Makalah Energi.docx

  • Uploaded by: Nisaul Kamila
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Energi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,911
  • Pages: 26
Makalah Proses Industri Kimia Manajemen Energi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Proses Industri Kimia Disusun Oleh : Anggota Kelompok ll Kelas : A2

Yopi Aji Akbar

Nim. 170140039

Muhammad Rifaldi

Nim.170140037

Yulfa Azri Salsabila

Nim.170140036

Eka Sri Astuti

Nim.170140038

Zahratun Mauliza

Nim.170140035

Zahratun Aini Br Barus

Nim.170140033

Nisaul Kamila

Nim.170140148

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH BUKIT INDAH 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan petunjuk dan perlindungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah Proses Industri Kimia. Yang berjudul "Manajemen Energi" Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Proses Industri Kimia. Penulis menyadari bahwa penulisan maklah ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga dapat dijadikan masukan di waktu mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Keselamatan Kerja.

Lhokseumawe, Februari 2019

Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Kebutuhan energi saat ini sudah menjadi masalah nasional yang begitu

nyata dan mendesak, sehubungan dengan melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM) dunia yang sangat besar dampaknya diberbagai sektor perekonomian nasional. Merespon masalah tersebut di atas Pemerintah sudah mengeluarkan Inpres No.10 tahun 2005 tentang Penghematan Energi dan ditindaklanjuti Permen ESDM No.0031 tahun 2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghematan Energi. Juga Perpres No.5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres No.1 tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) atau Biofuel. Selanjutnya pemerintah telah membentuk Timnas BBN untuk menyiapkan Program Pengembangan BBN, serta ditindaklanjuti dengan berbagai peraturan dan kebijakan lainnya. Hal tersebut diperkuat dengan adanya UU No.30 tahun 2007 tentang Energi, maka sudah cukup kuat landasan bagi kita untuk mengoptimalkan penggunaan energi dan mencari sumber energi baru dan terbarukan sehingga bisa memberikan solusi terhadap permasalahan krisis energi nasional. Meningkatnya harga energi yang sangat melambung saat ini dan meningkatnya

kepedulian

masyarakat

tentang

dampak

lingkungan

dari

penggunaan energi serta liberalisasi sektor industri energi mengakibatkan semakin pentingnya pemahaman manajemen energi dan konservasi energi dalam rangka mengantisipasi perkembangan teknologi yang pesat dan sumber energi yang semakin terbatas. Untuk itulah perlu adanya suatu riset dan analisis lebih jauh untuk menginventarisasi berbagai permasalahan, memetakan semua potensi yang ada, menghitung adanya peluang dan resiko investasi, serta memberikan solusi multiperspektif dan multidimensi, agar permasalahan krisis energi bisa kita atasi bersama.

1.2

Rumusan Masalah

1.

Apa yang di maksud dengan manajemen energi?

2.

Apa tujuan di buatnya manajemen energi di perusahaan?

3.

Apa manfaat dari manajemen energi di perusahaan?

1.3

Tujuan Penulisan

1.

Untuk mengetahui apa itu manajemen energi.

2.

Untuk mengeahui manfaat dari manajemen energi di perusahaan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Manajemen Energi Manajemen berasal dari kata "to manage" yang berarti mengatur,

mengurus atau mengelola. Banyak definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap istilah manajemen ini. Namun dari sekian banyak definisi tersebut ada satu yang kiranya dapat dijadikan pegangan dalam memahami manajemen tersebut, yaitu : Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/ pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dalam penulisan ini juga terdapat pembahasan menegenai manajemen energi. Sedangkan Manajemen Energi itu merupakan rangkuman dari tindakan yang direncanakan dan dilakukan untuk mencapai tujuan menggunakan energi seminimum mungkin sementara tingkat kenyamanan (di kantor atau rumah) dan tingkat produksi (di pabrik) tetap dapat terpelihara. (www.energyoffice.org). Manajemen energi dapat digambarkan sebagai alat yang membantu perusahaan untuk mengontrol, mengelola dan meningkatkan energi yang digunakan. Melalui manajemen energi yang baik, perusahaan dapat memastikan bahwa ia memiliki pengetahuan tentang bagaimana energi yang digunakan dan menciptakan

sebuah

sistem

yang

terus

menerus

mendeteksi

dan

mengimplementasikan tindakan yang bertujuanmengurangi penggunaan energi dan biaya energi. Sebuah standar untuk manajemen energi, SS 627750, telah berlaku di Swedia sejak tahun 2003. Seperti dengan standar untuk sistem manajemen lingkungan, misalnya ISO 14001, standar untuk sistem manajemen energi mengandaikan bahwa perusahaan merumuskan sebuah kebijakan energi. Perusahaan juga harus mengidentifikasi bagaimana dan di mana menggunakan energi, pem-lish target dan rencana aksi yang bertujuan mengurangi energi menggunakan, membuat struktur organisasi untuk mengelola energi-

pemerintah, memantau dan menggunakan mengukur energi, serta pengendalian operasinya dengan cara lain. Dasar untuk sistem manajemen perusahaan energi adalah pemetaan dan analisis disebut “energi audit“) dari energi yang digunakan. Perusahaan juga harus mengidentifikasi aspek energi yang secara signifikan dapat mempengaruhi penggunaan energi. Tujuannya adalah untuk menemukan aspekaspek tersebut antara lain : Lebih efisien penggunaan energy

Peningkatan pangsa energi terbaru

Sebuah peningkatan pertukaran energi sekitarnya (misalnya limbah panas pasokan dari perusahaan-perusahaan industri untuk jaringan „c). Dalam kerangka sistem manajemen energi, perusahaan harus terus menerus berusaha Untuk menemukan langkah-langkah yang dapat meningkatkankinerja energi. Dalam satu dari tiga cara yang disebutkan di atas. Perusahaan dapat memilih untuk memungkinkan pihak independen, lembaga sertifikasi, untuk audit sistem manajemen energi. Jika perusahaan memenuhi persyaratan standar, lembaga sertifikasi masalah sertifikat. Manajemen energi bagi sebuah perusahaan setidaknya akan mendatangkan dua buah keuntungan, yakni keuntungan finansial dan keuntungan lingkungan. Manajemen energi dapat membantu terwujudnya short-term survival suatu perusahaan pada saat harga energi mahal ataupun saat energi tidak tersedia karena perusahaan utilitas tidak mampu memenuhi permintaan (pemadaman bergilir). Selain itu, manajemen energi juga dapat membantu terwujudnya long-term success karena perusahaan dapat bersaing dengan baik dengan memberikan penawaran terbaik pada harga yang relatif murah. Sisi lain dari penerapan manajemen energi ini adalah menonjolkan peran perusahaan membantu

memerangi global warming, polusi, serta hujan asam (diurut berdasarkan kepopuleran saat ini). Dengan mengkonsumsi lebih sedikit energi berarti mengurangi polusi termal dan penggunaan air pendingin, yang intinya dapat membantu meningkatkan kualitas lingkungan. Untuk mensukseskan suatu program manajemen energi, top executive harus mewujudkan niat baik dan dukungannya bagi program ini. Prinsip TQM (Total Quality Management) yang berprinsipkan pada kewenangan front-line employees untuk melakukan perubahan dan membuat keputusan pada tingkat operasi dasar, harus mengikutsertakan energy cost control didalamnya. Bagi top executive yang masih ragu, berikut terdapat gambaran kasar bagi pihak manajemen mengenai besaran reduksi biaya energi adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan manajemen energi dengan aktifitas yang menggunakan biaya rendah selama 1 sampai 2 tahun, akan menghasilkan reduksi sebesar 5% s/d 15%. 2. Kegiatan dengan biaya sedang dan usaha yang tekun selama 3 sampai 5 tahun, akan mengkasilkan reduksi sebesar 15% s/d 30%. 3. Kegiatan jangka panjang dengan biaya tinggi dan perencanaan yang baik akan menghasilkan reduksi sebesar 30% s/d 50%. Seringkali kegiatan manajemen energi dianggap mengalami kebuntuan setelah dicapai pengurangan biaya energi sebesar 15%-20%. Hal ini membawa dua buah dampak buruk, yang pertama adalah tidak termotivasinya manajer energi untuk mencari upaya efisiensi, sehingga pengurangan biaya lebih dari 20% tidak akan pernah tercapai. Dampak buruk yang berikutnya adalah anggapan bahwa penurunan biaya 20% itu akhir dari program manajemen energi. Setelah keadaan ini pada umumnya konsumsi energi akan kembali meningkat karena perilaku lama akan dijalankan kembali pada sistem operasi perusahaan. Terdapat usulan bagi terciptanya program manajemen energi yang sukses diambil dari buku “Energy Management Handbook”, yakni:

1. Mengontrol energi dari biaya konsumsi energi atau tarif perusahaan utilitas (dalam rupiah), bukan energi dari jumlah kalor yang digunakan (BTU, TR, KW). 2. Mengontrol energi sebagai bagian dari biaya produksi bukan sebagai bagian dari manufaktur atau general overhead. 3. Hanya mengontrol dan memonitor konsumsi energi paling utama, yakni 20% yang menyumbang 80% biaya. 4. Menerapkan usaha yang besar yakni dengan berinvestasi pada pemasangan kontrol dan upaya lain untuk memperoleh hasil penghematan. Manajemen energi dapat diterapkan di pabrik, bangunan kantor, pusat olahraga, rumah kediaman, dan untuk semua jenis bangunan di mana menggunakan energi diperlukan untuk membuat efisien penggunaan energi. Energi yang dibahas adalah merupakan energi listrik yang akan diatur untuk keperluan sistem peralatan – peralatan yang ada di dalam ruangan kuliah. Agar penggunaan energi tersebut teratur maka diperlukan yang namanya manajemen energi. Manajemen energi ini penerapannya sangat tepat pada kebanyakan fasilitas – fasilitas publik seperti penerangan taman, penerangan jalan, katup – katup air pada wc umum, ruang kuliah dan banyak lagi yang lainnya. Pendekatan secara sistematis dan terstruktur terhadap manajemen energi sangat dibutuhkan dalam usaha mengidentifikasikan dan merealisasikan potensi penghematan yang ada. Manajemen Energi Terpadu memberikan manfaat pada perusahaan atau organisasi antara lain : a. Penurunan biaya operasi b. Peningkatan keuntungan. c. Meminimumkan pengaruh load shedding

d. Peningkatan potensi untuk kesinambungan pertumbuhan pasar e. Pemberian dasar pertimbangan dalam usaha memodernisasikan perusahaan atau organisasi Manajemen energi juga mempelajari teknik dan cara pemakaian suatu barang agar seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan dan organisasi. Sementara itu di industri, manajemen industri telah banyak dilakukan baik oleh pemerintah, swasta maupun konsultan. Sayangnya, rekomendasi yang disampaikan dalam laporan ternyata banyak yang belum atau tidak dilaksanakan karena berbagai alasan. Ini berarti ada sesuatu yang belum jelas atau salah, kemungkinan karena manajemen energi belum dipahami oleh manager perusahaan atau dapat juga disebabkan kesalahan dalam penyelenggaraan manajemen energi maupun dalam penyusunan rekomendasi. Kegagalan dalam membuat rekomendasi umumnya disebabkan kurangnya data yang tersedia, semakin lengkap data (data yang relevan) semakin akurat analisis dan rekomendasi yang dihasilkan. Kurangnya data biasanya disebabkan oleh terbatasnya latar belakang pengetahuan para petugas pelaksana atau fasilitas yang diaudit, lebih buruk lagi auditor tidak menanyakan secara tepat yang harus ditanyakan atau yang ingin diperoleh karena pengetahuan petugas pengelola fasilitas, proses atau sistem sangat terbatas. Hal yang penting dalam manajemen energi adalah adanya komunikasi dan kerjasama yang baik dapat diperoleh dengan cara: a. Meyakinkan staf atau karyawan dari suatu perusahaan atau organisasi bahwa mereka adalah bagian dari tim dan kehadiran tim audit disini bukanlah sebagai pemeriksa. b. Menjelaskan bahwa perubahan operasi, sistem mungkin direkomendasikan adalah untuk menghemat energi. c. Meyakinkan staf atau karyawan dari suatu perusahaan atau organisasi bahwa penghematan energi adalah penghematan biaya yang pada gilirannya akan

memberi keuntungan untuk bagi semua komponen dalam perusahaan atau organisasi tersebut serta akan meningkatkan keselamatan dan lingkungan kerja.

2.2

Prinsip Dasar Manajemen Energi Prinsip – prinsip dasar manajemen energi adalah suatu hal yang sangat

luas jangkauannya karena dengan prinsip ini akan sangat membantu dalam cara pendekatan terhadap masalah yang akan dihadapi dalam proses industri. Prinsip – prinsip dasar ini dapat tentang energi yang dibutuhkan, salah satunya adalah melihat data pemakaian energi pada pabrik industri. Terkadang terjadi variasi atau perubahan pamakaian energi yang mendadak turun karena terjadi kerusakan mesin atau pemeliharaan mesin di industri tersebut. Dengan hal itu dapat diketahui beberapa proses operasi produksi yang dapat menghemat pemakaian bahan bakar atau energi. Dengan pemakaian energi yang terperinci dari suatu proses tertentu dapat terlihat pemakaian energi yang tidak efisien. Meningkatnya pemeliharaan pada suatu industri biasanya akan menghemat pemakaian energi. Manajemen energi berusaha untuk memanfaatkan energi yang terbuang dari suatu proses produksi atau peralatan pabrik. Berikut prinsip – prinsip dasar manajemen energi : 1.

Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah suatu kegiatan yang membuat tujuan dalam suatu

sistem manajemen energi. Perencanaan disertai dengan berbagai kegiatan yang betujuan untuk menghemat energi pada industri.

2.

Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah kegiatan pengaturan sistem manejemen energi.

Dalam pengaturan energi bertujuan untuk menghemat energi yang digunakan dalam produksi agar dapat diketahui energi yang dibutuhkan pabrik dan energi yang tidak dibutuhkan sehingga energi tidak terbuang. 3.

Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah suatu kegiatan mengelola agar meningkatkan efektifitas dan efisiensi energi. Dengan adanya pengarahan energi dapat dikelola sehingga energi bermanfaat dengan semaksimal mungkin. 4.

Pengendalian (Controlling) Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk mengatur pemakaian energi

yang ada. Dengan adanya pengendalian maka dapat terkontrol pemakaiannya.

2.3

Pendekatan Manajemen Energi Pendekatan secara sistematis dan terstruktur terhadap manajemen energi

sangat dibutuhkan dalam usaha mengidentifikasikan dan merealisasikan potensi penghematan yang ada. Manajemen energi memberikan manfaat pada perusahaan atau industri antara lain : a.

Penurunan biaya operasi

b.

Peningkatan Keuntungan

c.

Meminimumkan pengaruh load shedding

d.

Peningkatan potensi untuk kesinambungan pertumbuhan pasar

e.

Pemberian dasar pertimbangan dalam usaha memodernisasikan perusahaan atau industri.

2.4

Bentuk – Bentuk Energi yang Terdapat di Industri Kimia Bentuk energi yang paling penting di industri kimia antara lain :

1.

Bahan Bakar (Padat, Cair, dan Gas) bahan bakar adalah bahan padat, cair dan gas yang dapat bereaksi dengan oksigen (udara) dengan eksoterm.

2.

Listrik Tujuan utama pemakaian listrik pada industri kimia yaitu : a.

Cahaya (Penerangan).

b.

Pemanas (Pembuat air panas jika dibutuhkan pemakaian air panas dalam proses industri).

c.

Penggerak alat – alat produksi di pabrik.

d.

Sebagai elektrolisa (Penguraian senyawa kimia dengan menggunakan arus listrik).

3.

Air Air sangat dibutuhkan dalam berbagai proses produksi industri, yaitu

antara lain : a.

Sebagai media pemanas dan media pendingin di proses industri.

b.

Sebagai bahan baku untuk pembuatan kukus (air umpan ketel).

c.

Sebagai bahan proses (melarutkan, mensuspensikan, mencuci, dan bahan bakar untuk sintesa)

d.

Sebagai energi hidrolik (Penggerak pada alat sentrifugasi).

f.

Sebagai keperluan air minum dan pemadam api.

2.5

Audit Energi Dalam audit energi merupakan kegiatan yang pemanfaatan energi untuk

mengetahui kesetimbangan dan mengidentifikasi peluang – peluang penghematan energi. Melalui audit energi dapat diketahui pola distribusi energi, sehingga bagian yang mengkonsumsi energi terbesar dapat dapat diketahui. Dari hasil audit energi juga dapat diketahui peluang potensi penghematan apabila dilakukan peningkatan efisiensi. Audit energi dilakukan untuk mencapai hal sebagai berikut : a.

Untuk mengetahui nilai intensitas konsumsi energi dan profil pemakaian energi eksiting operasional fasilitas suatu industri pada periode tertentu.

b.

Untuk mengidentifikasi jenis alternatif konservasi energi, maupun penghematan energi maupun penghematan energi sebagai bagian manajemen energi sebuah industri.

c.

Memilih suatu keputusan alternatif jenis konservasi energi yang terbaik sebagai rekomendasi perencanaan manajemen energi industri. Pelaksanaan audit energi pada dasarnya akan menguntungkan pihak

industri tersebut. Karena aspek pencapaian yang diharapkan dari proses audit energi yaitu : a.

Saving in Money Adanya manajemen energi dapat mengurangi biaya operasional. Dengan

demikian keuntungan yang diperoleh perusahaan atau industri tersebut meningkat. b.

Environment Protection Adanya penggunaan energi yang efisien maka akan memberikan

kontribusi bagi dunia dalam hal membantu pelestarian alam dengan menjaga dan mempertahankan cadangan minyak bumi dunia agar tidak akan cepat habis. c.

Sustainable Development Adanya penggunaan energi yang efisien maka akan memberikan

kontribusi bagi perusahaan di bidang pertumbuhan yang berkelanjutan baik di sisi finansial maupun penggunaan peralatan industri yang memiliki lifetime maksimum/optimum. 2.6

Langkah – Langkah Audit Energi Pelaksanaan audit energi harus dilaksanakan secara teliti dan menyeluruh

mencakup aspek – aspek yang berhubungan dengan konsumsi energi.

Audit awal dan audit rinci untuk mengetahui dimana pengeluaran energi terbesar Mengukur energi terbuang Menganalisi data Menetapkan strategi untuk memperoleh peluang hemat energi Menganalisis peluang hemat energi Rekomendasi untuk menetapkan strategi dari hasil audit

1.

Mengamati dimana penggunaan energi terbesar di Industri Cara untuk mengetahui penggunaan energi terbesar adalah dengan

melakukan pengumpulan data berupa audit awal dan audit rinci. Pengumpulan data pada pelaksanaan audit energi ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi performa peralatan pengguna energi dan teknologi yang digunakan serta kondisi operasi proses pada masing – masing peralatan pengguna energi. Kegiatan audit energi awal meliputi pengumpulan data energi bangunan gedung dengan data yang tersedia dan tidak memerlukan pengukuran. Data tersebut meliputi : 1.

Dokumentasi bangunan yang dibutuhkan yaitu gambar bangunan sesuai dengan pelaksanaan konstruksi (as built drawing) terdiri atas : a.

Tapak, denah dan potongan bangunan gedung seluruh lantai.

b.

Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai.

2.

Diagram satu garis listrik lengkap dengan penjelasan penggunaan daya listriknya dan besarnya daya listrik cadangan dari Diesel Generating Set.

3.

Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun terakhir dan rekening pembelian bahan bakar minyak (BBM), bahan bakar gas (BBG), dan air.

4.

Menghitung besarnya intensitas konsumsi energi gedung. Intensitas konsumsi energi listrik adalah pembagian antara konsumsi

energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas bangunan gedung. Sektor – sektor yang dapat dihitung. a.

Rincian luas bangunan gedung dan luas total bangunan gedung (m2)

b.

Konsumsi energi bangunan gedung per tahun (kWh/m2 tahun)

c.

Biaya energi bangunan gedung (Rp/kWh) Pengamatan penggunaan energi secara rinci perlu dilakukan untuk

mengetahui profil penggunaan energi pada sebuah instansi, gedung maupun industri sehingga dapat diketahui peralatan pengguna energi apa saja yang pemakaian energinya cukup besar. Audit energi rinci dilakukan bila nilai intensitas konsumsi energi lebih besar daripada nilai target yang ditentukan. Jika

dari hasil perhitungan intensitas konsumsi energi ternyata sama atau lebih kecil daripada nilai intensitas konsumsi energi yang ditargetkan, audit energi rinci masih dapat dilakukan untuk memperoleh intensitas nilai konsumsi yang lebih rendah lagi. Kegiatan yang dilakukan dalam audit energi rinci adalah : a.

Penelitian konsumsi energi

b.

Pengukuran energi

c.

Identifikasi peluang hemat energi

d.

Analisis peluang hemat energi

2.7

Permasalahan Managemen Energi Biasanya ada tiga permasalahan dalam managemen energi di pabrik kimia

: 1.

Panas sentribel Reaksi kimia karena pertimbangan kecepatan reaksi, biasanya terjadi pada

temperatur diatas temperatur kamar, karena kesetimbangan yang menguntungkan atau kedua-duanya. Kadang-kadang operasi kerja pada temperatur dibawah temperatur kamar, misalnya pada polimerisasi butadiene, sehingga reaktor perlu didinginkan 2.

Panas reaksi Umumnya reaksi eksotermal atau endotermal, sehingga sesudah reaktan

dimasukkan kedalam reaktor, perlu usaha untuk menghilangkan atau memberikan panas. 3.

Energi untuk pemurnian produk Produk yang diinginkan dari reaksi kimia, sering keluar dari reaktor

bercampur dengan produk sampingan, bahan baku yang tidak terkonversi dan sebagainya. Proses pemisahan dan pemurniannya, biasanya memerlukan energi dalam bentuk panas. Pamakaian (supply) panas erat hubungannya (dan sering kali tidak dapat dipisahkan) dengan supply (penghilangan/pengeluaran) panas reaksi dan pans untuk menurunkan produk.

2.8

Penggunaan Energi di Industri Tekstil

Dengan meningkatnya laju perkembangan ekonomi maka laju konsumsi energi di industri khususnya yang padat energi akan semakin meningkat. Dilain pihak sumber daya energi yang berupa bahan bakar minyak akan berkurang dengan cepat sekali sehingga perlu adanya usaha untuk mengatasi keadaan ini. Industri tekstil termasuk salah satu dari 10 sektor industri di Indonesia yang padat energi yang menggunakan 60% dari total pemakaian energi komersial di sektor industri, sehingga dengan mengadakan perbaikan dalam penggunaan energi di pabrik tekstil, maka diharapkan akan banyak mempengaruhi pamakaian energi secara nasional. Dalam rangka kerja sama ASEAN-Australia telah dilakukan studi penggunaan energi di pabrik tekstil yang berada di Bandung. Dimana telah diaudit secara detail tiga pabrik tekstil dan telah dianalisis data-datanya sehingga dapat diberi rekomendasi untuk perbaikannya. Pada salah satu pabrik tersebut telah dipasang satu unit sistem rekoveri panas (heat recovery) dimana panas buang pada mesin pencuci digunakan sabagai pemanas awal. Pada umumnya energi yang digunakan pada pabrik tekstil adalah energi dalam bentuk listrik, baik yang disuplai oleh PLN maupun oleh generator listrik milik pabrik. Energi dalam bentuk listrik ini digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin tekstil (50%-70% dari seluruh pemakaian listrik), AC/refrigerator (1%-30%), alat-alat bantu pompa air (5%-31%), pompapompa pada boiler (0,5%-7%), lampu penerangan (1%-5%) dan alat-alat kantor (0,1%1%). Disamping itu digunakan juga energi termal berupa uap panas (steam) yang

dihasilkan

oleh

boiler

yang

digunakan

pada

proses

pencelupan,scouring,decattizing,sizing, pencucian dan finishing. Dimana masing-masing juga menggunakan listrik untuk menggerakkan motor-motor listrik pada mesin-mesin tersebut. Dari hasil audit yang dilakukan, penggunaan energi dalam bentuk listrik dan dalam bentuk panas bervariasi untuk tiap-tiap pabrik. Banyaknya energi

diuukur dari jumlah kWh untuk listrik dari PLN dan jumlah BBM (solar) yang digunakan untuk listrik dari genset, sedangkan jumlah energi dalam bentuk panas diukur dari jumlah BBM yang digunakan. Semua energi dikonversi dalam bentuk Joule. Banyaknya energi yang digunakan pada tiap pabrik baik dalam bentuk listrik maupun dalam bentuk panas ditunjukkan pada Tabel 1. Dimana ditunjukkan juga persentase dari masingmasing sumber energi untuk tiap pabrik. pembangkit listrik (genset) sendiri untuk menutupi kekurangan daya listrik yang dapat disediakan oleh PLN, disamping juga sebagai cadangan apabila listrik dari PLN sewaktu-waktu tidak berfungsi. Pada umunya pemakaian energi dalam bentuk listrik dan dalam bentuk panas hampir sama besar, ini terjadi pada umumnya pada pabrik yang dominan mesin-mesin pintalnya, sedang pada pabrik yang dominan proses pencelupan dan finishing sepert pabrik BTN dan HM, energi dalam bentuk termal lebih dominan. Kalau dilihat dari harga energi akan terlihat bahwa harga energi dalam bentuk listrik akan lebih besar seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Konsumsi Energi Spesifik (Spesifik Energy Consumtion,SEC) adalah harga dari energi perastuan produksi dalam hal tekstil dalam meter atau yard. SEC dihitung dari pembagian energi yang digunakan (toatal) dengan jumlah hasil yang diproduksi. Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh konsumsi energi spesifik untuk tiap-tiap Industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia dapat dikategorikan dalam 3 kelompok industri yaitu industri hulu (upstream) yang terdiri dari industri serat alami dan serat sintetis, hilir (downstream) terdiri dari industri garmen atau pakaian jadi dan produk tekstil lainnya dalam skala kecil, dan industri antara (midstream) yang terdiri dari spinning, weaving, knitting dan dying. Industri upstream umumnya merupakan industri padat modal karena sebagian besar aktivitas produksi menggunakan mesin full automatic sehingga hanya membutuhkan tenaga kerja yang relaif sedikit tetapi mampu menghasilkan produk serat alam, serat sintetis, dan serat rayon dalam jumlah besar. Industri midstream merupakan industri semi padat modal karena menggunakan teknologi permesinan yang cukup modern tetapi masih

membutuhkan tenaga kerja yang lebi besar dari industri upstream dengan kemampuan produksi benang, dan kain lembaran (woven dan knitted). Sedangkan industri downstream umumnya adalah industri pada tenaga kerja karena membutuhkan tenaga operator yang cukup banyak dan sebagian besar merupakan tenaga kerja perempuan. Teknologi yang digunakan juga telah berkembang dengan pesat namun masih terkombinasi antara teknologi yang padat modal dengan yang padat tenaga kerja untuk memenuhi dinamika permintaan konsumen yang sangat pesat sesuai dengan trend yang ada di masyarakat untuk produk pakaian jadi, karpet, bed linen, curtain, dan lainlainnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa semakin ke hilir industri tekstil dan produk tekstil semakin labor intensive dan membutuhkan perputaran modal kerja yang cepat sedangkan Semakin ke hulu semakin capital intensive dan dengan tingkat konsumsi energi yang Kebutuhan Energi setiap tahun Industri Tekstil dan Produk Tekstil. Dalam proses produksi tekstil di sektor upstream dan midstream kebutuhan thermal energy ada pada wet processing of textiles yang digunakan dalam proses evaporasi dari berbagai tahapan produksi dan juga proses pemanasan secara kimiawi. Kebutuhan energi yang besar ini dipenuhi dengan menggunakan steam yang dihasilkan dari boiler dengan sumber energi yang dibangkitkan dengan menggunakan sumber energi batubara. Proses produksi dari industri upstream dan midstream ini hanya menggunakan sekitar 15 persen dari total energi listrik yang bersumber dari PLN. Akan tetapi kebutuhan energi listrik ini sering mengalami kendala dalam hal pasokan energi listrik terutama adanya gangguan mati listrik yang sangat merugikan bagi para pelaku industri. Selain menghentikan proses produksi, adanya gangguan pasokan listrik juga dapat menyebabkan kerusakan pada mesin dan juga biaya produksi yang menjadi besar karena adanya kerusakan pada proses produksi dan meningkatkan porsi produk gagal. Konsumsi energi listrik pada industri tekstil dan produk tekstil ini setara dengan kebutuhan energi air yang banyak dibutuhkan pada aktivitas industri antara (mid-stream) yaitu dari spinning hingga embroidery.

Dalam proses produksi maupun dalam bidang – bidang lainnya rata – rata memiliki masa kerja dari 8 tahun ke atas sehingga di dalam melakukan aktivitas kerjanya sudah cukup terampil serta mendapat dukungan ari penggunaan teknologi yang mampu memberikan nilai tambah untuk setiap proses produksi, sistem komputerisai jaringan untuk distribusi data sebagai langkah yang efisien untuk pertukaran informasi yang sangat cepat.

BAB III TUGAS KHUSUS

3.1

Boiler

Pada dasarnya boiler adalah alat yang berfungsi untuk memanaskan air dengan menggunakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil pembakaran selanjutnya panas hasil pembakaran dialirkan ke air sehingga menghasilkan steam (uap air yang memiliki temperatur tinggi). Dari pengertian tersebut berarti kita dapat menyimpulkan bahwa boiler berfungsi untuk memproduksi steam (uap) yang dapat digunakan untuk proses/kebutuhan selanjutnya. Seperti yang kita ketahui bahwa steam dapat digunakan untuk menjaga suhu dalam kolom destilasi minyak bumi dan proses evaporasi pada evaporator. Umumnya bakar yang digunakan untuk memanaskan boiler yaitu batu bara, gas, dan bahan bakar minyak.

3.2

Bagian-Bagian Pada Boiler dan Fungsinya Sama seperti pompa, kompresor dan peralatan pabrik lainnya yang

tersusun dari berbagai komponen sehingga alat tersebut dapat beroperasi dan menjalankan perannya. Boiler juga tersusun dari berbagai macam komponen

dengan fungsinya masing-masing. Di bawah ini adalah fungsi dari masing-masing komponen pada boiler, yaitu:

1. Tungku Pengapian (Furnace) Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang akan menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air dilakukan melalui pipa yang telah dialiri air, pipa tersebut menempel pada dinding tungku pembakaran. Proses perpindahan panas pada furnace terjadi dengan tiga cara: Perpindahan panas secara radiasi, dimana akan terjadi pancaran panas dari api atau gas yang akan menempel pada dinding tube sehingga panas tersebut akan diserap oleh fluida yang mengalir di dalamnya. Perpindahan panas secara konduksi, panas mengalir melalui hantaran dari sisi pipa yang menerima panas kedalam sisi pipa yang memberi panas pada air. Perpindahan panas secara konveksi. panas yang terjadi dengan singgungan molekul-molekul air sehingga panas akan menyebar kesetiap aliran air. Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang pertama dan ruang kedua. Pada ruang pertama, di dalamnya akan tejadi pemanasan langsung dari sumber panas yang diterima oleh tube (pipa), sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian atas, panas yang diterima berasal dari udara panas hasil pembakaran dari ruang pertama. Jadi, fungsi dari ruang pemanas kedua ini yakni untuk menyerap panas yang terbuang dari ruang pemanasan pertama, agar energi panas yang terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar, dan untuk mengontrol panas fluida yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak mengalami penurunan panas secara berlebihan.

2. Steam Drum Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta tempat terbentuknya uap. Drum ini menampung uap jenuh (saturated steam) beserta air dengan perbandingan antara 50% air dan 50% uap. untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh uap, maka dipasangi sekat-sekat, air yang memiliki suhu

rendah akan turun ke bawah dan air yang bersuhu tinggi akan naik ke atas dan kemudian menguap.

3. Superheater Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari steam drum masih dalam keadaan basah sehingga belum dapat digunakan. Proses pemanasan lanjutan menggunakan superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C. Dengan suhu tersebut, uap akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk menggerakkan turbin maupun untuk keperluan peralatan lain.

4. Air Heater Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. Udara yang akan dihembuskan, sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama dengan suhu udara normal (suhu luar) yaitu 38°C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara tersebut akan meningkat menjadi 230°C sehingga sudah dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung didalamnya karena uap air dapat menganggu proses pembakaran.

5. Dust Collector (Pengumpul Abu) Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu yang berada pada aliran pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas buang. Keuntungan menggunakan alat ini adalah gas hasil pembakaran yang dibuang ke udara bebas dari kandungan debu. Alasannya tidak lain karena debu dapat mencemari udara di lingkungan sekitar, serta bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat akibat adanya gesekan abu maupun pasir.

6. Pengatur Pembuangan Gas Bekas Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced Draft Fan) melalui dust collector selanjutnya akan dibuang melalui cerobong asap. Damper pengatur gas asap diatur terlebih dahulu sesuai kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin besar damper dibuka maka akan semakin besar isapan yang akan terjadi dari dalam tungku.

7. Safety Valve (Katup pengaman) Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah melebihi batas yang telah ditentukan. Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu katup pengaman uap basah dan katup pengaman uap kering. Safety valve ini dapat diatur sesuai dengan aspek maksimum yang telah ditentukan. Pada uap basah biasanya diatur pada tekanan 21 kg per cm kuadrat, sedangkan untuk katup pengaman uap kering diatur pada tekanan 20,5 kg per cm kuadrat.

8. Gelas Penduga (Sight Glass) Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi untuk mengetahui ketinggian air di dalam drum. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengontrolan ketinggian air dalam ketel selama boiler sedang beroperasi. Gelas penduga ini harus dicuci secara berkala untuk menghindari terjadinya penyumbatan yang membuat level air tidak dapat dibaca.

9. Pembuangan Air Ketel Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum bagian atas. Pembuangan air dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak dapat terlarut, contoh sederhananya ialah munculnya busa yang dapat menganggu pengamatan terhadap gelas penduga. Untuk mengeluarkan air dari dalam drum, digunakan blowdown valve yang terpasang pada drum atas, katup ini bekerja bila jumlah busa sudah melewati batas yang telah ditentukan

BAB IV PENUTUP 4.1

Kesimpulan

1.

Manajemen Energi itu merupakan rangkuman dari tindakan yang direncanakan dan dilakukan untuk mencapai tujuan menggunakan energi seminimum mungkin sementara tingkat kenyamanan (di kantor atau rumah) dan tingkat produksi (di pabrik) tetap dapat terpelihara

2.

Audit energi merupakan survei tentang penggunaan energi di industri secara rinci.

3.

Cogeneration adalah teknologi konversi energi yang memproduksi energi listrik dan uap (termal) secara bersamaan.

4.

Keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan teknologi cogeneration antara lain: meningkatkan efisiensi total dari sistem, mengurangi penggunaan bahan bakar sehingga dapat mengurangi biaya operasi, mengurangi emisi bahan bakar sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan.

5.

Pada dasarnya boiler adalah alat yang berfungsi untuk memanaskan air dengan menggunakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil pembakaran selanjutnya panas hasil pembakaran dialirkan ke air sehingga menghasilkan steam (uap air yang memiliki temperatur tinggi).

4.2

Saran Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dalam penulisan di

karenakan kami masih dalam masih tahap belajar. Maka dari itu kami mengharapkan kritik yang membangun agar makalah ini bisa lebih baik lagi untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA Wira, Achmad Henri P. (2014). Manajemen Penggunaan Energi Listrik Pada PT.Semen Bosowa Maros. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Australian/New Zealand Standard 3598.(2000). Energy management programs Guidelines for the preparation of an energy audit brief. Australia : Standards Australia International Dewan Energi Nasional. (2014). Outlook Energi Indonesia. Buku. Dewan Energi Nasional Republik Indonesia Dewa, I Ayu Putu Widya Artati. (2016). Studi Terhadap Manajemen Energi Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Tesis. Program Magister, Program Studi Teknik Elektro, Universitas Udayana.

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2.1 Manajemen Energi................................................................................. 2.2 Peraturan yang Mengatur Tentang Energi.............................................. 2.3 Kondisi Energi di Indonesia.................................................................. 2.4 Penggunaan Energi di Industri Tekstil................................................... 2.5 Contoh Penggunaan Energi di PT Grandtex........................................... 2.6 Audit Energi PT Grand Textile Industry............................................... 2.7 Masalah yang Dihadapi Di Industry Tekstil Pada Umumnya................. 2.8 Masalah yang Dihadapi Di PT Grand Textile Industry.......................... BAB III ALAT KHUSUS........................................................................................ 3.1 Boiler...................................................................................................... 3.2 Bagian-Bagian Pada Boiler dan Fungsinya............................................ BAB IV PENUTUP................................................................................................. 4.1 Kesimpulan............................................................................................ 4.2 Saran...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Bab I.docx
October 2019 13
File.pdf
November 2019 9
Makalah Energi 2.docx
October 2019 27
Makalah Energi.docx
December 2019 12
Pertemuan 4 Ekotek.ppt
December 2019 24