BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Penyakit gastritis yang dikenal dengan gastritis saluran pencernaan bagian atas yang banyak dikeluhkan masyarakat dan paling banyak di bagian gastroenterologi (Mustakim, 2009). Menurut Herlan (2011), Menyatakan gastritis bukanlah penyakit tunggal, Tetapi beberapa kondisi yang mengacu pada peradangan lambung. Biasanya peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi bakteri yang dapat mengakibatkan borok lambung yaitu Helicobacter Pylory. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar Gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam. Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobacter pylory (Soeparman, 2001, hal. 127). Keluhan gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita gastritis kronis selama bertahun-tahun pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mengobati keluhan gratis tersebut. Berbagai obat-obatan penekan asam lambung sudah pernah di minum seperti antasid, namun keluhan
selalu datang silih berganti. Keluhan yang berkepanjangan dalam menyembuhkan gratis ini dapat menimbulkan stress gara-gara gastritis sekitar 10% dan biaya yang tidak sedikit. Bagi stress ini bukan tidak mungkin justru menambah berat gastritis penderita yang sudah ada (Budiana, 2006). Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada penderita gastritis ialah perdarahan saluran cerna bagian atas. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin. (Mansjoer, 1999, hal: 493). Budiana (2006) mengatakan Bahwa gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 miliar. pada negara yang sedang berkembang infeksi diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua. Apakah kejadian gastritis helicobacter pylory pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data yang cukup tinggi. Menurut Maulidiah dan Unun (2006), di kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2 %, Denpasar 46%, sedangkan di MedanAngka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. adanya penemuan infeksi Helicobacter Pylory ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis.faktor ideologi gastritis lainnya adalah asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%),
makanan berbumbu (15%),
obat-obatan (18%),
dan terapi radiasi (2%)
(Herlan, 2001). Dari hasil penelitian para pakar didapatkan jumlah penderita gastritis antara pria dan wanita, ternyata lebih banyak pada wanita dan dapat menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di Inggris 6-20% penderita gastritis pada usia 55 tahun dengan prevalensi 22% insiden total untuk segala umur Pada tahun 1988 adalah 16 kasusr/1000 pada kelompok umur 4564 tahun. Insiden sepanjang usia untuk gastritis adalah 10% (Harun Riyanto, 2008) Untuk
itu,
penulis
ingin
mengetahui
dan
memahami
penanganan/asuhan keperawatan terhadap klien dengan “Gastritis”.
lebih
lanjut
tentang
1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan umum Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan Gastritis.
1.2.2 Tujuan khusus melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan siswa mampu: 1. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan gastritis 2. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah 3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktik nyata sesuai dengan masalah yang diprioritaskan 4. Mampu melaksanakan tindakan apa adanya dan sesuai dengan masalah yang telah diprioritaskan 5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada klien hipertensi 6. Mampu
mendokumentasikan
sana
tindakan
Asuhan
Keperawatan
yang
telah
dilaksanakan 7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh dengan studi kasus/penerapan di lapangan
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang berlangsung melalui proses keperawatan. adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan cara: 1. Wawancara Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas kesehatan lain untuk mendapatkan data subjektif dari klien. 2. Studi Dokumentasi Data-data yang didapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti catatan keperawatan’ catatan dokter dan tim kesehatan lain. 3. Studi Kepustakaan Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep dasar penyakit maupun konsep asuhan keperawatan. 4. Observasi Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung kepada klien dan mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serta mencatat hal-hal penting termasuk pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik meliputi:
Infeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat luka, ada tidaknya hematom dan lain-lain.
Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah ada masa atau tidak.
Perkusi adalah pemeriksaan bisa dilakukan dengan cara mengetik dengan menggunakan reflek hammer.
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan menggunakan stetoskop.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang daerah tersebut adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soeparman, 1998). Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar garis dapat dibagi menjadi beberapa macam: a. gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan kerusakan erosi. Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia misalnya: lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. b. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh tikus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri helicobacter pylory. (Soeparman, 2001) penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Kasus ini merupakan kejadian biasa pada orang tua tapi diduga pada peminum alkohol dan merokok.
2.2
Etiologi Gastritis dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar kasus, gastritis
erosive menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat. Keadaan klinis yang sering menimbulkan gastritis erosive misalnya trauma yang luas, opererasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati yang berat, renjangan, luka bakar yang luas, trauma kepala, dan septicemia. Kira-kira, 80-90% pasien yang dirawat diruang intensif menderita gastritis akut erosive ini. Gastritis akut jenis ini sering disebut gastritis akut stress.(Soeparman, 2001. Hal 127).
Penyebab yang lain antara lain : 1. Obat analgetik anti inflamasi, teruma aspirin. 2. Bahan-bahan kimia. 3. Merokok . 4. Alkohol. 5. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat. 6. Refluks usus lambung. 7. Endotoksin patogenesis seluruh mekanisme yang menumbulkan gastritis erosif karena keadaan-keadaan klinis yang berat belum diketahui benar.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung : a) Kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H+ meninggi, b) Perfusi mukosa lambung yang terganggu, c) Jumlah asam lambung. Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mukosa barrier rusak, menyebabkan difusi balik ion H+ menggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mukosa barrier oleh cairan usus.
1.3
Patofisiologi Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosife karena keadaan-keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Faktor-faktor yang amat penting adalah ischemia pada mukosa gaster di samping factor popsin, refluks empedu dan cairan pakreas. Aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas siklooksigenese mukosa. Siklooksigenese merupakan enzim yang penting untung pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu factor defensive mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat prostaglandin mukosa, aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topical. (Soeparman, 2001, hal 128). Obat-obatan, alcohol, garam empedu atau enzim-enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosive) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkin difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan refenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis. Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu kehijauan (gastritis atopik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atopik dapat juga merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi.
1.4
Manifestasi Klinis Menurut Baughman, D, C & Hackley, J, C. (2000). Manifestasi klinis pada pasien dengan gastritis adalah sebagai berikut : a. Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi. b. Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesium, mual, dan anorexsia. Mungkin terjadi muntah dengan cegukan. c. Beberapa pasien menunjukan asimptomatik. d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makan yang mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan mungkin akan hilang selama 1 sampai 3 hari. Gejala lain antara lain : a. Gastritis akut Gastritis akut erosive sangat bervariasi mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah : 1) Hematemetis dan malena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah. 2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhankeluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya. 3) Kadang-kadang disertai dengan mual-mual dan muntah. 4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala. 5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda-tanda anemia definisi dengan etiologi yang tidak jelas. 6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
b. Gastritis kronis 1) Bervariasi dan tidak jelas 2) Perasaan penuh, anoreksia 3) Distress epigastrik yang tidak nyata 4) Cepat kenyang Faktor predisposisi 1.4.1 Factor yang tidak dapat diubah Usia, jenis kelamin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria. 1.4.2 Factor yang dapat diubah Hipertensi, DM, hiperurisemia, merokok, penyalahgunaan alcohol dan obat, kontrasepsi oral, Ht meningkat, bruit karotis asimtomatis dan displidemia.
1.5 Pemeriksaan penunjang 1.5.1 Pemeriksaan LaboratHb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia. 1.5.2 BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. 1.5.3 Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. 1.5.4 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal danada DM. 1.5.5 CT Scan : Mengkaji adanya tumor cereberal, encelopati. 1.5.6 EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. 1.5.7 IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal. 1.5.8 Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung. 1.6
Penatalaksanaan
1.6.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis
Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma. Aktivitas Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan sepeerti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang. 1.6.2 Penatalaksanaan Farmakologis Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu : Mempunyai efektivitas yang tinggi. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal. Memungkinkan penggunaan obat secara oral. Tidak menimbulkan intoleransi. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien. Memungkinkan penggunaan jangka panjnang.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian A. Identitas Pasien B. Riwayat Kesehatan I. Keluhan Utama Saat Kunjungan : Pusing pada kepala, tengkuk terasa kaku Saat Pengkajian : Klien mengatakan mengeluh pusing II. Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu: P : Paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/berkurangnya keluhan utama. Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakam semakin berat bila melakukan aktivitas yang berat. Q : Quality/Quantity; tingkat keluhan utama R : Region yaitu lokasi keluhan utama. Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala. S : Savety yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas atau tidak, seperti bergantung pada derajad beratnya. III. Riwayat Penyakit Dahulu IV. Riwayat penyakit Keluarga
V. Riwayat Sosial C. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
:
Kesadaran
:
TTV
:
Pemeriksaan Head to toe a. Kepala
:
b. Mata
:
c. Mulut
:
d. Hidung
:
e. Telinga
:
f. Leher
:
g. Dada
:
h. Abdomen
:
i. Punggung
:
j. Genetalia
:
k. Anus
:
l. Ekstremitas :
D. Pengkajian Fungsional Gordon 1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan 2. Pola nutrisi dan metabolik 3. Pola eleminasi 4. Pola aktivitas dan latihan 5. Pola istirahat tidur 6. Pola persepsi sensoris dan kognitif
7. Pola hubungan dengan orang lain 8. Pola reproduksi/seksual 9. Pola persepsi diri dan konsep diri 10. Pola mekanisme koping 11. Pola nilai kepercayaan/keyakinan
3.2 Analisa data
No 1.
Data focus
Etiologi
DS: -
Medulla Pasien mengatakan kepala terasa Saraf simpatis
Masalah Peningkatan tekanan darah
pusing, tengkuk terasa kaku, Ganglia simpatis Tekanan darah
tangan terasa kesemutan
Kontriksi
DO: -
Peningkatan tekanan darah
Pasien tampak meringis Tekanan darah 170/110 mmHg, Nadi 92 x/mnt, pernapasan 24 x/mnt, suhu 36,8°c, gangguan perfusi
jaringan
serebral,
peningkatan tekanan intrakranial 2.
DS:
Peningkatan CO
Intoleransi aktivitas
-
Kelemahan
Peningkatan afterload
-
Letih
Frekuensi jantung meningkat
-
Nafas pendek
Kelelahan
-
Gaya hidup monoton
Tachipnea Aktivitas terhambat
DO: -
Frekuensi jantung meningkat
-
Perubahan irama jantung
-
Takipnea
3.
DS:
Gangguan rasa
-
Keluhan pusing/pening, berdenyut
Ach
nyaman: nyeri
-
Sakit kepala suboksipital
Saraf pasca ganglion
(sakit) kepala
-
Gangguan penglihatan
Aorepinefrine Konriksi
DO:
4.
Saraf simpatis
-
Perubahan keterjagaan
-
Afek
-
Orientasi
-
Proses piker
DS: -
Gangguan ginjal
Sakit kepala
Ginjal/rennin
Potensial
Angiotention I
Perubahan
(infeksi/obstruksi atau riwayat Angiotention II -
penyakit ginjal sebelumnya)
Aldosteron
Gangguan pola eliminasi
Retersi Na dan 𝐻2 O
perfusi jaringan
Intravascular Perubahan perfusi jaringan
E. Diagnosa keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskenia miokard, hipertropi ventricular. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. 3. Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. 4. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
F. Perencanaan 1. Diagnosa Keperawatan I Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular. Tujuan: Afterload ridak mengikat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard. Kriteria Hasil: Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwenai jantung stabil dalam rentang normal pasien. Intervensi: o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan teknik yang cepat. o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer. o Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas. o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler. o Catat edema umum. o Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas. o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi. o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan. o Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher. o Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan. o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah. o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi. o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi. 2. Diagnosa Keperawatan II Intoleransi aktivitas berhubung dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan anatara suplai dan kebutuhan O2. Tujuan : aktivitas pasien terpenuhi. Kriteria Hasil : klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. Intervensi :
o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter: frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, cacat peningkatan TD, dispnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan. (parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung). o Kaji
kesiapan
untuk
meningkatkan
aktivitas
contoh:
penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual). o Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat menigkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung). o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen). o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap aktivitas dan mencegah kelemahan). 3. Diagnosa Keperawatan III Gangguan rasa nyaman: nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tujuan: Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat. Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman. Intervensi: o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan. o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan. o Batasi aktivitas. o Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin. o Berikan obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan. o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, teknik relaksasi, bimbingan imijinasi, hindari konstipasi.
4. Diagnosa Keperawatan IV Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan kangguan sirkulasi. Tujuan: sirkulasi tubuh tidak terganggu. Kriteria hasil: pasien mendemontrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukan dengan: TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Intervensi: o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur. o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika bersedia. o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan. o Ukur masukan dan pengeluaran. o Amati adanya hipotensi mendadak. o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan. o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan. G. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose yang muncul. H. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting untuk menjamin kualitas dan ketatapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien.
BAB III TINJAUAN KASUS I.
PENGKAJIAN Tanggal 18 Desember 2017
A. IDENTITAS PASIEN Nama
: Tn.P
Umur
: 70 thn
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Hindu
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat
: Desa Mayong, Kec. Seririt
B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG 1. Keluhan Utama/Gejala : Pasien mengeluh nyeri pada ulu hatinya, pasien mengatakan tidak nafsu makan, masih mual dan muntah dan pasien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang diderita pasien TD: 110/60 mmHg, N: 82 x/mnt, RR: 20 x/mnt, S: 37,2 C. 2. Kondisi atau keadaan klien saat pengkajian kondisi klien tampak lemah Masalah Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah, kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita b.d kurang terpaparnya dengan informasi. C. RIWAYAT PENGOBATAN TERAKHIR Apakah sudah berobat terkait keluhan
: belum
Bila berobat biasanya kemana
: puskesmas
Penanganan yang diterima
: obat-obatan
Bila dirawat dimana
: belum pernah dirawat
Berapa lama
:-
Bila berobat jalan, obat-obatan yang diterima
: antibiotik, analgesik
D. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU 1. Penyakit yang pernah diderita
: demam
2. Penyebab penyakit
: perubahan cuaca
3. Apakah sudah berobat?
: tidak
Bila sudah kemana
:-
Penanganan yang diterima
:-
Bila berobat jalan
: Obat-obatan yang diterima (-)
Bila dirawat
: Alasan dirawat (-)
4. Pernah dioperasi
: tidak pernah
Bila pernah, kapan
:-
Tempat
:-
Lokasi operasi
:-
5. Alergi
: tidak ada riwayat alergi
E. RIWAYAT PSIKOLOGIS DAN SPIRITUAL a. PSIKOLOGIS Suasana hati/mood
: baik
Karakter
: pendiam
Keadaan emosional
: baik
Konsep diri
: baik
Persepsi pasien terhadap penyakitnya Hal yang amat dipikirkan saat ini
: ingin segera sembuh
Harapan setelah menjalani perawatan
: penyakit yang diderita bisa cepat sembuh
Perubahan yang dirasakan setelah sakit
: sulit bergerak
Mekanisme koping
: cukup baik (klien bisa mengatasi gg body image)
b. SOSIAL Orang yang terdekat dengan pasien
: keluarga
Hubungan antar keluarga
: baik
Hubungan dengan orang lain
: baik
Perhatian terhadap orang lain
: baik
Perhatian terhadap lawan bicara
: baik
Kegemaran/Hobi
:-
c. SPIRITUAL Pelaksanaan Ibadah
: baik
Kepercayaan/keagamaan dan aktivitas keagamaan yang ingin dilakukan Keyakinan Kpd Tuhan
: yakin, klien beragama hindu
F. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL 1. Pola Nutrisi dan Cairan a. Makan 1. Sehat Pola makan
: 3 x 1 hari
Makan pantangan
: tidak ada
Makanan kesukaan
: tidak ada
Diet khusus
: tidak ada
2. Sakit Pola makan
: 3 x 1 hari
Diet
: makanan lunak
Keluhan
: anoreksia
Makanan pantangan
: makanan yang mengandung asam, pedas, berlemak, yang bisa mengiritasi lambung
Perubahan berat badan : menurun (49-45 kg) Keluhan
: tidak ada
Masalah keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah b. Cairan/Minuman 1. Sehat Pola minum
: 8 gelas/hari
Minuman kesukaan : kopi 2. Sakit Intake cairan
: oral : 500 ml/hari
Keluhan
: tidak ada
2. Pola eleminasi A. BAK a. Sehat Jumlah urine
: 1200 ml
Warna
: kuning
Bau
: amoniak
Pola BAK
: 3-4 x/hr
b. Sakit Jumlah urine
: 1100 cc
Bau
: amoniak
Warna
: kuning
B. BAB a. Sehat Konsistensi
: padat
Warna
: kuning
Bau
: khas
Pola defekasi
: 1-2 x sehari
Bentuk
: semisolid
3. Pola Aktivitas/Latihan a. Sehat Pola aktivitas sehari-hari
: bekerja
Latihan fisik Jenis
: renang
Frekwensi
: 1x seminggu
Lama
: 20 menit
Aktivitas yang membuat lelah
: bekerja terlalu lama
Gangguan pergerakan Penyebab
: keletihan
Gejala
: letih
Efek
:-
b. Sakit Pola aktivitas sehari-hari
: berbaring ditempat tidur
Latihan fisik Jenis
: berjalan
Frekwensi
: 2x sehari
Lama
: 10-15 menit
Aktivitas yang membuat lelah
: berbaring di tempat tidur terus menerus
4. Pola Istirahat Tidur a. Sehat Pola tidur
: 2x sehari
Malam (jam)
: 6 jam
Siang (jam)
: 1 jam
Total (jam)
: 7 jam
Gangguan tidur
:-
b. Sakit Pola tidur
: tidak teratur
Malam (jam)
: 5 jam
Siang (jam)
: 1 jam
Total (jam)
: 6 jam
5. Personal Hygiene a. Sehat Mandi
: 2x sehari
Gosok gigi
: 2x sehari
Cuci rambut
: 2x seminggu
Potong kuku
: 1x seminggu
Hambatan pemenuhan P.Hygiene
: tidak ada
b. Sakit Mandi
: 1x sehari
Gosok gigi
: 1x sehari
Cuci rambut
: tidak pernah
Potong kuku
: belum pernah
Hambatan pemenuhan P.Hygiene
: tidak ada (dibantu keluarga)
6. Keselamatan dan Keamanan Peralatan medik
:
Identitas klien
: ada (lengkap)
G. CATATAN KHUSUS 1. Apa pasien mengerti tentang penyakit yang di deritanya? Tidak 2. Bila dulu pernah dirawat, macam kegiatan perawatan apa dirasakan terganggu? – 3. Bagaimana hubungan suami istri sebelum dan sesusah sakit? Baik 4. Apakah ada pertanyaan yang diajukan? Ada 5. Bila ada : penyakit yang dideritanya apakah bisa sembuh atau tidak, dan apa saja yang harus dilakukan agar penyakitnya cepat sembuh
Masalah Keperawatan: kurang pengetahuan tentang penyakitnya b.d kurang terpaparnya dengan informasi. H. PEMERIKSAAN FISIK 1. Umum Keadaan umum
: sedang
Tingkat kesadaran
: komposmetis
Tinggi badan
: 162 cm
Berat badan
: 57 kg
2. Tanda-tanda Vital Suhu
: 37° C
Nadi
: 82 x/mnt
Pernafasan
: 20 x/mnt
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
3. Integumen Kulit Inspeksi Kebersihan kulit
: bersih
Warna kulit
: normal
Kelembaban
: lembab
Palpasi
: suhu : hangat
Tekstur
: kasar
Turgor
: elastis
4. Kuku Inspeksi
: Warna : normal Bentuk : normal Lesi : Keadaan : bersih
Palpasi
: capillary refill : normal
5. Rambut dan Kepala Inpeksi : kuantitas
: tipis
Distribusi
: normal
Palpasi : tekstur
: halus
Kulit kepala
: normal
Keadaan rambut
: bersih
Tekstur
: halus
6. Wajah/Muka Inspeksi
: simetris : ya
Ekspresi wajah
: meringis : gangguan rasa nyaman dan nyeri
7. Mata Inspeksi : kesejajaran
: normal
Palpera
: normal
Conjungtiva
: normal
Pupil
: isokor
Reaksi pupil thd cahaya
: mengecil
Keadaan mata
: bersih
Palpasi : nyeri tekan
: tidak
8. Telinga Inspeksi
: normal
Keadaan telinga
: bersih
9. Hidung dan Sinus Inspeksi : sinus
: ya
Kesulitan bernafas
: tidak
Warna kulit hidung
: coklat
Pembekakan
: tidak
Mukosa
: lembab
Perdarahan
: tidak
Keadaan hidung
: bersih
Palpasi suhu sinus terhadap nyeri tekan Frontal
: tidak
Maxilaris
: tidak
10. Mulut Inspeksi
: Bibir : normal Gusi : normal Gigi : normal Lidah : simetris Keadaan mulut : bersih
11. Leher Inspeksi
: Warna : normal
Palpasi
: Leher : hangat
12. Thorax/Dada dan Paru-paru Inspeksi
: Postur : normal Bentuk : normal Pola nafas : reguler
Sifat nafas : dada Retraksi torakalis : normal Bentuk : Palpasi : normal Ekspansi paru pd sisi kanan & kiri : simetris Taktil fremitus : anterior : normal Posterior : normal Perkusi paru : resonan/normal Auskultasi : vesikuler 13. Payudara Inspeksi
: normal
Palpasi
: normal
14. Kardiovaskuler Inspeksi jantung
: pulsasi apikal : -
Inspeksi dan palpasi
: pulpasi apikal : normal
15. Abdomen/perut a. Abdomen Inspeksi
: normal
Auskultasi
: bising usus : hiperaktif
Perkusi heper
: pekak
Limpa
: redup
Abdomen
: timpani
Palpasi ringan
: normal
b. Anus
: normal
16. Genetalia Inspeksi
: normal
Kateter
: terpasang, warna urin kuning, jumlah 500 cc
Palpasi
: normal
17. Muskuloskletal Inspeksi Otot : ukuran
: normal
Kontraktur
: ada
Tremor
: tidak
Tulang
: tidak normal
Tulang belakang
: normal
Sendi
: terputus
ROM
: tidak sempurna
Palpasi Otot
: tidak normal
Tulang
: tidak normal
Sendi
: tidak normal
Lain-lain
:-
Masalah keperawatan
: immobilisasi fisik
18. Persafan/Neurologi GCS (3-15)
:-
Orientasi
: orang
Atensi
: baik
Berbicara
: normal
Sensasi
: sentuhan
Penciuman
: baik
Pengecapan
: baik
Ingesti-digesti
: Menguyah : mampu Menelan : mampu
Gerakan
: berjalan : mampu
I. PROGRAM DOKTER -
Antasida doen
3x1
-
Paracetamol
3 x 500 mg/hari
-
Ranitidin
2 x 10 mg
-
Vitamin B Complex 2 x 1
I. ANALISA DATA NO
DATA FOCUS
MASALAH
PENYEBAB
(SUBJECTIF DAN OBJECTIF) 1.
DS :-Ps mengeluh nyeri pada ulu hatinya
Nyeri akut
-Ambang nyeri 8
Iritasi mukosa lambung
DO :-Ps terlihat meringis menahan nyeri -Ps tampak memegangi bagian bawah perutnya - Ps tampak gelisah - TD : 110/60 mmHg - N : 97 x/i - RR : 24 x/i - S : 370 C
2.
DS : -Ps mengatakan tidak nafsu makan
Perubahan nutrisi
Menurunnya nafsu
-Ps mengalami mual dan muntah 3x
kurang dari
makan, mual,
sehari
kebutuhan tubuh
muntah
DS :-Ps mengatakan kurang mengerti
Kurang
Kurang terpaparnya
tentang proses penyakit, penyebab, dan
pengetahuan
dengan informasi
terapi diet yang harus dilakukan
tentang
DO :-Ps tampak bingung
penyakitnya
-Ps sering bertanya tentang penyakitnya
(factor penyebab
-Ps mengatakan sulit untuk menghabiskan diit yang diberikan DO : -Diit Ps tidak habis -BB menurun dari 49 menjadi 45 kg
3.
dan terapi diet)
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN NO
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANDA TANGAN
(BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH) 1.
Nyeri akut b.d iritasi mukosa lambung
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya nafsu makan, mual, muntah
3.
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya (factor penyebab, proses, dan terapi diet) b.d kurang terpaparnya dengan informasi
III. RENCANA KEPERAWATAN
NO
1.
TGL
MASALAH
/JAM
KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
18/12/2017
Nyeri akut b.d
Tujuan
-Evaluasi derajat
-Merupakan
10.00
iritasi mukosa
-setelah
nyeri, cacat
intervensi
WITA
lambung
dilakukan
lokasi,
monitoring yang
tindakan
karakteristik dan
efektif. Tingkat
keperawatan
intensitasnya,
kegelisahan
1x60 menit nyeri
catat perubahan
mempengaruhi
hilang atau
tanda-tanda vital
perpeksi reaksi
terkontrol.
dan emosi
nyeri
Kriteria Hasil
-Kaji ulang yang
-membantu
-Ambang nyeri
meningkatkan
membuat dx dan
2/ hilang
nyeri
kebutuhan terapi
-Identifikasi dan
-karena makanan
batasi makanan
khusus yang
yang
menyebabkan
-Klien tampak rileks
menimbulkan
distress bermacam-
ketidaknyamanan
macam
-Kolaborasi
-untuk
pemberian obat
menghilangkan
analgetik
nyeri akut dan menurunkan aktifitas peristaltic
2.
11/12/2017
Perubahan nutrisi
Setelah
-Sarankan makan
-Makanan
10.00
kurang dari
dilakukan
dengan porsi
beelebihan
WITA
kebutuhan tubuh
tindakan
kecil tapi sering
menyebaban mual
b.d menurunnya
keperawatan
nafsu makan
kebutuhan nutrisi
muntah
terpenuhi secara
-Sarankan diet
-Dapat
adekuat
makanan ringan
meningkatkan
KH : Klien akan
dengan tambahan
masukan,
menunjukkan
makanan yang
meningkatkan
intake makanan
disukai
nafsu makan
keseimbangan
-Tentukan
-membuat
diet, Ps
persepsi tentang
pengetahuan dasar
menunjukkan
proses penyakit
melalui
perilaku mempertahankan
-Diskusikan
Membantu
pola nutrisi
program
pemahaman kiln
pengobatan
tentang alasan
jadwal dan
meminum obat
kemungkinan efek samping obat-obatan
3.
11/12/2017
Kurang
Setelah
-Berikan
-Latihan dapat
10.00
pengetahuan
dilakukan
informasi tertulis
membantu
WITA
tentang proses
tindakan
untuk pasien atau
pengembangan diri
penyakit,
keperawatan
orang terdekat
positif dan
penyebab dan
(pankes) klien
terapi diet b.d
akan mematuhi
kurang
penatalaksanaan
-Membantu sebagai
terpaparnya
diet dan factor
pengingat dan
informasi
penyebab
penguat belajar
KH: menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan, mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala dengan proses penyakit dan hubungan gejala dengan factor penyebab
melawan defresi
IV. CATATAN PERKEMBANGAN TGL/JAM
NO. DX
18/12/2017 1
TINDAK KEPERAWATAN
EVALUASI
-Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi,
S : -Ps mengatakan nyeri
karakteristik dan intensitasnya, catat
pada ulu hatinya sudah
perubahan tanda-tanda vital dan emosi
berkurang
-Kaji ulang yang meningkatkan nyeri
-Ambang nyeri 2
-Identfikasi dan batasi makanan yang
O :-Klien tampak sedikit
menimbulkan ketidaknyamanan
rileks
-Kolaborasi pemberian obat analgetik
-Klien tampak tidak meringis lagi TD :120/70 mmHg N : 80x/menit RR : 20x/menit S : 37,10 C A : Masalah teratasi sebagian P : Tindakan dilanjutkan di rumah -Kaji tingkat nyeri -Melakuakan teknik relaksasi -Kolaborasi pemberian obat paracetamol 3 x 1
S : -Ps mengatakan akan 18/12/2017 2
-Buat jadwal masukan tiap jam
mencoba makan dengan
-Timbang BB tiap hari
porsi kecil tapi sering di
-Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai
rumah
indikasi
-Ps mengatakan tidak mual
-Berikan diet makanan ringan dengan
muntah lagi
tambahan makanan yang disukai
O : Ps habis setengah makan roti yang dibelikan keluarga -Pasien minum obatranitidine dan antasida yang diberikan A : Masalah teratasi sebagian P : tindakan dilanjutkan oleh pasien dan keluarga di rumah
S : Ps mengatakan sudah 18/12/2017 3
-Tentukan persepsi tentang proses penyakit
mengerti tentang proses
-Diskusikan program pengobatan jadwal dan
penyakit, penyebab dan
kemungkinan efek samping obat-obatan
terapi yang harus dilakukan
-Anjurkan melakukan aktifitas biasa secara
O : Ps sudah tidak bingung
bertahap
lagi
-berikan informasi tertulis untuk Ps atau
-Ps tidak bertanya lagi
orang terdekat
tentang penyakit dan pengobatan penyakitnya A : masalah teratasi P :Tindakan dihentikan
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN Data yang didapat setelah pengkajian yang dilakukan pada Tn. Z dirasa sudah cukup sesuai dengan pengkajian berdasarkan tinjauan teoritis yang ada. Data-data tersebut sudah menunjang untuk melakukan asuhan keperawatan selanjutnya, karena suma data sudah didapatkan dengan jelas dan akurat.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa pada amputasi yang muncul menurut (Doenges, 1999): 1.
Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
3.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung
4.
Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5.
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
Diagnosa yang diangkat pada Klien Ny. P adalah 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan tinjauan teoritis, meskipun hanya sebagian diagnose saja yang muncul namun sudah cukup mewakili dan disusun sesuai dengan priorotas masalah.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN Intervensi keperawatan yang disusun berdasarkan prioritas masalah keperawatan pada klien Tn. Z adalah Dx 1: -Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitasnya, catat perbahan tandatanda vital dan emosi -Kaji ulang yang meningkatkan nyeri -Identfikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan -Kolaborasi pemberian obat analgetik
Dx 2: -Buat jadwal masukan tiap jam -Timbang BB tiap hari -Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi -Berikan diet makanan ringan dengan tambahan makanan yang disukai
Dx 3: -Tentukan persepsi tentang proses penyakit -Diskusikan program pengobatan jadwal dan kemungkinan efek samping obat-obatan -Anjurkan melakukan aktifitas biasa secara bertahap -berikan informasi tertulis untuk Ps atau orang terdekat
Intervensi yang disusun telah mengacu pada Tinjauan teoritis, yaitu diambil dari Doengoes, 2001.
IV. IMPLEMENTASI Implementasi merupakan aplikasi dari intervensi yang telah disusun. Pada kasus Tn. P semua intervensi yang telah disusun telah dilakuakn dengan baik sesuai dengan prosedur tetap ada.
V. EVALUASI Evaluasi hasil dari implementasi keperawatan yang didapat pada klien Ny. P setelah dilakukan perawatan selama 1 x 60 menit sudah cukup memuaskan, karena masalah sudah teratasi meskipun hanya sebagian. Sehingga masih perlu melanjutkan intervensi-intervensi yang telah disusun.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang penulis laksanakan pada Ny. P dengan gangguan Gastritis di Puskesmas Seririt III diperoleh kesimpulan bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan Gastritis dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang kea rah tercapainya tujuan. Salah satu koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, demi peningkatan kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari keluarga.
B. Saran Untuk kilen dan keluarga
Diharapkan kilen mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju kea rah berulangnya Gastritis.
Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningkatan status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga klien sendiri. Untuk puskesmas
Diharapkan penanganan klien dengan Gastritis dapat tepat dan mempercepat penyembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC: Jakarta. Smeltzer, Suzanne, C., Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 8 Vol 2 Alih Bahasa H. Y. Kuncana, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC, 2002. Wilkinson. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.