LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH)
A. DEFINISI Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002). Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
B. KLASIFIKASI Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik (kausal): 1. Berdasarkan manifestasi klinis a. Serangan
Iskemik
Sepintas/Transient
Ischemic
Attack (TIA). Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam. b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND). Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu. c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation). Gejala neurologik makin lama makin berat. d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke). Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
1
2. Berdasarkan kausal a. Stroke Trombotik. Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis. b. Stroke Emboli/Non Trombotik. Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
C. ETIOLOGI Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari salah satu tempat kejadian, yaitu: 1. Trombosis (Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher). 2. Embolisme serebral (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian otak atau dari bagian tubuh lain). 3. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak, menyebabkan kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau permanen
2
Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah: 1. Aterosklerosis Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh darah. 2. Infeksi Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang menuju ke otak. 3. Obat-obatan Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen pembuluh darah ke otak. 4. Hipotensi Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.
D. PATOFISIOLOGI Infark
ischemic
cerebri sangat
dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis.
erat
hubungannya
Aterosklerosis dapat
menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara: 1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah. 2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm. 3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
3
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek. Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak: 1. Keadaan pembuluh darah. 2. Keadan darah: viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun. 3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak. 4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak. Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosissering/
cenderung
sebagai
faktor
penting
terhadap
otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan
dari
keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler.
Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
4
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS Gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke non hemoragik adalah:
5
1. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh). 2. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut: a. Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara. b. Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif. c. Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya. 3. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihatan. 4. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh. 5. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi.
6
6. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol motorik. (Suzzane C. Smelzzer, dkk, 2001, hlm. 2133-2134)
G. KOMPLIKASI Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan luasnya area cedera. (Smeltzer & Bare, 2002) 1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi darah adekuat ke otak. 2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (pemberian intarvena) harus menjamin penurunn viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. 3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan diagnostik menurut Arif Muttaqin (2008) yaitu: 1. CT
Scan
(Computer
Tomografi
Scan).
Pembidaian
ini
memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak. 2. Angiografi serebral. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik okulasi atau raftur. 3. Pungsi Lumbal. Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
7
4. Magnetic Resonan Imaging (MRI): Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik. 5. Ultrasonografi Dopler. Mengidentifikasi penyakit arteriovena. 6. Sinar X Tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal. 7. Elektro
Encephalografi
(EEG).
Mengidentifikasi
masalah
didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. 8. Pemeriksaan Laboratorium a. Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal sewaktu hari–hari pertama. b. Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg didalam serum.
I. PENATALAKSANAAN Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai berikut: 1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan. 2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi. 3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung. 4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
8
5. Mengendalikan
hipertensi
dan
menurunkan
TIK.
Dengan
meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, Pengobatan Konservatif 1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan. 2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial. 3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma. 4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
9
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN 1. Identitas klien. Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis. 2. Keluhan utama. Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. 3. Riwayat
penyakit
sekarang.
Serangan
stroke
seringkali
berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. 4. Riwayat penyakit dahulu. Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. 5. Riwayat penyakit keluarga. Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus. Pengkajian Fokus: 1. Aktivitas/istirahat: Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur. 2. Sirkulasi: Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan hipertensi arterial. 3. Integritas Ego: Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri. 4. Eliminasi: Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
10
5. Makanan/caitan: Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia. 6. Neurosensori: Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan,
kabur,
dyspalopia,
lapang
pandang
menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka. 7. Nyaman/nyeri: Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka. 8. Respirasi: Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi. 9. Keamanan: Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan. 10. Interaksi social: Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi. 11. Pengkajian saraf kranial Menurut Muttaqin, (2008) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I-XII. a.
Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
b.
Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai
11
pakaian
tanpa
bantuan
karena
ketidakmampuan
untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh. c.
Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, padasatu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.
d.
Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
e.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
f.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g.
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
h.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i.
Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak terhambat 2. Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak 3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting b.d kerusakan neurovaskuler 4. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neurovaskuler 12
5. Resiko kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi fisik 6. Resiko Aspirasi b.d penurunan kesadaran 7. Resiko injuri b.d penurunan kesadaran 8. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan kesadaran
13
C. RENCANA KEPERAWATAN No 1.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Ketidakefektifan perfusi jaringan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Monitoring neurologis
serebral b.d aliran darah ke otak
diharapkan suplai aliran darah keotak
1.
terhambat.
lancar dengan kriteria hasil:
bentuk pupil
- Nyeri kepala / vertigo berkurang
2.
Monitor tingkat kesadaran klien
sampai de-ngan hilang
3.
Monitir tanda-tanda vital
- Berfungsinya saraf dengan baik
4.
Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
- Tanda-tanda vital stabil
5.
Monitor respon klien terhadap pengobatan
6.
Hindari aktivitas jika TIK meningkat
7.
Observasi kondisi fisik klien
Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
Terapi oksigen 1.
Bersihkan jalan nafas dari sekret
2.
Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3.
Berikan oksigen sesuai intruksi
4.
Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem
humidifier
14
5.
Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya
pemberian oksigen 6.
Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7.
Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
8.
Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen
selama aktifitas dan tidur 2
Kerusakan komunikasi verbal b.d
Setelah dilakukan tindakan
1.
Libatkan keluarga untuk membantu memahami /
penurunan sirkulasi ke otak
keperawatan, diharapkan klien mampu
memahamkan informasi dari / ke klien
untuk berkomunikasi lagi dengan
2.
kriteria hasil:
perhatian
- Dapat menjawab pertanyaan yang
3.
diajukan perawat
komunikasi dengan klien
- Dapat mengerti dan memahami pesan-
4.
Dorong klien untuk mengulang kata-kata
pesan melalui gambar
5.
Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap
- Dapat mengekspresikan perasaannya
interaksi dengan klien
secara verbal maupun nonverbal
6.
Programkan speech-language teraphy
7.
Lakukan speech-language teraphy setiap interaksi
Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh
Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam
dengan klien
15
3
Defisit perawatan diri: makan,
Setelah dilakukan tindakan
1
Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri
mandi, berpakaian, toileting b.d
keperawatan, diharapkan kebutuhan
2
Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
kerusakan neurovaskuler
mandiri klien terpenuhi, dengan kriteria
dalam makan, mandi, berpakaian dan toileting
hasil:
3
- Klien dapat makan dengan bantuan
sepenuhnya bisa mandiri
orang lain / mandiri
4
- Klien dapat mandi de-ngan bantuan
aktivitas normal sesuai kemampuannya
orang lain
5
- Klien dapat memakai pakaian dengan
perawatan diri klien
Berikan bantuan pada klien hingga klien
Berikan dukungan pada klien untuk menunjukkan
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
bantuan orang lain / mandiri - Klien dapat toileting dengan bantuan alat 4
Kerusakan mobilitas fisik b.d
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1
Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif
kerusakan neurovaskuler
selama, diharapkan klien dapat
pada sisi ekstrimitas yang sehat
melakukan pergerakan fisik dengan
2
kriteria hasil:
yang parese / plegi dalam toleransi nyeri
- Tidak terjadi kontraktur otot dan
3
footdrop
mencegah atau mangurangi bengkak
- Pasien berpartisipasi dalam program
4
Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstrimitas
Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan
16
latihan
kemampuan klien
- Pasien mencapai keseimbangan saat
5
duduk
seperti yang disarankan
- Pasien mampu menggunakan sisi
6
tubuh yang tidak sakit untuk
sendi
Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi
Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan
kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang parese/plegi 5
Resiko kerusakan integritas kulit
Setelah dilakukan tindakan perawatan
1
b.d immobilisasi fisik
selama, diharapkan pasien mampu
luka tekan, tanda dan gejala luka tekan, tindakan
mengetahui dan mengontrol resiko
pencegahan agar tidak terjadi luka tekan)
dengan kriteria hasil:
2
- Klien mampu menge-nali tanda dan
-
Ciptakan lingkungan yang nyaman
gejala adanya resiko luka tekan
-
Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk pelicin
- Klien mampu berpartisi-pasi dalam
-
Lakukan masase secara teratur
pencegahan resiko luka tekan (masase
-
Anjurkan klien untuk rileks selama masase
sederhana, alih ba-ring, manajemen
-
Jangan masase pada area kemerahan untuk
nutrisi, manajemen tekanan).
menghindari kerusakan kapiler 3
Beri penjelasan pada klien tentang: resiko adanya
Berikan masase sederhana
Evaluasi respon klien terhadap masase Lakukan alih baring
17
-
Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
-
Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin untuk
mengurangi kekuatan geseran -
Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit
-
Observasi area yang tertekan (telinga, mata kaki,
sakrum, skrotum, siku, ischium, skapula) 4
Berikan manajemen nutrisi
-
Kolaborasi dengan ahli gizi
-
Monitor intake nutrisi
-
Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat
untuk memelihara ke-seimbangan nitrogen positif 5 -
Berikan manajemen tekanan Monitor kulit adanya kemerahan dan pecah-
pecah -
Beri pelembab pada kulit yang kering dan pecah-
pecah -
Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering
-
Monitor aktivitas dan mobilitas klien
-
Beri bedak atau kamper spritus pada area yang
18
tertekan 6
7
Resiko aspirasi b.d penurunan
Setelah dilakukan tindakan perawatan,
Aspiration control management
tingkat kesadaran
diharapkan tidak terjadi aspirasi pada
-
pasien dengan kriteria hasil:
dankemampuan menelan
- Dapat bernafas dengan
-
Pelihara jalan nafas
mudah,frekuensi pernafasan normal
-
Lakukan saction bila diperlukan
- Mampu menelan,mengunyah tanpa
-
Haluskan makanan yang akan diberikan
terjadi aspirasi
-
Haluskan obat sebelum pemberian
Resiko injuri b.d penurunan tingkat
Setelah dilakukan tindakan perawatan,
Risk control injury
kesadaran
diharapkan tidak terjadi trauma pada
-
Menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien
pasien dengan kriteria hasil:
-
Memberikan informasi mengenai cara mencegah
- Bebas dari cedera - Mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan dan cara untuk mencegah cedera
Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk
cedera -
Memberikan penerangan yang cukup
-
Menganjurkan keluarga untuk selalu menemani
pasien
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada 8
Pola nafas tidak efektif b.d
Setelah dilakukan tindakan perawatan,
Respiratory status management
19
penurunan kesadaran
diharapkan pola nafas pasien efektif
-
Pertahankan jalan nafas yang paten
dengan kriteria hasil:
-
Observasi tanda-tanda hipoventilasi
- Menujukkan jalan nafas paten ( tidak
-
Berikan terapi O2
merasa tercekik, irama nafas normal,
-
Dengarkan adanya kelainan suara tambahan
frekuensi nafas normal,tidak ada suara
-
Monitor vital sign
nafas tambahan - Tanda-tanda vital dalam batas normal
20
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS TN. Y dengan Stroke Non Hemoragic (SNH)
A. Pengkajian 1. Identitas Klien a. Nama
: Tn. Y
b. Umur
: 72 tahun
c. Pekerjaan
: Pedagang
d. Pendidikan
: SMP
e. Alamat
: Jl. Ir. Juanda
f. Tgl. Masuk
: 21/01/2017
g. Tgl. Pengkajian
: 23/01/2017
2. Riwayat Penyakit Sekarang Tahun 2012, pada pagi hari saat menyapu lantai Tn. Y mulai merasakan gejala-gejala seperti merasa tidak enak badan dan berkeringat jagung, karena merasakan hal tersebut Tn. Y istirahat dengan posisi setengah duduk selama kurang lebih 15 menit. Tidak lama kemudian, Tn. Y mengalami penurunan kesadaran dan keluarga langsung membawa Tn. Y ke rumah sakit Dirgahayu Samarinda. Kemudian pasien dirujuk ke rumah sakit Elizabeth Singapura dan dirawat selama kurang lebih 1 minggu. Karena merasa tidak ada perbaikan yang signifikan, keluarga membawa Tn. Y kembali dan dirawat di rumah sakit Dirgahayu Samarinda. Setelah 3 kali melakukan perawatan di rumah sakit, keluarga memutuskan agar Tn. Y dirawat di rumah karena kendala jarak dan agar lebih mudah didampingi oleh keluarga.
3. Riwayat Penyakit Dahulu dan Keluarga Tn. Y tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, maupun penyakit jantung. Menurut pengakuan keluarga, Tn. Y memiliki
21
riwayat penyakit hipertensi dimana hingga mencapai tekanan systole 200 mmHg, yang berangsur-angsur menurun setelah diberikan obat dari RS. Elizabeth Singapura. Menurut keluarga pula, Tn. Y memiliki riwayat hiperlipidemia (kolesterol berlebih) tetapi keluarga lupa angka spesifik
karena
sudah
lama
tidak
melakukan
pemeriksakan
laboratorium. Keluarga Tn. Y memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, maupun stroke.
4. Pengkajian Fisik (Fokus) a. Sistem pernafasan: Nafas spontan, irama nafas reguler, frekuensi 19 kali/menit. b. Sistem kardiovaskuler: Tekanan darah 130/80 mmHg diukur saat berbaring, frekuensi nadi 82 kali/menit. c. Sistem persyarafan: Kesadaran compos mentis, tidak ada nyeri kepala,
pupil
isokor.
Sistem
syaraf
kranial,
kelumpuhan
ekstremitas kanan. d. Sistem penginderaan: Pendengaran dan penglihatan berfungsi dengan baik dan tidak ada kelainan. e. Sistem perkemihan: Tidak terpasang kateter, tidak terjadi inkontinensia urine, produksi urine 900-1400 ml/hari, warna kuning jernih, bau khas urine. f. Sistem gastrointestinal: Mukosa bibir kering, tidak ada distensi abdomen, pasien mengalami mual muntah, diet cair/lunak hanya dihabiskan 200 cc/hari, fungsi menelan baik, bising usus 15 kali/menit. g. Sistem muskuloskeletal: Sistem gerak melemah, kekuatan otot ekstremitas kanan 0 sedangkan kekuatan otot ekstremitas kiri 4. h. Sistem integumen: Turgor kulit cukup bagus, kelembaban sedang.
22
B. Data Fokus 1. Data Subjektif a. Istri Tn. Y mengatakan “suami saya stroke dari tahun 2012” b. Istri Tn. Y mengatakan “suami saya hanya di tempat tidur” c. Istri Tn. Y mengatakan “suami saya susah makan” d. Istri Tn. Y mengatakan “suami saya tidak dapat berbicara”
2. Data Objektif a. Kesadaran: Compos mentis b. Tanda-tanda vital 1) TD = 130/80 mmHg (berbaring) 2) N = 82 kali/menit 3) RR = 19 kali/menit 4) T = 36°C c. Paralysis pada sisi kanan tubuh pasien d. Tn. Y terlihat kesulitan membolak-balik tubuh e. Kekuatan otot
0
4
0
4
f. Terjadi disartria g. Kelumpuhan nervus cranialis VII (fasialis) dan XII (hipoglasus). h. Kerusakan kemampuan untuk bicara i. Ucapan pasien tidak dapat dimengerti j. Pengakajian status nutrisi 1) Antropometri BB = 65 kg
TB = 1,65 m
IMT = 23,9 (normal 20-
25) 2) Biokimia Tidak dilakukan pemeriksaan 3) Clinis –
Mukosa bibir terlihat kering
–
Pasien mengalami mual muntah setiap makan
23
–
Pasien hanya makan 1-2 sendok makan/1 kali makan, pasien hanya mau menu tertentu
4) Diet Diet rendah garam dan kolesterol (cair/lunak) hanya dihabiskan 200 cc/hari k. Pengkajian nervus kranial Tn.
Y
mengalami
kerusakan
kemampuan
untuk
berkomunikasi. Tn. Y hanya dapat mengerang dan ucapan klien tidak dapat dimengerti. Hal ini dikarenakan terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada otot dan nervus yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicsrs yaitu nervus cranialis VII (fasialis) dan XII (hipoglasus).
C. Analisa Data No. 1
Data (DS & DO)
Masalah
Penyebab
DS:
Hambatan
Kerusakan
Istri Tn. Y mengatakan “suami
mobilitas fisik
neuromuskular,
saya stroke dari tahun 2012”
hemiparesis
Istri Tn. Y mengatakan “suami saya hanya di tempat tidur” DO: Paralysis pada ekstremitas kanan tubuh Pasien terlihat kesulitan membolak-balik tubuh Kekuatan otot
2
0
4
0
4
DS:
Ketidakseimbangan Penurunan
Istri Tn. Y mengatakan “suami
nutrisi kurang dari
masukan oral,
saya susah makan”
kebutuhan tubuh
mual muntah
24
DO: Pengkajian status nutrisi Antropometri: BB = 65 kg TB = 1,65 m IMT = 23,9 (normal 20-25) Biokimia: Tidak dilakukan pemeriksaan Clinis: Mukosa bibir terlihat kering Pasien mengalami mual muntah setiap makan Pasien hanya makan 1-2 sendok makan/1 kali makan, pasien hanya mau menu tertentu Diet: Diet rendah garam dan kolesterol (cair/lunak) hanya dihabiskan 200 cc/hari 3
DS:
Hambatan
Kerusakan
Istri Tn. Y mengatakan “suami
komunikasi verbal
sirkulasi serebral
saya sulit berbicara” DO: Terjadi disartria Kelumpuhan nervus cranialis VII
(fasialis)
dan
XII
(hipoglasus). Kerusakan kemampuan untuk bicara Kelumpuhan pada nervus cranialis Vii (fasialis) dan XII
25
(hipoglasus) Ucapan pasien tidak dapat dimengerti
D. Diagnosa Keperawatan 1. (00085) Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular, hemiparesis 2. (00002) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral, mual muntah 3. (00051) Hambatan komunikasi verbal b.d kerusakan sirkulasi serebral
E. Rencana Keperawatan Diagnosa
Tujuan dan kriteria
keperawatan
hasil
Rencana tindakan
(00085) Hambatan
Setelah dilakukan
mobilitas fisik b.d
tindakan keperawatan
kerusakan
selama 5x3 jam, pasien
neuromuscular,
dapat memperlihatkan
untuk latihan
hemiparesis
peningkatan mobilitas
rentang gerak aktif
NOC:
maupun pasif
a. Adaptasi
1.1. Monitor kekuatan otot pasien 1.2. Ajarkan klien
1.3. Topang
terhadap
ekstremitas
disabilitas fisik
dengan bantal
b. Pergerakan sendi
untuk mencegah
c. Koordinasi
oedema
pergerakan Kriteria hasil: a. Tidak terjadi kontraktur otot b. Pasien dapat
1.4. Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi 1.5. Libatkan keluarga untuk membantu
26
berpartisipasi
klien dalam
dalam program
latihan
latihan c. Pasien pasien mencapai keseimbangan saat duduk d. Pasien mampu
1.6. Ubah posisi tiap 2 jam di tempat tidur 1.7. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
menggunakan
ambulasi seuai
sisi tubuh yang
dengan kebutuhan
tidak sakit untuk kompensasi sisi tubuh yang lumpuh (00002)
Setelah dilakukan
Ketidakseimbangan
tindakan keperawatan
nutrisi kurang dari selam 5x3 jam,
2.1. Pantau intake nutrisi pasien 2.2. Monitor turgor
kebutuhan tubuh b.d diharapkan asupan
kulit dan membran
penurunan
mukosa
masukan nutrisi pasien terpenuhi
oral, mual muntah
NOC:
2.3. Kaji adanya mual
a. Status nutrisi: intake makanan dan cairan Kriteria hasil: a. Pasien tidak mual muntah b. Nafsu makan meningkat c. IMT normal (2025)
muntah, frekuensi 2.4. Jaga kebersihan mulut pasien 2.5. Berikan makanan sedikit tapi sering 2.6. Motivasi pasien untuk menghabiskan porsi makanan, suapi jika perlu
27
d. Pasien mampu
2.7. Kolaborasi dalam
menghabiskan
pemberian terapi
porsi makanan
cairan sesuai indikasi 2.8. Kolaborasi pemberian obat antiemetik
(00051) Hambatan
Setelah dilakukan
3.1 Anjurkan ekspresi
komunikasi verbal
tindakan keperawatan
diri dengan cara
b.d kerusakan
selama 5x3 jam,
lain dalam
sirkulasi serebral
diharapkan terjadi
menyampaikan
peningkatan komunikasi
informasi
pasien
3.2 Dengarkan setiap
NOC:
ucapan klien
a. Memproses informasi b. Sensory
dengan penuh perhatian 3.3 Gunakan kata-kata
function: hearing
sederhana dan
& vision
pendek dalam
Kriteria hasil: a. Pasien dapat menerima pesan
komunikasi dengan klien 3.4 Berikan
melalui metode
lingkungan yang
alternatif (mis.
tenang
komunikasi
3.5 Libatkan keluarga
terturlis, bahasa
dalam membantu
isyarat atau
memahami
tubuh)
informasi dari/ke
b. Pasien mampu memperoleh, mengatur, dan
klien 3.6 Konsultasikan dengan dokter
28
menggunakan
untuk kebutuhan
informasi
terapi wicara
c. Pasien dapat mengekspresikan perasaannya secara verbal maupun nonverbal
F. Implementasi Hari/tgl/jam Senin, 23/01/2017
Catatan keperawatan 1.1 Memonitor
Evaluasi Kekuatan otot
kekuatan otot
0
4
pasien
0
4
1.2 Mengajarkan
Paraf
Pasien dapat
klien untuk
melakukan
latihan
latihan rentang
rentang gerak
gerak pasif dengan dibantu perawat sesuai toleransi nyeri
1.3 Menopang
Pasien terlihat
ekstremitas
lebih nyaman
dengan bantal untuk mencegah oedema 1.6 Mengubah posisi tiap 2
Posisi pasien diubah menjadi
29
jam di tempat
sims kiri
tidur 2.1 Memantau
Pasien hanya
intake nutrisi
menghabiskan
pasien
150-200 cc susu/bubur perhari
2.2 Memonitor
Turgor kulit
turgor kulit
cukup, mukosa
dan membran
bibir kering
mukosa 2.3 Mengkaji
Pasien
adanya mual
mengalami mual
muntah,
muntah setiap
frekuensi
makan
2.5 Memberikan
Pasien mampu
makanan
menghabiskan 1-
sedikit tapi
2 sendok
sering
makan/1 kali makan
2.6 Melakukan
Pemberian terapi
kolaborasi
cairan: IVFD
dalam
Aminofluid 1000
pemberian
ml 20 tpm +
terapi cairan
Sanbe (drip)
sesuai indikasi 2.7 Melakukan
Terapi inj.
kolaborasi
Ondancentron
pemberian
3x1 amp
obat antiemetik
30
3.1 Menganjurkan
Pasien dapat
ekspresi diri
mengekspresikan
dengan cara
diri dengan
lain dalam
menggunakan
menyampaika
bahasa
n informasi
isyarat/tubuh
3.3 Menggunakan Pasien dapat kata-kata
memahami
sederhana dan ucapan perawat, pendek dalam
fokus perhatian
komunikasi
baik
dengan klien
Hari/tgl/jam Selasa, 24/01/2017
Catatan
Evaluasi
keperawatan 1.1 Memonitor
Kekuatan otot
kekuatan otot
0
4
pasien
0
4
1.2 Mengajarkan
Paraf
Pasien dapat
klien untuk
melakukan
latihan
latihan rentang
rentang gerak
gerak pasif dengan dibantu perawat sesuai toleransi nyeri
1.3 Menopang
Pasien terlihat
ekstremitas
lebih nyaman
dengan bantal untuk mencegah
31
oedema 1.6 Mengubah
Posisi pasien
posisi tiap 2
diubah menjadi
jam di tempat
sims kiri
tidur 2.1 Memantau
Pasien hanya
intake nutrisi
menghabiskan
pasien
150-200 cc susu/bubur perhari
2.2 Memonitor
Turgor kulit
turgor kulit
cukup, mukosa
dan membran
bibir kering
mukosa 2.3 Mengkaji
Pasien
adanya mual
mengalami mual
muntah,
muntah setiap
frekuensi
makan, intensitas berkurang
2.5 Memberikan
Pasien mampu
makanan
menghabiskan 1-
sedikit tapi
2 sendok
sering
makan/1 kali makan Pemberian terapi
2.7 Melakukan
cairan: IVFD
kolaborasi
Aminofluid 1000
dalam
ml 20 tpm +
pemberian
Sanbe (drip)
terapi cairan sesuai
Terapi inj.
32
indikasi 2.8 Melakukan
Ondancentron 3x1 amp
kolaborasi pemberian obat antiemetik 3.1 Menganjurkan Pasien dapat ekspresi diri
mengekspresikan
dengan cara
diri dengan
lain dalam
menggunakan
menyampaika
bahasa
n informasi
isyarat/tubuh
3.3 Menggunakan
Pasien dapat
kata-kata
memahami
sederhana dan
ucapan perawat,
pendek dalam
fokus perhatian
komunikasi
baik
dengan klien
Hari/tgl/jam Rabu, 25/01/2017
Catatan
Evaluasi
keperawatan 1.1 Memonitor
Kekuatan otot
kekuatan otot
0
4
pasien
0
4
1.2 Mengajarkan
Paraf
Pasien dapat
klien untuk
melakukan
latihan
gerakan fleksi-
33
rentang gerak
ekstensi abduksiadduksi pada ekstremitas kiri
1.6 Mengubah
Posisi pasien
posisi tiap 2
diubah menjadi
jam di tempat
lateral kiri
tidur 2.1 Memantau
Pasien hanya
intake nutrisi
menghabiskan
pasien
200-300 cc susu/bubur perhari
2.2 Memonitor
Turgor kulit
turgor kulit
cukup, mukosa
dan membran
bibir lembab
mukosa 2.3 Mengkaji
Frekuensi dan
adanya mual
intensitas mual
muntah,
muntah
frekuensi
berkurang
2.5 Memberikan
Pasien mampu
makanan
menghabiskan 2
sedikit tapi
sendok makan/1
sering
kali makan
2.7 Melakukan
Pemberian terapi
kolaborasi
cairan: IVFD
dalam
Aminofluid 1000
pemberian
ml 20 tpm +
terapi cairan
Sanbe (drip)
sesuai
Terapi inj.
indikasi
Ondancentron
34
2.8 Melakukan
3x1 amp
kolaborasi pemberian obat antiemetik 3.1 Menganjurkan Pasien dapat ekspresi diri
mengekspresikan
dengan cara
diri dengan
lain dalam
menggunakan
menyampaika
bahasa
n informasi
isyarat/tubuh
3.3 Menggunakan
Pasien dapat
kata-kata
memahami
sederhana dan
ucapan perawat,
pendek dalam
fokus perhatian
komunikasi
baik
dengan klien 3.4 Memberikan lingkungan yang tenang
Hari/tgl/jam Kamis, 26/01/2017
Catatan keperawatan 1.1 Memonitor
Evaluasi Kekuatan otot
kekuatan otot
0
5
pasien
0
5
1.2 Mengajarkan
Paraf
Pasien dapat
klien untuk
melakukan
latihan
latihan rentang
rentang gerak
gerak aktif pada
35
ekstremitas kiri dengan bimbingan perawat 2.1 Memantau
Pasien
intake nutrisi
menghabiskan
pasien
200-300 cc susu/bubur perhari
2.2 Memonitor
Turgor kulit
turgor kulit
cukup, mukosa
dan membran
bibir lembab
mukosa 2.3 Mengkaji
Pasien tidak
adanya mual
mengalami mual
muntah,
muntah
frekuensi 2.6 Memotivasi pasien untuk
Pasien mampu menghabiskan 2
menghabiskan sendok makan/1 porsi
kali makan
makanan 2.7 Melakukan kolaborasi
Pemberian terapi
dalam
cairan: IVFD
pemberian
Aminofluid 1000
terapi cairan
ml 20 tpm +
sesuai
Sanbe (drip)
indikasi 2.8 Melakukan kolaborasi
Terapi inj.
36
pemberian
Ondancentron
obat
3x1 amp
antiemetik 3.3 Menggunakan
Pasien dapat
kata-kata
memahami
sederhana dan
ucapan perawat,
pendek dalam
fokus perhatian
komunikasi
baik
dengan klien 3.4 Memberikan lingkungan yang tenang
Hari/tgl/jam Jumat, 27/01/2017
Catatan keperawatan 2.4 Memonitor
Evaluasi Kekuatan otot
kekuatan otot
0
5
pasien
0
5
2.5 Mengajarkan
Paraf
Pasien dapat
klien untuk
melakukan
latihan
latihan rentang
rentang gerak
gerak aktif pada ekstremitas kiri dengan bimbingan perawat
2.1 Memantau
Pasien
intake nutrisi
menghabiskan
pasien
250-350 cc susu/bubur
37
perhari 2.2 Memonitor
Turgor kulit
turgor kulit
cukup, mukosa
dan membran
bibir lembab
mukosa 2.3 Mengkaji
Pasien tidak
adanya mual
mengalami mual
muntah,
muntah
frekuensi 2.9 Memotivasi pasien untuk
Pasien mampu menghabiskan 2-
menghabiskan 3 sendok porsi
makan/1 kali
makanan
makan
3.5 Menggunakan
Pasien dapat
kata-kata
memahami
sederhana dan
ucapan perawat,
pendek dalam
fokus perhatian
komunikasi
baik
dengan klien 3.6 Memberikan lingkungan yang tenang
G. Catatan Visite Keperawatan (Evaluasi) Hari/tgl/jam
Perkembangan pasien
Perencanaan
Senin,
S:
P:
23/01/2017
Tn. Y
Lanjutkan
menganggukkan
intervensi
Paraf
38
kepala saat ditanya
1.1 Monitor
“bapak, kita latih
kekuatan otot
tangan dan kaki
pasien
kanannya ya?”
1.2 Ajarkan klien
O:
untuk latihan
Tidak terjadi
rentang gerak
kontraktur otot
aktif dan
Pasien dapat
pasif
melakukan latihan
1.3 Topang
rentang gerak pasif
ekstremitas
dengan dibantu
dengan
perawat sesuai
bantal untuk
toleransi nyeri
mencegah
A:
oedema
Masalah hambatan
1.6 Ubah posisi
mobilitas fisik
tiap 2 jam di
teratasi sebagian
tempat tidur
S:
P:
Tn. Y
Lanjutkan
menggelengkan
intervensi
kepala saat
2.1 Pantau intake
ditawarkan untuk makan
nutrisi pasien 2.2 Monitor
O:
turgor kulit
Pasien hanya
dan membran
menghabiskan
mukosa
150-200 cc
2.3 Kaji adanya
susu/bubur perhari
mual
Turgor kulit
muntah,
cukup, mukosa
frekuensi
39
bibir kering
2.5 Berikan
Pasien mengalami
makanan
mual muntah
sedikit tapi
setiap makan
sering
Pasien mampu
2.7 Kolaborasi
menghabiskan 1-2
dalam
sendok makan/1
pemberian
kali makan
terai cairan
Terapi cairan
sesuai
Aminofluid 1000
indikasi
ml 20 tpm + Sanbe 2.8 Kolaborasi (drip)
pemberian
Inj. Ondancentron
obat
3x1 amp
antiemetik
A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi S:
P:
-
Lanjutkan
O:
intervensi
Pasien dapat
3.1 Anjurkan
mengekspresikan
ekspresi diri
diri dengan
dengan cara
menggunakan
lain dalam
bahasa
menyampaik
isyarat/tubuh
an informasi
Pasien dapat memahami ucapan
3.2 Dengarkan setiap ucapan
40
perawat, fokus
klien dengan
perhatian baik
penuh
A:
perhatian
Masalah hambatan
3.3 Gunakan
komunikasi verbal
kata-kata
teratasi sebagian
sederhana dan pendek dalam komunikasi dengan klien 3.4 Berikan lingkungan yang tenang 3.5 Libatkan keluarga dalam membantu memahami informasi dari/ke klien
Hari/tgl/jam
Perkembangan pasien
Perencanaan
Selasa,
S:
P:
24/01/2017
Tn. Y
Lanjutkan
menganggukkan
intervensi
kepala saat ditanya
1.1 Monitor
“bapak, kita latih
kekuatan otot
tangan dan kaki
pasien
Paraf
kanannya lagi ya?” 1.2 Ajarkan klien
41
O:
untuk latihan
Kekuatan otot
rentang gerak
0
4
aktif dan
0
4
pasif
Pasien dapat
1.6 Ubah posisi
melakukan latihan
tiap 2 jam di
rentang gerak pasif
tempat tidur
dengan dibantu perawat sesuai toleransi nyeri Pasien terlihat lebih nyaman Tidak terjadi kontraktur otot A: Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian S:
P:
Tn. Y
Lanjutkan
menganggukkan
intervensi
kepala saat ditanya
2.1 Pantau intake
“bapak masih mual?”
nutrisi pasien 2.2 Monitor
O:
turgor kulit
Pasien hanya
dan membran
menghabiskan
mukosa
150-200 cc
2.3 Kaji adanya
susu/bubur perhari
mual
Turgor kulit
muntah,
cukup, mukosa
frekuensi
42
bibir kering
2.5 Berikan
Pasien mengalami
makanan
mual muntah
sedikit tapi
setiap makan,
sering
intensitas
2.7 Kolaborasi
berkurang
dalam
Pasien mampu
pemberian
menghabiskan 1-2
terai cairan
sendok makan/1
sesuai
kali makan
indikasi
Pemberian terapi
2.8 Kolaborasi
cairan: IVFD
pemberian
Aminofluid 1000
obat
ml 20 tpm + Sanbe
antiemetik
(drip) Terapi inj. Ondancentron 3x1 amp A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi S:
P:
-
Lanjutkan
O:
intervensi
Pasien dapat
3.1 Anjurkan
mengekspresikan
ekspresi diri
diri dengan
dengan cara
menggunakan
lain dalam
43
bahasa
menyampaik
isyarat/tubuh
an informasi
Pasien dapat
3.3 Gunakan
memahami ucapan
kata-kata
perawat, fokus
sederhana
perhatian baik
dan pendek
A:
dalam
Masalah hambatan
komunikasi
komunikasi verbal
dengan klien
teratasi sebagian
3.4 Berikan lingkungan yang tenang
Hari/tgl/jam
Perkembangan
Perencanaan
pasien
Rabu,
S:
P:
25/01/2017
Tn. Y
Lanjutkan
menganggukkan
intervensi
kepala saat ditanya
1.1 Monitor
“bapak, coba
kekuatan otot
bapak gerakkan
pasien
tangan dan kaki
1.2 Ajarkan klien
kirinya?”
untuk latihan
O:
rentang gerak
Kekuatan otot
aktif dan pasif
0
4
0
4
Paraf
Pasien dapat melakukan gerakan fleksi-
44
ekstensi abduksiadduksi pada ekstremitas kiri Posisi pasien diubah menjadi lateral kiri A: Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian S:
P:
Tn. Y
Lanjutkan
menganggukkan
intervensi
kepala saat ditanya
2.1 Pantau intake
“bapak masih mual?”
nutrisi pasien 2.2 Monitor
O:
turgor kulit
Pasien hanya
dan membran
menghabiskan
mukosa
200-300 cc
2.3 Kaji adanya
susu/bubur perhari
mual muntah,
Turgor kulit
frekuensi
cukup, mukosa
2.6 Motivasi
bibir lembab
pasien untuk
Frekuensi dan
menghabiskan
intensitas mual
porsi
muntah berkurang
makanan
Pasien mampu
2.7 Kolaborasi
menghabiskan 2
dalam
sendok makan/1
pemberian
kali makan
terai cairan
45
Pemberian terapi
sesuai
cairan: IVFD
indikasi
Aminofluid 1000
2.8 Kolaborasi
ml 20 tpm + Sanbe
pemberian
(drip)
obat
Terapi inj.
antiemetik
Ondancentron 3x1 amp A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi S:
P:
-
Lanjutkan
O:
intervensi
Pasien dapat
3.3 Gunakan
mengekspresikan
kata-kata
diri dengan
sederhana dan
menggunakan
pendek dalam
bahasa
komunikasi
isyarat/tubuh
dengan klien
Pasien dapat
3.4 Berikan
memahami ucapan
lingkungan
perawat, fokus
yang tenang
perhatian baik A: Masalah hambatan komunikasi verbal teratasi sebagian
46
Hari/tgl/jam
Perkembangan
Perencanaan
pasien
Kamis,
S:
P:
26/01/2017
Tn. Y
Lanjutkan
menganggukkan
intervensi
kepala saat ditanya
1.1 Monitor
“bapak, kita latih
kekuatan otot
tangan dan kaki
pasien
kirinya ya?”
1.2 Ajarkan klien
O:
untuk latihan
Kekuatan otot
rentang gerak
0
5
0
5
Paraf
aktif dan pasif
Pasien dapat melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas kiri dengan bimbingan perawat Tidak terjadi kontraktur otot A: Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian S:
P:
Istri Tn. Y
Lanjutkan
mengatakan
intervensi
“bapak sudah tidak 3.1 Pantau intake
47
mual lagi kalau dikasih makan”
nutrisi pasien 3.2 Monitor
O:
turgor kulit
Pasien
dan membran
menghabiskan
mukosa
200-300 cc
3.6 Motivasi
susu/bubur perhari
pasien untuk
Turgor kulit
menghabiskan
cukup, mukosa
porsi
bibir lembab
makanan
Pasien tidak
3.7 Kolaborasi
mengalami mual
dalam
muntah
pemberian
Pasien mampu
terai cairan
menghabiskan 2
sesuai
sendok makan/1
indikasi
kali makan
3.8 Kolaborasi
Pemberian terapi
pemberian
cairan: IVFD
obat
Aminofluid 1000
antiemetik
ml 20 tpm + Sanbe (drip) Terapi inj. Ondancentron 3x1 amp A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian
48
S:
P:
-
Lanjutkan
O:
intervensi
Pasien dapat
3.3 Gunakan
mengekspresikan
kata-kata
diri dengan
sederhana dan
menggunakan
pendek dalam
bahasa
komunikasi
isyarat/tubuh
dengan klien
Pasien dapat
3.4 Berikan
memahami ucapan
lingkungan
perawat, fokus
yang tenang
perhatian baik A: Masalah hambatan komunikasi verbal teratasi sebagian
Hari/tgl/jam
Perkembangan pasien
Perencanaan
Jumat,
S:
P:
27/01/2017
Istri Tn. Y
Lanjutkan
mengatakan “tadi
intervensi
sudah dilatih
1.1 Monitor
tangan kirinya”
kekuatan
O:
otot pasien
Kekuatan otot
1.4 Motivasi
0
5
klien untuk
0
5
melakukan
Pasien dapat
Paraf
latihan
49
melakukan latihan
1.5 Libatkan
rentang gerak aktif
keluarga
pada ekstremitas
untuk
kiri dengan
membantu
bimbingan perawat
klien dalam
Tidak terjadi
latihan
kontraktur otot A: Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian S:
P:
Istri Tn. Y
Lanjutkan
mengatakan
intervensi
“sekali makan bisa
2.1 Pantau
2-3 sendok”
intake nutrisi
O:
pasien
Pasien
2.2 Monitor
menghabiskan
turgor kulit
250-300 cc
dan
susu/bubur perhari
membran
Turgor kulit
mukosa
cukup, mukosa
2.5 Berikan
bibir lembab
makanan
Pasien tidak
sedikit tapi
mengalami mual
sering
muntah
2.6 Motivasi
Pasien mampu
pasien untuk
menghabiskan 2-3
menghabiska
sendok makan/1
n porsi
kali makan
makanan
50
A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian S:
P:
-
Lanjutkan
O:
intervensi
Pasien dapat
3.2 Dengarkan
memahami ucapan
setiap ucapan
perawat dan
klien dengan
merespon dengan
penuh
bahasa
perhatian
isyarat/tubuh
3.3 Gunakan
Fokus perhatian
kata-kata
baik
sederhana
A:
dan pendek
Masalah hambatan
dalam
komunikasi verbal
komunikasi
teratasi sebagian
dengan klien 3.5 Libatkan keluarga dalam membantu memahami informasi dari/ke klien
51
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi. Price, A. Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Jakarta: EGC. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika. Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
52