Makalah Kelompok 14.docx

  • Uploaded by: Ni Kadek Ika Verayanti
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kelompok 14.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,411
  • Pages: 13
TUGAS KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA

I GEDE ENDRA SURYANTHA

(17.321.2667)

I KETUT RAJENDRA PATMA AGET WINATA

(17.321.2670)

I WAYAN GEDE YUDI WIGATA

(17.321.2672)

NI LUH GEDE DEVI YULISTIA DEWI

(17.321.2690)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI 2019

KATA PENGANTAR segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Analisi jurnal “Patient Safety”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk kepentingan proses belajar. Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI................................................................................................................. BAB I PEMBAHASAN 1.1 Latar belakang………………………………………………………………………. 1.2 Rumusan masalah......................................................................................................... 1.3 Tujuan penulisaan......................................................................................................... 1.4 Manfaat penulisan……………………………………………………………………. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian pasien safty………………………………………………………………. 2.2 menganalisis jurnal pasien safety……………………………………………………. BAB III 3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….. 3.2 saran …………………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 latar belakang keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada pasien secara aman termasuk didalamnya pengkajian mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission). Pentingnya faktor keselamatan manusia ditandai dengan pengetahuan yang diperlukan, 1.2 Rumusan masalah 1. Pngertian pasien safety ? 2. Tujuan pasien saftety ? 3. Komunikasi dengan pasien safety ? 4. Menganalisa jurnal pasien safety 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian pasien safety 2. Untuk mengetahui tujuan dari pasien safety 3. Untuk mengetahui komunikasi dengan pasien safety pasien 4. Untuk mengetahui bagaimana menganalisa pasien safety 1.4 Manfaat Manfaat penulisan yang kami dapatkan adalah kita sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat wajib mengetahui dan mampu memahami tentang keselamatan pasien

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pasien safety Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006). Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko B.

Tujuan Sistem Patient safety

Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah: 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit 2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat 3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit 4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan KTD

C. Peran Perawat sebagai Pelaksana Patient Safety Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan merupakan tenaga kesehatan terbesar yang ada di rumah sakit mempunyai peranan yang snaat penting dalam mewujudkan keselamatan pasien.Perawat berperan dalam melindungi, melakukan promosi dan mencegah terjadinya sakit dan injury, mengurangi penderitaan melalui diagnosa dan pengobatan, serta melindungi dalam perawatan individu, keluarga, komunitas dan populasi (ANA, 2003). Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan Patient safety di rumah sakit yaitu sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat harus mematuhi semua standar pelayanan dan SOP yang telah dibuat dan ditetapkan oleh rumah sakit serta tidak luput pula dalam menerpkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan, memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang diberikan, menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian yang tidak diharapkan, melakukan pendokumentasian dengan benar dari semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga serta komunikasi efektif yang merupakan hal yang sangat berperan terhadap keberhasilan suatau pelayanan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya. Peran perawat dalam memberikan keselamatan pasien di rumah sakit(patient safety) dapat dilakukan dengan cara berikut : Perawat dapat melakukan hal yang berkaitan dalam 7 Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002) ,yaitu: 1. Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agarmendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). 2. Perawat memberikan pengarahan, perencanaan pelayanan kesehatan pada pasien dan keluarga mengenai keselamatan pasien. 3. Menjaga keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan. 4. Menggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien. 5.Menerapkan peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 6. Menerima pendidikan tentang keselamatan pasien 7. Menjaga komunikasi sebagai kunci bagi perawat untuk mencapai keselamatan pasien. D. Komunikasi dalam Melaksanakan Patient Safety Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal.Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi timbang terima, interview/anamnesis,

komunikasi melalui komputer, komunikasi rahasia klien, komunikasi melalui sentuhan, komunikasi dalam pendokumentasian, komunikasi antara perawat dengan profesi lainnya, dan komunikasi antara perawat dengan pasien. Komunikasi merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam menjalin hubungan. Komunikasi menjadi kunci utama bagi perawat untuk mencapai keselamatan pasien ( patient safety). Teknik berkomunikasi yang digunakan secara tepat dapat menciptakan hubungan terapeutik dan menghindarkan pasien dari KTD, dan apabila tidak tepat akan menimbulkan masalah bagi pasien dan perawat. Dalam teknik berkomunikasi ini, ada tiga keterampilan yang diperlukan untuk membina hubungan terapeutik antara perawat dan pasien, yaitu : 1.

Kehadiran atau Keberadaan Perawat

Kehadiran berarti kebersamaan fisik dan psikologis dalam berkomunikasi dengan pasien. Hal itu antara lain mencakup mendengarkan dan mengamati, serta memberikan perhatian terhadap ucapan dan perilaku pasien, agar pasien tetap merasa nyaman dan keselamatannya terjaga. a. Kehadiran fisik mempunyai peran yang penting dalam komunikasi interpersonal karena tubuh dapat memperkuat pesan yang disampaikan dalam bentuk kata-kata. b. Kehadiran psikologis, yaitu mendengarkan secara aktif yang berarti mendengarkan dengan telinga, pikiran dan perasaan mengenai kata-kata yang diucapkan pasien dan perilaku nonverbal pasien. Selama mendengar aktif, perawat mengikuti apa yang dibicarakan pasien dan memperhatikan perilaku pasien serta memberi tanggapan dengan tepat. 2.

Perilaku Nonverbal

Beberapa macam perilaku nonverbal dapat memengaruhi hubungan perawat dengan pasien. Perilaku nonverbal tersebut seperti : aktifitas fisik, vokalisasi dan jarak antarpembicara. 3.

Keterampilan Memberi Respon

Keterampilan ini digunakan oleh perawat untuk menyampaikan pengertian kepada pasien, memberikan umpan balik, dan memperjelas pemahaman perawat tentang pembicaraan dan perilaku pasien. b. Komunikasi dalam Melaksanakan Patient Safety Komunikasi efektif yang dilakukan antara pasien dan perawat merupakan syarat yang penting dalam memberikan pelayanan keperawatan terutama pelayanan keperawatan yang berfokus pada pasien.Komunikasi merupakan salah satu standar dalam praktek keperawatan profesional terutama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (ANA, 2010).Kompetensi profesional dalam praktek keperawatan tidak hanya psikomotor dan kemampuan melakukan diagnosa klinik melainkan kemampuan dalam melakukan komunikasi interpersonal.

Komunikasi menjadi cara yang paling tepat untuk memberikan keselamatan pada pasien. Untuk mencapai keselamatan pasien di rumah sakit sangat diperlukan komunikasi di antara petugas pelayanan kesehatan yang saling berkolaborasi, seperti perawat dan staf yang lainnya untuk memberikan kenyamanan dan keselamatan pada pasien (patient safety). Kolaborasi dalam lingkungan kerja profesional telah diakui oleh keperawatan, dan tim kesehatan lain serta organisasi profesional kesehatan sebagai komponen penting dalam keselamatan yang mempunyai kualitas tinggi dalam memberikan pelayanan perawatan berpusat pada pasien (Interprofessional Education Colaborative Expert Panel, 2011). Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit 1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, “ciptakan kepemimpinan & budaya yang terbuka dan adil” Bagi Tim: · · yg tepat

Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi

2. Pimpin dan dukung staf , “bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang keselamatan pasien di RS ” Bagi Tim: ·

Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan Keselamatan Pasien

·

Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat Gerakan Keselamatan Pasien

·

Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden

3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko, “kembangkan sistem & proses pengelolaan resiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yg potensial bermasalah” Bagi Tim: · Diskusi isu keselamatan pasien dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada manajemen terkait ·

Penilaian resiko pada individu pasien

· Proses asesmen resiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap resiko, dan langkah memperkecil resiko tersebut 4. Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS”

Bagi Tim: · Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yg penting 5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dengan pasien” Bagi Tim: ·

Hargai & dukung keterlibatan pasien dan keluarga bila telah terjadi insiden

·

Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi insiden

·

Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien & keluarga

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, “dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul” Bagi Tim: ·

Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden

·

Identifikasi bagian lain yg mungkin terkena dampak dan bagi pengalaman tersebut

7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien, “Gunakan informasi yg ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan” Bagi Tim: ·

Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman

·

Telaah perubahan yg dibuat tim dan pastikan pelaksanaannya

·

Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan

2.2 ANALISA safety merupakan prioritas, isu penting dan global dalam pelayanan kesehatan (Perry 2009). Ballard (2003) dalam Mustikawati (2011) menyatakan bahwa Patient safety merupakan komponen penting dan vital dalam asuhan keperawatan yang berkualitas. Hal ini menjadi penting karena Patient safety merupakan suatu langkah untuk memperbaiki mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan (Cahyono, 2008). Inti dari patient safety yaitu penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan (Ballard, 2003). Sehingga, program utama patient safety yaitu suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit yang sangat merugikan baik pasien maupun pihak rumah sakit. Menurut JCAHO (2007), 65 % dari KTD yang terjadi dirumah sakit berdampak pada kematian pasien. Menurut KKP-RS (2010), insiden KTD di Indonesia mencapai 46,67% dengan provinsi jawa barat menempati urutan tertinggi yaitu 33.33%, dan berurutan provisi Banten sebesar 20.0%, Jawa Tengah sebesar 20.0%, DKI Jakarta sebesar 16.67%, Bali sebesar 6.67%, dan Jawa Timur sebesar 3.33% . Angood (2007) dalam Dewi (2012) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil kajian data penyebab utama KTD di rumah sakit adalah komunikasi. Alvarado (2006) mengungkapkan bahwa ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian sentinel (kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera SI serius di rumah sakit) disebabkan karena buruknya komunikasi. Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Riesenberg,2010). Transfer informasi pada saat pergantian shift yang disebut dengan handover bertujuan untuk menyampaikan informasi dari setiap pergantian shift serta memastikan efektifitas dan keamanan dalam perawatan pasien. Informasi terkait dengan keadaan klinis pasien, kebutuhan pasien, keadaan personal pasien, sampai pada faktor sosial pasien. Perawat harus datang minimal 15 menit lebih awal untuk mengikuti handover sehingga proses handover dapat berjalan lancar (McCLoughen et al., 2008 dalam Scovell, 2010). METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan metode penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional, sampel yang digunakan adalah total sampling dengan seluruh jumlah dari populasi yaitu 62 perawat, penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Sidawangi Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner dilakukan untuk mengetahui gambaran perawat tentang pelaksanaan handover dengan patient safety. Kuesioner penelitian dalam penyusunan dikembangkan sendiri oleh peneliti, dan merujuk pada kuesioner handover yang diambil dari Elisabet (2012), sedangkan kuesioner patient safety diambil dari Atisah (2012). Analisa data univariat dan bivariat

menggunakan program SPSS dan uji statistik yang digunakan yaitu Chi Square.

HASIL ANALISA Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada pelaksanaan handover sebagian besar perawat yaitu 53,2 % melaksanakan operan dengan baik dan tidak baik sebesar 46,8%.maka terdapat hubungan antara pelaksanaan handover dengan Patient safety. Baik buruknya pelaksanaan handover dapat mempengaruhi patient safety. 1. Kondisi Handover dan Patient Safety di Ruang Rawat Inap VARBIAL

N

Hand over Baik

33(53,2)

Tidak baik

23(46,8)

Patienty safety Baik

32(51,6)

Tidak baik

30(48,4)

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa patient safety oleh perawat terhadap pasien pada kategori baik dengan persentase 51.6% dan tidak baik sebesar 48,4%.handover ditunjang dengan adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) dimana dalam SOP harus mencerminkan 4W+1H (what, who, when, where, how) sehingga dapat menimbulkan kesinambungan dalam memberikan

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Keselamatan pasien (patient safety) adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh perawat yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut.Oleh karena itu, perawat harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien serta menjadikan komunikasi sebagai kunci utama untuk dapat memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pasien. Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien.Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien.Standar tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada pasien. 3.2 SARAN `Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan rumah sakit agar selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan procedure yang telah di tentukan.

DAFTAR PUSTAKA Mustikawati. (2011). Analisis determinan kejadian nyaris cedera dan kejadian tidak di harapkan di unit perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia Jakarta. Dewi, M. (2012). Pengaruh pelatihahan timbang terima pasien terhadap penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSUD Raden. Jurnal Health & Sport, 5 (3). Elisabet. (2008). Optimalisasi pelaksanaan handover berdasarkan standar national patient safety. Jurnal Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (Patient Safety).

Related Documents


More Documents from "Ozada Rasifa"

Makalah Kelompok 14.docx
December 2019 26
Ppt Kep.gerontik Jurnal.pptx
November 2019 25
3. Isi.docx
May 2020 13
Rematik.docx
May 2020 23
Remajaku.docx
May 2020 15
4. Dapus.docx
May 2020 1