Makalah Bahasa Indonesia Iv.docx

  • Uploaded by: Fredy Eka Putra
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Bahasa Indonesia Iv.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,988
  • Pages: 20
MAKALAH

Menggunakan dan menganalisis penggunaan kata yang tepat

Disusun oleh : 1. Yohanna Olivia 2. Freddy Eka Putra 3. Ruth Yohana Monika 4. Nadia Vhannsi Simaremare

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PELITA INDONESIA PEKANBARU 2019

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, banyak sekali masyarakat bahkan pelajar yang masih rancu dalam menempatkan kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penggunaan kata sering sekali tidak tepat dalam penggunaannya. Disamping itu kerancuan pun kerap membingungkan masyarakat dalam penggunaan bahasa baku. Masyarakat/pelajar sering kali tidak memperhatikan apakah tulisannya sesuai aturan atau tidak. yang terpenting tujuan dan maksud mereka tersampaikan. Selain itu ketidak pahaman penggunaan tanda baca, menyebabkan banyak tulisan-tulisan di spanduk, papan nama, selembaran, dan mading. Banyak ditemui kata yang tidak baku dan juga ditemukan kesalahan dalam penulisan tanda baca yang tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Hal itulah yang menyebabkan dalam sebuah tulisan kerap tidak sesuai dengan EYD ataupun bahasa baku. Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata, dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. 1.2 Rumusan Masalah Penggunaan kata, dengan tuntutan mengikuti kaidah tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Memang seharusnya sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu: penggunaan kata apa saja, yang banyak ditemukan kesalahan penulisannya dimasyarakat? Kata tidak baku apa saja yang sering sekali masyarakat/pelajar, salah dalam menulis ataupun mengujarkannya? Tanda baca apa saja, yang banyak ditemukan kesalahan penempatanya dimasyarakat? Bagaimana cara menempatkan tanda baca yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan kesalahan-kesalahan penggunaan tata bahasa baku dan tanda baca, oleh masyarakat/pelajar setelah adanya tahapan pengenalan atas kesalahan, identifikasi, dan klasifikasi kesalahan-kesalahan tersebut. 2) Semoga dengan tulisan ini, sedikit memberikan informasi, bagaimana penggunaan bahasa baku dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Sehingga kesalahan-kesalahan tersebut tidak terulang lagi pada setiap kegiatan menulis.

BAB II LANDASAN TEORETIS 2.1 Ejaan Ejaan ialah pelambangan fonem dengan huruf (Badudu, 1985:31). Dalam sistem ejaan suatu bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa itu dilambangkan. Lambang fonem itu dinamakan huruf. Susunan sejumlah huruf dalam suatu bahasa disebut abjad. Selain pelambangan fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk juga 10 ketetapan tentang bagaimana satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata berimbuhan dan partikel-partikel dituliskan. ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik koma, titik dua, tanda kutip, tanda tanya, tanda seru. Ejaan didasarkan pada konvensi semata-mata, jadi lahir dari hasil persetujuan para pemakai bahasa yang bersangkutan. Ejaan itu disusun oleh seorang ahli bahasa atau oleh suatu panitia yang terdiri atas beberapa orang ahli bahasa, kemudian disahkan atau diresmikan oleh pemerintah. Masyarakat pemakai bahasa mematuhi apa yang telah ditetapkan itu. Ejaan yang kita pakai dewasa ini disebu Ejaan yang Disempurnakan yaitu ejaan yang telah disusun oleh Lembaga Bahasa Nasional (LBN). 2.2 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Peranan bahasa yang utama adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai alat penyampai maksud dan perasaan seorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Disikapi dari sudut ini, sudah baiklah bahasa seseorang apabila sudah mampu mengemban amanat tersebut. Namun, mengingat bahwa situasi kebahasaan itu bermacam-macam adanya, tidak selamanya bahasa yang baik itu benar, atau sebaliknya, tidak selamanya bahasa yang benar itu baik. Demikian pula halnya dalam bahasa Indonesia, yakni bahasa Indonesia yang baik tidak selalu benar dan bahasa Indonesia yang benar tidak selalu baik (Sloka, 2006:112). Sedangkan menurut (Hasan Alwi, 2010:20). Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar. Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. 2.3 Kesalahan Berbahasa Ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai kesalahan berbahasa. Yakni pandangan dari sudut guru dan pandangn dari sudut siswa . Dari sudut guru, kesalahan itu adalah suatu aib atau cacat cela bagi pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa itu menandakan bahwa pengajaran bahasa tidak berhasil atau gagal. Karena itu kesalahan berbahasa itu harus dihindari agar pengajaran bahasa berhasil. Sementara dari sudut pandang siswa kesalahan berbahasa merupakan bagian integral dari proses belajar bahasa. Kesalahan itu tentunya dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan menata lebih sempurna komponen proses belajar-mengajar bahasa.

Lalu akan timbul apa yang dimaksud kesalahan berbahasa? Untuk menjawab pertanyaan ini, menurut Djago Tarigan (1997:29) dapat dilihat dengan berpedoman pada semboyan “Pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar”. Dalam semboyan itu, ada dua ukuran yang dapat dijadikan dasar. Ukuran pertama berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi itu ialah: siapa berbahasa dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana), dengan jalur mana (lisan atau tulisan), media apa (tatap muka, telepon, surat, buku, koran, dsbnya), dan dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta dan sebagainya). Sementara ukuran kedua berkaitan dengan aturan kebahasaan yang dikenal dengan istilah tatabahasa. Dengan demikian bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktror-faktor penentu berkomunikasi bukanlah bahasa Indonesia yang baik. Bahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah bahasa jelas pula bukan bahasa Indonesia yang benar. Menurut Tarigan (1997), kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar mengajar. Langkah kerja analisis kesalahan berbahasa menurut Ellis dan Sridhar (dalam Tarigan, 1998) dapat dilakuan melalui lima langkah. 1. Mengumpulkan data 2. Mengidentifikasikan kesalahan 3. mengklasifikasikan kesalahan 4. menjelaskan frekuensi kesalahan 5. mengoreksi kesalahan. Secara lebih detail, metode analisis kesalahan berbahasa itu dilakukan dengan mengumpulkan sampel kesalahan yang diperbuat siswa baik dalam karangan atau bentuk lainnya secara cermat dan detail. Kesalahan berbahasa yang sudah terkumpul ini dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, mengklasifikasikan kesalahan berbahasa itu berdasarkan tataran kebahasaan misalnya kesalahan bidang fonologi, morfologi, sintaksis, wacana atau semantik. Kedua mengurutkan kesalahan itu berdasarkan frekuensinya. Ketiga, menggambarkan letak kesalahan dan memperkirakan penyebab kesalahan. Keempat, memperkirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan kesalahan. Kelima, mengoreksi kesalahan atau memperbaiki kesalahan.

BAB III HASIL ANALISIS 3.1 Pembahasan Menjawab pertanyaan dari rumusan masalah di atas yaitu penggunaan kata apa saja, yang banyak ditemukan kesalahan penulisannya dimasyarakat? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya juga akan dibahas dari bab tiga ini.

3.1.1 Penulisan Kata “di “ Penulis spanduk iklan pada gambar diatas pasti tidak tahu ada dua macam “di” dalam kalimat. “di” yang pertama menunjukkan tempat, yang harus dituliskan terpisah dari kata yang menunjukkan tempat. “di” yang kedua merupakan sebuah awalan untuk sebuah kata kerja pasif, yang harus digabungkan pada kata yang diawalinya. Jadi kata depan “di” yang ada digambar itu harus digabung menjadi “Dijual” karena kata “jual” merupakan kata kerja. bilamana digabungkan dengan kata depan “di” maka kata “jual” itu menjadi kata kerja pasif. 3.1.2 Penggunaan kata depan “di”, “ke”, dan“dari” Kata depan “di”, “ke”, dan “dari” ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti “kepada” dan “daripada”. Contoh yang dipisah: a)

Kain itu terletak di dalam lemari.

b)

Ke mana saja ia selama ini?

c)

Ia datang dari surabaya kemarin.

Contoh yang digabung: a)

Surat perintah itu dikeluarkan di Bogor pada tanggal 11 maret 1996.

b)

Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

c)

Amin lebih tua daripada Ahmad.

3.1.3 Awalan “di-/ke-” dan kata depan “di/ke” Untuk menunjukan preposisi: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Benar di antara di atas di bawah di belakang di dalam di depan di kanan di kiri di hadapan

Salah diantara diatas dibawah dibelakang didalam didepan dikanan dikiri dihadapan

No 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Benar di sekitar di seluruh di sini di situ di sisi di tanah di tepi di tengah di tengah-tengah

10 11 12 13 14 15 16 17 18

di mana di muka di pusat di rumah di samping di sana di sebelah di seberang di sekeliling

dimana dimuka dipusat dirumah disamping disana disebelah diseberang disekeliling

28 29 30 31 32 33 34 35 36

di tiap-tiap ke atas ke bawah ke belakang ke depan ke kanan ke kiri ke mana ke sana

Salah disekitar diseluruh disini disitu disisi ditanah ditepi ditengah ditengahtengah ditiap-tiap keatas kebawah kebelakang kedepan kekanan kekiri kemana kesana

Kata depan “di” akan memiliki arti berbeda jika ditulis terpisah. Kata-kata ini khusus untuk kata dasar yang dapat berfungsi sebagai kata benda (petunjuk tempat) sekaligus kata kerja. Berikut beberapa contohnya: 1. Dilanggar

= bertubrukan

2. Di langgar

= tempat mengaji atau solat.

3. Dibalik

= bentuk pasif dari membalik

4. Di balik

= dibagian sebaliknya

5. Dikarantina = bentuk pasif dari mengkarantina 6. Di karantina = di (tempat) karantina 7. Disalib 8. Di salib

= bentuk pasif dari menyalib = di (atas) salib

3.1.4 Kata “si” dan “sang” Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya: a)

Harimau itu marah sekali kepada sang kancil.

b)

Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

3.1.5 Kata Ganti “ku”,”kau”, “mu”, dan “nya” Kata ganti “ku” dan “kau” ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; “ku”, “mu”, dan “nya” ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya: a)

Apa yang kumiliki boleh kauambil

b)

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustkaan.

3.1.6 Partikel 1) Partikel “–lah”, “-kah”, dan “–tah” ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya: a)

Bacalah buku itu baik-baik.

b)

Apakah semuanya baik-baik saja?

c)

Apatah gunanya harta benda bertumpuk jika jiwa kita menderita?

2) Partikel “pun” kadang dipisah kadang disambung. Jika partikel pun yang berpadanan dengan kata ‘saja’/’juga’, maka penulisannya dipisah (kabar pun, saya pun). Bentuk ‘pun’ yang sudah dianggap padu harus ditulis serangkai. Berikut contoh partikel “pun” yang ditulis terpisah dan digabung. Contoh yang dipisah: a)

Jika ayah pergi, saya pun ingin pergi.

b)

Jangankan bertemu, memberi kabar pun tidak pernah.

Contoh daftar partikel “pun” yang digabung: Benar Adapun Andaipun Apapun Ataupun Bagaimanapun Biarpun Itupun Kalaupun Kendatipun Manapun Maupun Meskipun Siapapun Sungguhpun Walaupun

Salah Ada pun Andai pun Apa pun Atau pun Bagaimana pun Biar pun Itu pun Kalau pun Kendati pun Mana pun Mau pun Meski pun Siapa pun Sungguh pun Walau pun

3.1.7 Penggunaan Kata Penghubung “tetapi”,”akan tetapi”, dan “namun” Perhatikan dengan seksama kalimat berikut ini! 1. Banyak wanita cantik. Tetapi tidak banyak yang menjadi seorang diva. 2. Wajah Tamara agak pucat, namun dia tetap tampil dengan senyuman. Pemakaian kata penghubung “tetapi” dan “namun” pada kalimat-kalimat di atas secara baku tidak tepat. Memang, bahasa dalam media massa kadang-kadang kurang memperhatikan kaidah tata bahasa yang baku. Penggunaan kata penghubung yang benar adalah sebagai berikut: 1. Banyak wanita cantik, tetapi tidak banyak yang menjadi seorang diva. 2. Banyak wanita cantik. Akan tetapi tidak banyak yang menjadi seorang diva. 3. Wajah Tamara agak pucat. Namun dia tetap tampil dengan senyuman. Kata penghubung “tetapi” merupakan kata penghubung intrakalimat. Kata penghubung “akan tetapi” dan “namun” merupakan kata penghubung antarkalimat. 3.1.8 Penggunaan Kata Penghubung “ialah”, dan ” yaitu” Kata “ialah” digunakan sebagai kata penghubung di antara dua penggal kalimat yang menegaskan perincian atau penjelasan atas penggal yang pertama itu. Contohnya: 

Yang perlu dikerjakan sekarang ialah membawa korban ke rumah sakit.

Kata “yaitu” digunakan sebagai kata penghubung yang digunakan untuk memerinci keterangan kalimat. Contohnya: 

Yang pergi tahun ini dua orang, yaitu dia dan saya.

3.2.1 Kata baku dan Tidak baku Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Sedangkan Kata Tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis, sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan dipahami secara tepat. Dalam praktiknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat, sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar. Akan tetapi, melihat dari kenyataan banyak sekali tulisan-tulisan yang tidak baku terpampang di papan nama, spanduk, bahkan di koran-koran. Hal itu membuktikan bahwa mayarakat masih belum menggunakan kaidah atau rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik. Berikut salah satu sampel bukti ketidak sesuaian dalam penggunaan bahasa baku.

Kata “apotik” yang dilingkari di atas adalah kata yang tidak baku. Seharusnya kata tersebut ditulis “apotek” yang merupakan kata bakunya. Perlu diingat dari kata tersebut “apotek-apoteker”. Dan bukan “apotik-apotiker”.

Kata “bis” yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 menerangkan bahwa, kata tersebut tidak mengartikan sebuah kendaraan besar. Oleh karena itu kata “bis” yang ada pada gambar diatas adalah kata yang tidak baku. Seharusnya kata “bis” itu diganti menjadi kata “bus” yang merupakan kata bakunya.

Kata “praktek” dan “jam” pada gambar di atas merupakan kata yang tidak baku. Kata “praktek” seharusnya ditulis “praktik” dan perlu diingat dari kata tersebut. “praktikpraktikum” dan bukan “praktek-pratekum” dan kata “jam” menunjukan jangka waktu. Misalnya: Nana menyelesaikan lomba dalam waktu 1.05.30. Dengan begitu kata “jam” pada gambar di atas jelas bukan menunjukan waktu. Seharusnya kata “jam” diganti menjadi kata “pukul” yang merupakan menunjukan waktu. Jadi kata “jam” di atas kurang tepat penempatannya yang seharusnya menggunakan kata “pukul”. Itulah beberapa sampel kata tidak baku yang banyak ditemukan di masyarakat dan berikut daftar sebagian kata baku yang disusun menggunakan tabel khusus. No 1 2 3

Kata Baku aktif aktivitas alquran

Kata Tidak Baku aktip, active aktifitas al-quran

No 69 70 71

Kata Baku negeri nikmat november

kata tidak baku negri ni’mat nopember

4 5 6 7 8 9

analisis apotek asa asasi atlet atmosfer

analisa apotik azas azasi atlit atmosfir

72 73 74 75 76 77

objek objektif olahraga orang tua paham pasif

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

azan bus besok cabai daftar dekret detail diagnosis doa efektif efektivitas ekstrem elite e-mail februari frekuensi foto fotokopi geladi hakikat hierarki hipotesis ibu kota ijazah imbau indera istri izin jadwal jumat kanker karena karier karisma

adzan bis esok cabe, cabay daptar dekrit detil diagnose do’a efektip, efektive efektifitas ekstrim, extrim elit email, imel pebruari, february prekuensi photo foto copy, gledi hakekat hirarki hipotesa ibukota ijasah, izajah himbau indra isteri ijin jadual jum’at kangker karna karir kharisma

78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111

penasihat pelepasan persen penglihatan permukiman petai pikir praktik prancis proklamasi provinsi proyek putra putri rakaat realitas rezim risiko rizki rubuh saksama samudra saraf sekretaris sekuriti segitiga selebritas sepak bola silakan sintesis sistem standar standardisasi stroberi

44 45 46

kategori khotbah komoditi

katagori khutbah komoditas

112 subjek 113 sumatera 114 surga

obyek obyektif olah raga orangtua faham pasip, pasive, fasip penasehat penglepasan prosen pelihatan pemukiman pete, petay fikir praktek perancis ploklamir propinsi, profinsi projek, project putera puteri raka’at realita rejim resiko rezeki, rejeki roboh seksama samudera syaraf, sarap sekertaris sekuritas segi tiga selebriti sepakbola silahkan sintesa sistim, system standard standarisasi strawberi, strawbery subyek sumatra syurga, sorga

47 48

komplet konkret

49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

kosa kata kreatif kreativitas kredit kualitas kuantitas kuitansi kuota lembap lubang makhluk masyhur mazhab metode

komplit, kumplit kongkret, konkrit, kongkrit kosakata kreatip, creative kreatifitas kridit kwalitas, kwalitet kwantitas kwitansi kwota lembab lobang mahluk mashur mahzab metoda

115 takwa 116 tahta

taqwa takhta

117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130

tandatangan toge tehnik, tekhnik tehnologi, tauladan telpon, telefon, telor teoritis trampil taubat rubah, robah ustadz, ustad ustadzah hutang

tanda tangan taoge teknik teknologi teladan telepon telur teoretis terampil tobat ubah ustaz ustazah utang

3.3.1 Pemakaian Tanda Baca 3.3.1.1 Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: 1. Ayahku tinggal di Solo. 2. Biarlah mereka duduk di sana. 3. Dia menanyakan siapa yang akan datang. Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. Misalnya: 1. Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A. 2. Dia memerlukan meja, kursi, dsb. 3. Dia mengatakan, “kaki saya sakit.” 2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya: a

Saputra S. Ibrahim

b

George W. Bush

Tetapi apabila nama ditulis itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contohnya: Kania Sutisna Winata

Tanda titik yang dilingkari warna biru di atas, dalam penempatannya tidak tepat. Seharusnya tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama. Jadi tanda titik di atas seharusnya ditempatkan setelah huruf “s” yang merupakan singkatan nama. Berikut perbaikannya: “Ny. Arjanti S.”

3. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a.

III.

Departemen Pendidikan Nasional

A.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

B.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

1.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini

2.



b.

1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik) Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut: (1)Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam. Misalnya: a

pukul 9.00 pagi

b

pukul 11.00 siang

(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.

Misalnya: a

pukul 00.45

b

pukul 07.30

c

pukul 22.00

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: a

1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

b

0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

c

0.0.30 jam (30 detik)

6. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. Misalnya:

Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka. Catatan: Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan. 7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Misalnya: 1. Desa itu berpenduduk 24.200 orang. 2. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang. 3. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang. Catatan: (1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya: a

Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

b

Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

c

Nomor gironya 5645678.

(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: a

Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional

b

Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat. Misalnya: Yth. Sdr. Moh. Hasan

Jalan Arif Rahmad 43 Palembang Adinda Jalan Diponegoro 82 Jakarta 21 April 2008 (4) Tanda titik dipakai untuk pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan decimal. Misalnya: Rp200.250,75 8.750 m

$ 50,000.50 8,750 m

Jadi pada gambar diatas penggunaan tanda titik salah. Seharusnya Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dilakukan sebagai berikut: Rp50.000 Rp60.000

3.3.1.2 Tanda Garis Miring 1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. Misalnya: a

No. 7/PK/2008

b

Jalan Kramat III/10

c

tahun ajaran 2008/2009

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata “atau”, “tiap”, dan “ataupun.” Misalnya: 1. dikirimkan lewat darat/laut

à

‘dikirimkan lewat darat atau lewat. laut’

2. harganya Rp1.500,00/lembar. à

‘harganya Rp1.500,00 tiap lembar’

3. tindakan penipuan dan/atau penganiayaan.à

‘tindakan penipuan dan penganiayaan, tindakan penipuan, ataupun tindakan penganiayaan’

Catatan: Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.

Dari gambar di atas tampak tidak ada yang salah dalam penulisannya. Akan tetapi bila kita lihat lagi dengan saksama tanda garis miring yang diapit oleh dua kata itu. Penulisannya memakai spasi, seharusnya baik kata yang mendahulu tanda garis miring maupun kata yang sebelum tanda garis miring, keduanya tidak menggunakan spasi. Berikut usulan perbaikan: “cash/kredit” disamping itu kata “kerdit” di atas seharusnya ditulis “credit” yang merupakan bentuk pasangan kata dari “cash” yang merupakan kata bahasa asing. Karena penulisan “kredit” diatas adalah kata bahasa Indonesia. 3.3.1.3 Tanda Kurung (( )) 1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: a

Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).

b

Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).

Catatan: Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya. Misalnya: 

Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.

2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya: a Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. b Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri. 3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam dapat dihilangkan.

teks

Misalnya: a

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

b

Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.

4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. Misalnya: a Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja. b Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan. Catatan: Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah. Misalnya: 

Kemarin kakak saya membeli:

1)

buku,

2)

pensil, dan tas sekolah.

Samahalnya dengan tanda garis miring, tanda kurung pun bila mengapit suatu kata. Menempatkannya tidak memakai spasi baik diawal sebelum kata, maupun sesudah kata yang diapit. Dari gambar di atas, jelas tanda kurung yang mengapit kata “siang-siang” di atas itu, tidak tepat. Sebaiknya tanda kurung itu tidak menggunakan spasi baik sebelum kata “siang” maupun sesudah kata “siang” yang diapitnya. Misalnya: (siang-siang) Itulah hasil observasi saya, mencari kesalahan-kesalah penggunaan kata baku dan tanda baca yang sering ditemukan di masyarakat. Semoga temuan-temuan hasil observasi yang saya lakukan dapat memberikan manfaat ataupun informasi bagi pembaca.

BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Sudah selayaknyalah kalau semua orang/warga negara Indonesia mempunyai sikap positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia baik tulisan maupun lisan. Haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mempunyai sikap seperti itu karena siapa lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya. Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur, bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Menggunakan bahasa baku memang sudah seharusnya diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

4.2 Saran Penggunan bahasa baku memang seharusnya kita terapkan, mengingat bahasa baku adalah bahasa Indonesia yang benar. Didalam penulisan memang seharusnya mengikuti kaidah-kaidah penulisan. Untuk itu sabaiknya kita harus mengikuti peraturan yang sudah disepakati tersebut. Saran saya kepada pembaca setiap kali pembaca ingin menulis. Ada baiknya pembaca memahami dulu kaidah-kaidah penulisan, salah-satunya yaitu penggunaan kata yang baku dan penggunaan EYD. Agar tulisannya sesuai dengan kaidah penulisan yang sudah disepakati penggunaan kata dan tanda bacanya.

DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka. Tarigan, Henru Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1997. Analasis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Sadikin, Muhammad. 2011. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bekasi Jawa Barat: Laskar Aksara. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Pusat bahasa. 2008

Related Documents


More Documents from "Fredy Eka Putra"

Mc Gmm 2016.pptx
April 2020 23
Makalah Ttg.docx
May 2020 25
8 Peluang.docx
October 2019 41
Yaminah.docx
July 2020 19