Makalah Manajemen Ternak Unggas 2.docx

  • Uploaded by: fapet
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Manajemen Ternak Unggas 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,662
  • Pages: 18
MAKALAH MANAJEMEN TERNAK UNGGAS “Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler”

Oleh : Kelompok 5 Kelas F

Sanitya A

200110130168

Fauzi Atsani Harits

200110150149

Rizky Nur Faidzan

200110150154

Tyara Rahayuni Azizah

200110150293

Lani Sri Pujiyanti

200110150296

Arta Setyo Agung Panjaitan

200110150305

Ricko Erlangga

200110150307

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2017

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya kehidupan yang didukung oleh jumlah manusia yang semakin bertambah, maka kebutuhan akan pangan manusia pun harus bertambah agar dapat menunjang aktivitas manusia untuk tumbuh dan bekerja sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Salah satu bahan pangan yang umum dikonsumsi oleh manusia khususnya masyarakat Indonesia adalah daging ayam. Hal ini berimplikasi pada pola konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat. Disamping tujuan utama penggunaan makanan sebagai pemberi zat gizi bagi tubuh yang berguna untuk mempertahankan hidup, manusia juga menggunakannya untuk nilai-nilai sosial, karena penggunaan makanan telah melembaga sebagai alat untuk berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu makanan dalam lingkungan masyarakat menyangkut gizi dan aspek sosial. Secara ekonomi, pengembangan pengusahaan ternak ayam boiler di Indonesia memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah (Cahyono, B. 1995). Daging ayam merupakan pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani keluarga. Daging ayam banyak dipilih karena harganya lebih murah dibandingkan jenis daging lainnya dan sesuai dengan selera masyarakat. Salah satu jenis ayam yang permintaan dagingnya cukup banyak adalah ayam broiler. Ayam potong/broiler merupakan ayam ras yang memiliki karakteristik ekonomi sabagai penghasil daging dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, konversi makanan irit, dan siap dipotong pada relatif muda. Pada umumnya ayam ini dipelihara sampai berusia 5 – 7 minggu dan berat tubuh sekitar 1,3 Kg - 1,8 Kg Peranan ayam broiler di Indonesia mulai menonjol sejak tahun 1980 untuk memenuhi kebutuhan daging ayam dimasyarakat. Hingga saat inipun usaha tersebut tetap berprospek dan permintaan ayam broiler terus meningkat. Menurut

3

Kartika (2003) bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan ayam pedaging /broiler terus meningkat karena harga yang relatif lebih rendah dibanding dengan daging sejenis, pertumbuhan penduduk tinggi, peningkatan pendapatan, peningkatan kesadaran pemenuhan gizi dan ketersediaan produk. Untuk konsumsi rumah tangga sampai akhir tahun 2002 konsumsi daging ayam masyarakat mencapai 964,1 Ribu ton dibanding pada tahun 1969 hanya 339,2 ribu ton atau kenaikan sebesar 60 % dari 13 % terhadap konsumsi daging nasional. Hingga saat ini, usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu kegiatan yang paling cepat dan efisien untuk menghasilkan bahan pangan hewani yang bermutu dan bernilai gizi tinggi. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya antara lain, laju pertumbuhan ayam yang lebih cepat dibandingkan dengan komoditas ternak lainnya, permodalan yang relatif lebih kecil, penggunaan lahan yang tidak terlalu luas serta kebutuhan dan kesadaran masyarakat meningkat akan kandungan gizinya. Saat ini kebutuhan akan protein banyak disuplai dari dunia perunggasan, baik yang berupa daging atau berupa telur, namun selama ini kebutuhan daging banyak disuplai dari daging unggas terutama ayam broiler. Sehingga kondisi ini menuntut adanya penyediaan daging ayam yang cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitas 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana manajemen pemeliharaan ayam broiler? 2. Bagaimana sisitem biosekuriti pemeliharaan ayam boiler ? 1.3. Maksud Dan Tujuan 1. Mengetahui manajemen pemeliharaan unggas ayam 2. Mengetahui sistem biosekuriti pemeliharaan unggas ayam

4

II PEMBAHASAN 2.1. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler 2.1.1. Persiapan Kandang Dan Peralatan Kandang Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Dalam memulai pemeliharaan ayam broiler, sebelum DOC masuk ke kandang perlu dilakukan pembersihan dan istirahat kandang minimal 14 hari untuk mengurangi resiko bakteri maupun virus. Langkah pertama persiapan adalah pencucian peralatan kandang langkah-langkahnya adalah : bilas tempat pakan dan minum dengan detergen setelah dibilas kemudian direndam dengan larutan desinfektan, bila perlu galon dan selang minum direndam dalam larutan asam sitrat 100-300 gram per 100 liter air selam 12 jam dan dibilas bersih, pipa, selang dan tower juga dibersihkan dengan asam nitrat seperti dosis galon, dilakukan dengan mengisi penuh tower dengan larutan asam sitrat, ujung pipa dibuka hingga larutan mengalir ke ujung, tutup pipa dan diamkan selama 12 jam. Dibilas dengan air bersih dan pastikan bersih dari kotoran (sisa obat, lumut, lendir, dll). Penyekat DOC dicusi dengan desinfektan dan dibilas sampai bersih. Untuk tirai, tirai plafon, tirai sekat, tirai alas, tirai bawah direndam dan dicuci dengan detergen, dibilas hingga bersih kemudian didesinfeksi agar semua bersih dan higienis serta bebas dari kuman maupun bakteri. Setelah peralatan kandang dipastikan bersih dan higienis, giliran kandang yang dilakukan pembersihan secara menyeluruh. Pertama, kotoran yang ada dikandang dibuang ke tempat yang jaraknya jauh dari areal kandang, gumpalan kotoran yang ada pada kandang juga harus dikerok sampai bersih. Kandang yang terdapat kutu

5

maupun serangga sebaiknya diberikan insektisida sebelum dilakukan pencucian kandang. Lantai dan dinding kandang dibasahi dengan larutan detergen sebanyak 1 kg untuk 100 liter air dan didiamkan selam 1 jam agar saat pencucian menjadi lebih mudah. Kemudian sikat seluruh bagian kandang dan bilas dengan air bersih sampai tidak ada kotoran lagi. Bersihkan rumput dan semak di sekitar kandang agar tidak menjadi sarang penyakit, kegiatan ini perlu dilakukan rutin tidak hanya sebelum pemeliharaan. Lantai tanah, tanah dibawah kandang panggung dan parit perlu disiram dengan larutan soda api 2 kg per 100 liter air, sebaiknya menggunakan gembor air, karena bila menggunakan sprayer soda api dapr menyebabkan korosi. Lantai serta dinsing kandang diberi kapur dengan dosis 1 kg per 10 m2 dan dosis 15 m2 untuk slat dan panggung. Tirai kandang dipasang baik luar maupun dalam, tirai untuk brooding jangan sampai bocor. Peralatan yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam kandang dan didesinfeksi secara menyeluruh dengan formalin 40% dosis 5 liter untuk 95 liter air kemudian kandang diistirahatkan minimal 14 hari. Selama istirahat kandang, dilakukan pengecekan terhadap pemanas serta seluruh sarana penunjang seperti sumber air, bak air, instalasi listrik, dan lain-lain. Sebelum DOC datang, kandang ditaburi dengan sekam pada lantai dengan ketebalan 3-5 cm. Tempat pakan, minum, chick guard, lampu serta pemanas harus terpasang 2 hari sebelum ayam masuk kandang. Tinggi chick guard yang baik adalah 40-50 cm, dapat terbuat dari seng, kayu atau bambu. Pemanas diletakkan ditengah chick guard dengan ketinggian 1,25 cm, perhatikan arah panas dan temperaturnya. Pemakain koran diatas liter hanya 1 lapis dan dipaki pada hari pertama saja. Insensitas cahaya dalam kandang minimal 20 lux, atau setara dengan 10 watt atau 60 watt lampu per chick guard dengan ketinggian 170 cm. Untuk petugas yang keluar masuk kandang disediakan celupan desinfektan atau hand

6

sprayer. Setelah semua persiapan telah dilakukan, desinfeksi ke seluruh bagian kandang harus dilaksanakan. Sebelum DOC masuk, kandang perlu dipanaskan selam 2 jam, agar temperatur brooding stabil dan liter sudah dalam keadaan hangat. Siapkan pakan dan air minum, untuk air minum yang disarankan adalah air gula 2-3% (20-30 gram gula per liter air). DOC yang cacat dapat langsung dikeluarkan, sedangkan DOC yang masih lemas dapat dibantu minum dengan mencelupkan paruh ke air minum. Amati tingkah laku ana ayam di chick guard, lakukan evaluasi crop fill, dalam 6 jam minimal 80 % tembolok berisi pakan dan air, dan setelah 12 jam berisi 100 %. Perhatikan tembolok ayam, kondisi tembolok tidak boleh terlalu encer atau keras, hal itu berkaitan dengan temperatur dan ketersediaan pakan. Amati kondisi secara menyeluruh, bila perlu chick guard diketuk secara perlahan agar ayam aktif makan. Peralatan Kandang Peralatan kandang yang dibutuhkan untuk beternak ayam boiler: 1. Litter Litter adalah sebutan yang disematkan pada alas kandang ayam broiler. Alas kandang ayam broiler ini memiliki ketentuan tersendiri untuk dapat memperlancar proses budidaya ayam broiler, tentu untuk kandang yang dibangun dengan sistem postal. Litter dapat dibuat dengan ketebalan 10-15 cm. Selain itu, bahan untuk membuat litter juga harus memiliki sifat-sifat tertentu yaitu harus kering, memiliki daya serap yang tinggi, tidak berbau, serta tidak berdebu. Dengan ketentuan tersebut, sering kali litter dibuat dengan bahan-bahan seperti sekam padi, serutan kayu, potongan jerami, dan juga rumput kering. Litter ini bisa diterapkan pada kandang dengan penggunaan sekali pakai atau juga bisa untuk waktu yang lama. Namun, yang jelas peternak harus selalu mengontrol keadaan litter ini agar tidak menyebabkan penyakit pada ayam jika terlalu banyak terdapat kotoran ayam.

7

2. Pemanas Secara umum, pemanas ini berbentuk bundar atau segi empat dengan jangkauan 1-3 meter, dan diletakkan di tengah kandang. Pemanas ini memiliki fungsi untuk menghangatkan ayam broiler ketika dibutuhkan, terutama ketika ayam broiler masih kecil. Sehingga, pemanas ini memiliki nama lain yaitu brooder. Pemanas ini bisa menggunakan bahan apa saja yang penting dapat memberi kehangatan untuk ayam yang dipelihara. Sebagian peternaka ada yang masih menggunakan tong yang didalamnya diisi dengan kayu bakar. 3. Tempat Pakan dan Minum Tempat Pakan akan kita bahas terlebih dahulu. Tempat pakan adalah alat yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk memberi pakan terhadap ayam broiler yang dipelihara. Peternak dapat membeli tempat pakan tersebut, atau juga bisa membuat sendiri. Syarat tempat pakan ini adalah terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat serta tidak mudah terkena feses. Tempat minum adalah pasangan dari tempat pakan diatas, sehingga juga harus dipersiapkan oleh peternak. Tempat ini akan lebih baik jika ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau oleh ayam broiler yang dipelihara. Selain itu, peternak harus selalu siaga untuk mengontrol kebersihan tempat minum sehingga air yang diebrikan untuk ayam broiler selalu dalam keadaan bersih. Oleh sebab itu, membersihkan tempat minum setiap pengisian air terkadang diperlukan. 2.1.2. Starting Manajemen Pada fase awal (starter) kondisi tubuh ayam masih lemah dengan organ tubuh yang belum berfungsi secara optimal sehingga ayam memerlukan perhatian yang lebih intensif agar dapat tumbuh secara optimal. Banyak hal yang harus diperhatikan, terutama bagaimana suhu tubuh DOC dapat tetap terjaga dan stabil,

8

kebutuhan minum dan juga makannya. Karena saat ini adalah masa permulaan bagi perkembangan dan pertumbuhan ayam. Pemeliharaan ayam pedaging (broiler) ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik (hemat). Dan pada fase starter yang dillihat juga yaitu tingkat kematian yang serendah mungkin. Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan dari minggu pertama hingga ketiga, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit. 1.

Perkandangan dan Peralatan Pada saat DOC datang, perkandangan harus sudah disiapkan, dan sudah

disediakan tempat makan dan juga minum, dan juga suhu yang harus di selalu dikontrol. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan persiapan yang diperlukan saat kedatangan DOC yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang. 2.

Pemeliharaan Minggu Pertama Pada saat DOC datang pertama kali, DOC dibiarkan dulu selama beberapa saat

supaya bisa mengenali lingkungannya terlebih dahulu, dan dipindahkan ke indukan atau pemanas setelah itu bisa diberi air minum yang dicampur dengan gula agar dapat mengganti energi yang hilang selama di perjalanan. Pakan yang diberikan berupa butiran kecil (crumbles). Dan pada hari ke-4 DOC diberi vaksin ND. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan DOC yang barudibeli satu-persatu dipindahkan ke kandang yang sudah terdapat lampu sebagai pemanas. Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit untuk

9

mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum dicampur gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air putih untuk 100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter. Peranannya sangat penting untuk pengembalian kondisi DOC selama perjalanan. Pada hari kedua air minum dicampur dengan antibiotik, dan pada hari keempat diberi vaksin ND. 3.

Pemeliharaan Minggu Kedua Pemeliharaan minggu kedua, meskipun masih memerlukan pengawasan,

namun lebih ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih diperlukan. Koran atau tirai yang berada pada sisi kandang bisa dibuka untuk memperlancar sirkulasi udara. Suhu dari pemanas bisa diturunkan, dengan menaikkan lampu atau pemanasnya. Penambahan jatah pakan dan air minum. 4.

Pemeliharaan Minggu Ketiga Pada pemeliharaan minggu ketiga, pemanas sudah dapat dimatikan di siang

hari, karena sudah panas dari udara diluar kandang, terutama saat terik matahari. Koran atau tirai di sisi kandang punsudah bisa dibuka seluruhnya. Saat minggu ketiga pakan yang diberikan bisa 48 gram per ekor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1987) yaitu, pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan pemanas. Ayam sudah lincah dan nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu sudah cukup baik sehingga tirai plastik penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur diturunkan sehingga 290C. penambahan jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan sebanyak 48 gram/ekor. Air minum dicampur antibiotik dan pada minggu dilakukan vaksinasi ND II. 5.

Ransum Starter (0-3 Minggu) Pemberian ransum pada ayam fase starter, diberikan berbentuk halus/tepung

(crumble). Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2004) yang menyatakan bahwa pemberian ransum dilakukan secara adlibitum dengan pemberian ransum

10

berbentuk: tepung pada periode starter, butiran pecah pada periode finisher dan terkadang diberikan ransum yang berbentuk pellet. Penyusunan ransum ayam broiler, didasarkan pada kandungan energi dan protein. Untuk ayam broiler, pada umur 0-3 minggu, ransum yang digunakan harus mengandung protein 23% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg (NRC, 1984). Tabel 1. Kebutuhan zat makanan broiler fase starer dan fase finisher Zat Nutrisi

Starter

Finisher

Protein Kasar (%)

23

20

Lemak Kasar (%)

4-5

3-4

Serat Kasar (%)

3-5

3-5

Kalsium (%)

1

0,9

Pospor (%)

0,45

0,4

EM (Kkal/kg)

3200

3200

Lisin (%)

1.2

1.0

Metionin (%)

0.50

0.38

Sumber : NRC (1984) 6.

Vaksinasi Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata,

hidung, mulut (cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar sehingga tidak menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak meninggalkan sisa sampah dari peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan, masker maupun sisa vaksin yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang divaksin harus benar- benar dalam keadaan sehat tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak terjadi kematian dalam proses vaksinasi. Vaksinasi pada ayam broiler yang sangat penting dilakukan yaitu vaksinasi

11

ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum. 2.1.3. Finishing Manajemen Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam diberi pakan 88 gram/ekor. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk menyiapkan periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali saja dengan dosis sesuai anjuran penggunaan merk obat cacing yang dibeli. Pada pemeliharaan minggu keenam, pengawasan yang berkaitan dengan performan ayam broiler mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan dipasarkan pada akhir minggu keenam, sehingga dengan pengawasan rutin dan program yang baik bisa dicapi berat badan optimal. Selain itu perlu dilaksanakan program penerangan tambahan pada malam hari. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum yaitu jatah makan 117 gram/ekor. Program penambahan penerangan pada malam hari dilakukan mulai pukul 02.00 – 06.00 dengan intensitas cahaya 30 watt/20m2 luas kandang. Sebelum ayam dikeluarkan, alat-alat kandang dikeluarkan terlebih dahulu. Penanggkapan ayam hendaknya dilakukan pada malam hari. Penangkapan dilakukan dengan bantuan penerangan lampu pijar warna biru/hijau. Hindarkan perlakuakn kasar, ambil satu-persatu, dan pegang kakinya. Tempat untuk ayam hasil penangkapan dianjutkan keranjang yang bertepi bulat. Isilah keranjang sesuai kapasitas dan jangan terlalu padat. Ransum Fase Finisher Pada periode finisher (umur 3-6 minggu), kondisi pertumbuhan ayam broiler mulai menurun. Untuk itu, protein dalam ransum diturunkan menjadi 20% (NRC, 1994), sedangkan energi ransum, yang digunakan 3000-3200 kkal/kg. Bahan-bahan penyusun ransum untuk starter tidak berbeda dengan bahan penyusun ransum untuk

12

finisher. Bentuk fisik ransum yang biasa diberikan pada ayam broiler bisa berbentuk pellet, mash, atau crumble. Ransum ayam broiler banyak dijual dengan merk dagang yang berbeda-beda, tergantung pabrik yang mengeluarkan. Penggantian ransum starter dengan ransum finisher sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap. Pada hari pertama mula-mula deberi ransum starter 75% di tambah ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum finisher 75% dan pada hari berikutnya baru diberikan ransum finisher seluruhnya. Jika tahapan ini tidak dilakukan maka nafsu makan ayam menurun untuk beberapa hari dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan. Kadang-kadang para peternak tidak membeli ransum yang sudah jadi, tetapi membeli konsentrat dan mencampurnya dengan bahan pakan yang mereka miliki misalnya jagung. Konsentrat adalah campuran bahan pakan yang mengandung gizi tinggi untuk dicampur dengan bahan pakan lain sehingga tercapai kebutuhan untuk ternak yang akan diberi makan sesuai dengan tujuan produksinya. Tabel 2. Susunan Ransum Broiler Finisher No 1

2

3

4

5

Bahan Pakan Jagung kuning Bungkil kedelai Dedak halus Tepung ikan Bungkil kelapa

Jumlah

PK (%)

LK (%)

SK (%)

CA (%)

P (%)

EM (kkal/kg)

60,0

5,16

2,34

1,20

0,01

0,06

2.022,00

15,0

6,75

0,13

0,90

0,04

0,04

336,00

5,5

0,66

0,71

0,66

0,01

0,01

89,65

11,0

6,71

0,44

0,31

0,60

0,30

311,30

5,0

1,05

0,09

0,75

0,01

0,01

84,70

13

6

Minyak kelapa

2,0

-

2,00

-

-

-

172,00

7

grit

1,0

-

-

-

0,38

0,20

-

8

premix

0,5

-

-

-

-

-

-

100,0

20,33

5,71

3,62

1,05

0,62

3.015,65

Jumlah

Penghitungan Angka Konversi Ransum Efisiensi ransum yang diberikan kepada ayam bisa dilihat dari angka konversi ransum. Konversi ransum didenifisikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan. Angka konversi ransum yang rendah (kecil) berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit, begitu pula sebaliknya. Pada minggu pertama, angka konversu ransum ayam broiler ini rendah. Pada minggu-minggu berikutnya akan meningkat sesuai dengan kecepatan pertumbuhannya. Tabel 3 memperlihatkan bahwa jantan lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging dibandingkan betina. Hal ini karena pertumbuhan jantan lebih cepat dibandingkan betina. Pada umur 6 minggu, konfersi ransum pada jantan maupun betina diatas angka dua. Jika konversi ransum jauh di atas angka dua maka kurang menguntungkan. Oleh karena itu ayam broiler dipasarkan maksimal umur 6 minggu. Tabel 3. Konversi Ransum Ayam Broiler Selama 6 Minggu Umur (Minggu)

Jantan

Betina

Jantan Dan Betina

1

0,80

0,80

0,80

2

1,20

1,22

1,21

3

1,37

1,41

1,39

4

1,70

1,78

1,74

14

5

1,98

2,08

2.03

6

2,29

2,35

2.32

Pola Usaha Budidaya Ayam Pedaging Sistem usaha ternak ayam pedaging yang umum saat ini ada dua yakni: 1. Sistem kemitraan, dalam kemitraan ayam broiler sama saja dengan kemitraan pada ternak ikan lele, dimana dalam kemitraan ada yang berindak sebagai inti dan ada yang bertindak sebagai plasma. Inti dalam kemitraan ternak ayam pedaging harus dalam bentuk badan hukum yang jelas (perusahaan), apakah itu PT atau CV. Kewajiban perusahaan inti disini adalah menyediakan bibit, menediakan pakan, menyediakan tenaga penyuluh, menyediakan obat-obatan dan menjamin pemasaran hasil panen ayam pedaging dari plasma. Namun demikian inti juga memiliki banyak hak yang diatur jelas dalam sebuah MOU (kontrak kerjasama/kesepakatan). Hak dan kewajiban plasma dan inti kemitraan ternak ayam broiler ini berbeda-beda pada setiap kemitraan, namun yang pasti hak dan kewajiban tersebut akan tercantum jelas pada kontrak kesepakatan. Plasma dalam kemitraan ayam pedaging adalah para peternak. Keuntungan utama budidaya ayam broiler sebagai plasma (peternak) dengan sistem kemitraan ini adalah pemasaran hasil panen terjamin dan harganya sesuai dengan kontrak dengan perusahaan inti yang ditetapkan diawal kerjasama kemitraan. 2. Sistem mandiri, dimana peternak ayam broiler membudidayakan ternaknya secara mandiri baik itu pendirian kandang, penyediaan DOC ayam broiler, pakan, obat-obatan hingga pemasaran harus dijalankan sendiri oleh si peternak ayam pedaging tersebut. Keuntungan budidaya ayam pedaging secara mandiri salah satunya adalah harga jual ayam sesuai dengan harga pasaran, jadi ketika harga daging ayam sangat tinggi seperti saat ini sudah bisa dipastikan peternak ayam pedaging mandiri akan memperoleh untung yang berlipat-lipat. Namun kerugiannya juga ada yakni pemasaran harus dilakukan sendiri oleh peternak

15

sehingga hasil panen belum tentu terjual tepat pada waktu yang optimal, sehingga dapat menyebabkan kerugian besar akibat biaya pakan yang semakin hari semakin meningkat. Biaya perawatan (budidaya) ayam pedaging (broiler) yang paling besar adalah biaya pakan. Dua hal tersebut diatas harus dipertimbangkan sebelum menjalankan bisnis ayam pedaging, Jika ada kesulitan dalam akses pemasaran maka sebaiknya pilihan mendirikan usaha ternak ayam pedaging sebaiknya dengan sistem kemitraan. Namun jika peternak menguasai akses pemasaran dan memahami teknik budidaya ayam pedaging (broiler) maka sebaiknya dirikanlah peternakan ayam secara mandiri. 2.2. Sistem Biosekuriti pada Pemeliharaan Ayam 1. Kontrol Lalu Lintas Biosekuriti ini secara umum memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas orang, seperti mengunci pintu dan melarang semua pengunjung, atau mengizinkan masuk orang tertentu dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka didesinfeksi, mandi semprot, lalu memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi khusus yang telah didesinfeksi. 2. Vaksinasi Aspek lain dari biosekuriti adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi. Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam . 3. Pencatatan Riwayat Flok Mencatat riwayat flok adalah cara yang mudah untuk menjaga kesehatan flok ayam. 4. Pencucian Kandang Ayam Broiler

16

Pencucian kandang ayam broiler bisa dilakukan secara total atau menyeluruh. 5. Kontrol Terhadap Pakan Biosekuritas terhadap pakan harus dilakukan terutama ditingkat pabrik pengolahan. Hal ini harus secara ketat dilakukan mengingat banyaknya agen penyakit dan toksin yang dapat mencemari makanan.

17

III KESIMPULAN

3.1. Manajemen pemeliharaan ayam broiler terdiri dari Persiapan kandang dan peralatan kandang, starter manajemen dan finisher manajemen karena ayam broiler dibagi menjadi dua fase, dimana Fase starter merupakan fase yang harus diawasi dengan benar, karena merupakan kunci keberhasilan pemeliharaan di minggu-minggu berikutnya kemudian fase finisher performan ayam broiler mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan dipasarkan pada akhir minggu keenam. 3.2. Sistem Biosekuriti pada peternakan ayam diantaranya control lalu lintas, vaksinasi, pencatatan riwayat flock, pencucian ayam broiler dan kontrol terhadap pakan

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Manajemen Ayam Broiler : Persiapan Kandang Ayam Broiler. http://ayambroiler.com/manajemen-ayam-broiler-persiapan-kandangayam-broiler/(diakses tanggal 24 Oktober 2017 pukul 19.47 WIB) _______.

2017.

Peralatan

Kandang

Ayam

Broiler

Yang

Dibutuhkan.

http://urbanina.com/peternakan/ayam-broiler/peralatan-kandang-ayambroiler-yang-dibutuhkan/ (diakses tanggal 24 Oktober 2017 pukul 19.57 WIB) Cahyono, B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hasnaeni, B. 2004. Fungsi pengaman dan estetika jalur hijau jalan (studi kasus di Jalan Pajajaran – Bogor). Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta. North dan Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. New York. N.R.C; 1984. Nutrient Requirement of poultry. 8 th Ed. National Academy of Science. Rasyaf, M. 1995-2007. Pengelolaan Peternakan Usaha Ayam Pedaging. Gramedia. Jakarta. Siregar A.P. 1982. Tehnik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Margie Group :Jakarta.

Related Documents


More Documents from ""