MAKALAH FARMAKOLOGI “ ANTISEPTIK TKF, CHKM “
Disusun oleh : Kelompok 5 Supriadi
(01803051)
Yuliawati Masata
(01803056)
Umrah Tulwahidah
(01803057)
Tiva subain
(01803062)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN GIGI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AMANAH MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “ ANTISEPTIK TKF, CHKM ” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu. Ayu Wijaya,S.Si.,M.Si, Apt selaku dosen mata kuliah Farmakologi. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dan untuk ke depannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Makassar, 23 maret 2019
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................................i DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................1 C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................1 BAB 2 PEMBAHASAN A. Antiseptik ...............................................................................................................................2 B. TKF ........................................................................................................................................4 C. CHKM.................................................................................................................................... BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................................................6 B. Saran .....................................................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap Setiap orang menginginkan keaadaan yang sehat dalam melakukan aktivitas hidup mereka, maka akan di perlukan upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan sendiri (Indah ,2010). Salah satu cara untuk mendukung upaya tersebut adalah dengan menjaga hygiene pribadi, yakni perilaku individu menjaga kebersihan diri dalam berbagai aktivitas sehari-hari (Liana,1999). Kesadaran masyarakat akan hygiene pribadi ini semakin meningkat, menyusul ketersediaan produk-produk antiseptik untuk menjaga atau meningkatkan higienitas pribadi. Semuanya itu mendukung kepada perubahan perilaku hidup yang bersih dan sehat. Suatu cara yang penting, mudah, sederhana dan umum dilakukan dalam menjaga kesehatan pribadi adalah dengan mencuci tangan (Voss dan Widmer, 1997). Mencuci tangan dikatakan sebagai satu-satunya cara yang efektif dalam mengontrol penyebaran mikroorganisme (Girou, 2002). Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa. Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemic penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit. TKF atau Trikresol Formalin adalah disinfektan atau antiseptic yang digunakan pada saluran akar sebelum dilakukan pengisian saluran akar, tujuannya adalah mensterilkan dari bakteri anaerob. Adanya campuran ortho, metha, dan para-cresol dengan formalin.
Klorofenol seperti ChKM merupakan antiseptic aktif dan disinfektan yang baik untuk saluran akar. ChKM memiliki antibakteri yang lebih tinggi, antiseptic dan disinfektan yang lebih potensial dibandingkan disinfektan golongan fenol yang lain. ChKM diindikasi untuk semua perawatan saluran akar dan pada gigi yang memiliki kelainan periapical. ChKM juga memiliki sifat disinfeksi dengan sifat mengiritasi yang kecil, dan memiliki spectrum antibakteri yang luas. B. Rumusan Masalah. 1. Apa itu antiseptik dan funsinya bagi tubuh. 2. Mekanisme kerja anti septik. 3. Pengaruh TKF terhadap tubuh. 4. Efek samping dan komposisi bahan TKF. 5. Pengaruh ThKM pada gigi. 6. Aplikasi klinis dan efek kerja. C. Tujuan. 1. Dapat memahami antiseptik beserta fungsinya bagi tubuh 2. Memberi pengetahuan tentang mekanisme kerja antiseptik 3. Dapat mengetahui pengaruh TKF terhadap tubuh 4. Memahami efek samoing dan komposisi bahab TKF 5. Memahami pengaruh ThKM pada gigi 6. Memberi informasi aplikasi klinis dan efek kerja.
BAB II PEMBAHASAN A. Antiseptik
Pengertian antiseptik Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa. Antiseptik berbeda dengan antibiotic dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup daripada disinfektan. Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialih fungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemic penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.
Fungsi Antiseptik berguna dalam menghambat pertumbuhan kuman yang terdapat pada
jaringan yang hidup. Antiseptic selalu digunakan dalam berbagai kondisi medis baik untuk membersihkan luka terbuka ataupun dalam kala operasi. Tujuan Tujuan utama pemakaian antiseptic adalah untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan system enzim bakteri dan mengubah daya permeabilitas sel membrane memalui proses oksidasi, halogenasi dan pengendapan bakeri.
Mekanisme kerja antiseptik
Mekanisme kerja antiseptik antaralain merusak lemak pada membrane sel bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri yang berperan dalam biosintesis asam lemak (isadiartuti & retno, 2005)
A. TKF (Trikresol Formalin)
TKF atau Trikresol Formalin adalah disinfektan atau antiseptic yang digunakan pada saluran akar sebelum dilakukan pengisian saluran akar, tujuannya adalah mensterilkan dari bakteri anaerob. Adanya campuran ortho, metha, dan para-cresol dengan formalin. Sifat Merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis. Mekanisme Kerja Desinfekan harus memenuhi syarat adalah campura ortho, metha, dan paracresol dengan formalin. Bersifat merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis.
Indikasi bahan fiksasi antimikroba saluran akar Kelebihan cukup efektif untuk mendesinfeksi kavitas pulpa. Sebagai antimikroba saluran akar. Efek Samping Sangat toksik pada jaringan periapikal Bersifat mutagenik dan karsinogenik Jika pengaplikasian berlebih dapat menyebabkan periodontitis Komposisi Bahan Liquid formaldehid Cresol Desinfektan yang lebih kuat daripada phenol, dapat membasmi dan menghilangkan bau Dapat dicampur dengan formaldehid dalam semua perbandingan Menghilangkan rasa sakit, mengurangi efek rangsangan dari formaldehid Bersifat saponifikasi, lemak dan asam lemak diubah menjadi antiseptik. Dosis Cotton pellet dibasahi secukupnya menggunakan TKF, jangan berlebihankarena dapat menyebabkan periodontitis. Selanjutnya cotton pellet diletakkan pada kamar pulpa, dan dilakukan penambalan sementara B. Chkm (Chorophenol Champhormentol)
ChKM adalah campuran dari 27% 4-klorofenol, 71% kamfer rasemik, dan 1,6% levomentol. Klorofenol seperti ChKM merupakan antiseptic aktif dan disinfektan yang baik untuk saluran akar. ChKM memiliki antibakteri yang lebih tinggi, antiseptic dan
disinfektan yang lebih potensial dibandingkan disinfektan golongan fenol yang lain. Penambahan disinfektan berupa kamfer sebagai pelarut akan menghasilkan larutan yang stabil dalam suhu ruang. Efek kaustik dari parachlorophenol pada larutan dapat ditekan tanpa harus kehilangan efek bekteri terterlar ChKM diindikasi untuk semua perawatan saluran akar dan pada gigi yang memiliki kelainan periapical. ChKM juga memiliki sifat disinfeksi dengan sifat mengiritasi yang kecil, dan memiliki spectrum antibakteri yang luas.ChKM memiliki bau dan rasa yang tidak enak. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan bagi dokter gigi untuk tidak menggunakan obat tersebut dibandingkan dengan efek terapuetik dan efek sampingnya.
Reaksi jaringan rendah dan tidak mengganggu sintesis protein sehingga efek antibakteri cepat.Terdiri dari 2 bagian para-klorophenol dan 3 bagian kamfer. Daya disinfektan dan sifat mengiritasi lebih kecil daripada formokresol. Mempunyai spektrum antibakteri luas dan efektif terhadap jamur.
Bahan utamanya:
para-klorophenol: Mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam saluran akar.
Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari paraklorophenol murni. Selain itu juga memperpanjang efek antimikrobial
Menthol mengurangi sifat iritasi chlorphenol dan mengurasi rasa sakit (The Faeda, 2008).
Gambar 1. Struktur kimia Chlorophenol Chamfer Menthol (Sumber : www.pubchemcompound.com ) Komposisi Clorophenol, synthetic camphor, glycerine dan menthol Aplikasi Klinis Pada aplikasi paperpoint yang diresapi atau kapas dengan pembilasan saluran akar, terdapat kontak langsung antara obat dan bakteri. Akan tetapi jika hanya cotton pellet yang direndam dengan obat tersebut dan dimasukkan di dalam ruang pulpa, substansi efek yang ada hanya uap, dan kontak antara obat dan bakteri hanya sedikit. Oleh karena itu aktivitas antibakteri dan sitoksisitas tergantung pada jenis aplikasi. Efek Kerja
Sebagai disenfektan pada dentin setelah preparasi kavitas
Sebagai disenfektan setelah pulpektomi dan sressing
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA http://eprints.polsri.ac.id/4080/3/BAB%20II.pdf https://www.academia.edu/10350168/Obat_Sterilisasi_Endodontik http://anisadealinis.blogspot.com/2011/11/chkm-chlorphenol-kamfer-menthol.html