Makalah Filsafat Agama.docx

  • Uploaded by: Andreas Christoper
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Filsafat Agama.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,742
  • Pages: 10
MAKALAH FILSAFAT AGAMA

Oleh : Antonio Hazman 24412074

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Lebih dari setengah populasi di dunia ini memiliki agama, sedangkan sisanya mengaku untuk tidak beragama. Agama, merupakan salah satu topic yang paling sensitive apabila dibahas dan sering kali menimbulkan kontroversi dan konflik. Hal ini tentunya tidak akan terjadi apabila kita lebih mengerti mengenai apakah itu agama dan bagaimana pandangan agama lain terhadap lainnya sehingga muncul sikap toleransi dan saling mengerti. Oleh karena itu pada makalah ini saya mencoba membahas mengenai beberapa pertanyaan yang seringkali timbul, yaitu darimana asalnya agama? Dan bagaimana pandangan agama (dalam kasus ini agama saya) terhadap agama lain?

B. Rumusan Masalah 1. Keberadaan agama termasuk agama saya sendiri dan pandangan terhadap agama saya 2. Pandangan agama saya terhadap agama yang lain 3. Dampak yang timbul serta solusinya

C. Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan keberadaan agama serta alasan dan pandangan terhadap agama saya 2. Menjelaskan pandangan agama saya terhadap agama lainnya 3. Menjelaskan solusi berdasarkan dampak yang timbul

BAB 1 KEBERADAAN AGAMA

Agama merupakan hal yang esensi dalam hidup manusia. Sejak awal peradaban manusia sudah memiliki kepercayaan terhadap suatu yang supranatural. Berdasarkan fakta ini maka diambil sebuah kesimpulan bahwa dalam diri manusia memiliki kesadaran beragama. Apabila kita menilai bahwa fakta ini tidak logis, dan menyatakan bahwa agama berasal dari factor eksternal, lalu mengapa hewanhewan tidak merefleksikan agama? Oleh sebab itu manusia memiliki sebuah benih agama dalam dirinya masingmasing, dan pertanyaan selanjutnya adalah darimana benih agama ini berasal. Dari sini kita harus menjawab bahwa Allah yang menanam benih agama tersebut dalam diri manusia, karena jika kita menjawab selain ini muncul banyak jawaban yang tidak pasti. Saya sendiri adalah seorang yang beragama Buddha, dan saya percaya bahwa ada Yang Maha Kuasa yang memberi kita benih agama, mengutip perkataan dari Sang Buddha: “Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.”(Sutta Pitaka, Udana VIII : 3) Penggunaan kata “Yang Mutlak” disini merupakan istilah falsafah yang jarang digunakan dalam kehidupan keagamaan, namun secara arti memiliki persamaan dengan ”Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Dari yang saya lihat, saya berpendapat bahwa agama saya memiliki keyakinan akan adanya Allah yang saya yakin juga agama-agama lain berpendapat demikian. Kita juga setuju dengan teori sebelumnya bahwa Allah yang menanam benih agama pada diri kita masing-masing, kita juga diciptakan oleh Allah dengan akal budi, sehingga dengan berbekal benih agama tadi kita bisa berkomunikasi dengan Allah dengan berbagai cara, dan macam-macam cara inilah yang kita kenal dengan agama.

BAB II PANDANGAN AGAMA SAYA TERHADAP AGAMA LAIN

Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, lebih dari setengah populasi yang ada di dunia ini memiliki agama sedangkan sisanya mengaku untuk tidak memiliki agama dan menolak agama, namun yang akan saya bahas disini adalah mengenai kehidupan beragama dari populasi yang menganut agama. Pilihan untuk memeluk agama apa memang sudah menjadi hak untuk tiap-tiap orang. Saya pikir dengan beragamnya agama-agama di dunia ini sangat baik sekali. Persis seperti satu jenis makanan yang tidak akan dapat memenuhi selera setiap orang, satu agama atau satu perangkat kepercayaan tidak akan memuaskan kebutuhan semua orang. Oleh karena itu, teramat sangat bermanfaat bahwa beragam agama tersedia untuk dipilih. Saya sendiri menganut kepercayaan agama Buddha. Hal ini didasari karena pengalaman religius yang saya alami. Sejak zaman Buddha masih hidup, sudah banyak pemimpin agama yang mengajarkan agamanya masing-masing, tentu terdapat perbedaan-perbedaan antara masing-masing agama. Buddha melihat akibat perbuatan (karma-vipaka) masing-masing orang berbeda, sehingga masing-masing orang mempunyai jalan sendiri-sendiri untuk memeluk kepercayaan yang cocok dengan diri masingmasing. Buddha tidak pernah menyatakan mencari murid sebanyak mungkin, menarik mereka yang bukan pengikut untuk menjadi murid-murid-Nya, bahkan mengatakan bahwa agama-agama lain tidak benar. Ibarat segengam daun yang berada di hutan raya, yang Beliau ajarkan ibarat hanya segengam daun, tidak seluruh daun yang berada di hutan itu. Dengan banyaknya agama-agama di dunia ini menyatakan bahwa memang ada indikasi perbedaan-perbedaan, Tidak ada jalan menyatukan perbedaan-perbedaan itu. Akan tetapi, itu tidak berarti bahwa kita perlu memunculkan sikap “Ayahku lebih kuat daripada ayahmu.” Ini sangat kekanak-kanakan. Lebih bermanfaat jika kita melihat hal-hal yang serupa. Semua agama dunia berusaha memperbaiki

keadaan kemanusiaan kita dan membuat hidup lebih baik dengan mengajar orang untuk mengikuti perilaku berbudi pekerti. Semua agama tidak mengajarkan orang untuk secara mutlak terperangkap dalam sisi kebendaan dari kehidupan ini, tapi setidaknya

memantapkan

keseimbangan

antara

kemajuan

kebendaan

(materialistic) dan kemajuan rohani. Akan banyak membantu jika semua agama bekerja bersama untuk memperbaiki keadaan dunia. Kita tidak hanya butuh kemajuan secara material, tapi juga kemajuan rohani. Jika kita hanya menekankan pada unsur material dari kehidupan, mencari cara untuk membuat bom yang lebih dahsyat untuk memusnahkan semua orang bakal jadi tujuan yang menarik. Jika, di lain pihak, kita berpikir dalam kerangka kemanusiaan atau kerohanian, kita menyadari ketakutan dan masalah-masalah lain yang muncul jika kita terus mengembangkan senjata pemusnah massal. Jika kita hanya berkembang secara rohani dan tak ambil peduli dengan sisi kematerialan, orang akan kelaparan, dan hal ini juga tidak ada bagusnya. Kita butuh keseimbangan. Satu unsur dari hubungan yang baik di antara agama-agama dunia adalah bahwa agama-agama tersebut saling berbagi ciri khasnya masing-masing. Misalnya dengan diadakan dialog antar agama. Menurut buku Filsafat Agama, dialog adalah percakapan atau pembicaraan tentang hal yang menyentuh kepentingan dan relevansi bersama. Dialog antar agama ini dilakukan antara para pemimpin agama dan bertujuan agar para pemimpin agama ini dapat memahami dengan tuntas agamanya sendiri dan juga mendapatkan pengetahuan yang memadai tentang satu atau dua agama lain. Biasanya topic yang dibahas adalah topic yang sama-sama diminati. Sehingga masing-masing dapat melihat perbedaan dalam perspektif yang lebih utuh. Sehingga dapat bersikap lebih memahami dan mengurangi kesalahpahaman. Dengan adanya dialog ini semua agama bisa bergabung dan berbicara bersama mengenai sebuah masalah baru yang perlu diteliti dan diselesaikan bersama terutama masalah-masalah mengenai hal-hal kemanusiaan yang ada di dunia ini.

Dlam lingkup yang lebih kecil, hubungan yang baik antar agama adalah dimulai dari hubungan yang baik antar umat beragama, atau dengan kata lain yaitu dari diri kita sendiri dengan orang lain yang berada disekitar kita yang memeluk agama lain. Saya yakin semua agama di dunia ini semuanya mengajarkan kebaikan. Sehingga saya juga yakin bahwa kita juga diajarkan bagaimana caranya untuk saling menghargai dan menghormati sesama kita walaupun mereka berbeda agama. Memang terkadang kenyataanya berbeda, seringkali kita mendengar banyak konflik yang terjadi karena perbedaan agama. Hal ini bisa dihindari apabila kita memiliki pemahaman yang mendalam akan agama kita sendiri dan memiliki sifat terbuka dan mau menerima perbedaan serta menghormatinya. Sebenarnya hal yang paling baik adalah jika kita memulai semua-semuanya dari dalam diri kita sendiri terlebih dahulu. Jika kita menolong sesame dan bergaul bersama orang lain, janganlah terlalu terpaku terhadap agama dan hormatilah serta hargailah mereka. Dengan melakukan ini kita mungkin bisa menjadi seorang yang memulai langkah untuk kehidupan antar agama yang harmonis.

BAB III DAMPAK SERTA SOLUSI

Berdasarkan pandangan yang sudah dibahas pada bab sebelumnya memang akan memunculkan berbagai dampak baiks secara positif maupun negative. Oleh karena itu pada bab ini beserta solusi atau projek untuk mengatasi hal itu. Dampak positif yang mungkin timbul adalah kita bisa menghindari berbagai konflik yang timbul karena masalah perbedaan agama, hal ini bisa kita hindari apabila kita memiliki pengertian yang mendalam akan agam kita dan juga kita mau menghargai serta menghormati antar umat manusia yang memiliki agama yang berbeda. Berdasarkan pandangan diatas juga akan muncul sikap toleransi yang tinggi akan beragamnya agama yang ada di dunia sehingga akhirnya kita semua bisa hidup harmonis bersama. Dampak negative yang timbul adalah adanya orang yang berpikir bahwa ketika dunia ini sudah damai dan tidak ada pertikaian antar agama maka aka nada beberapa orang yang merasa agama itu tidak terlalu diperlukan karena manusia dengan sendirinya sudah hidup secara sejahtera. Jika dilihat secara keseluruhan memang dengan pandangan seperti diatas, dunia yang kita tinggali bisa dibilang lebih sejahtera dibandingkan sebelumnya, namun tetap saja ketika kita mengajukan sebuah pandangan akan muncul berbagai dampak postif dan negative yang tidak bisa dihindarkan. Oleh karena itu untuk mengatasi

dampak-dampak

negative

diperlukan

solusi-solusi

untuk

menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Menurut saya seorang manusia harus dibina karakter keagamaannya sejak kecil oleh keluarga terlebih dahulu barulah meningkat hingga sekolah-sekolah, tempat ibadah dan lainnya. Keluarga merupakan tempat awal dimana seorang anak belajar mengenai dasar-dasar kehidupan, sehingga penting untuk menunjukan kepada keluarga betapa pentingnya pengajaran agama dan moral kepada seorang

anak sejak kecil, karena pengetahuan agama dan moral akan sangat penting untuk kehidupan masa depan seorang manusia. Sejak kecil seorang manusia juga sudah dibiasakan untuk bergaul dengan masyarakat-masyarakat yang datang dari berbagai agama ataupun etnis. Hal ini bukan berarti kita harus merantau kesana-kemari hanya untuk melakukan hal ini, namun bisa dilakukan secara sederhana saja, misalnya jika kita tinggal dalam suatu lingkungan yang multicultural, maka sebaiknya kita ataupun sebuah keluarga janganlah menutup diri, sebaiknya lebih terbuka dan bisa bersosial dengan orang-orang yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Kita bisa mengadakan sebuah acara dimana RT atau RW atau warga perumahan bisa berkumpul bersama dalam sebuah acara ramah tamah sehingga bisa mengeratkan hubungan antar agama dan antar etnis. Ketika seorang manusia sudah beranjak dewasa dan harus menempuh sebuah pendidikan formal, maka instansi yang menyediakan pendidikan formal juga harus lebih membiasakan murid-muridnya untuk bersosial dengan orang-orang yang berbeda agama, misalnya dengan diadakannya diskusi ataupun sharing antar umat beragama. Sehingga menambah wawasan akan agamanya sendiri serta penegtahuan akan agama-agama lain juga, dengan adanya pengetahuan ini kita tidak mencari perbedaan-perbedaan namun kesamaan-kesamaan, sehingga nantinya akan muncul toleransi antar umat beragama. Tempat ibadah juga memainkan peranan yang penting, tempat ibadah selain memeberikan pengajaran agama juga sebaiknya memebiasakan umat-umatnya untuk bersosialisasi dengan agama lain misalnya dengan mengadakan kunjungan keagamaan ke tempat ibadah agama lain. Sekali lagi semua ini bukan untuk mencari perbedaan, namun utnk mencari kesamaan sehingga kita bisa menambah wawasan akan agama kita sendiri serta agama lain, yang kana mengembangkan sikap saling menghormati. Dengan demikian ketika seorang manusia sudah mengerti akan pentingnya toleransi serta sikap saling menghormati antar umat agam dan mempraktekannya, orang lain akan melihat sebagai dampak yang positif dan mengikutinya.

Daftar Pustaka 1. Nama Buku Pengarang 2. Nama Buku Pengarang 3. Nama Buku Pengarang

: Filsafat Agama edisi 2 : Magdalena Pranata Santoso : Buddha : Karen Armstrong : A Handbook of Pāli Literature : Oskar von Hinüber

Related Documents


More Documents from "Annisa Rahmah"

Pirolisis.docx
October 2019 9
Pegas.docx
October 2019 10
Makalah Filsafat Agama.docx
October 2019 36
Pneumonia.docx
November 2019 51