MANAJEMEN RISIKO KORPORASI
MAKALAH diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Risiko
Dosen Pengampu Dr. Siti Maria Wardayati, Msi, Ak, CA
Disusun oleh Firdaus Titah Nurhawa NIM. 160810301031
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Risiko Korporasi”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember. Makalah ini disusun agar para pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasannya mengenai “Manajemen Risiko Korporasi”. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dr. Siti Maria Wardayati, Msi, Ak, CA selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Risko yang telah memberikan kami ilmu pengetahuan mengenai mata kuliah Manajemen Risiko, dan ucapan terimakasih untuk rekan-rekan yang telah membantu serta dari berbagai pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis menerima segala kritik dan saran dari para pembaca yang diharapkan dapat membangun dan memperbaiki tugas makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca. Saya selaku penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam bentuk apapun yang ada pada makalah ini.
Jember, 09 Maret 2019
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan usaha pada perusahaan kini terlihat semakin pesat, dimana segala aktivitas dan kegiatannya yang semakin maju diharapkan mampu meningkatkan kualitas kinerja perusahaan, baik kinerja keuangannya maupun kinerja non-keuangannya. Setiap entitas pasti tidak ada yang menginginkan kerugian (loss), yang diharapkan dari semua bisnis dan usahanya adalah sebuah keuntungan (profit), akan tetapi dalam menjalankan bisnis dan usaha tentunya segala risiko-risiko atau ketidakpastian itu pasti akan dijumpai oleh perusahaan. Risiko muncul sekitar pada abad ke 2100 SM yang kemudian melahirkan konsep bottomry dan manajemen risiko sendiri muncul pada tahun 1999 yang memberikan perhatian pada laporan keuangan. Risiko muncul karena adanya ketidakpastian dan adanya risiko ini memang bukanlah suatu hal yang harus dihilangkan namun sebisa mungkin risiko ini setidaknya harus dihindari. Menurut COSO ERM (2004), pengertian risiko adalah kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Maksud dari pernyataan tersebut adalah pencapaian tujuan organisasi itu sangat dipengaruhi oleh segala peristiwa yang terjadi, peristiwa ini dapat menimbulkan ketidakpastian atau risiko yang apabila suatu organisasi atau perusahaan tidak dapat meminimalisir atau menghindarinya maka akan berdampak buruk bagi kelangsungan entitas organisasi atau perusahaan tersebut. Griffin
berpendapat,
menurut
Griffin
pengertian
risiko
adalah
ketidakpastian tentang peristiwa masa depan atas hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Jika dilihat dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa risiko ini adalah suatu kemungkinan yang akan terjadi di masa yang
akan datang, entah itu nanti hasilnya sesuai dengan apa yang diinginkan atau bahkan justru merupakan hasil yang tidak diinginkan, maksudnya adalah suatu hal yang diinginkan ini dapat berupa sebuah pencapaian tujuan atas apa yang telah direncanakan dan dilaksanakan. Sedangkan apa yang tidak diinginkan ini merupakan kemungkinan buruk yang terjadi dapat berupa sebuah kegagalan dari segala sesuatu yang telah direncankan dan dilaksanakan namun di masa yang akan datang ternyata hasilnya mengecewakan. Risiko tidak dapat dihilangkan akan tetapi untuk menghindari, mengurangi, dan atau meminimalisir risiko tersebut maka diperkenalkanlah ilmu dan pengetahuan yang diharapkan mampu menjawab semua yang diperlukan untuk mencegah risiko tersebut yakni “Manajemen Risiko”. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yag digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha. Pengertian manajemen risiko menurut Smith (1990) adalah proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. Djohanputro juga berpendapat tidak beda jauh dari pendapat Smith, menurut Djohanputro pengertian manajemen risiko adalah proses identifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, memonitor dan pengendalian penanganan risiko, yang dilakukan secara terstruktur dan sistematis. Manajemen risiko menurut Hubbard (2009) adalah the identification, assessment and prioritazation of risks followes by coordinated and economical application of resources to minimize, monitor and control the probability and/or impact of unfortunate events. Manajemen risiko adalah proses identifikasi, penilaian, dan prioritas risiko yang diikuti oleh koordinasi dan aplikasi sumber daya ekonomi untuk meminimalkan, memantau, dan mengevaluasi kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan.
Pengertian manajemen risiko yang digunakan dalam buku yang menjadi referensi penulis dalam membuat makalah ini yakni manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha, baik risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, maupun risiko-risiko lainnya dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam bahasa yang singkat, manajemen risiko dikatakan sebagai “being smart about taking chances” atau “bersikap cerdas dalam mengambil kesempatan”. Jadi, dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko ini merupakan suatu cara atau alternatif untuk mencegah sebuah risiko demi menjaga keamanan dan kelangsungan perusahaan untuk memaksimalkan nila perusahaan tersebut melalui berbagai proses, seperti: identifikasi, pengukuran, kontrol, pengendalian, serta penanganan risiko. Selanjutnya, setelah berbicara mengenai risiko dan manajemen risiko akan dibahas lebih lanjut tentang “Manajemen Risiko Korporasi”. Menurut Lam (2007), manajemen risiko korporasi atau enterprise risk management (ERM) adalah kerangka kerja yang komprehensif dan integratif untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, modal ekonomi, dan transfer risiko dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan. Manajemen risiko korporasi (MRK), atau dikenal dengan singkatan bahasa Inggris enterprise risk management (ERM) adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan direktur, manajemen, dan personel lain dalam perusahaan, yang diterapkan pada tataran strategis dan menyeluruh, yang dirancang untuk mengidentifikasi potensi peristiwa yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk memberikan jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran perusahaan. ERM diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk efisiensi dan efektivitas
operasional,
memahami
risiko
dengan
lebih
baik,
dan
meningkatkan kualitas keputusan. ERM sekiranya dapat mempromosikan budaya peduli risiko dalam perusahaan yang akan memberikan nilai tambah bagi kegiatan usaha.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari risiko? 2. Apa pengertian dari manajemen risiko ? 3. Apa pengertian dari manajemen risiko korporasi? 4. Apa saja manfaat dari manajamen risiko? 5. Bagaimana kerangka enterprise risk management?
1.3 Tujuan Pelaporan Berdasarkan rumusan-rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pelaporan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui definisi dari risiko 2. Untuk mengetahui definisi dari manajemen risiko 3. Untuk mengetahui definisi dari manajemen risiko korporasi 4. Untuk mengetahui apa saja manfaat dari manajemen resiko 5. Untuk mengetahui kerangka enterprise risk management
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Risiko Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Resiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti dan pada risiko ini terdapat unsur bahaya, sebagai dari akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi yang dikarenakan suatu proses yang sedang berlangsung maupun kejadian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Berikut ini disajikan beberapa definisi atau pengertian risiko menurut berbagai sumber dan para ahli: AUTHOR COSO ERM (2004)
DEFINISI / PENGERTIAN Risiko adalah kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Risiko adalah potensi kerugian akibat
(2016)
terjadinya suatu peristiwa tertentu.
Bessis (2002)
Risk are uncertainties resulting in adverse variations of probability or losses. Risiko adalah ketidakpastian yang menimbulkan beberapa kemungkinan atau kerugian.
Hubbard (2009)
The probability and amgnitude of a loss, disaster, or other undesirable event. Risiko adalah kemungkinan kerugian, bencana, atau peristiwa yang tidak
diharapkan. Griffin
Risiko adalah ketidakpastian tentang peristiwa masa depan atas hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.
A. Abas Salim
Risiko adalah ketidakpastian (uncertainty) yang mungkin mengakibatkan peristiwa kerugian (loss).
Berdasarkan beberapa definisi dan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu peristiwa atau kemungkinan yang akan terjadi dimana risiko ini merupakan ketidakpastian yang apabila tidak dicegah, dihindari, atau diminimalisir akan mengakibatkan kerugian (loss). 2.2 Pengertian Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya
dan
mitigasi
risiko
dengan
menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Pengertian manajemen risiko yang digunakan dalam buku yang menjadi referensi penulis dalam membuat makalah ini yakni manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha, baik risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, maupun risiko-risiko lainnya dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam bahasa yang singkat, manajemen risiko dikatakan sebagai “being smart about taking chances” atau “bersikap cerdas dalam mengambil kesempatan”. Berikut ini disajikan beberapa definisi atau pengertian risiko menurut berbagai sumber dan para ahli:
AUTHOR
DEFINISI / PENGERTIAN
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Manajemen (2016)
risiko
adalah
serangkaian
metodologi dan prosedur yag digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha.
Smith (1990)
Manajemen risiko adalah proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
Djohanputro
Manajemen risiko adalah proses identifikasi, mengukur,
memetakan,
mengembangkan
alternatif penanganan risiko, memonitor dan pengendalian
penanganan
risiko,
yang
dilakukan secara terstruktur dan sistematis.
Hubbard (2009)
the
identification,
assessment
and
prioritazation of risks followes by coordinated and economical application of resources to minimize, monitor and control the probability and/or
impact
of
unfortunate
events.
Manajemen risiko adalah proses identifikasi, penilaian, dan prioritas risiko yang diikuti oleh koordinasi dan aplikasi sumber daya ekonomi untuk
meminimalkan,
mengevaluasi
memantau,
kemungkinan
dan
terjadinya
peristiwa yang tidak menguntungkan.
Berdasarkan beberapa definisi dan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko merupakan suatu cara atau alternatif untuk mencegah sebuah risiko demi menjaga keamanan dan kelangsungan perusahaan untuk memaksimalkan nila perusahaan tersebut melalui berbagai proses, seperti: identifikasi, pengukuran, kontrol, pengendalian, serta penanganan risiko. 2.3 Pengertian Manajemen Risiko Korporasi Manajemen risiko korporasi (MRK), atau dikenal dengan singkatan bahasa Inggris enterprise risk management (ERM) adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan direktur, manajemen, dan personel lain dalam perusahaan, yang diterapkan pada tataran strategis dan menyeluruh, yang dirancang untuk mengidentifikasi potensi peristiwa yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk memberikan jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran perusahaan. ` Menurut Lam (2007), manajemen risiko korporasi atau enterprise risk management (ERM) adalah kerangka kerja yang komprehensif dan integratif untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, modal ekonomi, dan transfer risiko dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan. Pengertian dari manajemen risiko korporasi ini berkaitan dengan pengertian manajemen risiko seperti yang sebelumnya sudah dibahas di atas. Pada dasarnya konsep dari Enterprise Risk Management-Integrated Framework adalah mengembangkan konsep internal control yang bebas dari pengaruh dan semakin memfokuskan pada aspek manajemen risiko perusahaan. Para manajer dapat memanfaatkan Enterprise Risk Management-Integrated Framework baik untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan internal control maupun untuk mendukung proses manajemen risiko. Manajer seringkali menghadapi segala macam ketidakpastian salah satunya berupa risiko-risiko atau peluang-peluang yang dapat dihasilkan melalui sebuah tindakan manajerial yang dapat menurunkan atau meningkatkan
penciptaan nilai. Setiap perusahaan tentunya tidak mengharapkan suatu kerugian yang dapat menghambat atau menggagalkan pencapaian tujuan yang telah disusun dan dilaksanakan dengan baik, oleh karena itu melalui implementasi manajemen risiko korporasi manajer diharapkan mampu mengatasi segala permasalahan ketidakpastian yang berkaitan dengan risiko maupun peluang-peluang yang dapat memberikan potensi meningkatnya kapasitas pembentukan nilai. Nilai dikatakan maksimal apabila manajer sukses memformulasikan strategi dan tujuan untuk meningkatkan keseimbangan pertumbuhan antara pendapatan dan risiko, efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber-sumber ekonomis dalam merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan. Enterprise Risk Management (ERM) dengan pendekatan terstruktur diperlukan untuk membantu manajemen meminimalkan kemungkinan terjadinya kerugian yang tak diprediksi sebelumnya terhadap laba, reputasi atau kepercayaan investor, asosiasi usaha, nasabah, dan karyawan. ERM diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk efisiensi dan efektivitas operasional, memahami risiko dengan lebih baik, dan meningkatkan kualitas keputusan. ERM sekiranya dapat mempromosikan budaya peduli risiko dalam perusahaan yang akan memberikan nilai tambah bagi kegiatan usaha. 2.4 Manfaat Manajemen Risiko Pada dasarnya, Enterprise Risk Management (ERM) adalah integrasi tiga cara, yaitu: 1. Pengintegrasian organisasi risiko. Di dalam ERM harus ada unit manajemen risiko perusahaan tersentralisasi dan bertanggung jawab langsung kepada chief executive officer dan direksi dengan tanggung jawab menyusun kebijakan umum untuk seluruh aktivitas pengambila risiko. 2. Pengintegrasian strategi transfer risiko. Pendekatan ERM menggunakan sudut pandang portofolio seluruh jenis risiko dalam suatu perusahan dan merasionalisasikan penggunaan
derivativ, asuransi, dan produk-produk alternatif transfer risiko lainnya untuk melindungi nilai hanya risiko residual yang tidak dikehendaki manajemen. 3. Pengintegrasian manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan. ERM
mengoptimalkan
kinerja
bisnis
dengan
mendukung
dan
memengaruhi keputusan penetapan harga, pengalokasian sumber daya, dan berbagai keputusan bisnis lainnya. Gambar 2-1 Manfaat Enterprise Risk Management (ERM) Efektivitas Organisasi
Pelaporan
Kinerja
Risiko
Bisnis
Bila telah dilaksanakan ERM secara terintegrasi, maka akan didapat manfaat utama dalam tiga hal, yaitu: 1. Efektivitas organisasi Penunjukan chief risk officer
(CRO) dan pembentukan fungsi ERM
memungkinkan adanya koordinasi dari atas ke bawah yang diperlukan untuk membuat berbagai fungsi ini bekerja secara efisien. 2. Pelaporan risiko Fungsi unit enterprise risk dapat menetapkan prioritas tingkat dan isi laporan risiko yang harus diampaikan kepada manajemen senior dan direksi, seperti perspektif perusahaan, kerugian agregat, pengecualian kebijakan risk incident, eksposur penting, dan indikator peringatan dini. Laporan ini dapat berbentuk panel risiko yang mencakup informasi yang tepat waktu dan ringkas mengenai risiko-risiko penting perusahaan. ERM nantinya akan meningkatkan transparansi di seluruh organisasi. 3. Kinerja bisnis
Perusahaan yang telah mengadopsi pendekatan ERM mengalami perbaikan kinerja bisnis. Perbaikan ini didapat dari pengalokasian modal dan penetapan harga. ERM mengelola hubungan antara risiko, modal, profitabilitas, dan merasionalisasikan strategi pemindahan risiko. 2.5 Kerangka Enterprise Risk Management Otoritas Jasa Keuangan (2016) menetapkan paling sedikit empat prasyarat penerapan manajemen risiko secara efektif: 1. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi. 2. Kecukupan kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta penetapan limit risiko. 3. Kecukupan
proses
identifikasi,
pengukuran,
pemantauan
pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko. 4. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Gambar 2-2 Kerangka ERM 1. Corporate Governance Mengembangkan manajemen risiko dari atas ke bawah 2. Manajemen Lini Penyelarasan strategi bisnis 3. Manajemen Portofolio Berfikir dan bertindak seperti fund manager 4. Transfer Risiko Memindahkan risiko yang terkonsentrasi dan tidak efisien 5. Analisis Risiko Mengembangkan piranti analisis canggih 6. Sumber Daya Data dan Teknologi
,
dan
Mengintegrasikan data kemampuan data dan sistem 7. Manajemen Stakeholder Meningkatkan transparansi risiko untuk para stakeholder utama
Menurut Lam (2007) dan Hanggraeni (2010), terdapat tujuh komponen yang harus dikembangkan dan dihubungkan menjadi satu kesatuan yang terintegrasi dalam ERM: 1. Tata kelola perusahaan untuk memastikan bahwa dewan komisaris dan direksi telah membuat proses organisatoris dan kontrol perusahaan yang tepat untuk mengukur dan mengelola risiko lintas perusahaan. Otoritas Jasa Keuangan (2016) telah menetapkan wewenang dan tanggung jawab dewan komisaris berikut: a. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko. b. Mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko. c. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan direksi yang berkaitan dengan transaksi yang memerlukan persetujuan komisaris. Evaluasi kebijakan manajemen risiko idealnya dilakukan oleh dewan komisaris paling sedikit satu kali dalam setahun atau dengan frekuensi yang lebih tinggi dalam hal terdapat perubahan faktor-faktor yang memengaruhi kegiatan usaha secara signifikan. Sedangkan evaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dilakukan oleh dewan komisaris paling sedikit secara triwulan. Wewenang dan tanggung jawab direksi adalah: a. Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan komprehensif. Termasuk dalam kebijakan dan strategi manajemen risiko adalah penetapan dan persetujuan limit risiko, baik risiko secara keseluruhan (composite), per jenis risiko, maupun per aktivitas
fungsional. Kebijakan dan strategi manajemen risiko disusun paling sedikit satu kali atau lebih dalam setahun apabila terdapat perubahan faktor-faktor yang memengaruhi kegiatan usaha secara signifikan. b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan eksposur risiko yang diambil oleh perusahaan secara keseluruhan. Termasuk tanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko adalah mengevaluasi dan memberikan arahan berdasarkan laporan yang disampaikan oleh satuan kerja manajemen risiko dan penyampaian laporan pertanggungjawaban kepada dewan komisaris secara triwulan. c. Mengevaluasi
dan
memutuskan
transaksi
yang
memerlukan
persetujuan direksi. d. Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi.
Pengembangan
budaya
manajemen
risiko
meliputi
komunikasi yang memadai kepada seluruh jenjang organisasi tentang pentingnya pengendalian intern yang efektif. e. Memastikan peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang terkait dengan manajemen risiko. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia dilakukan, antara lain, melalui program pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan mengenai penerapan manajemen risiko. f. Memastikan bahwa fungsi manajmen risiko telah berfungsi secara independen. Independen berarti adanya pemisahan fungsi antara satuan kerja manajemen risiko yang melakukan identifikasi , pengukuran, dan pemantauan risiko dengan satuan kerja yang melakukan dan menyelesaikan transaksi. g. Melaksanakan kaji ulang secara berkala untuk memastikan:
Keakuratan metodologi penilaian risiko;
Kecukupan implementasi sistem informasi manajemen risiko, dan;
Ketepatan kebijakan, prosedur, dan penerapan limit risiko.
Kaji ulang secara berkala antara lain dimaksudkan untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan faktor eksternal dan faktor internal. 2. Manajemen lini untuk mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam aktivitas penghasil pendapatan perusahaan, termasuk pengembangan bisnis, manajemen produk, penentuan harga, dan lain-lain. 3. Manajemen
portofolio
untuk
mengumpulkan
eksposur
risiko,
menggabungkan pengaruh diversifikasi, dan mengawasi konsentrasi risiko terhadap batas risiko yang dibuat. 4. Pemindahan risiko untuk mengurangi eksposur risiko yang dipandang terlalu tinggi atau dipandang lebih efektif biaya apabila memindahkan ke pihak ketiga daripada menahannya dalam portofolio risiko perusahaan. 5. Analisis risiko untuk memberikan perangkat pengukuran analisis dan pelaporan untuk mengukur eksposur risiko perusahaan dan juga menelusuri pemicu eksternal. 6. Sumber daya data dan teknologi untuk mendukung proses analisis dan pelaporan. 7. Manajemen stakeholder untuk menyampaikan dan melaporkan informasi risiko perusahaan kepada para stakeholder nya.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha, baik risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, dan risiko-risiko lainnya dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan. Bila telah dilaksanakan enterprise risk management secara terintegrasi, maka akan diperoleh manfaat utama dalam tiga hal, yaitu efektivitas organisasi, pelaporan risiko, dan kinerja bisnis. Terdapat tujuh kerangka enterprise risk management yaitu: corporate governane, manajemen portofolio, transfer risiko, analisis risiko, sumber daya data dan teknologi, dan manajemen stakeholder. 3.2 Kritik dan Saran Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang “Manajemen Risiko Korporasi” bagi para pembaca. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini penulis juga diharapkan mampu memahami dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang “Manajemen Risiko Korporasi” dalam mata kuliah Manajemen Risiko. Penulisan makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
BAB IV. DAFTAR PUSTAKA
Rustam, Bambang Rianto. 2019. Manajemen Risiko: Prinsip, Penerapan, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat Pengertian
Risiko
menurut
para
ahli
dapat
diakses
dari
(https://www.dosenpendidikan.com/10-pengertian-risiko-menurut-para-ahlilengkap/) Pengertian
Manajemen
Risiko
menurut
para
ahli
dapat
diakses
dari
(https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/11/pengertian-manajemen-risikomenurut-para-ahli.html) Pengertian
Manajemen
Risiko
Korporasi
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko_korporasi)
diakses
dari