MAKALAH TUMOR HIPOFISIS December 31, 2013 nyaritugasajha Uncategorized Leave a comment
1 Vote
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan Puji dan sukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR HIPOFISIS” .Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menghadapi kesulitan dan hambatan tetapi berkat dorongan dan dukungan dari rekan-rekan oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan.Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Namun walaupun makalah ini selesai tentulah masih banyak kekurangan hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang mengarah kepada perbaikan isi makalah ini sangat penulis harapkan.
Pekanbaru,15 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………… DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….. BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………..
1. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………. 2. TUJUAN……………………………………………………………………………….. BAB II TINJAUAN TEORITIS…………………………………………………………………. 1. KONSEP MEDIS……………………………………………………………………… a. Anatomi……………………………………………………………………………… b. Defenisi……………………………………………………………………………….. c. Etiologi………………………………………………………………………………. d. Patofisiologi………………………………………………………………………….. e. Manifes Klinis……………………………………………………………………….. f. Penatalaksanaan……………………………………………………………………… g. Komplikasi…………………………………………………………………………… B. ASKEP TEORITIS…………………………………………………………………….
a. Pengkajian…………………………………………………………………………… b. Diagniosa Keperawatan……………………………………………………….…….. c. Intervensi…………………………………………………………………………………………… …………. d. Implementasi………………………………………………………………………… e. Evaluasi………………………………………………………………………………
BAB III ANALISA DATA………………………………………………………………………. 1. GAMBARAN KASUS………………………………………………………………… 2. ASKEP KASUS……………………………………………………………………….. BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia, kelenjar ini mengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan testis, kontrol laktasi, kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular dengan memelihara resorpsi cairan diginjal. Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus, lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus anterior kelenjar ini terdapat 5 tipe sel yang memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada lobus posterior dilepaskan 2 macam hormon peptida. Pituitary tumor, pertumbuhan abnormal yang berkembang di kelenjar hipofisis di otak, hampir selalu noncancerous (jinak). Sebagian besar tumor hipofisis (adenomas) tidak menyebar di luar tengkorak (nonmetastatic) dan biasanya masih terbatas pada kelenjar pituitari atau di dekatnya jaringan otak. Pituitary tumor cukup umum dan sering didiagnosis melalui scan MRI yang dilakukan untuk alasan lain B.Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut : a.Untuk mengetahui landasan teoritis tumor hipofisis b.Untuk mengetahui landasan teoritis asuhan keperawatan tumor hipofisis c.Untuk mengetahui pendidikan kesehatan yang tepat untuk pasien tumor hipofisis
BAB II TINJAUAN TEEORITIS A.KONSEP MEDIS 1. Anatomi Fisilogi
Kelenjar hipofisis terletak di dasar otak dan memproduksi hormon yang mengatur pertumbuhan dan mengontrol hampir semua aktivitas hormon lain dalam tubuh. Karena hipofisis terdiri dari jaringan kelenjar, maka tumor apapun yang berasal dari kelenjar ini disebut ‘adenoma’. Meskipun adenoma hipofisis merupakan tumor jinak namun karena hipofisi mempunyai peranan penting dalam regulasi hormon dan letaknya yang dekat dengan saraf optik di dasar tulang tengkorak, tumor hipofisis dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, perubahan keseimbangan hormon dan gangguan penglihatan. Dalam kasus di mana ukuran dari tumor hipofisis begitu besar atau menimbulkan kontak/penekanan pada saraf optik, maka tindakan pembedahan dapat menjadi langkah pertama untuk mengecilkan ukuran tumor, sebelum mengobati sisa dari tumor “Referensi buku ajar keperawatan medical bedah brunner&suddart edisi 8”
2. Defenisi Tumor hipofisis adalah neoplasma intrakranial yang relatif sering di jumpai, serta merupakan 10-15% dari seluruh neoplasma intrakranial . Tumor jenis ini sering kali sulit di obati dan tidak jarang terjadi kekambuhan, meskipun telah dilakukan tindakan bedah 3. Etiologi Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali. a. Cacat genetik, b. sindroma neoplasia, c. endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma, dan kanker pencernaan. “Referensi buku ajar keperawatan medical bedah brunner&suddart edisi 8” 4. Klasifikasi Adenoma hipofisis biasanya pertumbuhannya lambat dan bersifat jinak. Berdasarkan ukurannya tumor hipofisis dapat dibagi menjadi: (a) mikroadenoma(diameter <1 cm) (b) makroadenoma(diameter >1 cm) Tumor fungsional lebih sering ditemukan pada usia yang lebih muda sedangkan tumor non fungsional sebagian besar ditemukan pada usia yang lebih tua. Tumor Hipofisis diklasifikasikan berdasarkan karakteristik pewarnaan yaitu: (a) kromofobik
(b) kromofilik
Tumor kromofilik dibedakan lagi berdasarkan pewarnaan hematoksilin eosin menjadi : (a) eosinofilik (b) basofilik
Walaupun demikian klasifikasi ini terbukti tidak mempunyai nilai klinis dan sekarang sudah mulai digantikan dengan klasifikasi yang bersifat lebih fungsional dengan menggunakan mikroskop electron dan imunohistokimia.Tehnik ini dapat mengidentifikasi produksi hormone pada adenoma kromofob,yang memungkinkan ahli patologi untuk dapat mengidentifikasikan hormone yang diproduksi oleh tumor eosinofilik.selain itu juga ditemukan bahwa banyak tumor mensekresikan lebih dari satu hormone.bentuk mutasi dari P53 suatu gen suppressor tumor,juga dapat ditemukan secara histologis serta menunjukkan bahwa tumor tersebut pertumbuhannya akan sangat cepat. Dengan pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan imunohistokimia,diketahui bahwa 85-90% tumor hipofisis merupakan tumor functioning yang terdiri dari prolaktinoma (60%),tumor yang memproduksi GH dan ACTH masing masing sebesar 20% dan 10%,sementara tumor hipofisis yang non functioning hanya 10%. “Referensi buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi IV” 5. Patofisiologi Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari monoklonal, yang timbul dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Neoplasia hipofisis merupakan proses multistep yang meliputi disregulasi pertumbuhan sel atau proliferasi, diferensiasi dan produksi hormon. Ini terjadi sebagai hasil aktifasi fungsi onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor. Proses aktivasi fungsi onkogen merupakan hal yang dominan, karenanya gangguan allel tunggal dapat menyebabkan perubahan fungsi sel. Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus terlibat untuk mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik ditemukan pada adenoma hipofisis sesuai dengan proses neoplastik multi step. Abnormalitas protein G, penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras gen, delesi gen p53, 14 q, dan mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan adenoma kelenjar hipofisis. Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi terjadinya hiperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG (Pituitary tumor transforming gene)
menyebabkan transformasi aktifitas dan menginduksi sekresi dasar bFGF, sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis dan formasi tumor. PTTG ini diinduksi oleh estrogen. “Referensi buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi IV”
6. Manifestasi Klinis
a) Nyeri kepala b) Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma optikum, timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut nasal inferior yang terletak pada aspek inferior dari chiasma optikum melayani lapang pandang bagian temporal superior (Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali terkena adalah lapang pandang quadrant bitemporal superior. Selanjutnya kedua papil akan menjai atrophi. c)
Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis yang progressif dalam beberapa bulan atau beberapa tahun berupa : 1. Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar 2. Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah 3. Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan
7. Penatalaksanaan 1)
Pengobatan :
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit disfungsidan penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah spesimen darah diagnostic telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau adrenal adalah sangat penting.
Steroid penggantian harus cukup untuk situasi stres, termasuk periode perioperatif. Tujuan perawatan berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional tumor. Untuk tumor endokrinaktif, pendekatan yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat penting sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal ini biasanya dapat dicapai dengan bedaheksisi, tetapi beberapa Prolaktinoma lebih baik dikontrol secara medis.Untuk nonsecreting tumor, pengobatan diarahkan bedah pengurangan efek massa bertanggung jawab atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi hipofisis. Meskipun bedahreseksi lengkap diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini mengundang subtotal debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi risiko kekambuhan atau keganasan.Adenomas asimtomatik insidentil tidak memerlukan intervensi tetapi harus diikuti dengan pemeriksaan secara berkala bidang visual dan MRI. Timbulnya gejala atau MRI dokumentasi pertumbuhan indikasi untuk perawatan.
2)
Pembedahan :
Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat prosedur pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan tumor lunak dan gembur,dan transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan untuk penghapusan lengkap bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar. Tingkat kematian kurang dari 1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan penglihatan, meningitis, CSF bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%. Diabetes insipidus permanen muncul setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari pasien dan diperlakukan oleh penggantinya. 3)
Terapi radiasi :
Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan atau kekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang menentangsejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk menghindari dosis yang tidak perludi lobus temporal. Dosis 4.500-5.000 cGy disampaikan dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum, pasien dengan tumor subtotally resected diberikan terapi radiasi.Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan kambuhnya setelah brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI scan dan pemeriksaan bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada tumor didokumentasikan regrowth. Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary adenoma hipofisis, prolactinoma dan penyakit Cushings, keputusan yang berkaitan dengan pengobatan untuk tumor kelenjar hipofisis bergantung pada pemahaman lengkap tentang risiko bersaing vs manfaat untuk pengobatanyang berbeda. Pilihan untuk perawatan tumor kelenjar pituitari dapat mencakup operasi, Radiosurgery dan gamma pisau. 8. Komplikasi 1. organ
Adenoma akan bermetastasi pada organ lain yang akan menimbulkan kanker dan
yang terdekat dapat diserang adalah otak yang mengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker otak.
5.
2.
Hypotiroidism.
3.
Hypoadrenalism.
4.
Hypogonadism. Hyperprolactenemia.
B.Asuhan Keperawatan
A.Pengkajian 1.Pengkajian sekunder a. Identitas b. Keluhan Utama c. Riwayat penyakit sekarang d. Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan kabur. e. Riwayat penyakit dahulu f. Riwayat penyakit keluarga g. Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis. 2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi : b. Palpasi : 3. Pengkajian data dasar a. Aktifitas /istirahat : -. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala. – . Sakit kepala yang hebat saat aktivitas. -. Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. – . Kelemahan otot. b.Sirkulasi -. Edema pada ekstermitas kaki dan tangan. -. Takikardi. c. Integritas ego -. Ketidakberdayaan/putus asa sehubungan dengan perubahan penampilan fisik.
d. Eliminasi. -. Perubahan pola berkemih. -. Perubahan warna urin contoh kuning pekat. e.
Makanan/cairan
-. Nafsu makan menurun -. Malnutrisi -. Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot. -. Perubahan pada kelembababn/turgor kulit, edema. f. Neurosensori. -. Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu berkonsentrasi. -. Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas) g. Nyeri/kenyamanan -. Nyeri hebat, menetap, menyeluruh atau intermiten, sering sekali membuat pasien terbangun. Mungkin terlokalisasi, pada posisi tertentu. h. Keamanan -. Demam -. Suhu meningkat (37,950 C atau lebih) -. Menggigil
B.Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus 2. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor hipofisis
3. Gangguan system penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum 4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik) 5. Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh
C.Rencana Keperawatan
Tgl/hari Diagnosa 15 nov 1.Nyeri akut b.d 2011 penekanan korteks serebri di 08:00 hipotalamus
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Tujuan : Setelah diberikan 1.kaji tingkat nyeri klien asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan pasien
Rasional 1.mengetahui tingkat nyeri yang di rasakan klien
KH : melaporkan nyeri 2.kompres dengan air berkurang, klien tampak tidak hangat meringis lagi, skala nyeri bahkan hilang (skala nyeri 0)
2.air hangat dapat mengurangi rasa nyeri
3.mengalihkan nyeriklien 3.anjurkan untuk melakukan aktivitas pengalih 15 nov 2. Hipertermi b.d Tujuan : Setelah diberikan 1.Pantau suhu tubuh psien 1. Demam biasanya 2011 kerusakan control asuhan keperawatan ..x24 jam terjadi karena proses suhu sekunder akibat diharapkan klien (drajat dan pola) perhatikan inflamasi tetapi mungkin tidak mengalami peningkatan adanya menggigil merupakan komplikasi 08:00 tumor hipofisis suhu tubuh. dari kerusakan pada hipotalamus
KH : suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,5 – 37,5 C), kulit klien tidak tampak kemerahan, klien tidak
2. Suhu ruangan/jumlah selimut harusdiubah 2.Pantau suhu lingkungan. untuk mempertahankan
mengeluhkan panas lagi
Batasi penggunaan selimut suhu mendekati normal
3. Kompres air hangat menyebabkan tubuh dingin melalui proses konduksi
3. Berikan kompres hangat jika ada demam. Hindari 4. Hipertermia meningkatkan kehilangan penggunaan alcohol air tak kasat mata dan meningkatkan resiko dehidrasi,terutama jika tingkat kesadaran 4. Pantau masukan dan menurun /munculnya haluaran. Catat karakteristik urine, turgor mual menurunkan pemasukan melalui oral kulit, dan membrane mukosa
15 nov 3. Gangguan system Tujuan : Setelah diberikan 1. Kaji adanya ptosis, 2011 penglihatan asuhan keperawatan ..x24 jam diplopia,gerakan bola mata berhubungan dengan diharapkan dan visus 08:00 penekanan pada ciasma optikum
1. Dapat mengidentifik penyebab keluhan dan mengetahui besar tajam serta lapang pandang penglihatan klien
KH : Penurunan tajam dan lapang pandang klien tidak semakin memburuk,
2.Menentukan adekuatnya saraf krania yang berhubungan Klien mangatakan pandangan dengan kemampuan kabur dan ganda mulai berkurang bahkan hilang 2. Kaji fungsi saraf III, IV, pergerakan mata VI,VII
3.Memberikan lubrikan dan melindungi mata
4. Mengenali lingkung 3. Gunakan obat tetes mata dan pelindung
15 nov 4. Gangguan 2011 pemenuhan nutrisi kurang dari 08:00 kebutuhan tubuh b.d gangguan metabolik
4. Orientasikan pasien pada lingkungan sekitar sebagaimana kebutuhan Tujuan : Nutrisi klien adekuat 1.Pantau masukan makanan 1. Mengidentifikasi setiap hari kekuatan/defisiensi nutrisi KH: Mendemonstrasikan berat badan yang stabil,
(hipermetabolik) – Bebas tanda dari malnutrisi.
2. Ukur tinggi, berat badan. Timbang berat badan setiap 2. Membantu dalam hari atu sesuai indikasi. identifikasi malnutrisi protein kalori, khususn bila berat badan kurang dari normal
3. Kebutuhan jaringan
3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat
15 nov 5. Kelemahan b.d Tujuan: Menunjukan 2011 penurunan produksi perbaikan kemampuan klien energy metabolik, untuk beraktivitas 08:00 malnutrisi
metabolic ditingkatkan
1. Evaluasi laporan 1. Menentukan derajat kelemahan, kesulitan dari efek menyelesaikan tugas. ketidakmampuan Perhatikan kemampuan istrahat/tidur dengan tepat
KH:Melaporkan perbaikan rasa berenergi, Berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan
2. Kaji kemampuan untuk berpatisipasi pada aktivitas yang dibutuhkan/diinginkan
3. Rencanakan priode istrahat adekuat
4. Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulansi
2. Mengidentifikasi kebutuhan individual d membantu pilihan intervensi
3. Mencegah kelelahan berlebihan dan menyimpan energy unt penyembuhan
4. Memberikan keaman pada pasien
D.Implementasi Tgl/Jam No. Dx 16 nov 1 2011
Implementasi Mengkaji skala nyeri
Evaluasi Ttd Perawat S: Klien mengatakan kepalanya sakit O: klien tampak pucat
08:00 A: masalah tidak teratasi
16 nov 2 2011
Mengukur TTV
P: intervensi di lanjutkan S: klien mengeluh cepat lelah O: klien tampak lemah
08:00 A: masalah tidak teratasi
16 nov 3 2011
P: intervensi di lanjutkan Menciptakan lingkungan S: klien mengatakan pandangannya aman dan nyaman kabur
08:00
O: klien tampak pucat A: masalah tidak teratasi
16 nov 4 2011
P: intervensi di lanjutkan Pemenuhan intek cairan S: klien mengatakan cepat lelah O: klien mengalami hipertensi
08:00 A: masalah tida teratasi
16 nov 5 2011 08:00
Pemenuhan nutrisi
P: intervensi di lanjutkan S: klien mengatakan nafsu makan menurun O: klien tampaah lemah A: masalah tidak teratasi P: intervensi di lanjutkan
BAB III ANALISA KASUS A.Gambaran Kasus Tn. X berusia 49 tahun datang ke RSUD Arifin Ahmad dengan keluhan pusing berkepanjangan, merasa cepat lelah. akhirnya Tn.X di bawa ke RS karena pandangan nya kabur dan tak jelas, dan susah membedakan warna pada tanggal 7 september 2011. setelah dilakukan pemeriksaan fisik pasien tampak lemah, pucat, dan pasien pun tampak mengantuk, juga terdapat kelemahan otot tonus. suhu badan meningkat (38,000 C ),tekanan darah 130/90mmhg ,nadi 82 x/m ,sedangkan pernafasan 22 x/m.
1.Identitas Pasien: Nama Pasien
: Tn.X
Umur
: 49 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status
: Kawin
Alamat
: jl.paus, pekanbaru
Tgl masuk RS
: 7 September 2011
Tgl Pengkajian
: 7 September 2011
Diagnosa medis
: Tumor Hipofisis
1.Keluhan utama : pusing, pandangan kabur dan tidak jelas, serta sulit membedakan warna 2.Riwayat penyakit sekarang : Tn.X tampak lemah, pucat, dan pasien pun tampak mengantuk, juga terdapat kelemahan otot tonus
3.Riwayat penyakit dahulu : (tidak ada) 4.Riwayat tumor pada keluarga : (tidak ada) 5.Riwayat alergi : (tidak ada)
2.Pemeriksan Fisik : Tanda-tanda Vital, meliputi : 1. 2. 3. 4.
Tekanan Darah Denyut Nadi Suhu Tubuh RR
: 130/90mmhg : 82 x/m : 38,000 C : 22 x/m
B.Askep Kasus 1.Analisa Data No 1 Ds :
DATA
MASALAH nyeri
PENYEBAB penekanan korteks serebri di hipotalamus
Gangguan system penglihatan
penekanan pada ciasma optikum
-. Klien mengatakan pusing -. klien mengatakan cepat lelah Do : -. TD : 130/90mmhg -. N : 82 x/m -. S
2
: 38,000 C
-. RR : 22 x/m Ds : -. Pasien mengatakan pandangannya kabur dan tak jelas -pasien mengatakan susah
membedakan warna Do : -. Klien tampak lemah dan pucat -. Klien mengalami kelamahan otot tonus
2.Diagnosa 1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus 2. Gangguan system penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum
3.Intervensi No
Tgl/
1
jam 8 sept 2011 08:00
Diagnosa keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
8 sept
Rasional
Nyeri akut Tujuan : Setelah 1.kaji tingkat nyeri klien 1.mengetahui tingkat berhubungan dengan diberikan asuhan nyeri yang di rasakan penekanan korteks keperawatan ..x24 jam klien serebri di diharapkan pasien hipotalamus
KH : melaporkan nyeri berkurang, klien tampak tidak meringis lagi, skala nyeri bahkan hilang (skala nyeri 0)
2
Intervensi
Gangguan system penglihatan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan
2.kompres dengan air hangat
2.air hangat dapat mengurangi rasa nyeri
3.anjurkan untuk melakukan aktivitas pengalih
3.mengalihkan nyeriklien
1. Kaji adanya ptosis, diplopia,gerakan bola
1. Dapat mengidentifikasi
2011 08:00
berhubungan dengan keperawatan ..x24 jam mata dan visus penekanan pada diharapkan ciasma optikum
KH : Penurunan tajam dan lapang pandang klien tidak semakin memburuk, Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai berkurang 2. Kaji fungsi saraf III, bahkan hilang IV, VI,VII
penyebab keluhan dan mengetahui besar tajam serta lapang pandang penglihatan klien
2. Menentukan adekuatnya saraf kranial yang berhubungan dengan kemampuan pergerakan mata
3. Memberikan lubrikan dan melindungi mata
4. Mengenali lingkungan
3. Gunakan obat tetes mata dan pelindung
4. Orientasikan pasien pada lingkungan sekitar sebagaimana kebutuhan
4.Implemantasi Tgl/hari No. Dx 9 sept 1 2011 08:00
Implementasi 1.mengukur TTV 2.Meneliti keluhan nyeri,catat intensitasnya , (dengan skala 0-10)
Evaluasi S: Klien mengatakan kepalanya sakit O: klien tampak pucat
Ttd.Perawat
9 sept 2011
2
karakteristik nyeri.
A: masalah tidak teratasi
3. Menganjurkan beristirahat dalam ruangan yang tenang
P: intervensi di lanjutkan
1.Melakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan.
S: klien mengatakan pandangannya kabur
08:00
O: klien tampak pucat 2.Orientasikan pasien terhadap lingkungan. Staf, orang lain di areanya.
A: masalah tidak teratasi P: intervensi di lanjutkan
BAB IV PENUTUP 2.KESIMPULAN Tumor hipofisis selalu berasal dari lobus anterior. Sebagian besar tumor(96%) adalah adenoma jinak. Adenoma yang kecil mungkin tidak memberi gejala (subklinis) dan ditemukan hanya pada
saat autobsi postmortem. Adenoma menimbulkan kelainan klinis melalui 2 jalur yaitu : akibat produksi hormone yang berklebihan dan efek tekanan mekanik. Tumor jenis ini tidak diketahui penyebabnya namun ada factor predis posisi berkaitan dengan herediter bersifat dominan autosomal hipersekresi hormone anterior dan posterior.
2.SARAN Tumor hipofisis berespon baik terhadap diagnose dan pengobatan awal ,serta jarang bermetastase.tetapi bagaimanapun juga,jika tidak diobati dapat terjadi kematian atau kelumpuhan yang parah akibat stroke,kebutaan,atau gangguan target endokrin maka dari itu segeralah lakukan tindakan yang lebih lanjut apabila terdiagnosis tumor hipofisis
DAFTAR PUSTAKA Doengoes, E.Marilyn,rencana keperawatan material/bayi,Edisi 2,2001,egc:Jakarta Buku ajar keperawatan medical bedah brunner&suddart edisi 8 m.netina sandara, pedoman praktek keperawatan,pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam,2006: jakarta Carpenito ,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10.Jakarta:EGC Wilkinson,Judith M.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengsn zintervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi IV Tambayong,dr jan .2000 patofisiologi untuk keperawatan penerbit buku kedokteran EGC:jakarta