Makalah Gastritis.docx

  • Uploaded by: Suckarsha
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Gastritis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,533
  • Pages: 40
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Penyakit gastritis yang dikenal dengan gastritis saluran pencernaan bagian atas yang banyak dikeluhkan masyarakat dan paling banyak di bagian gastroenterologi (Mustakim, 2009). Menurut Herlan (2011), Menyatakan gastritis bukanlah penyakit tunggal, Tetapi beberapa kondisi yang mengacu pada peradangan lambung. Biasanya peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi bakteri yang dapat mengakibatkan borok lambung yaitu Helicobacter Pylory. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar Gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam. Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobacter pylory (Soeparman, 2001, hal. 127). Keluhan gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita gastritis kronis selama bertahun-tahun pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mengobati keluhan gratis tersebut. Berbagai obat-obatan penekan asam lambung sudah pernah di minum seperti antasid, namun keluhan

selalu datang silih berganti. Keluhan yang berkepanjangan dalam menyembuhkan gratis ini dapat menimbulkan stress gara-gara gastritis sekitar 10% dan biaya yang tidak sedikit. Bagi stress ini bukan tidak mungkin justru menambah berat gastritis penderita yang sudah ada (Budiana, 2006). Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada penderita gastritis ialah perdarahan saluran cerna bagian atas. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin. (Mansjoer, 1999, hal: 493). Budiana (2006) mengatakan Bahwa gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 miliar. pada negara yang sedang berkembang infeksi diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua. Apakah kejadian gastritis helicobacter pylory pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data yang cukup tinggi. Menurut Maulidiah dan Unun (2006), di kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2 %, Denpasar 46%, sedangkan di MedanAngka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. adanya penemuan infeksi Helicobacter Pylory ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis.faktor ideologi gastritis lainnya adalah asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%),

makanan berbumbu (15%),

obat-obatan (18%),

dan terapi radiasi (2%)

(Herlan, 2001). Dari hasil penelitian para pakar didapatkan jumlah penderita gastritis antara pria dan wanita, ternyata lebih banyak pada wanita dan dapat menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di Inggris 6-20% penderita gastritis pada usia 55 tahun dengan prevalensi 22% insiden total untuk segala umur Pada tahun 1988 adalah 16 kasusr/1000 pada kelompok umur 4564 tahun. Insiden sepanjang usia untuk gastritis adalah 10% (Harun Riyanto, 2008) Untuk

itu,

penulis

ingin

mengetahui

dan

memahami

penanganan/asuhan keperawatan terhadap klien dengan “Gastritis”.

lebih

lanjut

tentang

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan umum Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan Gastritis.

1.2.2 Tujuan khusus melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan siswa mampu: 1. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan gastritis 2. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah 3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktik nyata sesuai dengan masalah yang diprioritaskan 4. Mampu melaksanakan tindakan apa adanya dan sesuai dengan masalah yang telah diprioritaskan 5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada klien hipertensi 6. Mampu

mendokumentasikan

sana

tindakan

Asuhan

Keperawatan

yang

telah

dilaksanakan 7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh dengan studi kasus/penerapan di lapangan

1.3 Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang berlangsung melalui proses keperawatan. adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan cara: 1. Wawancara Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas kesehatan lain untuk mendapatkan data subjektif dari klien. 2. Studi Dokumentasi Data-data yang didapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti catatan keperawatan’ catatan dokter dan tim kesehatan lain. 3. Studi Kepustakaan Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep dasar penyakit maupun konsep asuhan keperawatan. 4. Observasi Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung kepada klien dan mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serta mencatat hal-hal penting termasuk pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik meliputi: 

Infeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat luka, ada tidaknya hematom dan lain-lain.



Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah ada masa atau tidak.



Perkusi adalah pemeriksaan bisa dilakukan dengan cara mengetik dengan menggunakan reflek hammer.



Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan menggunakan stetoskop.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang daerah tersebut adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soeparman, 1998). Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar garis dapat dibagi menjadi beberapa macam: a. gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan kerusakan erosi. Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia misalnya: lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. b. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh tikus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri helicobacter pylory. (Soeparman, 2001) penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Kasus ini merupakan kejadian biasa pada orang tua tapi diduga pada peminum alkohol dan merokok.

2.2

Etiologi Gastritis dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar kasus, gastritis

erosive menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat. Keadaan klinis yang sering menimbulkan gastritis erosive misalnya trauma yang luas, opererasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati yang berat, renjangan, luka bakar yang luas, trauma kepala, dan septicemia. Kira-kira, 80-90% pasien yang dirawat diruang intensif menderita gastritis akut erosive ini. Gastritis akut jenis ini sering disebut gastritis akut stress.(Soeparman, 2001. Hal 127).

Penyebab yang lain antara lain : 1. Obat analgetik anti inflamasi, teruma aspirin. 2. Bahan-bahan kimia. 3. Merokok . 4. Alkohol. 5. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat. 6. Refluks usus lambung. 7. Endotoksin patogenesis seluruh mekanisme yang menumbulkan gastritis erosif karena keadaan-keadaan klinis yang berat belum diketahui benar.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung : a) Kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H+ meninggi, b) Perfusi mukosa lambung yang terganggu, c) Jumlah asam lambung. Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mukosa barrier rusak, menyebabkan difusi balik ion H+ menggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mukosa barrier oleh cairan usus.

1.3

Patofisiologi Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosife karena keadaan-keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Faktor-faktor yang amat penting adalah ischemia pada mukosa gaster di samping factor popsin, refluks empedu dan cairan pakreas. Aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas siklooksigenese mukosa. Siklooksigenese merupakan enzim yang penting untung pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu factor defensive mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat prostaglandin mukosa, aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topical. (Soeparman, 2001, hal 128). Obat-obatan, alcohol, garam empedu atau enzim-enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosive) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkin difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan refenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis. Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu kehijauan (gastritis atopik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atopik dapat juga merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi.

1.4

Manifestasi Klinis Menurut Baughman, D, C & Hackley, J, C. (2000). Manifestasi klinis pada pasien dengan gastritis adalah sebagai berikut : a. Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi. b. Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesium, mual, dan anorexsia. Mungkin terjadi muntah dengan cegukan. c. Beberapa pasien menunjukan asimptomatik. d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makan yang mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan mungkin akan hilang selama 1 sampai 3 hari. Gejala lain antara lain : a. Gastritis akut Gastritis akut erosive sangat bervariasi mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah : 1) Hematemetis dan malena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah. 2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhankeluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya. 3) Kadang-kadang disertai dengan mual-mual dan muntah. 4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala. 5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda-tanda anemia definisi dengan etiologi yang tidak jelas. 6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

b. Gastritis kronis 1) Bervariasi dan tidak jelas 2) Perasaan penuh, anoreksia 3) Distress epigastrik yang tidak nyata 4) Cepat kenyang Faktor predisposisi 1.4.1 Factor yang tidak dapat diubah Usia, jenis kelamin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria. 1.4.2 Factor yang dapat diubah Hipertensi, DM, hiperurisemia, merokok, penyalahgunaan alcohol dan obat, kontrasepsi oral, Ht meningkat, bruit karotis asimtomatis dan displidemia.

1.5 Pemeriksaan penunjang 1.5.1 Pemeriksaan LaboratHb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia. 1.5.2 BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. 1.5.3 Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. 1.5.4 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal danada DM. 1.5.5 CT Scan : Mengkaji adanya tumor cereberal, encelopati. 1.5.6 EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. 1.5.7 IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal. 1.5.8 Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung. 1.6

Penatalaksanaan

1.6.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis

 Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.  Aktivitas Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan sepeerti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang. 1.6.2 Penatalaksanaan Farmakologis Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :  Mempunyai efektivitas yang tinggi.  Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.  Memungkinkan penggunaan obat secara oral.  Tidak menimbulkan intoleransi.  Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.  Memungkinkan penggunaan jangka panjnang.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian A. Identitas Pasien B. Riwayat Kesehatan I. Keluhan Utama Saat Kunjungan : Pusing pada kepala, tengkuk terasa kaku Saat Pengkajian : Klien mengatakan mengeluh pusing II. Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu: P : Paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/berkurangnya keluhan utama. Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakam semakin berat bila melakukan aktivitas yang berat. Q : Quality/Quantity; tingkat keluhan utama R : Region yaitu lokasi keluhan utama. Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala. S : Savety yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas atau tidak, seperti bergantung pada derajad beratnya. III. Riwayat Penyakit Dahulu IV. Riwayat penyakit Keluarga

V. Riwayat Sosial C. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum

:

Kesadaran

:

TTV

:

Pemeriksaan Head to toe a. Kepala

:

b. Mata

:

c. Mulut

:

d. Hidung

:

e. Telinga

:

f. Leher

:

g. Dada

:

h. Abdomen

:

i. Punggung

:

j. Genetalia

:

k. Anus

:

l. Ekstremitas :

D. Pengkajian Fungsional Gordon 1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan 2. Pola nutrisi dan metabolik 3. Pola eleminasi 4. Pola aktivitas dan latihan 5. Pola istirahat tidur 6. Pola persepsi sensoris dan kognitif

7. Pola hubungan dengan orang lain 8. Pola reproduksi/seksual 9. Pola persepsi diri dan konsep diri 10. Pola mekanisme koping 11. Pola nilai kepercayaan/keyakinan

3.2 Analisa data

No 1.

Data focus

Etiologi

DS: -

Medulla Pasien mengatakan kepala terasa Saraf simpatis

Masalah Peningkatan tekanan darah

pusing, tengkuk terasa kaku, Ganglia simpatis Tekanan darah

tangan terasa kesemutan

Kontriksi

DO: -

Peningkatan tekanan darah

Pasien tampak meringis Tekanan darah 170/110 mmHg, Nadi 92 x/mnt, pernapasan 24 x/mnt, suhu 36,8°c, gangguan perfusi

jaringan

serebral,

peningkatan tekanan intrakranial 2.

DS:

Peningkatan CO

Intoleransi aktivitas

-

Kelemahan

Peningkatan afterload

-

Letih

Frekuensi jantung meningkat

-

Nafas pendek

Kelelahan

-

Gaya hidup monoton

Tachipnea Aktivitas terhambat

DO: -

Frekuensi jantung meningkat

-

Perubahan irama jantung

-

Takipnea

3.

DS:

Gangguan rasa

-

Keluhan pusing/pening, berdenyut

Ach

nyaman: nyeri

-

Sakit kepala suboksipital

Saraf pasca ganglion

(sakit) kepala

-

Gangguan penglihatan

Aorepinefrine Konriksi

DO:

4.

Saraf simpatis

-

Perubahan keterjagaan

-

Afek

-

Orientasi

-

Proses piker

DS: -

Gangguan ginjal

Sakit kepala

Ginjal/rennin

Potensial

Angiotention I

Perubahan

(infeksi/obstruksi atau riwayat Angiotention II -

penyakit ginjal sebelumnya)

Aldosteron

Gangguan pola eliminasi

Retersi Na dan 𝐻2 O

perfusi jaringan

Intravascular Perubahan perfusi jaringan

E. Diagnosa keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskenia miokard, hipertropi ventricular. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. 3. Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. 4. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.

F. Perencanaan 1. Diagnosa Keperawatan I Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular. Tujuan: Afterload ridak mengikat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard. Kriteria Hasil: Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwenai jantung stabil dalam rentang normal pasien. Intervensi: o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan teknik yang cepat. o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer. o Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas. o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler. o Catat edema umum. o Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas. o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi. o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan. o Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher. o Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan. o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah. o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi. o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi. 2. Diagnosa Keperawatan II Intoleransi aktivitas berhubung dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan anatara suplai dan kebutuhan O2. Tujuan : aktivitas pasien terpenuhi. Kriteria Hasil : klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. Intervensi :

o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter: frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, cacat peningkatan TD, dispnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan. (parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung). o Kaji

kesiapan

untuk

meningkatkan

aktivitas

contoh:

penurunan

kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual). o Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat menigkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung). o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen). o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap aktivitas dan mencegah kelemahan). 3. Diagnosa Keperawatan III Gangguan rasa nyaman: nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tujuan: Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat. Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman. Intervensi: o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan. o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan. o Batasi aktivitas. o Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin. o Berikan obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan. o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, teknik relaksasi, bimbingan imijinasi, hindari konstipasi.

4. Diagnosa Keperawatan IV Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan kangguan sirkulasi. Tujuan: sirkulasi tubuh tidak terganggu. Kriteria hasil: pasien mendemontrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukan dengan: TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Intervensi: o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur. o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika bersedia. o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan. o Ukur masukan dan pengeluaran. o Amati adanya hipotensi mendadak. o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan. o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan. G. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose yang muncul. H. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting untuk menjamin kualitas dan ketatapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien.

BAB III TINJAUAN KASUS I.

PENGKAJIAN Tanggal 18 Desember 2017

A. IDENTITAS PASIEN Nama

: Tn.P

Umur

: 70 thn

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Petani

Agama

: Hindu

Status Perkawinan

: Kawin

Alamat

: Desa Mayong, Kec. Seririt

B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG 1. Keluhan Utama/Gejala : Pasien mengeluh nyeri pada ulu hatinya, pasien mengatakan tidak nafsu makan, masih mual dan muntah dan pasien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang diderita pasien TD: 110/60 mmHg, N: 82 x/mnt, RR: 20 x/mnt, S: 37,2 C. 2. Kondisi atau keadaan klien saat pengkajian kondisi klien tampak lemah Masalah Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah, kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita b.d kurang terpaparnya dengan informasi. C. RIWAYAT PENGOBATAN TERAKHIR Apakah sudah berobat terkait keluhan

: belum

Bila berobat biasanya kemana

: puskesmas

Penanganan yang diterima

: obat-obatan

Bila dirawat dimana

: belum pernah dirawat

Berapa lama

:-

Bila berobat jalan, obat-obatan yang diterima

: antibiotik, analgesik

D. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU 1. Penyakit yang pernah diderita

: demam

2. Penyebab penyakit

: perubahan cuaca

3. Apakah sudah berobat?

: tidak

Bila sudah kemana

:-

Penanganan yang diterima

:-

Bila berobat jalan

: Obat-obatan yang diterima (-)

Bila dirawat

: Alasan dirawat (-)

4. Pernah dioperasi

: tidak pernah

Bila pernah, kapan

:-

Tempat

:-

Lokasi operasi

:-

5. Alergi

: tidak ada riwayat alergi

E. RIWAYAT PSIKOLOGIS DAN SPIRITUAL a. PSIKOLOGIS Suasana hati/mood

: baik

Karakter

: pendiam

Keadaan emosional

: baik

Konsep diri

: baik

Persepsi pasien terhadap penyakitnya Hal yang amat dipikirkan saat ini

: ingin segera sembuh

Harapan setelah menjalani perawatan

: penyakit yang diderita bisa cepat sembuh

Perubahan yang dirasakan setelah sakit

: sulit bergerak

Mekanisme koping

: cukup baik (klien bisa mengatasi gg body image)

b. SOSIAL Orang yang terdekat dengan pasien

: keluarga

Hubungan antar keluarga

: baik

Hubungan dengan orang lain

: baik

Perhatian terhadap orang lain

: baik

Perhatian terhadap lawan bicara

: baik

Kegemaran/Hobi

:-

c. SPIRITUAL Pelaksanaan Ibadah

: baik

Kepercayaan/keagamaan dan aktivitas keagamaan yang ingin dilakukan Keyakinan Kpd Tuhan

: yakin, klien beragama hindu

F. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL 1. Pola Nutrisi dan Cairan a. Makan 1. Sehat Pola makan

: 3 x 1 hari

Makan pantangan

: tidak ada

Makanan kesukaan

: tidak ada

Diet khusus

: tidak ada

2. Sakit Pola makan

: 3 x 1 hari

Diet

: makanan lunak

Keluhan

: anoreksia

Makanan pantangan

: makanan yang mengandung asam, pedas, berlemak, yang bisa mengiritasi lambung

Perubahan berat badan : menurun (49-45 kg) Keluhan

: tidak ada

Masalah keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah b. Cairan/Minuman 1. Sehat Pola minum

: 8 gelas/hari

Minuman kesukaan : kopi 2. Sakit Intake cairan

: oral : 500 ml/hari

Keluhan

: tidak ada

2. Pola eleminasi A. BAK a. Sehat Jumlah urine

: 1200 ml

Warna

: kuning

Bau

: amoniak

Pola BAK

: 3-4 x/hr

b. Sakit Jumlah urine

: 1100 cc

Bau

: amoniak

Warna

: kuning

B. BAB a. Sehat Konsistensi

: padat

Warna

: kuning

Bau

: khas

Pola defekasi

: 1-2 x sehari

Bentuk

: semisolid

3. Pola Aktivitas/Latihan a. Sehat Pola aktivitas sehari-hari

: bekerja

Latihan fisik Jenis

: renang

Frekwensi

: 1x seminggu

Lama

: 20 menit

Aktivitas yang membuat lelah

: bekerja terlalu lama

Gangguan pergerakan Penyebab

: keletihan

Gejala

: letih

Efek

:-

b. Sakit Pola aktivitas sehari-hari

: berbaring ditempat tidur

Latihan fisik Jenis

: berjalan

Frekwensi

: 2x sehari

Lama

: 10-15 menit

Aktivitas yang membuat lelah

: berbaring di tempat tidur terus menerus

4. Pola Istirahat Tidur a. Sehat Pola tidur

: 2x sehari

Malam (jam)

: 6 jam

Siang (jam)

: 1 jam

Total (jam)

: 7 jam

Gangguan tidur

:-

b. Sakit Pola tidur

: tidak teratur

Malam (jam)

: 5 jam

Siang (jam)

: 1 jam

Total (jam)

: 6 jam

5. Personal Hygiene a. Sehat Mandi

: 2x sehari

Gosok gigi

: 2x sehari

Cuci rambut

: 2x seminggu

Potong kuku

: 1x seminggu

Hambatan pemenuhan P.Hygiene

: tidak ada

b. Sakit Mandi

: 1x sehari

Gosok gigi

: 1x sehari

Cuci rambut

: tidak pernah

Potong kuku

: belum pernah

Hambatan pemenuhan P.Hygiene

: tidak ada (dibantu keluarga)

6. Keselamatan dan Keamanan Peralatan medik

:

Identitas klien

: ada (lengkap)

G. CATATAN KHUSUS 1. Apa pasien mengerti tentang penyakit yang di deritanya? Tidak 2. Bila dulu pernah dirawat, macam kegiatan perawatan apa dirasakan terganggu? – 3. Bagaimana hubungan suami istri sebelum dan sesusah sakit? Baik 4. Apakah ada pertanyaan yang diajukan? Ada 5. Bila ada : penyakit yang dideritanya apakah bisa sembuh atau tidak, dan apa saja yang harus dilakukan agar penyakitnya cepat sembuh

Masalah Keperawatan: kurang pengetahuan tentang penyakitnya b.d kurang terpaparnya dengan informasi. H. PEMERIKSAAN FISIK 1. Umum Keadaan umum

: sedang

Tingkat kesadaran

: komposmetis

Tinggi badan

: 162 cm

Berat badan

: 57 kg

2. Tanda-tanda Vital Suhu

: 37° C

Nadi

: 82 x/mnt

Pernafasan

: 20 x/mnt

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

3. Integumen Kulit Inspeksi Kebersihan kulit

: bersih

Warna kulit

: normal

Kelembaban

: lembab

Palpasi

: suhu : hangat

Tekstur

: kasar

Turgor

: elastis

4. Kuku Inspeksi

: Warna : normal Bentuk : normal Lesi : Keadaan : bersih

Palpasi

: capillary refill : normal

5. Rambut dan Kepala Inpeksi : kuantitas

: tipis

Distribusi

: normal

Palpasi : tekstur

: halus

Kulit kepala

: normal

Keadaan rambut

: bersih

Tekstur

: halus

6. Wajah/Muka Inspeksi

: simetris : ya

Ekspresi wajah

: meringis : gangguan rasa nyaman dan nyeri

7. Mata Inspeksi : kesejajaran

: normal

Palpera

: normal

Conjungtiva

: normal

Pupil

: isokor

Reaksi pupil thd cahaya

: mengecil

Keadaan mata

: bersih

Palpasi : nyeri tekan

: tidak

8. Telinga Inspeksi

: normal

Keadaan telinga

: bersih

9. Hidung dan Sinus Inspeksi : sinus

: ya

Kesulitan bernafas

: tidak

Warna kulit hidung

: coklat

Pembekakan

: tidak

Mukosa

: lembab

Perdarahan

: tidak

Keadaan hidung

: bersih

Palpasi suhu sinus terhadap nyeri tekan Frontal

: tidak

Maxilaris

: tidak

10. Mulut Inspeksi

: Bibir : normal Gusi : normal Gigi : normal Lidah : simetris Keadaan mulut : bersih

11. Leher Inspeksi

: Warna : normal

Palpasi

: Leher : hangat

12. Thorax/Dada dan Paru-paru Inspeksi

: Postur : normal Bentuk : normal Pola nafas : reguler

Sifat nafas : dada Retraksi torakalis : normal Bentuk : Palpasi : normal Ekspansi paru pd sisi kanan & kiri : simetris Taktil fremitus : anterior : normal Posterior : normal Perkusi paru : resonan/normal Auskultasi : vesikuler 13. Payudara Inspeksi

: normal

Palpasi

: normal

14. Kardiovaskuler Inspeksi jantung

: pulsasi apikal : -

Inspeksi dan palpasi

: pulpasi apikal : normal

15. Abdomen/perut a. Abdomen Inspeksi

: normal

Auskultasi

: bising usus : hiperaktif

Perkusi heper

: pekak

Limpa

: redup

Abdomen

: timpani

Palpasi ringan

: normal

b. Anus

: normal

16. Genetalia Inspeksi

: normal

Kateter

: terpasang, warna urin kuning, jumlah 500 cc

Palpasi

: normal

17. Muskuloskletal Inspeksi Otot : ukuran

: normal

Kontraktur

: ada

Tremor

: tidak

Tulang

: tidak normal

Tulang belakang

: normal

Sendi

: terputus

ROM

: tidak sempurna

Palpasi Otot

: tidak normal

Tulang

: tidak normal

Sendi

: tidak normal

Lain-lain

:-

Masalah keperawatan

: immobilisasi fisik

18. Persafan/Neurologi GCS (3-15)

:-

Orientasi

: orang

Atensi

: baik

Berbicara

: normal

Sensasi

: sentuhan

Penciuman

: baik

Pengecapan

: baik

Ingesti-digesti

: Menguyah : mampu Menelan : mampu

Gerakan

: berjalan : mampu

I. PROGRAM DOKTER -

Antasida doen

3x1

-

Paracetamol

3 x 500 mg/hari

-

Ranitidin

2 x 10 mg

-

Vitamin B Complex 2 x 1

I. ANALISA DATA NO

DATA FOCUS

MASALAH

PENYEBAB

(SUBJECTIF DAN OBJECTIF) 1.

DS :-Ps mengeluh nyeri pada ulu hatinya

Nyeri akut

-Ambang nyeri 8

Iritasi mukosa lambung

DO :-Ps terlihat meringis menahan nyeri -Ps tampak memegangi bagian bawah perutnya - Ps tampak gelisah - TD : 110/60 mmHg - N : 97 x/i - RR : 24 x/i - S : 370 C

2.

DS : -Ps mengatakan tidak nafsu makan

Perubahan nutrisi

Menurunnya nafsu

-Ps mengalami mual dan muntah 3x

kurang dari

makan, mual,

sehari

kebutuhan tubuh

muntah

DS :-Ps mengatakan kurang mengerti

Kurang

Kurang terpaparnya

tentang proses penyakit, penyebab, dan

pengetahuan

dengan informasi

terapi diet yang harus dilakukan

tentang

DO :-Ps tampak bingung

penyakitnya

-Ps sering bertanya tentang penyakitnya

(factor penyebab

-Ps mengatakan sulit untuk menghabiskan diit yang diberikan DO : -Diit Ps tidak habis -BB menurun dari 49 menjadi 45 kg

3.

dan terapi diet)

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN NO

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

TANDA TANGAN

(BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH) 1.

Nyeri akut b.d iritasi mukosa lambung

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya nafsu makan, mual, muntah

3.

Kurang pengetahuan tentang penyakitnya (factor penyebab, proses, dan terapi diet) b.d kurang terpaparnya dengan informasi

III. RENCANA KEPERAWATAN

NO

1.

TGL

MASALAH

/JAM

KEPERAWATAN

TUJUAN & KRITERIA HASIL

RENCANA TINDAKAN

RASIONAL

18/12/2017

Nyeri akut b.d

Tujuan

-Evaluasi derajat

-Merupakan

10.00

iritasi mukosa

-setelah

nyeri, cacat

intervensi

WITA

lambung

dilakukan

lokasi,

monitoring yang

tindakan

karakteristik dan

efektif. Tingkat

keperawatan

intensitasnya,

kegelisahan

1x60 menit nyeri

catat perubahan

mempengaruhi

hilang atau

tanda-tanda vital

perpeksi reaksi

terkontrol.

dan emosi

nyeri

Kriteria Hasil

-Kaji ulang yang

-membantu

-Ambang nyeri

meningkatkan

membuat dx dan

2/ hilang

nyeri

kebutuhan terapi

-Identifikasi dan

-karena makanan

batasi makanan

khusus yang

yang

menyebabkan

-Klien tampak rileks

menimbulkan

distress bermacam-

ketidaknyamanan

macam

-Kolaborasi

-untuk

pemberian obat

menghilangkan

analgetik

nyeri akut dan menurunkan aktifitas peristaltic

2.

11/12/2017

Perubahan nutrisi

Setelah

-Sarankan makan

-Makanan

10.00

kurang dari

dilakukan

dengan porsi

beelebihan

WITA

kebutuhan tubuh

tindakan

kecil tapi sering

menyebaban mual

b.d menurunnya

keperawatan

nafsu makan

kebutuhan nutrisi

muntah

terpenuhi secara

-Sarankan diet

-Dapat

adekuat

makanan ringan

meningkatkan

KH : Klien akan

dengan tambahan

masukan,

menunjukkan

makanan yang

meningkatkan

intake makanan

disukai

nafsu makan

keseimbangan

-Tentukan

-membuat

diet, Ps

persepsi tentang

pengetahuan dasar

menunjukkan

proses penyakit

melalui

perilaku mempertahankan

-Diskusikan

Membantu

pola nutrisi

program

pemahaman kiln

pengobatan

tentang alasan

jadwal dan

meminum obat

kemungkinan efek samping obat-obatan

3.

11/12/2017

Kurang

Setelah

-Berikan

-Latihan dapat

10.00

pengetahuan

dilakukan

informasi tertulis

membantu

WITA

tentang proses

tindakan

untuk pasien atau

pengembangan diri

penyakit,

keperawatan

orang terdekat

positif dan

penyebab dan

(pankes) klien

terapi diet b.d

akan mematuhi

kurang

penatalaksanaan

-Membantu sebagai

terpaparnya

diet dan factor

pengingat dan

informasi

penyebab

penguat belajar

KH: menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan, mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala dengan proses penyakit dan hubungan gejala dengan factor penyebab

melawan defresi

IV. CATATAN PERKEMBANGAN TGL/JAM

NO. DX

18/12/2017 1

TINDAK KEPERAWATAN

EVALUASI

-Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi,

S : -Ps mengatakan nyeri

karakteristik dan intensitasnya, catat

pada ulu hatinya sudah

perubahan tanda-tanda vital dan emosi

berkurang

-Kaji ulang yang meningkatkan nyeri

-Ambang nyeri 2

-Identfikasi dan batasi makanan yang

O :-Klien tampak sedikit

menimbulkan ketidaknyamanan

rileks

-Kolaborasi pemberian obat analgetik

-Klien tampak tidak meringis lagi TD :120/70 mmHg N : 80x/menit RR : 20x/menit S : 37,10 C A : Masalah teratasi sebagian P : Tindakan dilanjutkan di rumah -Kaji tingkat nyeri -Melakuakan teknik relaksasi -Kolaborasi pemberian obat paracetamol 3 x 1

S : -Ps mengatakan akan 18/12/2017 2

-Buat jadwal masukan tiap jam

mencoba makan dengan

-Timbang BB tiap hari

porsi kecil tapi sering di

-Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai

rumah

indikasi

-Ps mengatakan tidak mual

-Berikan diet makanan ringan dengan

muntah lagi

tambahan makanan yang disukai

O : Ps habis setengah makan roti yang dibelikan keluarga -Pasien minum obatranitidine dan antasida yang diberikan A : Masalah teratasi sebagian P : tindakan dilanjutkan oleh pasien dan keluarga di rumah

S : Ps mengatakan sudah 18/12/2017 3

-Tentukan persepsi tentang proses penyakit

mengerti tentang proses

-Diskusikan program pengobatan jadwal dan

penyakit, penyebab dan

kemungkinan efek samping obat-obatan

terapi yang harus dilakukan

-Anjurkan melakukan aktifitas biasa secara

O : Ps sudah tidak bingung

bertahap

lagi

-berikan informasi tertulis untuk Ps atau

-Ps tidak bertanya lagi

orang terdekat

tentang penyakit dan pengobatan penyakitnya A : masalah teratasi P :Tindakan dihentikan

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN Data yang didapat setelah pengkajian yang dilakukan pada Tn. Z dirasa sudah cukup sesuai dengan pengkajian berdasarkan tinjauan teoritis yang ada. Data-data tersebut sudah menunjang untuk melakukan asuhan keperawatan selanjutnya, karena suma data sudah didapatkan dengan jelas dan akurat.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa pada amputasi yang muncul menurut (Doenges, 1999): 1.

Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.

2.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.

3.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung

4.

Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

5.

Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi

Diagnosa yang diangkat pada Klien Ny. P adalah 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.

3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan tinjauan teoritis, meskipun hanya sebagian diagnose saja yang muncul namun sudah cukup mewakili dan disusun sesuai dengan priorotas masalah.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN Intervensi keperawatan yang disusun berdasarkan prioritas masalah keperawatan pada klien Tn. Z adalah Dx 1: -Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitasnya, catat perbahan tandatanda vital dan emosi -Kaji ulang yang meningkatkan nyeri -Identfikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan -Kolaborasi pemberian obat analgetik

Dx 2: -Buat jadwal masukan tiap jam -Timbang BB tiap hari -Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi -Berikan diet makanan ringan dengan tambahan makanan yang disukai

Dx 3: -Tentukan persepsi tentang proses penyakit -Diskusikan program pengobatan jadwal dan kemungkinan efek samping obat-obatan -Anjurkan melakukan aktifitas biasa secara bertahap -berikan informasi tertulis untuk Ps atau orang terdekat

Intervensi yang disusun telah mengacu pada Tinjauan teoritis, yaitu diambil dari Doengoes, 2001.

IV. IMPLEMENTASI Implementasi merupakan aplikasi dari intervensi yang telah disusun. Pada kasus Tn. P semua intervensi yang telah disusun telah dilakuakn dengan baik sesuai dengan prosedur tetap ada.

V. EVALUASI Evaluasi hasil dari implementasi keperawatan yang didapat pada klien Ny. P setelah dilakukan perawatan selama 1 x 60 menit sudah cukup memuaskan, karena masalah sudah teratasi meskipun hanya sebagian. Sehingga masih perlu melanjutkan intervensi-intervensi yang telah disusun.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang penulis laksanakan pada Ny. P dengan gangguan Gastritis di Puskesmas Seririt III diperoleh kesimpulan bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan Gastritis dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang kea rah tercapainya tujuan. Salah satu koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, demi peningkatan kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari keluarga.

B. Saran Untuk kilen dan keluarga 

Diharapkan kilen mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju kea rah berulangnya Gastritis.



Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningkatan status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga klien sendiri. Untuk puskesmas



Diharapkan penanganan klien dengan Gastritis dapat tepat dan mempercepat penyembuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC: Jakarta. Smeltzer, Suzanne, C., Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 8 Vol 2 Alih Bahasa H. Y. Kuncana, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC, 2002. Wilkinson. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""