MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA Dosen Pengajar : Dr.Eny Karyani., Sp.A Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kperawatan Anak I
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Aprianto Untung Ayu Anjelia Eka Putri Erikson Friska Amelia Krisevi Marlinda Anjelina Nuning Pratiwie Ricky Gunawan Tirta Taruna Wina Noprianti Yulia Tikai Hendri
(2017.C.09a.0876) (2017.C.09a.0879) (2017.C.09a.0885) (2017.C.09a.0888) (2017.C.09a.0895) (2017.C.09a.0898) (2017.C.09a.0903) (2017.C.09a.0906) (2017.C.09a.0911) (2017.C.09a.0914) (2017.C.09a.0820)
YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur
khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
sehingg kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Di makalah ini memaparkan beberapa hal terkait “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Asfiksia”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak telah memberikan motivasi baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini ke depannya.
Palangka Raya, 20 Maret 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konsep Penyakit ...............................................................................................1 1.1.1 Definisi ..................................................................................................... 1 1.1.2 Anatomi Fisiologi ................................................................................... 1 1.1.3 Etiologi ..................................................................................................... 4 1.1.4 Klasifikasi ................................................................................................ 4 1.1.5 Patofisiologi ............................................................................................. 6 1.1.6 Manifestasi Klinis ................................................................................... 8 1.1.7 Komplikasi ............................................................................................ 10 1.1.8 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 10 1.1.9 Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 12 1.2 Konsep Dasar Kebutuhan Pada Penyakit Tumor Hipofisis ............................14 1.2.1 Aktifitas/ Istirahat................................................................................... 14 1.2.2 Sirkulasi ................................................................................................ 14 1.2.3 Integritas Ego ......................................................................................... 14 1.2.4 Eliminasi ................................................................................................ 14 1.2.5 Makanan/Cairan ..................................................................................... 14 1.2.6 Neurosensori ......................................................................................... 15 1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan .................................................................. 15 1.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 15 1.3.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 15 1.3.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 15 1.3.4 Implementasi Keperawatan .................................................................... 16 1.3.5 Evaluasi Keperawatan. ........................................................................... 16 BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN 2.1 Pengkajian ........................................................................................................18 2.1.1 Identitas Klien dan Penanggung Jawab.................................................. 18
ii
2.1.2 Status Kesehatan .................................................................................... 18 2.1.3 Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 19 2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 20 2.3 Intervensi ......................................................................................................... 21 2.4 Implementasi dan Evaluasi ............................................................................. 24 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 26 3.2 Saran ............................................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit 1.1.1 Definisi
Gambar 1.1.1 Asfiksia Neonaturium Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah kelahirannya disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia
yang terdapat pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,2011) .Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus, hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. 1.1.2 Etiologi Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari: 1.1.2.1 Faktor Ibu 1. Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin. 2. Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada : 1) Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat. 2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan. 3) Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain. 1.1.2.2 Faktor plasenta
Gambar 1.1.2.2 Faktor Plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain. 1.1.2.3 Faktor fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
1.1.2.4 Faktor Neonatus
Gambar 1.1.2.4 Faktor Neonatus Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena : 1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin. 2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain. 1.1.3 Klasifikasi Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: 1.1.3.1 Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 Nilai apgar 0-3 memerlukan resusitasi segera secara aktif dan terkendali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 20 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang. Pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat. 1.1.3.2 Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 Nilai apgar 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal kembali. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis.
1.1.3.3 Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9 1.1.3.4 Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010) Tabel 1.1.3 Nilai APGAR (Ghai, 2010) Nilai
0
1
2
Nafas
Tidak ada
Tidak teratur
Teratur
Denyut Jantung
Tidak ada
<100
>100
Warna Kulit
Biru atau Pucat
Tabuh merah Merah jambu jambu kaki,
dan tangan
biru Gerakan/tonus
Tidak ada
Sedikit fleksi
Fleksi
Tidak ada
Lemah/lambat
Kuat
otot Refleks
Nilai apgar mempunyai hubungan erat dengan beratnya asfiksia dan biasanya dinilai satu menit dan lima menit setelah bayi lahir. Angka ini penting artinya dapat dipergunakan
sebagai pedoman untuk
menentukan cara resusitasi yang akan dikerjakan. Observasi dan periksa : A = “Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi. P = “Pulse” (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut jantung dengan jari. G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut dan tenggorokannya dihisap. A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut. R =“Repiration” (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan pernapasannya.
1.1.4 Patofisiologi Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
1.1.5 Manifestasi Klinis Tanda dan gejala asfiksia antara lain : 1. Warna kulit kebiruan (sianosis) 2. Pernafasan cuping hidung 3. Pernafasan cepat 4. Denyut jantung janin lebih dari 100x/mnt atau kurang dari lOOx/menit dan tidak teratur 5. Usaha bernafas minimal atau tidak ada 6. Hipoksia 7. Asidosis metabolik atau respirator 8. Perubahan fungsi jantung 9. Kegagalan sistem multi organ 10. Ketika mengalami perdarahan diotak maka ada gejala neuroligik seperti kejang, nistagmus dan menangis kurang baik atau tidak menangis (Ghai, 2010). 1.1.6 Komplikasi Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain : 1. Edema otak dan Perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak. 2. Anuria atau oliguria Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh
darah
mesentrium
pengeluaran urine sedikit.
dan
ginjal
yang
menyebabkan
3. Kejang Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif. 4. Koma Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan otak. Komplikasi pada berbagai organ yakni meliputi : 1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis. 2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan paru, edema paru. 3. Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans. 4. Ginjal: tubular nekrosis akut. 5. Hematologi. 1.1.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa asfiksia pada bayi baru lahir, yaitu: 1.1.7.1 Denyut Jantung Janin Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit. Selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini merupakan tanda bahaya. 1.1.7.2 Air Ketuban Pada
presentasi
kepala
mungkin
menunjukkan
gangguan
oksigenasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
1.1.7.3 Pemeriksaan Darah Janin Alat yang digunakan : amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7.2, hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan tandatanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut jika terdapat asfiksia, tingkatnya perlu dikenal untuk dapat melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara penilaian menurut APGAR. 1.1.7.4 Laboratorium Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/ Ht): kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit. 1.1.7.5 Test Combs Daerah Tali Pusat Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik. 1.1.8 Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia dalah sebagai berikut: 1.1.8.1 Pengawasan Suhu Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu bayi baru lahir dengan: 1. keringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak. 2. Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar. 3. Bungkus bayi dengan kain kering. 1.1.8.2 Pembersihan Jalan Nafas Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lendir.
1.1.8.3 Rangsangan untuk Menimbulkan Pernafasan Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi. Menurut Perinasia (2006), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain: 1. Asfiksia Ringan (Apgar score 7-10) Caranya : 1) Bayi dibungkus dengan kain hangat 2) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut 3) Bersihkan badan dan tali pusat. 4) Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator. 2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6) Caranya: 1) Bersihkan jalan napas. 2) Berikan oksigen 2 liter per menit. 3) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi, bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag). 4) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial meningkat. 3. Asfiksia Berat(Apgar skor 0-3) Caranya: 1) Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag. 2) Berikan oksigen 4-5 liter per menit. 3) Bila tidak berhasil lakukan ETT. 4) Bersihkan jalan napas melalui ETT. 5) Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengkajian Keperawatan Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Dalam tahap pengkajian ini dibagi menjadi tiga meliputi pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan masalah. Ada beberapa pengkajian yang harus dilakukan yaitu : 1. Sirkulasi 1) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. 2) Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik). 3) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV. 4) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan. 5) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena. 2. Eliminasi 1) Dapat berkemih saat lahir. 3. Makanan/ cairan 1) Berat badan : 2500-4000 gram 2) Panjang badan : 44 - 45 cm 3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi) 4. Neurosensori 1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. 2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma). 3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
5. Pernafasan 1) Skor APGAR : 1 menit s/d 5 menit dengan skor optimal harus antara 7-10. 2) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat. 3) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi. 6. Keamanan 1) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi). Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal) 1.2.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien asfiksia antara lain: 1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat. 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah. 3. hipotermia 4. Resiko infeksi
1.2.3 Intervensi Keperawatan Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan. Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan
keperawatan
yang
di
rumuskan
dengan
tepat
memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. 1.2.4 Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. 1.2.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Nama
: Yurlita
Tempat praktek
: Perinatologi
Tanggal
: Rabu, 3 Februari 2015
I. Identitas Pasien Nama
: By P
Tanggal lahir
: 03 Februari 2015
Nama ayah/ibu
: Tn. S / Ny. P
Pekerjaan ayah/ibu
:Buruh / IRT
Pendidikan ayah/ibu
: SMA
Alamat
: Delanggu, Klaten
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
II. Keluhan Utama By P masuk ruang perinatologi kiriman dari Rumah Sakit Rejosari Delanggu dengan keluhan nangis merintih III.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
A. Prenatal Ibu mengatakan sering memeriksakan kehamilannya ke bidan desa, ibu di ajurkan banyak mengkonkumsi buah da sayur, mendapatkan penyuluhan persiapan menjelang persalinan. Selama hamil ibu mendapatkan vitamin dan suplemen penambah darah. Ibu mengalami kenaikan berat badan selama hamil adalah 10 kg. B. Natal Ibu mengatakan ketuban sudah pecah sejak 15 jam, pada jam 06.00 pagi ibu sudah pembukaan 7 tapi pembukaan tidak bertambah sehingga dilakukan vakum ekstraks jam 12.30 siang, tidak ada komplikasi persalinan. Cara melahirkan dengan spontan di RS Rejosari. C. Post Natal
Usaha nafas bayi spontan, apgar lahir 4/5/6, obat yang diberikan pada Bn. P setelah masuk ke ruang perinatologi adalah infuse D 10 %*ml/jam, ampisilin 80 gr/12jam, O2 headbox 5 lpm, belum ada reaksi antara bayi dan orang tua, tidak ada trauma lahir.Bn. P Sudah Meconium tapi belum BAK. D. Riwayat Keluarga Genoogram
X
Keterangan : Perempuan
Serumah
Laki – laki
Keturunan
Pasien
X
Meninggal
E. Riwayat social Hubungan orang tua dengan bayi belum terjalin karena Bn. P segera di rujuk ke RSPA Boyolali karena Bn. P mengalami Asfiksia. Anak yang lain : ibu mengatakan Bn P sekarang adalah anak pertama mereka.Lingkungan rumah dipedesaan yang padat penduduknya. F. Keadaan kesehatan saat ini 1) Diagnose medis : asfiksia sedang, 2) Lahir spontan dengan indikasi vacuum ekstrasi. 3) Bn. P dipuasakan sampai jam 06.00 pagi, 4) Status cairan infuse D 10 % 10cc/jam,
5) Terapi obat mendapatkan ampisilin 80 mg/12 jam, injeksi vitamin K, aktivitas bayi sangat lemah. G. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum
: lemah
2) Kesadaran
: apatis E2 V4 M4
3) Tanda vital
: HR : 145x/menit, RR : 66x/menit, suhu : 36 C,
4) Antropometri
: BBL : 3800 gram, LiLa : 11 cm, LD : 32,5
cm, PB : 50 cm, 5) LP : 34 cm, LK : 31,5 cm 6) Refleks
: Moro (+), menggenggam (+), isap (+), reflex
lemah. 7) Aktivitas / tonus
: aktif, tanda-tanda kejang, menangis lemah
8) Kepala/ leher
: frontal anterior lunak, sutura sagitalis tepat,
gambaran 9) wajah simetris, molding bersesuaian 10) Mata
: bersih, ada keduanya, reflex cahaya (+/+)
11) THT
: telinga normal, palatum normal, hidung bilateral
12) Abdomen
: kembung, tali pusat segar, lingkar perut 34 cm
13) Thorax
: simetris, terdapat retraksi dada
14) Paru-paru
:
15) Suara nafas
:stidor sebelum di suction, terdengar di semua
lapang paru 16) Respirasi
:
spontan,
tampak
sesak,
RR
66x/menit,
menggunaka headbox 17) Jantung
: bunyi jantung normal
18) Extremitas
: aktremitas bergerak semua, dan simetris, tidak ada
kelainan 19) Umbilicus
: normal
20) Genetalia
: laki-laki normal, testil turun.
21) Anus
: paten
22) Spina
: normal
23) Kulit
: warna kulit pucat, sianosis
24) Suhu
: 36 C, penghangat radian
2.2 Diagnosa Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secrer 2. Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan luar 3. Resiko infeksi b.d respon imun yang terganggu
2.3 Intervensi
N o I
NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Auskultasi suara nafas
diharapkan jalan nafas efektif ditandai dengan :
2. Berikan O2 HB 5lpm
Respirasi dalam batas normal ( 40-60x/menit)
3. Monitor status O2 dan respirasi
Tidak ada suara nafas tambahan
4. Posisikan pasien
Vital sign dalam batas normal
5. Lakukan suction 6. Kalaborasi dengan tim medis pemberian terapi obat
I I
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor vital sign
diharapkan tidak terjadi hipotermi ditandai dengan :
2. Hangatkan bayi
Vital sign dalam batas normal (khususnya suhu 36,5-37,5 3. Monitor gejala hipotermi atau hipertermi C)
4. Monitor adanya bradikardi 5. Monitor pernafasn 6. Kaji warna kulit dan gejala siaonosis
I II
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
diharapkan tidak terjadi infeksi ditandai dengan : Tidak ada tanda gejala infeksi
dengan bayi 2. Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic
Suhu dalam batas normal Tidak terjadi kejang
dalam pemberian askep 3. Lakukan perawatan tali pusat 4. Jaga kebersihan badan dan lingkungan bayi 5. Observasi tanda infeksi 6. Hindarkan bayi kontak dengan yang sakit 7. Kalaborasi pemberian obat dan antiseptic
2.4 Implementasi dan Evaluasi
H ari/t gl
D
Implementasi
x 0
3/02/ 2015
I Mengauskultasi suara nafas 1. 2. Memberikan O2 HB 5lpm
J am 15.1 5
Respon 1. DS : -
3.
5. Melakukan suction 6. Mengkalaborasi dengan tim 4. medis pemberian terapi obat 5.
6.
am 16.4
I Memonitor vital sign 1. 2. Menghangatkan bayi
-
2. DS : -
respirasi
J I
S: DO : stridor,
3. Memonitor status O2 dan
4. Memposisikan pasien
Evaluasi
O : Ku lemah, kesadaran DO Apatis, : menangis merintih, terpasang O2 HB 5 RR 66 x/menit, HR lpm 145x/menit DS : Suara nafas stridor DO : SPO2 A Tampak sesak 100 DS : P Masalah teratasi DO : kepala sebagian menengadah DS : Monitor ku dan DO : terdapat respirasi lendir 5 cc Lanjut DS : intervensi DO : Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam
1. DS : DO : suhu 36 C, RR 66x/menit
S O
Akral dingin, suhu 36
0
3. Memonitor gejala hipotermi atau hipertermi
2.
4. Memonitor adanya bradikardi 5. Memonitor pernafasn
3.
6. Mengkaji warna kulit dan gejala siaonosis 4.
5.
6.
am 17.5 0
J II
I Mencuci tangan sebelum dan 1. 1. sesudah kontak dengan bayi 2. Melakukan tehnik aseptic dan antiseptic dalam pemberian askep 3. Melakukan pusat
perawatan
tali
2.
HR 145x/menit, DS : DO :bayi digedong DS : DO : akral dingin, suhu 36 C DS : DO : HR 145x/menit (normal) DS : DO : pernafasan vesikuler DS : DO : kulit pucat dan tampak sianosis DS : DO : perawat mencuci tangan DS : DO : setiap BAB di bersihkan dengan savlon, sebelum injeksi IV dibersihkan dengan alkohol
C, kulit pucat tampak sianosis A Masalah teratasi sebagian P Monitor Vs dan hipotermi Lanjutkan intervensi
S
-
O
Tidak ada tanda infeksi, suhu 36 C, ampisilin masuk 180 mg
A
Masalah teratasi sebagian
4. Menjaga
kebersihan
badan 3. DS : -
dan lingkungan bayi 5. Mengobservasi tanda infeksi 6. Menganjurkan
ibu
untuk
4.
memberikan ASI 7. Mengkalaborasi pemberian obat dan antiseptic
5.
6.
7.
0 5/02/ 2015 J am 14.1 5
I Mengauskultasi suara nafas 1.
DO : memberikan betadin setiap habis mandi DS : DO : bed pasien tampak bersih DS : DO : tidak ada tanda infeksi DS : DO : ibu sudah memberikan ASI setiap 2 jam DS : DO : Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam,
1. DS : -
DO : tidak ada 2. Memberikan O2 suara tambahan Suara nafas 3. Memonitor respirasi vesikuler 4. Mengkalaborasi dengan tim 2. DS : DO : medis pemberian terapi obat terpasang O2 nasal 1 lpm
P
S
Pantau Vs Observasi tanda infeksi Lanjut intervensi
-
O
Tidak ada suara tambahan O2 1 lpm RR 40x/menit HR 136x/menit
A
Masalah teratasi sebagian
3. DS : -
am 16.0 0
J I
I Memonitor vital sign dan Ku 1.
DO : respirasi normal, RR 40x/menit 4. DS : 5. DO : Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam
P
1. DS : -
S
2. Menghangatkan bayi 3. Memonitor gejala hipotermi atau hipertermi
2.
4. Memonitor adanya bradikardi 5. Memonitor pernafasn 6. Mengkaji warna kulit dan 3. gejala siaonosis 7. Menganjurkan ibu untuk melakukan skin to skin 4.
5.
6.
DO : Ku lemah, RR 40x/menit, suhu 37,4 C, HR 134x/menit DS : DO : bayi digedong, penghangat radian DS : DO : suhu normal DS : DO : HR normal DS : DO : pernafasan vesikuler, tidak sesak DS :
Monitor pernafasan Lanjut intervensi
-
O
Tidak terdapat tanda hipotermi Suhu 37,4 C Akral hangat
A
Masalah teratas sebagaian
P
Monitor suhu Lanjutkan intervensi
7.
am 19.0 0
J II
I Mencuci tangan sebelum dan 1. 1. sesudah kontak dengan bayi 2. Melakukan tehnik aseptic dan 2. antiseptic dalam pemberian askep 3. Melakukan
perawatan
tali
pusat 4. Menjaga
kebersihan
badan
3.
dan lingkungan bayi 5. Mengobservasi tanda infeksi 6. Menganjurkan
ibu
4.
untuk
memberikan ASI 7. Mengkalaborasi
pemberian
obat dan antiseptic 5.
DO : kulit kemerahan DS : DO : ibu kooperatif DS : DO : perawat sudah mencuci tangan DS : DO : setiap BAB di bersihkan dengan savlon, sebelum injeksi IV dibersihkan dengan alkohol DS : DO : memberikan betadin setiap habis mandi DS : DO : membersihkan box bayi setiap pagi, mengganti popok setelah BAK dan BAB DS : DO : tidak ada tanda infeksi
S
-
O
Tidak ada tanda infeski Suhu 37,4 C
A
Masalah teratasi sebagian
P
Monitor tanda infeksi Lanjut intervensi
6. DS :DO :ibu memberikan ASI setiap 2 jam 7. DS : DO : Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam, 0 6/02/ 2015 J am 20.4 5
am 21.0 0
J I
I Mengauskultasi suara nafas 1.
1. DS : -
DO : tidak ada 2. Memberikan O2 suara tambahan 3. Mengkalaborasi dengan tim RR : medis pemberian terapi obat 44x/menit HR : 136x/menit 2. DS : DO : O2 dilepas 3. DS : DO : gentamicin 1x18mg/ 24 jm I memonitor vital sign 1.
1. DS : -
DO : Ku 2. menghangatkan bayi lemah, suhu 36,9 C, HR 134x/menit 3. Mengmonitor gejala hipotermi 2. DS : -
S O
A P
S O
tidak ada suara tambahan RR : 44x/menit HR : 136x/menit Masalah teratasi Hentikan intervensi
Tidak ada tanda hipotermi Suhu 36,9 C
DO : bayi digedong 4. Memonitor pernafasn 3. DS : 5. Mengkaji warna kulit dan DO : suhu gejala siaonosis 36,9 C 4. DS : DO : RR 45x/menit 5. DS : DO : kulit kemerahan, tidak ada gejala sianosis
A
Masalah teratasi s
P
Hentikan intervensi
I Mencuci tangan sebelum dan 1. DS : 1.
S
atau hipertermi
am 06.0 0
J II
2.
3.
4.
5. 6.
DO : perawat sesudah kontak dengan bayi dan orang tua sudah mencuci tangan Melakukan tehnik aseptic dan 2. DS : antiseptic dalam pemberian DO : membersihkan box askep bayi setiap pagi, Melakukan perawatan tali mengganti popok setelah BAK dan pusat BAB Menjaga kebersihan badan 3. DS : DO : dan lingkungan bayi mengganti kassa Mengobservasi tanda infeksi setiap pagi Mengkalaborasi pemberian 4. DS : -
-
O
Tidak ada tanda infeksi Suhu 36,9 C
A
Masalah teratasi sebagian
P
Pantau tanda infeksi dan Vs Lanjut intervensi
obat dan antiseptic
DO : membersihkan box bayi setiap pagi 5. DS : DO : tidak ada tanda infeksi 6. DS : DO : Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
3.2 Saran Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami masalah asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Wiley dan Blacwell.2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 20092011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd Prof. Dr. Hanifa Winkjosastro, SpOG.2009.Ilmu Kebidanan Edisi Ke 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. Prof. Dr. Hanifa Winkjosastro, SpOG. 2012.Ilmu Kebidanan Edisi Ke 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta. Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC