Makalah Ns1-1.docx

  • Uploaded by: Risky Untari
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ns1-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,812
  • Pages: 19
MAKALAH ANATOMI OTAK DAN SALAH SATU GANGGUANNYA KEJANG

Disusun Oleh : 1. Rodli Akbar Raharja Aulia 2. M. Fadlan Rofiq 3. Farellio Fikri Ardiansyah 4. Ali Zainal Abidin Al-Muhdor 5. M. Refky Habibie 6. Rosh Hassnah Nassuha 7. Ossy Saskia Pratama 8. Manunal Ahna 9. Maghfirotul Azizah 10. Febrialita Twicendaru

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2019

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh… Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Anatomi Otak dan Salah Saltu Gangguannya Kejang” dengan keadaan sehat dan dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen psikologi umum bu netty hartaty agar mampu memahami dan menganalisa fungsifungsi psikis manusia serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan juga semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan juga bagi para pembacanya Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran demi terbangunnya makalah kami di kemudian hari. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Malang, 20 Maret 2019

Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A) Latar Belakang B) Tujuan C) Manfaat BAB II PEMBAHASAN 1. Anatomi Otak a. Pengertian otak b. Bagian-bagian dan fungsi otak 2. Salah satu gangguannya kejang a) Definisi b) Etiology c) Patofisiology d) Tata cara pemeriksaan/indikasi e) Tata laksana f) Komplikasi dari penyakit

BAB III PENUTUP Kesimpulan Daftar pusaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem organ terdiri dari berbabagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama anatara alat-alat tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka diperlukan adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut sebagai sitem koordinasi. Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dari itu semuanya, akan terjadi kelainan apabila salah satu sel tidak bisa berfungsi dengan baik. Salah satu gangguannya akan terjadi kejang. Kejang sendiri adalah suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan. Salah satu contoh kejang adalah kejang demam. Kejang demam adalah kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera. Penyebab paling sering adalah hipoksia atau kekurangan oksigen, trauma intrakranial ketika lahir, gangguan metabolik, dan malforasi kongenital pada otak atau infeksi. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud otak? b. Apa saja bagian-bagian otak beserta fungsinya? c. Pengertian kejang? d. Etiology penyakit kejang? e. Patofisiology terjadinya kejang? f. Bagaimana tata cara pemeriksaan kejang? g. Bagaimana tata laksana kejang? h. Komplikasi dari kejang? 1.3 Tujuan a. Mengetahui pengertian anatomi otak b. Mengetahui bagian-bagian otak beserta fungsinya c. Mengetahui pengertian kejang d. Mengetahui etiology penyakit kejang e. Mengetahui patofisiology penyakit kejang f. Mengetahui tata cara pemeriksaan kejang g. Mengetahui tata laksana kejang h. Mengetahui komplikasi dari kejang

BAB II PEMBAHASAN 1. Gambar Anatomi Otak

1.a PENGERTIAN OTAK

Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron yang berada di dalamnya. Semakin berkembang otak seseorang, semakin banyak lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus. Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf kranial. Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus. Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Para ahli mempercayai bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian yang mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah laku, otak tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam penciuman (Campbell, et al, 2006: 578)

a) Otak depan Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.  Otak besar

Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya. Bagian otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan otak kanan. Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang berbeda.besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer otak kanan. Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri, serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni atau kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta bekerja aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa atau komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat jembatan jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus callosum.

 Talamus Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar. Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal sentuhan dari tangan. Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal lainnya. Setelah itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk diterjemahkan dan ditanggapi.  Hipotalamus Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon. Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan kokain. Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron yang berfungsi sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh harian, seperti siklus tidur

dan bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar terdapat bagian yang disebut telensefalon serta diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat banyak sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar yang mudah kita amati dari model torso

Gambar 2.12 Pembagian Fungsi pada Otak Besar Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap informasi yang masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut. a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara. b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari penglihatan. c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta berhubungan dengan pengenalan posisi tubuh. d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan perencanaan kegiatan manusia. b) Otak tengah Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil pada mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar (cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin. c) Otak belakang

Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot. Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem gerak sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem keseimbangan lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di bagian otak kecil terdapat saluran yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan medula oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk. Batas antara medula oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata sering disebut sebagai sumsum lanjutan.

Gambar Otak kecil, pons varoli, dan medula oblongata Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi, kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan pernapasan. Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak, ia masih dapat hidup karena detak jantung dan pernapasannya yang masih normal. Hal tersebut dikarenakan fungsi medula oblongata yang masih baik. Peristiwa ini umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma yang berkepanjangan. Bersama otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk unit fungsional yang disebut batang otak (brainstem). 1.b BAGIAN-BAGIAN DAN FUNGSI OTAK

Otak memiliki lima bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebelum), batang otak (brainstem), sistem limbik (lymbic system). 1) Otak besar (cerebrum) otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitkan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran dan pertimbangan. Otak besar sumber dari semua kegiatan atau gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan reaksi otak. Cerebrum ditutup oleh satu lapis substansi kelabu, korteks cerebral, tebalnya 2 dan 5 mm. Zona ini memegang peran fundamental dalam menghinterpretasikan informasi sensoris, mengatur gerakan, serta untuk fungsi intelektual.

2) Otak kecil (cerebellum) cerebelum memiliki fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya, maka gerakan sadar normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil atau cerebelum terletak dibagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebelum mengontrol banyak fungsi otomatis otak antaranya : mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerak tubuh. Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari. Seperti, gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu. Jika terjadi pada otak kecil dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan gerak otot. Gerakan menjadi tidak koordinasi, seperti orang itu tidak mampu memasukan makanan kedalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju. 3) Batang otak (brainstem) berada didalam tulang tengkorak atau rongga di bagian dasar dan memanjang sampai ketulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur bagian dasar manusia termasuk pernafasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan. 4) Limbic sistem (system limbic), terletak dibagian tengah otak, membungkus batang otak. Kegunaan dari sistem limbik sebagai sebuah struktur yang terintegrasi, kini dibantah karena struktur-struktur ini juga memiliki fungsi lain, dan karena bagianbagian otak diluar sistem limbik ikut terlibat dalam emosi. Komponen limbik antara lain amigdala, hipokampus.

Bagian otak manusia memiliki fungsi sebagai berikut : Fungsi dibagi menjadi dua yaitu fungsi otak kanan dan otak kiri. Perbedaan fungsi otak sebelah kiri dan kanan akan membentuk sifat, karakteristik dan kemampuan yang berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat intelligence quotient (IQ). Sementara, otak kanan berfungsi dalam perkembangan emotional quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Setiap belahan fungsi masing-masing penting bagi kelangsungan hidup manusia.

2. SALAH SATU GANGGUANNYA KEJANG 2.a DEFINISI Kejang merupakan sebuah perubahan perilaku yang bersifat sementara dan tiba – tiba yang merupakan hasil dari aktivitas listrik yang abnormal didalam otak. Jika gangguan aktivitas listrik ini terbatas pada area otak tertentu , maka dapat menimbulkan kejang yang bersifat parsial, namun jika gangguan aktivitas listrik terjadi di seluruh area otak maka dapat menimbulkan kejang yang bersifat umum. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran nilai normal yang menyeimbangkan eksitasi dan inhibisi didalam susunan saraf pusat, karena terlalu banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai normal eksibilitas susunan saraf pusat maka ada banyak penyebab yang dapat menimbulkan kejang. Kejang dapat disertai dengan gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia, hiperglikemia, dan gagal hati, toksik seperti overdosis dan sindrom withdrawal, dan infeksi seperti meningitis dan ensepalitis, kejang yang terjadi pada pasien dengan kondisi ini tidak selalu mengarah pada diagnosis epilepsi, meskipun obat yang digunakan untuk menatalaksana kejangnya adalah obat antiepilepsi dalam jangka pendek , obat umumnya tidak perlu di lanjutkan setelah pasiennya sembuh dari kejang. 2.b ETIOLOGY C. Etiologi Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak , truma, bekuan

darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan gejala putus alcohol dan gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik subcutan, sabagian kejang merupakan idiopatuk ( tidak diketahui etiologinya ) 1. Intrakranial Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular Infeksi : Bakteri virus dan parasit Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri 2. Ekstra cranial Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan elektrolit (Na dan K) Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat Kelainan yang diturunkan: Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan kekurangan asam amino 3. Idiopatik Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5

3.c PATOFISIOLOGY Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan peraataraan fungsi paru dan diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya :

1. perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. 2. rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. 3. perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubu, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 380C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.

Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi. 2.d TATA CARA PEMERIKSAAN 1. Kejang parsial ( fokal, lokal ) a. Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini : 1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil. 2) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia. 3) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik. 4) Kejang tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama. b. parsial kompleks 1) Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks 2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya. 3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku 2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi ) a. Kejang absens 1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas 2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik 3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh b. Kejang mioklonik 1) Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak. 2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki. 3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok 4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat. c. Kejang tonik klonik 1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot

ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit 2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih 3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah. 4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal d. Kejang atonik 1) Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah. 2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan. 2.e TATA LAKSANA 1. Pengobatan fase akut Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus di perhatikan adalah sebagai berikut a. Anak harus di baringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak. b. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut sianak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan nafas. c. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang. d. Sebagian besar kejang berlangsung singkat & dan tidak memerlukan penanganan khusus. e. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera di bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk di bawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik di lakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit. f. Setelah kejang berakhir ( jika < 10 menit ), anak perlu di bawa menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kakakuan leher, muntah-muntah yang berat,atau anak terus tampak lemas. Jika anak di bawa kefasilitas kesehatan , penanganan yang akan di lakukan selain point-point di atas adalah sebagai berikut : 1. Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat 2. Pemberian oksigen melalui face mask 3. Pemberian diazepam 0.5 mg / kg berat badan per rectal

(melalui) atau jika terpasang selang infuse 0.2 mg / kg per infuse 4. Pengawasan tanda-tanda depresi pernafasan 2.f KOMPLIKASI Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada orang tua, sebagian kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang, kejang demam tidak mengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar / ataupun epiksi Epilepsy pada anak di artikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam kecil kemungkinan epilepsy timbul setelah kejng demam. Sekitar 2 – 4 anak kejang demam dapat menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang pertama kadang di alami oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam. Namun begitu antara 95 – 98 % anak yang mengalami kejang demam tidak menimbulkan epilepsy. Komplikasi yang paloing umum dari kejang demam adalah adanya kejang demam berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami kejang berulang jika ,ereka demam kembali. Sekitar 33% anka akan mengalami kejang berulang jika mereka demam kembali resiko terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika : 1. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidak terlalu tinggi 2. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yang sempit 3. Ada faktor turunan dari ayah ibunya Risiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor: 1. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga. 2. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam. 3. kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal. Namun begitu faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar kemungkinan mengalami kejang berulang. C. Komplikasi Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada orang tua, sebagian kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang, kejang demam tidak

mengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar / ataupun epiksi Epilepsy pada anak di artikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam kecil kemungkinan epilepsy timbul setelah kejng demam. Sekitar 2 – 4 anak kejang demam dapat menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang pertama kadang di alami oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam. Namun begitu antara 95 – 98 % anak yang mengalami kejang demam tidak menimbulkan epilepsy Komplikasi yang paloing umum dari kejang demam adalah adanya kejang demam berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami kejang berulang jika ,ereka demam kembali. Sekitar 33% anka akan mengalami kejang berulang jika mereka demam kembali resiko terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika : 1. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidak terlalu tinggi 2. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yang sempit 3. Ada faktor turunan dari ayah ibunya Risiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor: 1. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga 2. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam. 3. kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal. Namun begitu faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar kemungkinan mengalami kejang berulang.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Kejang merupakan sebuah perubahan perilaku yang bersifat sementara dan tiba – tiba yang merupakan hasil dari aktivitas listrik yang abnormal didalam otak. Jika gangguan aktivitas listrik ini terbatas pada area otak tertentu , maka dapat menimbulkan kejang yang bersifat parsial, namun jika gangguan aktivitas listrik terjadi di seluruh area otak maka dapat menimbulkan kejang yang bersifat umum. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran nilai normal yang menyeimbangkan eksitasi dan inhibisi didalam susunan saraf pusat, karena terlalu banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai normal eksibilitas susunan saraf pusat maka ada banyak penyebab yang dapat menimbulkan kejang. Kejang dapat disertai dengan gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia, hiperglikemia, dan gagal hati, toksik seperti overdosis dan sindrom withdrawal, dan infeksi seperti meningitis dan ensepalitis, kejang yang terjadi pada pasien dengan kondisi ini tidak selalu mengarah pada diagnosis epilepsi, meskipun obat yang digunakan untuk menatalaksana kejangnya adalah obat antiepilepsi dalam jangka pendek , obat umumnya tidak perlu di lanjutkan setelah pasiennya sembuh dari kejang. Kejang dibagi menjadi 3 yaitu kejang klonik, kejang klonik, dan kejang mioklonik. Penanganan gangguan kejang ini akan sembuh jika penanganannya dilakukan

secara tepat. Tidak boleh menyepelekan gangguan ini, karena bisa jadi dari gangguan kejang akut menjadi gangguan kejang kronis.

DAFTAR PUSTAKA Feriyawati, Lita. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka. Medan : Fakultas Kedokteran USU.

Sidharta Priguna. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Jakarta : Dian Rakyat.2007. Goldenberg, M .M. Overview of Drugs Used for epilepsy and Seizures. P & T. 2010, 36:7.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

59.docx
December 2019 15
Otak 3.docx
June 2020 5
Aliyah.xlsx
June 2020 6
Makalah Ns1-1.docx
June 2020 7