Makalah Ahlaqul Karimah.docx

  • Uploaded by: Anonymous bktMJfkKq
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ahlaqul Karimah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,555
  • Pages: 22
MAKALAH AHLAQUL KARIMAH ISTIQOMAH, TABLIGH, SYAJA’AH

DI SUSUN OLEH : 1. ANGGUN SETIAWATI 2. NURUL FATONAH 3. ANGGUN RAHMAWATI 4. MONA SARI DEWI

DOSEN PENGAMPU : SUBNI, M. Pd. I

PROGRAM STUDY S1 ILMU KEPERWATAN STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas nikmat sehat beserta kesempatan dalam membagi waktu, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Ahlaqul karimah mengenai “Istiqomah, tabligh, dan syajaah” dengan lancar dan terkoordinir demi pencapaian nilai sesuai tugas yang telah diberikan kepada kami. Melalui makalah ini kami akan membahas sebuah materi yang merupakan poin dari silabus pembelajaran Ahlaqul karimah di STIKes Aisyah Pringsewu Lampung. Tentunya pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesulitan-kesulitan atau pun permasalahan yang harus diselesaikan. Namun dengan kebersamaan dan mengerahkan kemampuan, kami dapat menyelesaikan tugas Ahlaqul karimah kelompok kami. Semoga Bapak dapat menerima tugas kami dengan nilai yang sesuai atas usaha dari kelompok kami.

Tambahrejo, 20 September 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i KATA PENGANTAR.................................................................................. ii DAFTAR ISI................................................................................................ BAB I

PENDAHULUAN................................................................ A. Latar Belakang ................................................................ B. Rumusan Masalah ........................................................... C. Tujuan .............................................................................

BAB II

PEMBAHASAN................................................................... 1. Pengertian Ahlak.............................................................. 2. Istiqomah...................................... ................................... 3. Tabligh............................................................................. 4. Syaja’ah............................................. .............................

BAB III

PENUTUP ............................................................................. A. Kesimpulan ...................................................................... B. Saran ................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Ahlak merupakan sutu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan dapat di sebut ahlak kalau terpenuhi beberapa syarat, antara lain : 1. Perbuatan tersebut di lakukan secara continu atau berkesinambungan. Kalau perbuatan di lakukan hanya sekali saja maka tiak disebut ahlak. Contoh, pada orang yang jarang berinfaq, tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain dengan alasan tertentu. Dengan tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati atau berahlak dermawan, karena hal tersebut tidak melekat dalam jiwa. 2. Perbuatan tersebut timbul secara tiba-tiba bukan sebab di fikirkan atau di rencanakan dahulu. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah di fikirkan secara matang, maka tidak dapat di sebut ahlak.

Seperti hal nya pada bab berikut ini yang akan membahas ahlak tentang istiqomah, tabligh, dan syaja’ah.

B. Rumusan Masalah 1) Macam-macam ahlak 2) Apa pengertian istiqomah tabligh dan syaja’ah ?

C. Tujuan Diharapkan manusia bisa membiasakan perilaku terpuji, supaya dapat mengendalikan diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah SWT, serta dapat mendorong manusia untuk menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah SWT dan tetap menjalankan perintah-perintah –Nya.

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Ahlak Ahlak adalah kata jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berati perangai, tingkah laku, atau karakter. Tiga ahli dibidang ahlak, yaitu Ibnu Miskawaih, AL ghazali, dan Ahmad amin menyatakan bahwa moralitas tempramen adalah yang melekat dari seseoranng yang dapat membawa perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pemikiran pertama. Kata ahlak di definisikan sebagai perilaku, tetapi perilaku harus diulang. Tidak hanya sekali atau kadang-kadang saja.

2. Beberapa Macam Ahlak a) ISTIQOMAH  Pengertian Istiqomah 

Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.



Menurut Tafsir Aisar, yang dimaksud istiqamah ialah mereka yang betul betul yakin dengan kebenaran Islam, dengan tidak akan menukarnya dengan kepercayaan lain, serta tetap konsisten menjalankan ibadah dan menjauhi kemungkaran, maka malaikat akan turun kepadanya dua kali.



Diperkuat oleh hadis, seorang sahabat bertanya: " ya Rasul tolong ajarkan sesuatu kepadaku yang paling penting dalam Islam, dan saya tidak akan bertanya lagi, kepada siapapun. Nabi menjawab " Katakanlah aku telah beriman kepada Allah, kemudian istiqamah (Konsisten menjalankan perintah,dan menjauhi larangan.).(HR.Tirmidzi).



Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir: [1] Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq dan Mujahid, [2] Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu 'Abbas, Al Hasan dan Qotadah, [3] Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana dikatakan oleh Abul 'Aliyah dan As Sudi.[2]

 Pasti Ada Kekurangan dalam Istiqomah Ketika kita ingin berjalan di jalan yang lurus dan memenuhi tuntutan istiqomah, terkadang kita tergelincir dan tidak bisa istiqomah secara utuh. Lantas apa yang bisa menutupi kekurangan ini? Jawabnnya adalah pada firman Allah Ta'ala, :

"Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomah pada jalan yan lurus menuju kepada- Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya ." (QS. Fushilat: 6).

 Kiat Agar Tetap Istiqomah Ada beberapa sebab utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh dalam keimanan, yaitu : 1) Pertama: Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar. Allah Ta'ala berfirman:

"Allah meneguhkan (iman) orang- orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Ibrahim: 27) 2) Kedua: Mengkaji Al Qur'an dengan menghayati dan merenungkannya. Allah menceritakan bahwa Al Qur'an dapat meneguhkan hati orangorang beriman dan Al Qur'an adalah petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah Ta'ala berfirman, :

"Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) [11] menurunkan Al Qur'an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman , dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"." (QS. An Nahl: 102)

3) Ketiga: Iltizam (konsekuen) dalam menjalankan syari'at Allah Maksudnya di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari'at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari 'Aisyah -radhiyallahu 'anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‫أ َ َحبُّ األ َ ْع َما ِل ِإلَى ه‬ ‫َّللاِ تَ َعالَى أَد َْو ُم َها َو ِإ ْن قَ هل‬ "Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit." 'Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [15]  Hukum istiqomah Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan Nabi-Nya (Muhammad) shallallahu 'alaihi wasallam dan para pengikut beliau untuk beristiqomah baik dalam aqidah, syari’at, pedoman hidup, maupun dalam manhaj. Dan supaya mereka menjauhi sikap berlebih-lebihan dan supaya mereka menghindari hawa nafsu para wali-wali syaitan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: ‫ير } [ سورة هود‬ ٌ ‫ص‬ َ ‫{ فَا ْست َ ِق ْم َك َما أ ُ ِم ْرتَ َو َمن ت‬ ِ ‫َاب َم َعكَ َوالَ ت َْطغ َْواْ ِإنههُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َب‬ :112] .

”Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampui batas.Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud:112). 4) Keempat, diberikan keluasan rizki dan kehidupan yang lapang. 5) Kelima, diampuni dosa-dosanya

 Jalan menempuh Istiqomah 1. Melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, bersungguhsungguh di dalamnya dan memaksa hawa nafsu untuk taat kepada-Nya. 2. Ilmu, karena bagaimana kita bisa istiqomah kalau tidak dilandasi dengan ilmua. 3. Ikhlash 4. Mengikuti/mencontoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam 5. Seimbang dan pertengahan, tidak ghuluw dan tidak meremehkan. 6. Doa 7. Bergaul dan bersahabat dengan ortang-orang shalih. 8. Selalu ada ikatan dengan al-Qur’an, baik dengan membaca, menghafal, mentadabburi dan mengamalkannya.  Dampak Istiqomah dalam kehidupan seorang muslim 1. Memperoleh tauhid yang murni. 2. Mendorong untuk berdakwah kepada jalan Allah. 3. Memiliki kesungguhan dan semangat/cita-cita yang tinggi. 4. Kokoh dan teguh di atas kebenaran. 5. Merasa kurang dalam beribadah (tidak pernah merasa telah beribadah dengan sempurna)

 Penghalang-penghalang Istiqomah 1. Menganggap enteng perbuatan maksiat. 2. Menyibukkan diri dengan dunia dan melupakan akhirat. 3. Berlebih-lebihan dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan) 4. Sifat tengah-tengah (pertengahan) yang buruk.

 Faktor-Faktor yang Melahirkan Istiqomah Ibnu Qayyim dalam “Madaarijus Salikiin” menjelaskan bahwa ada lima faktor yang mampu melahirkan istiqomah dalam jiwa seseorang sebagaimana berikut:

1. Beramal dan melakukan optimalisasi “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar- benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atau segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. 22:78)

2. Berlaku moderat antara tindakan melampaui batas dan menyia-nyiakan “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. 25:67) Rasulullah SAW bersabda kepada Abdullah bin Amr bin Al-Ash: “Wahai Abdullah bin Amr, sesungguhnya setiap orang yang beramal memiliki puncaknya dan setiap puncak akan mengalami kefuturan (keloyoan). Maka barangsiapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada bid’ah, maka ia akan merugi” (HR. Iman Ahmad dari sahabat Anshor)

3. Tidak melampaui batas yang telah digariskan ilmu pengetahuannya “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan

diminta pertanggunganjawabnya.” (QS. 17:36)

4. Tidak menyandarkan pada faktor kontemporal, melainkan bersandar pada sesuatu yang jelas – ikhlas

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan meunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. 98:5) 5. Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW bersabda: “Siapa diantara kalian yang masih hidup sesudahku maka dia pasti akan melihat perbedaan yang keras, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para Khalifah Rasyidin (yang lurus), gigitlah ia dengan gigi taringmu.” (Abu Daud dari Al- Irbadi bin Sariah)

 TABLIGH Pengertian tabligh 

Secara bahasa, Tabligh berasal dari kata balagha, yuballighu, tablighan, yang berarti menyampaikan. Tabigh adalah kata kerja transtif, yang berarti membuat seseorang sampai, menyampaikan, atau melaporkan, dalam arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa Arab, orang yang menyampaikan disebut Mubaligh..



Sedangkan menurut Dr. Ibrahim, Tabligh adalah, “Memberikan informasi yang benar, pengetahuan yang factual, dan hakkat pasti yang bisa menolong dan membantu manusia untuk membentuk pendapat yang tepat dalam suatu kejadian atau dari berbagai kesulitan.



Sedangkan dalam koteks ajaran Islam, tabligh adalah penyampaian dan pemberitaaan tentang ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia, yang dengan penyampaian dan pemberitaan tersebut, pemberita menjadi terlepas dari beban kewajiban memberitakan dan phak penerima berita menjadi terikat dengannya.



Dalam konsep Islam, tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan kepada para utusan-Nya. Nabi Muhammad sebagai utusan Allah beliau menerima risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan oleh pegikut dan umatnya.



Planning (Perencanaan) Tabligh

Dalm bertabligh, merencanakan disini menyangkut merumuskan sasaran atau tujuan dari organisasi Tabligh tersebut, menetapkan strategi menyeluruh utnuk mencapai tujuan dan menyusun hierarki lengkap rencana-rencana untuk mengintegrasikan dan mengkordinasikan kegiatan-kegiatan. Pada perencanaan Tabligh menyangkut tujuan apa yang harus dikerjakan dan sarana-sarana bagaimana yang harus dilakukan. . Adapun langkah-langkah dari perencanaan adalah: 1. Perkiraan dan perhitungan masa depan

Perencanaan Tabligh berarti tindakan pengambilan keputusan yang dilakukan sekarang untuk penyelenggaraan tabligh di masa mendatang. Perencanaan tabligh dengan demikian berhubungan dengan masa depan, yaitu suatu keadaan yang belum dikenal dan penuh berisikan serba ketidakpastian. Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa adanya kemampuan untuk memperhitungkan dan memperkirakan kondisi subjek da’wah, beserta dengan segenap sarana-sarana yang diperlukan pada waktu mendatang adalah mutlak diperlukan. Begitu pula adanya kecermatan untuk mengidentikan iklim social, politik, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya yang akan mempengaruh proses tabligh 2. Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan Tabligh

Proses penyelenggaraan tabligh dalam rangka penyampaian syiar Islam, terdiri dari serangkaian kegiatan yang meliput berbagai bidang, yang dilakukan secara tahap demi tahap dalam periode-periode tertentu. Pada setiap tahap yang dilakukan dalam suatu periode atau jangka waktu tertentu, disampng perlu ditentukan hasil apa yang diharapkan dapat dicapai atau diperoleh. Dengan demikian sasaran da’wah melalui tabligh adalah merupakan bagian dari tujuan tabligh.

Menentukan sasaran yang ingin dicapai serta pembagiannya menjadi sasaran-sasaran yang bersifat temporal dan sektorat serta menentukan skala prioritas pelaksanaannya. Dengan begitu dapat menjamin secara maksimal tidak adanya sebuah pengabaian tugas tertentu atau hal-hal lainnya yang tidak kalah pentingnya. Selanjutnya sesuai dengan pentingnya peranan sasaran bagi seluruh tindakan da’wah/tabligh yang akan dilakukan, maka haruslah diusahakan agar sasaran yang ditetapkan dan dirumuskan itu benar-benar effektif. Untuk itu ada beberapa factor yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Tujuan Tabligh Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa sasaran yang hendak dicapai merupakan bahagian dari tujuan da’wah/tabligh. Oleh karena itu sasaran harus bersifat menunjang dan memberikan sumbangan ke arah pencapaian tujuan tabligh. Suatu tindakan yang dimaksudkan untuk “Sampainya pesan Tuhan kepada umat manusia, agar mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta mendapat ridho Allah” maka inilah yang dimaksud tujuan tabligh. Baik para pelaku atau penyelenggara da’wah haruslah memberikan inspirasi dan motivasi guna mencapai tujuan tersebut, dan mereka pun harus tekun dan sabar dalam menyampaikan pesan Tuhan tersebut. Sebagaimana di zaman Rasululullah, para sahabat rela menymbangkan hartanya demi terciptanya tujuan tabligh/da’wah. Seperti Siti Khadijah, Abu bakar, Utsman, dll.

2. Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat Sasaran yang hendak dicapai oleh penyelenggara tabligh hendaknya merupakan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang tengah dihadapi oleh masyarakat. Atas dasar ini maka sebelum sasaran tabligh itu ditentukan, haruslah dapat diidentifikasikan masalahmasalah apa yang tengah dihadapi masyarakat itu. Sebagai contoh, bilamana dapat diidentifikasikan bahwa persoalan-persoalan yang sangat mendesak adalah soal sandang pangan misalnya, maka meletakan sasaran tabligh pada bidang social ekonomi tentulah akan mendapat perhatian dan tanggapan yang sangat positif dari masyarakat 3. Hasil perkiraan dan perhitungan masa depan

Sasaran tabligh, meskipun masih berupa sesuatu yang diharapkan, tetapi haruslah ditetapkan dalam taraf yang realistis. Ini berarti bahwa sasaran itu haruslah masih dalam batas kemungkinan untuk dapat dicapai lewat langkah-langkah dan usaha yang berencana dan usaha itu merupakan sesuatu yang dapat dikerjakan. Untuk dapat menetapkan sasaran yang realistis, hasil perkiraan dan perhitungan masa depan adalah penting. Dari hasil analisa terhadap situasi medan di mana tabligh akan diselenggarakan di masa depan, begitu pula terhadap kondisi intern penyelenggara tabligh, dapatlah ditetapkan dan dirumuskan hasil apa yang kira-kira dapat dicapai oleh penyelenggara tabligh pada suatu tahapan tertentu. 3. Penetapan tindakan tabligh dan prioritas pelaksanaannya Tindakan-tindakan tabligh adalah merupakan penjabaran dari sasaran tabligh yang telah ditentukan, dalam bentuk aktivitas nyata. Sebagai penjabaran dari sasaran, tindakantindakan tabligh haruslah relevant dengan sasaran itu, baik luasnya maupun macam-macam aktivitas yang akan dilakukan. Disamping itu dalam penetapan-tindakan-tindakan tabligh juga harus dipilih tindakan-tindakan yang sifatnya merupakan pemecahan terhadap masalahmasalah pokok atau penting dalam rangka pencapaian sasaran itu. Dengan uraian di atas, maka langkah-langkah yang harus di tempuh dalam hendak menetapkan tindakan-tindakan tabligh itu adalah sebagai berikut: 1. Meninjau kembali sasaran tabligh serta menentukan luasnya skope aktivitas tabligh. 2. Menentuan tindakan-tindakan penting Atas dasar itu dapat pula dirumuskan kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut: 

Melalui tabligh, masyarakat dapat meningkatkan dan memperdalam kesadaran dan pengertian tentang ajaran-aaran islam



Pesan tabligh berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah.



Menanamkan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan.



Melalui kegiatan tabligh, seorang mubaligh mampu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam bidang ekonomi, social, dan budaya.



Mengingatkan masyarakat agar mempunyai filter untuk membendung arus pengaruh kebudayaan asing yang merusak keyakinan moral umat.

4. Penetapan methode Tabligh Dari segi metodhe tabligh, apabila mengacu kepada definisi dan contoh tabligh yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, dapat dibagi menjadi dua, yaitu tabligh melalui lisan (khitabah), dan tabligh melalui tulisan (kitabah) 1. Khitabah Khitabah menurut Harun Nasution adalah ceramah atau pidato yang mengandung penjelasan-penjelasan tentang sesuatu atau beberapa masalah yang disampaikan seseorang dihadapan sekelompok orang atau khalayak. Dengan demikian, khitabah dapat diartikan sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai Islam melalui media lisan baik yang terkait langsung dengan pelaksanaan ibadah mahdhoh, maupun yang tidak berkait dengan ibadah mahdhoh. 2. Kitabah Tabligh melalui media tulisan disebut dengan kitabah, yaitu proses penyampaian ajaran Islam melalui bahasa tulisan bisa berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, dan lain sebagainya. Yang berisi pesan-pesan ke-Islaman. Termasuk dalam katagori ini bentuk-bentuk media cetak lain berupa lukisan, kaligrafi, photo yang mengandung pesan-pesan ke-Islaman. 5. Penetapan lokasi atau tempat tabligh Lokasi dimana tabligh akan dilakukan, harus ditentukan sebelum dilaksanakannya tindakan tabligh itu. Dalam hendak menentukan lokasi, harus dipilih tempat mana yang ditinjau dari berbagai segi menguntungkan. Factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam rangka pemilihan lokasi itu adalah: macam kegiatan tabligh, sumber tenaga pelaksana, fasilitas atau alat perlengkapan yang diperlukan, serta keadaan lingkungan tempat bertabligh. Ketepatan dalam penentuan dan pemilihan lokasi mempunyai pengaruh bagi kelancaran kegiatan tabligh. Oleh karena itu masalah lokasi dan tempat, dimana kegiatan tabligh akan dlakukan, haruslah mendapatkan perhatian dalam rangka perencanaan tabligh.

 Evaluasi atau Penilaian Tabligh 1. Menetapkan standart 2. Mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pengaruh tabligh yang telah dilaksanakan. 3. Membandingkan antara pelaksanaan tabligh dan hasilnya. 4. Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan terhadap penyimpanganpenyimpangan yang telah terjadi.

 . Fungsi-fungsi tabligh dalam sistem islam

Tabligh dalam sistem Islam ialah tidak memaksa dan menyampaikan risalah secara jelas (bermetode dan terang). Dalam hubungan sistem Islam, maka fungsi tabligh akan berjalan pada satu elemen dengan elemen lainnya, yang meliputi 3 hal yang elementer (aqidah, ibadah, dan mu’amalah).

1) Fungsi Tabligh Bagi Mablugh (Obyek Tabligh)

a. Menanamkan pemahaman tentang urusan agama b. Membantu mablugh dalam pemahaman aqidah yang benar (menjelaskan aqidah dalam AlQur’an dan Hadits agar tidak terjebak dalam ilmu Kalam). c. Membantu mablugh untuk melaksanakan ibadah sesuai yang disyari’atkan Allah SWT. d. Membantu mablugh dalam bermu’amalah dan beretika/berakhlaq baik. e. Mengembangkan dan meningkatkan jiwa, hati, akal, dan jasmani.

2) Fungsi Tabligh Dalam Kegiatan Tabligh

a. Memperdalam pemahaman tabligh kepada Allah. Semakin jelas pemahaman tabligh kepada Allah, semakin besar faedahnya bagi tabligh itu sendiri. b. Memantapkan tabligh dengan jiwa, akal, dan kehidupan manusia. Mantapnya tabligh dalam hati manusia akan menjadikan mereka menghormati dan memuliakannya, lalu meningkatkan mencintai tabligh dan masuk ke dalam barisan orang-orang yang mengamalkannya. c. Mengukuhkan potensi tabligh dalam berbagai sektor. Terdapat 3 sektor utama, yaitu: Sektor Aqidah, Sektor Ibadah, dan Sektor Mu’amalah.

3) Fungsi Tabligh Terhadap Muballigh

a. Membekali muballigh dengan ilmu pengetahuan,keterangan dan kepandaian, b. Menanggulangi berbagai ujian/cobaan, c. Memperbanyak kesempatan amal, d. Menumbuhkan semangat untuk melakukan amalan baik e. Mengikuti pelatihan, dan memberi kesempatan kepada muballigh untuk melaksanakan amal kebajikan dan memberi harapan / kabar gembira dari sisi Allah.

c) SYAJA’AH  Pengertian Syaja’ah Secara etimologi syaja’ah adalah “benar’’ atau “gagah’’. Sedangkan menurut istilah yaitu keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi, syaja’ah adalah keberanian yang berdasarkan kebenaran dan di lakukan dengan penuh pertimbangan.

 Bentuk-Bentuk Keberanian 1) Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan 2) Keberanian menyatakan kebenaran ( kalimatul haq ) sekalipun di hadapun penguasan yang dholim 3) Keberanian mengendalikan diri tatkala marah sekalipun mampu melampiaskan nya.  Ciri-Ciri Syaja’ah 1) Tidak mundur kalau dicela 2) Tidak mencari pujian 3) Terus terang mengakui kesalahan 4) Tabah menghadapi penderitaan 5) Sabar menghadapi masalah 6) Berpendirian tetap 7) Bersemangat tinggi

 Macam-macam keberanian: 

# Jihad fi sabilillah.



# Berani melawan penguasa yang dhalim.



# Berani menahan amarah.



# dll...  Sumber keberanian:

Menurut Ro'ib Abdul ha dalam bukunya "Mamarotul hak", sedikitnya ada 7 faktor keberanian: 

1. Rasa takut paada Allah. (Al Ahzab : 39 -> "(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.") Mereka mempunyai keberanian karena yakin Allah pasti akan memberikan pertolongan dan perlindungan. Bila ada orang yang menakut-nakuti, mereka akan menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.



2. Lebih mencintai Akherat. (At Taubah : 38 -> "Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.").



3. Tidak takut pada kematian. (An Nisaa : 78 -> "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.."). Kita sudah sering mendengar para mujahid, mereka tidak takut pada kematian dan mendambakan mati syahid. Maka mereka tidak gentar melawan musuh yang jauh lebih banyak dan canggih peralatannya.



4. Tidak ragu-ragu. Nabi SAW bersabda: "Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu (membuatmu ragu) pada apa-apa yang tidak meragukanmu (membuatmu ragu). Ini sudah jelas, mari kita ambil sebuah contoh. Ada dua orang, si A dan si B, keduanya pandai memanah. Namun si B lebih pesimis dia akan sanggup memanah dengan tepat. Maka hasilnya bisa ditebak sendiri.



5. Tidak menomer satukan materi.



6. Tawakal dan yakin pada Allah. (At Talak : 3 -> "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.". Kita sudah dapat mengambil kesimpulan dari beberapa poin di atas, keyakinan pada Allah akan membawa keberanian.



7. Hasil pendidikan. Ini harus kita tanamkan sejak kecil pada anak-anak kita. Tidak takut pada takhayul, mitos, dan sejenisnya. Lalu kita tanamkan keberanian untuk berkata jujur, menghadapi permasalahan, bertanggung jawab, dan memerangi musuhmusuh Islam

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan Ahlak adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia karena ahlak mencakup segala pengertian tingkah laku dan karakter manusia yang baik atu buruk dalam hubungan nya dengan khaliq atau dengan sesama mahluk. Ahlak ini merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan ahlaqul karimah seseorang. Dan beberapa ahlak yang abik di antaranya adalah istiqomah, tabligh, dan syaja’ah. Dan manusia paling baik budi pekerti nya adalah Rosulullah SAW.

B. Saran Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khusus nyabagi penyusun dan pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan di selesaikan nya makalah ini baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan ahlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA



Darsono, T. Ibrahim. Membangun akidah dan ahlak, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008



Ghoni Asykur, Abdul. Kumpulan Hadist-Hadit Pilihan Bukhori Muslim. Bandung : Husaini Bandung, 1992

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85

More Documents from ""