti yang terjadi pada ablasi retina. Namun pada diskus optikus dan ora serrata, retina dan epitel pigmen retina saling melekat kuat sehingga perluasan cairan subretina pada ablasi retina dapat dibatasi. Hal ini berlawanan dengan ruang subkoroid yang dapat terbentuk antara koroid dan sklera, yang meluas ke taji sklera. Dengan demikian, ablasi koroid akan meluas melampaui ora serrata, di bawah pars plana dan pars plicata. Lapisan-lapisan epitel pada permukaan dalam corpus ciliare dan permuakaan posterior iris merupakan perluasan retina dan epitel pigmen retina ke anterior. Permukaan dalam retina berhadapan dengan vitreus.1 Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut: (1) membran limitans interna; (2) lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus opticus; (3) lapisan sel ganglion; (4) lapisan pleksiform dalam, yang mengandung sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar; (5) lapisan inti dalam badan-badan sel bipolar, amakrin dan horizontal; (6) lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor; (7) lapisan inti luar sel fotoreseptor; (8) membrane limitans eksterna; (9) lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar

batang dan kerucut; dan (10) epitel pigmen retina. Lapisan dalam membran Bruch sebenarnya merupakan membran basalis epitel pigmen retina.1 Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,56 mm pada kutub posterior. Di tengah-tengah retina posterior terdapat macula berdiameter 5,5-6 mm, yang secara klinis dinyatakan sebagai daerah yang dibatasi oleh cabang-cabang pembuluh darah retina temporal. Daerah ini ditetapkan oleh ahli anatomi sebagai daerah centralis, yang secara histologis merupakan bagian retina yang ketebalan lapisan sel ganglionnya lebih dari satu lapis. Makula lutea secara anatomis didefinisikan sebagai daerah berdiameter 3 mm yang mengandung pigmen luteal kuning xantofil. Fovea yang berdiameter 1,5 mm ini merupakan zona avaskular retina pada angiografi fluoresens. Secara histologis, fovea ditandai sebagai daerah yang mengalami penipisan lapisan inti luar tanpa disertai lapisan parenkim lain. Hal ini terjadi karena akson-akson sel fotoreseptor berjalan miring (lapisan serabut Henle) dan lapisan-lapisan retina yang lebih dekat dengan permukaan dalam retina lepas secara sentrifugal. Di tengah makula, 4 mm lateral dari diskus optikus, terdapat foveola yang berdiameter 0,25 mm, yang secara klinis tampak jelas dengan oftalmoskop sebagai cekungan yang menimbulkan pantulan khusus. Foveola merupakan bagian retina yang paling tipis (0,25 mm) dan hanya mengandung fotoreseptor kerucut. Gambaran histologis fovea dan foveola ini memungkinkan diskriminasi visual yang tajam; foveola memberikan ketajaman visual yang optimal. Ruang ekstraseluler retina yang normalnya kosong cenderung paling besar di makula.1 Fotopigmen peka-cahaya rodopsin ditemukan di segmen luar sel batang, sedangkan bahan serupa yang dinamai pigmen peka-warna, fotopsin, atau pigmen kerucut, ditemukan di segmen luar sel kerucut. Kedua fotopigmen ini adalah protein di dalam lempeng-lempeng membranosa yang tersusun bertumpuk di segmen luar reseptor, yang merupakan lipatan ke arah dalam dari membran sel luar fotoreseptor.3 Retina menerima darah dari dua sumber: koriokapilaris yang berada tepat di luar membran Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina; serta cabang-cabang dari arteria centralis retinae, yang mendarahi dua pertiga dalam retina. Fovea seluruhnya didarahi oleh koriokapilaris dan rentan terhadap kerusakan yang tak dapat diperbaiki bila retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang, yang

membentuk sawar darah-retina. Lapisan endotel pembuluh koroid berlubang-lubang. Sawar darah-retina sebelah luar terletak setinggi lapisan pigmen retina.1 Vitreus Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus–membran hyaloid-normalnya berkontak dengan strukturstruktur berikut: kapsula lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreus mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Di awal kehidupan, vitreus melekat kuat pada kapsul lensa dan caput nervi optic, tetapi segera berkurang di kemudian hari.1,3 Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air.1,3 Jaras Penglihatan Sensorik Akson sel ganglion menuju ke belakang dalam n. optikus dan traktus optikus untuk berakhir di korpus genikulatum lateralis, yaitu bagian talamus. Serat-serat dari kedua hemiretina nasalis menyilang di kiasma optikum. Di korpus genikulatum, serat-serat dari bagian nasal (medial) retina dan temporal (lateral) retuna yang lain bersinaps di sel-sel yang aksonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini menuju ke lobus oksipitalis korteks cerebrum.1 Daerah utama yang menerima rangsang penglihatan (korteks penglihatan primer, area Brodman 17), tertama terletak di sisi-sisi fisura kalkarina. Sebagian akson sel ganglion di traktus optikus menuju ke area pretektal otak tengah dari kolikulus superior dan bersinaps untuk mengatur reflek pupil dan gerakan bola mata. Akson-akson lainnya, dari kiasma optic akan langsung menuju nucleus suprakiasmatik di hipotalamus, untuk membentuk sinaps yang menyinkronan berbagai irama endokrin dan sirkadian yang berhubungan dengan siklus teranggelap.1

Setiap sel batang dan kerucut dibagi menjadi segmen luar dan segmen dalam. Segmen dalam mengandung inti-inti reseptor dan daerah sinaps. Segmen luar adalah modifikasi silia dan merupkan tumpukan teratur sakulus atau lempeng dari membran. Sakulus dan lempeng ini mengandung senyawa-senyawa peka cahaya yang bereaksi terhadap cahaya, dan mampu membangkitkan potensial aksi di jaras penglihatan. Segmen dalam mengandung banyak mitokondria.2 Bagian retina di luar fovea, jumlah sel-sel batang lebih menonjol dan tingkat konvergensinya cukup besar. Sel bipolar gepeng bersinaps dengan beberapa sel kerucut, dan sel bipolar batang bersinaps dengan beberapa sel batang. Karena setiap mata manusia mengandung sekitar 6 juta sel kerucut dan 120 juta sel batang, tetapi n.optikus hanya memiliki 1,2 juta serat saraf, maka keseluruhan tingkat konvergensi reseptor melalui sel bipolar ke sel ganglion adalah sekotar 105:1. Sel batang sangat peka terhadap cahaya dan merupakan reseptor untuk penglihatan malam (penglihatan skotopik). Sel kerucut memiliki ambang yang jauh lebih tinggi, tetapi sistem kerucut memiliki ketajaman yang jauh lebih besar dan merupakan sistem yang berperan dalam penglihatan pada cahaya terang (penglihatan fotopik) dan penglihatan warna.2

Akomodasi Mata mengubah-ubah daya bias untuk menetapkan fokus pada objek dekat melalui proses yang disebut akomodasi.1 Ketika mengubah pandangan dari sebuah benda jauh ke benda dekat, berlangsung proses akomodasi yang (1) menyebabkan lensa lebih cembung, (2) membuat garis tengah pupil lebih kecil, dan (3) menyebabkan kedua bola mata mengalami aduksi (vergensi). Dalam keadaan rileks tanpa tegangan pada tepi-tepi kapsulnya, lensa berbentuk hampir bulat karena sifat elastik intrinsiknya. Jika serat-serat zonula inelastik yang melekat ke perimeter lensa menjadi tegang dan tertarik ke arah radial oleh perlekatannya ke otot siliaris (dan badan siiaris) yang inaktif, lensa menjadi relatif datar atau kurang cembung. Jika otot siliaris diaktifkan oleh serat parasimpatis pascaganglion di saraf okulomotorius, serat-serat sirkular otot siliaris berkontraksi, menghasilkan efek sfingter yang mengendurkan tegangan pada serat zonula dan memungkinkan lensa menjadi lebih cembung berkat sifat elastik inherennya. Hal ini meningkatkan kemampuan refraktif dan memungkinkan mata berfokus pada benda dekat. Pada

saat yang sama, otot sfingter pupil diaktifkan, pupil berkonstriksi, dan kedua mata mengalami deviasi ke arah medial.3,4 Garis tengah pupil (iris) juga berperan dalam akomodasi. Semakin besar garis tengah, semakin banyak cahaya yang masuk ke mata. Mengerenyitkan kelopak mata (penyempitan lubang pupil) meningkatkan ketajaman bayangan dengan menambah bidang fokus.2 Pemeriksaan Visus Visus dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner. Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar. Huruf yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin kecil. Penderita membaca Optotype Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula dilakukan oleh mata kanan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara bergantian. Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan. Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kartu, sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang sama pada kartu. Pemeriksaan Lapang Pandang Lapang pandang memetakan perluasan perifer dunia visual. Tiap lapang dapat direpresentasikan sebagai satu seri kontur atau isopter, mendemonstrasikan kemampuan untuk melihat satu target dengan ukuran dan kecerahan tertentu. Lapang pandang tidak rata; daerah pusat mata dapat mendeteksi objek jauh lebih kecil dibandingkan di perifer. Hal ini menghasilkan ‘bukit penglihatan’ di mana objek yang dilihat dengan detil terbaik berada pada puncak bukit (di fovea). Di sisi temporal lapang pandang terletak

bintik buta. Ini berhubungan dengan papil saraf optic di mana tidak terdapat fotoreseptor. Lapang pandang dapat diperiksa dengan berbagai cara salah satunya perimetri. Perimetri dapat mengukur: 

Lapang pandang kinetic dimana pasien menunjukkan saat ia pertama kali melihat cahaya dengan ukuran dan tingkat kecerahan tertentu yang digerakkaan dari perifer.



Lapang pandang static dimana pasien menunjukkan saat ia pertama kali melihat cahaya stationer pada tingkat kecerahan yang bertambah.

Teknik-teknik ini terutama berguna pada kondisi ocular kronis dan neurologis untuk memonitor perubahan lapang pandang (misal pada glaucoma).

Kesimpulan

Salah satu alat indera pada manusia adalah indera pengelihatan, yang disebut juga fotoreseptor karena mampu menerima rangsangan listrik yang berupa cahaya. Ada 3 lapisan jaringan atau selaput yang membungkus bola mata dari luar kedalam yaitu sklera, koroid, dan retina. Mata memiliki reseptor batang dan kerucut di retina. Reseptor tersebut membantu dalam penglihatan. Media refraksi yaitu kornea, humor aquos, lensa mata dan korpus vitreus. Jika terjadi kelainan diantara salah satu komponen media refraksi akan menimbulkan gangguan dalam mekanisme penglihatan.

Daftar Pustaka 1. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury. Edisi ke-17. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2010: 5-14, 262. 2. Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. Buku ajar histologi. Edisi ke-5. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1996: 542-71 3. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2008: 645-51. 4. Sherwood, Laurale. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2001: 167. 5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002: 188.

Related Documents

Pbl Blok 26.docx
May 2020 11
Pbl Blok 23.docx
May 2020 10
Pbl Blok 23.pptx
October 2019 15
Pbl Blok 13.docx
June 2020 5

More Documents from "Nanda Prima"