Makalah Now.docx

  • Uploaded by: Desti
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Now.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,822
  • Pages: 14
SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Bank dan Lembaga Keuangan Syariah yang dibina oleh Nurma Sari, S.Ag, M.S.I.

TUTI ALAWIYAH

11623040

KHATIJAH

11623094

ENNY FITRIANI

11623058

NURRABIANI

11623115

BELLA FEBRILIANDINI

11623114

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

PONTIANAK 2018

Kata Pengantar Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah swt., karena berkat anugerah-Nya makalah yang berjudul Sistem Operasional Bank Syariah. ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua tentang Sistem Operasional Bank Syariah. Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh sebab itu, keritikan dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis berharap makalah ini ada manfaatnya. Aamiin.

Pontianak, Maret 2019 Penulis

i

Daftar Isi Kata Pengantar .................................................................................................... i Daftar Isi............................................................................................................. ii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2 C. Tujuan Penulis ...................................................................................................... 2 BAB II Pembahasan A. Penghimpunan Dana

............................................................... 4

B. Penyaluran Dana

..................................................... 5

BAB III Penutup A. Kesimpulan ......................................................................................................... 10 B. Saran

......................................................................................................... 10

Daftar Kepustakaan ......................................................................................... 11

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks pembangunan ekonomi ummat, keberadaan dan kehadiran lembaga bisnis, seperti lembaga keuangan syariah adalah mutlak adanya. Sebab perbankan bertindak sebagai perantara antara unit penawaran dengan unit permintaan.1 Keberadaan bank syariah sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah dan akuntansi harus mencari pedoman yang digunakan untuk berperilaku dalam segala aspek kehidupan termasuk bisnis perbankan yang tidak terlepas dari ikatan etika syariah dalam melayani masyarakat di sekitarnya sehingga harus dapat menyajikan system operasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah.2 Salah satu prasyarat pengembangan kepercayaan itu adalah ketersediaan informasi yang meyakinkan nasabah terhadap kemampuan bank Islam dalam mencapai tujuannya. Diantara sumber-sumber informasi yang penting adalah sistem informasi produk dan penyajian akuntansi dari bank syariah yang disiapkan sesuai dengan standar yang dapat diterapkan pada bank Islam. Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana, melalui produk bank syariah kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas bank syariah sebagai lembaga perantara ditentukan kemampuan manajemen dalam operasinya serta penyajian dalam akuntansinya yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah Islam. Hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dan kreditur, melainkan hubungan kemitraan dana (partnership) antara penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba

1

Muhamad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, dalam Muhammad, Pengantar Akuntuntasi Syariah edisi 2, (Yogyakarta: Penerbit Salemba Empat, 2005), p. 2. 2 Ali Hasyim, Manajemen Bank Islam, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 1992), p. 12. 1

bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Hubungan ini merupakan bagian yang khas dari proses berjalannya mekanisme bank syariah. Dewasa ini lembaga perbankan terutama bank syariah semakin berkembang pesat dan sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas3. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya bank syariah yang didirikan di berbagai daerah di Indonesia. Bank syariah memiliki perbedaan yang jelas dengan bank konvensional yang hanya memiliki tujuan materi. Hubungan ekonomi berdasarkan islam ditentukan oleh hubungan akad yang terdiri dari lima konsep dasar akad. Bersumber dari kelima konsep dasar inilah dapat ditemukan produk-produk lembaga keuangan bank syariah. Kelima konsep tersebut adalah (1) system simpanan, (2) bagi hasil, (3) margin keuntungan atau jual beli, (4) sewa, (5) fee/jasa. Dana yang dihimpun melalui produk penghimpunan dana yang terdiri dari prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah, sedangkan dana disalurkan melalui produk yang terdiri murabahah, bai’As-salam, alistishnana, musyarakah.

B. Rumusan Masalah 1.

Bagaimana sistem operasional pada produk penghimpunan dana?

2.

Bagaimana sistem operasional pada produk penyaluran dana?

3.

3

Berdasarkan dari data yang terdapat pada Statistik Perbankan Syariah (SPS) dimana jumlah BUS dan UUS pada tahun 2018 sebanyak 612 KPO/KC, 1.315 KCP/UPS, dan 232 KK. Diakses dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-syariah/Pages/StatistikPerbankan-Syariah-Januari-2018.aspx Serta berdasarkan penilaian Otoritas Jasa Keuangan yang menilai nasabah perbankan syariah dapat tumbuh besar mengingat jumlah penduduk usia produktif terus bertambah. Jumlah nasabah bank syariah saat ini di bawah 10 juta orang. Menurut Edy Setiadi selaku kepala Departemen Perbankan Syariah OJK "Saat ini market share bank syariah di Indonesia sekitar lima persen dari total aset bank secara nasional". Diperoleh dari artikel dengan judul Nasabah Bank Syariah Berpotensi

http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/01/08/nasabah-bank-syariahberpotensi-tumbuh-besar. Penulis: Seno Tri Sulistiyono Diakses pada tanggal 07 April 2018 Tumbuh Besar,

2

C. Tujuan Penulisan 1.

Untuk mengetahui bagaimana sistem operasional pada produk penghimpunan dana.

2.

Untuk mengetahui bagaimana bagaimana sistem operasional pada produk penyaluran dana.

3

BAB II SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH

A. Sistem Operasional Pada Produk Penghimpunan Dana Penghimpunan Dana Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.4 i.

Prinsip Wadiah

Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadiah dhamanah berbeda dengan wadiah amanah. Dalam wadiah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam wadiah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. ii.

Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijrah seperti yang telah dijelaskan terdahulu. 1. Mudharabah Mutlaqah (URIA) Dalam mudharabah mutlaqah tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyarakatan apa pun kepada bank, ke bisnis apa dana yang disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad akad tertentu, ataupun mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi

4

Yulia, Perbankan Syariah, (Pontianak: STAIN PRESS PONTIANAK), 2012.

4

nasabah tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan. 2. Mudharabah Muqayyadah (RIA) Terbagi menjadi dua diantaranya: a. Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat syarat tertentu yang harus dipatuhi bank. b. Mudharabah Muqayyadah of Balance Sheet Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana

usahanya,

di

mana

bank

bertindak

sebagai

perantara

yang

mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. iii.

Akad Pelengkap

Seperti yang juga terjadi pada penyaluran dana, maka dalam pelaksanaan penghimpunan dana, biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.

B. Sistem Operasional Pada Produk Penyaluran Dana Penyaluran Dana Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu5 1. pembiayaan dengan prinsip jual beli 2. pembiayaan dengan prinsip sewa 5

Adiwarman Karim, Bank Islam: analisis fiqih dan keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2007.

5

3. pembiayaan dengan prinsip bagi hasil 4. pembiayaan dengan akad pelengkap

pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. i.

Prinsip Jual Beli (Ba’i)

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. 1. Pembiayaan Murabahah Murabahah (al bai’ bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah juga berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). 2.

Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang dijualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditemukan secara pasti. 3. Pembiayaan Istishna’ Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam Istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim Istishna’

6

dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. ii.

Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang pada ijarah objek transaksinya adalah jasa. iii.

Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut. 1. Pembiayaan Musyarakah Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. 2. Pembiayaan Mudharabah Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahib al maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al maal dan keahlian dari mudharib. iv.

Akad Pelengkap

7

Untuk mempermudah pelaksana pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya biaya yang dikeluarkan untuk menutupi biaya yang benar benar timbul. Akad pelengkap ini adalah akad akad tabarru’. 1. Hiwalah (Alih Utang Piutang) Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang berutang. Katakanlah seorang supplier bahan bangunan menjual barangnya kepada pemilik proyek yang akan dibayar dua bulan kemudian. Karena kebutuhan supplier akan likuiditas, maka ia meminta bank untuk mengambil alih piutangnya. 2. Rahn (Gadai) Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembayaran. 3. Qardh Qardh adalah pinjaman uang. 4. Wakalah (perwakilan) Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang. 5. Kafalah (garansi bank)

8

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Untuk jasa jasa ini, bank mendapatkan pengganti biaya jasa yang diberikan.

9

BAB III PENUTUP A. Simpulan

B. Saran

10

DAFTAR PUSTAKA Muhamad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, dalam Muhammad, Pengantar Akuntuntasi Syariah edisi 2, (Yogyakarta: Penerbit Salemba Empat, 2005. Ali, Hasyim. Manajemen Bank Islam. Jakarta: Radar Jaya Offset, 1992. Yulia. Perbankan Syariah. Pontianak: STAIN PRESS PONTIANAK, 2012. Karim, Adiwarman. Bank Islam: analisis fiqih dan keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

11

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""