Makalah Ket.docx

  • Uploaded by: purwaning wigati
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ket.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,421
  • Pages: 19
MAKALAH PATHOFISIOLOGI KEHAMILAN EKTOPIK DAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Dosen Pengampu : Belian Anugrah Estri., S.ST., M.MR

Disusun Oleh : 1. Intan Murtika Yunis

1810104471

2. Nur Azizah

1810104473

3. Purwaning Wigati

1810104052

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2018

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan tugas ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan-masukan dari semua pihak yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, Desember 2018

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alami tetapi bukannya tanpa resiko dan merupakan beban bagi seorang wanita. Dalam kehamilan dan persalinan tiap ibu hamil akan menghadapi resiko terjadinya penyakit atau komplikasi baik ringan maupun berat yang dapat memberikan bahaya kematian, kesakitan, ketidaknyamanan ataupun ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin, 2010). Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa pada tahun 2013 terdapat 1 dari 250 (0,04%) kelahiran di dunia menderita kehamilan ektopik, dengan jenis kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba falopii, yang sebagian besar (80 %) dialami oleh wanita pada usia 35 tahun ke atas serta dilaporkan bahwa 60 % dialami oleh wanita dengan paritas pertama dan kedua. Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaaan gawat pada reproduksi yang sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers of Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Beberapa sumber menyebutkan bahwa AKI di Indonesia merupakan yang tertinggi di Negara ASEAN. Pada tahun 2008 menunjukan AKI 307/100.000 kelahiran hidup atau 20.000 per hari, berarti 50,5 perhari atau 2,1 % per jam. Yang antara lain disebabkan oleh perdarahan (53,23 %), infeksi (11,29 %), eklamsia 27,42 % lain-lain (8,06%) (Depkes RI, 2008). Di Indonesia, berdasarkan laporan dari Biro Pusat Statistik Kesehatan diketahui bahwa pada tahun 2007 terdapat 20 kasus setiap 1.000 kehamilan menderita kehamilan ektopik atau 0,02%. (BPS Kesehatan, 2017). Salah satu tolak ukur penting dalam menciptakan Indonesia sehat 2020 adalah menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah karena perdarahan dan eklamsi. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan

yang memadai. Tingginya angka kematian maternal yang berhubungan dengan kehamilan dipengaruhi faktor didalam dan faktor diluar kesehatan. Beberapa faktor kesehatan antara lain : tindakan aborsi yang tidak aman, perdarahan ante, intra, dan postpartum infeksi, persalinan macet, penyakit hipertensi, anemia dan kehamilan ektopik. B. Tujuan Untuk mengetetahui kehamilan ektopik dan kehamilan ektopik terganggu C. Manfaat 1. Bagi Institusi pendidikan Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada di institusi pendidikan terutama mengenai penatalaksanaan pada kasus kehamilan ektopik 2. Bagi Penulis Dapat memperdalam ilmu pengetahuan tentang penatalaksanaan pada kasus kehamilan ektopik 3. Bagi Masyarakat Umum Dapat memberikan informasi tentang kasus kehamilan ektopik sehingga apabila mengalami dapat segera mendapat penanganan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan adalah suatu proses yang normal dan alamiah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Saifuddin, 2008). Kehamilan adalah masa ketika seseorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya (Astuti, 2011). Jadi kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan yang berkembang didalam rahim. Menurut Saifuddin (2008) lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) hal ini dapat di hitung dari hari pertama haid terakhir. 2. Pembagian Umur Kehamilan Menurut Saifuddin (2008) kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan antara lain: a. Triwulan pertama yang dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan b. Triwulan kedua dari bulan keempat sampai bulan keenam c. Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan B. Kehamilan Ektopik 1. Pengertian Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. (Prawiroharjo, 2015). Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum uteri. (Kapita Selekta Kedokteran, 2011). Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus. (Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus, 2011). Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstra uterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba.

2. Klasifikasi Menurut Prawirohardjo (2015), macam macam kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain : a. Kehamilan Ektopik Tuba Pars interstisialis, isthmus, ampulla, infundibulum, fimbria. b. Kehamilan Ektopik Uterus Kanalis servikal, diverkulum, kornu, tanduk rudimenter. c. Kehamilan Ovarium. d. Kehamilan Ektopik Intraligamenter e. Kehamilan Abdominal f. Kombinasi Kehamilan dalam & luar Uterus

Kehamilan ektopik yang paling banyak terjadi adalah dituba, hal ini disebabkan oleh adanya hambatan perjalanan ovum yang tidak dibuahi ke kavum uteri, hal ini dapat disebabkan oleh: a. Adanya sikatrik pada tuba b. Gangguan kelainan bawaan pada tuba c. Gangguan fisiologis pada tuba karena pengaruh hormonal 3. Anatomi Fisiologi dan Anatomi a. Anatomi

.

Gambar 2.1 Organ sistem reproduksi internal wanita

b. Fisiologi Manusia baru mulai terbentuk ketika sebuah sel sperma dari sekian juta yang keluar waktu bersenggama berhasil membuahi sel telur (ovum). Dari berjuta-juta sel sperma yang masuk pada ujung atas vagina, hanya beberapa ribu saja yang berhasil menerobos masuk ke dalam rongga rahim. Dari jumlah itu hanya beberapa ratus yang mampu mencapai saluran telur melalui bagian tanduk (cornu) rahim. Manusia baru sebenarnya mulai tersusun ketika kromosom-kromosom dari sel sperma dan sel telur itu bergabung menjadi satu. Dengan dikendalikan oleh gen, sel kemudian membelah diri sampai terbentuk manusia baru, seperti yang telah diuraikan di depan (Jones, 2015). Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur, pembuhan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang menggelumbung dari tuba falopii. Di sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang banyak mengeluarkan ragi untuk melindungi zat-zat yang melindungi ovum, kemudian masuklah satu sel mani dan bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini yang disebut pembuahan (Mochtar, 2008). Pembuahan adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita., terjadi di ampulla tuba falopi. Spermatozoa bergerak dengan cepat kedalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus didalam tuba. Spermatozoa dapat bertahan hidup didalam saluaran reproduksi wanita selam kira-kira 24 jam (Sadler, 2007). Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang

diruang rahim, peristwa ini disebut nidasi

(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira enam sampai tujuh hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri atau plasenta hasil dari nidasi ini adalah blastula. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua. Blastula ini akan masuk kedalam desidua. Bila nidasi telah terjadi dimulailah diferensiasi sel-sel blastula (Mochtar, 2008). Wanita memiliki sifat kewanitaannya, karena setiap sel dalam tubuhnya memiliki 44 otosom dan dua kromosom X, kecuali sel telurnya. Sifat kewanitaan

itu di perkuat oleh tidak adanya kromosom Y dalam sel-sel tubuh. Karena tidak memiliki kromosom Y, maka alat kelamin akan berkembang sebagaimana mestinya. Juga didapat bukti-bukti, dengan tidak adanya kromosom Y membuat seorang wanita memiliki jiwa yang feminin (Jones, 2015). Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum graviditatis dan trofoblas, uterus menjadai besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian kehamilan etopik. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping, tetapi kadang-kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua yang degrenatif (Wiknjosastro, 2007). dan kanalis servikalis termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/ nidasi/ melekatnya buah kehamilan diluar tempat yang muncul, yakni diluar rongga rahim. Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding uterus. 4. Etiologi Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu, yaitu: a. Faktor Mekanis Hal hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi kedalam kavum uteri, antara lain : 1) Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentuk kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot tuba falopi.

2) Adhesi Pertubal setelah infeksi paska aborsi / infeksi paska nifas, apenditis, atau endometriasis, yang mengakibatkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen. 3) Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asoserium dan hipoplasi. 4) Bekas operasi tuba, memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk memperbaiki potensi tuba pada sterilisasi. 5) Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan adneksia. 6) Penggunaan IUD b. Faktor Fungsional 1) Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang abnormal. 2) Refluk menstruasi 3) Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron. 4) Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi. 5) Hal lain seperti : riwayat KET dan abortus induksi sebelumnya. 5. Faktor Resiko Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah : a. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua. b. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 – 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim. c. Kerusakan dari saluran tuba

Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya adalah : 1) Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh 2) Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea 3) Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba 4) Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung –> menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.

6. Manifestasi Klinik Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya. Tanda dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut. Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain : a. Amenore b. Gejala kehamilan muda c. Nyeri perut bagian bawah pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat, menyebabkan penderita pingsan sampai shock. Pada abortus tuba nyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat lain. Bila darah sampai diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu dan bila terjadi hematokel retrouterina terdapat nyeri defekasi. d. Perdarahan pervagina bewarna coklat e. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada bekuan darah (Mansjoer, 2010).

Gejala lain antara lain : a. Syock Hipovolemia b. Nyeri bahu dan leher c. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung. d. Nyeri pada toucher e. Pembesaran Uterus f. Tumor dalam rongga panggul g. Gangguan berkemih h. Perubahan darah 7. Macam-macam Kehamilan Ektopik a. Kehamilan servikal Kehamilan ini jarang dijumpai dan biasanya terjadi abortus spontan dan didahului oleh perdarahan yang makin lama semakin banyak. Kehamilan ini jarang sekali berlangsung lewat 20 minggu. Perdarahan yang banyak merupakan indikasi untuk ,mengambil tindakan terdiri atas kerokan kavum uteri dan kanalis servikalis. Diagnosis biasanya baru dibuat pada waktu itu. Dengan USG dapat ditegakkan lebih dini. b. Kehamilan dalam divertikulum uterus Kehamilan ini jarang sekali terjadi dan sangat sulit sekali untuk membuat diagnosisnya. USG dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) kiranya dapat menegakkan diagnosis. Akibat kehamilan ini rupture ke luar dari uterus atau abortus. Kadang-kadang kehamilan dapat berlangsung terus dan memerlukan laparatomi untuk melahirkan janin diikuti oleh histerektomi. c. Kehamilan ovarial Kehamilan ini yang jarang terdapat, terjadi apabila spermatozoon memasuki folikel de Graaf yang baru saja pecah, dan menyatukan diri dengan ovum yang masih tinggal dengan folikel. Nasib kehamilan ini adalah ovum yang dibuahi mati, atau terjadi ruptura.

Untuk dapat membuat diagnosa kehamilan ovarial murni harus memenuhi beberapa syarat antara lain: 1) Tuba pada tempat kehamilan harus normal, bebas dan terpisah dari ovarium. 2) Kantong janin harus terletak dalam ovarium. 3) Ovarium yang mengandung kantong janin harus berhubungan dengan uterus lewat ligamentum ovary propium. 4) Harus ditemukan jaringan ovarium dalam dinding kantong janin. 5) Kehamilan intra dan ekstra uterin Kombinasi kehamilan intrauteri dan kehamilan tuba terjadi kurang lebih satu kali diantara 6000 kehamilan. Kombinasi ini biasanya terjadi pada kehamilan kembar dengan satu ovum yang dibuahi berimpalanatsi di kavum uteri dan ovum yang lain berimplantasi di tuba. Dalam hal ini biasanya terjadi gangguan kehamilan tuba yang memerlukan tindakan operasi, dan kemudian ternyata bahwa uterus tumbuh terus berhubung dengan masih adanya kehamilan dalam uterus. d. Kehamilan abdominal Kehamilan ini sangat jarang ditemukan, kehamilan abdominal bisa primer atau sekunder, kehamilan abdominal primer terjadi apabila ovum dan spermatozoon bertemu dan bersatu didalam satu tempat peritoneum dalam rongga perut, dan kemudian juga berimplantasi ditempat tersebut. Berhubung syarat-syarat untuk impantasi kurang baik maka kehamilan berhenti dengan kematian mudigah di sertai dengan perdarahan.

8. Patofisiologi Sementara tanda-tanda dini kehamilan yang biasa didapati pada serviks muncul, uterus menjadi sedikit membesar dan agak melunak pada kehamilan ektopik. Endometrium berisi desidua (tapi tidak ada trofoblas) dan mempunyai gambaran mikroskopik yang khas. Pada kehamilan ektopik, korpus luteum kehamilan berfungsi, amenorea terjadi akibat produksi HCG oleh trofoblas dan sekresi progesterone oleh korpus luteum. Biasanya terjadi perdarahan endometrium ringan, dipekirakan karena pola hormonal yang tidak normal, setelah suatu interval amenore yang bervariasi. Lepasnya endometrium dan perdarahan terjadi ketika trofoblas berkurang (akibat

rupture). Hanya pada kehamilan interstisial yang tidak lazim, darah dari tuba mengalir melalui uterus ke vagina. Nyeri abdomen bagian bawah, pelvis, atau punggung bawah dapat terjai sekunder akibat distenci atau rupture tuba. Kehamilan ismus biasanya rupture dalam waktu sekitar 6 minggu dan perdarahan akibat kehamilan ampula terjadi pada 8-12 minggu. Kehamilan kornu paling sering mencapai trimester kedua sebelum rupture. Kehamilan intra abdominal dapat berakhir setiap waktu disertai dengan perdarahan. Massa pelvis disebabkan oleh pembesaran hasil konsepsi. 9. Komplikasi Komplikasi dari kehamilan ektopik antara lain : a. Pada pengobatan konservatif, yaitu jika ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bledding). Ini merupakan indikasi operasi. b. Infeksi c. Sub-ileus karena massa pelvis d. Sterlitas

10. Diagnosis Banding Kehamilan Ektopik Terganggu Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya appendisitis pada usia kehamilan muda : mungkin ada tanda kehamilan, mungkin juga ada tanda akut abdomen – sebaliknya kehamilan ektopik terganggu belum tentu pula disertai gejala perdarahan. Diagnosa diferensial dari kehamilan ektopik yaitu: a. abortus biasa b. salpingitis akut c. appendicitis akut d. rupture korpus luteum e. torsi kista ovarium f. mioma submukosa yang terpelintir g. retrofleksi uteri gravida inkarserata h. rupture pembuluh darah mesenterium Di bawah ini dikemukakan perbedaan gejala dan tanda :

GEJALA Amenore

KET Ada (75%)

Abortus Semua

Kista ovarium Infeksi pelvis Tidak Ada (25%)

Perdarahan pervaginam Sedikit

Banyak

Tidak

Bisa ada

Perdarahan abdominal

Banyak

Tidak

Tidak

Tidak

Pireksia

<38 C

Tidak

Tidak

>38 C

Massa pelvis

Di bawah

Tidak

Ada

Ada bilateral

Uterus

Sedikit membesar Membesar

Tidak

Tidak besar

Nyeri

Hebat

Tidak

Hebat

Nyeri

Anemia

Ada

Bias ada

Tidak

Tidak

Lekositosis

Bisa ada

Tidak

Tidak

Ada

Reaksi kehamilan (+)75%

(+)

Tidak

Tidak

Shiffting dullness Ada

Tidak

Tidak

Tidak

11. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium : kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila baru terganggu. a. Dilatasi kuretase b. Kuldosentesis, yaitu suatu cara

pemeriksaan untuk mengetahui apakah

didalam kavum douglasi terdapat darah. Teknik Kuldosentesis: 1) Baringkan pasien dalam posisi litotomi 2) Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptik 3) Pasang speculum dan jepit bibir belakang porsio dengan cunam serviks, lakukan traksi kedepan hingga forniks posterior tampak. 4) Suntikkan jarum spinal no.18 kekavum Douglasi dan lakukan pengisapan dengan spuit 10ml.

5) Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina. c. Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong gestasi

diluar uterus

d. Laparoskopi atau laparatomi sebagai pendekatan diagnosa terakhir. 12. Penanganan Tindakan Bedah Pada Kasus Kehamilan Ektopik Dalam menangani kasus kehamilan ektopik, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemampuan teknik bedah dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. a. Salpingektomi dapat dilakukan dalam beberapa kondisi yaitu: 1) Kondisi penderita buruk, misal dalam keadaan syok. 2) Kondisi tuba buruk, terdapat jaringan parut yang tinggi resikonya akan kehamilan ektopik berulang. 3) Penderita menyadari kondisi fertilitasnya dan menginginkan fertilisasi invitro, maka dalam hal ini salpingektomi mengurangi resiko kehamilan ektopik pada prosedur fertilisasi invitro. 4) Penderita tidak ingin punya anak lagi. b. Apabila tindakan konservatif dipikirkan, maka harus dipertimbangkan: 1) Kondisi tuba yang mengalami kehamilan ektopik, yaitu berapa panjang bagian yang rusak dan berapa panjang bagian yang masih sehat, berapa luas mesosalping yang rusak, dan berapa luas pembuluh darah tuba yang rusak. 2) Kemampuan operator akan teknik bedah mikro dan kelengkapan alatnya, oleh karena itu pelaksanan teknik pembedahan harus sama seperti penatalaksanaan bedah mikro. 13. Pencegahan a. Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. b. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan

meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. 14. Prognosis Kehamilan Di Masa Depan Adalah suatu kewajaran untuk khawatir menganai masalah kesuburan setelah mengalami kehamilan ektopik. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan berarti tidak dapat mengalami kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki kemungkinan untuk mengalami kehamilan ektopik lagi di masa depan. Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang lain. Apabila saluran tuba ruptur (pecah) akibat kehamilan ektopik dan diangkat melalui operasi, seorang wanita akan tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui saluran tuba sebelahnya namun kemungkinan hamil berkurang sebesar 50 %. Apabila salah satu saluran tuba terganggu (contoh karena perlekatan) maka terdapat kemungkinan saluran tuba yang di sebelahnya mengalami gangguan juga. Hal ini dapat menurunkan angka kehamilan berikutnya dan meningkatkan angka kehamilan ektopik selanjutnya. Pada kasus yang berkaitan dengan pemakaian spiral, tidak ada peningkatan risiko kehamilan ektopik apabila spiral diangkat.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. Penyebab dari kehamilan ektopik bisa karena faktor mekanis dan faktor fungsional.

B. SARAN Kehamilan ektopik dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun ada faktor yang dapat mencegah untuk terjadinya kehamilan ektopik. Namun apabila telah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat segera menuju pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, M, 2011. Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Arif M. dkk, 2011. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Hanifa W, dkk.,2012. Ilmu Kebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Karsono, B, 2012. Ultrasonografi dalam Obstetri, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. FKUI: Jakarta. Mochtar, R, 2008. Sinopsis Obstetri ed 2. EGC: Jakarta. Prawirohardjo,. 2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Rachimhadhi, T, 2012 .Kehamilan Ektopik, dalam : Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan. FKUI: Jakarta. Ben-Zoin. 2014. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC: Jakarta.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""