ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ADHD Ditujukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Anak II Dosen : Ns. Susi, S.Kep.,M.Kep.
ADHD
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 1. Maratul Azizah
(NH0116085)
7. Kharisma Lolok
2. Ika Riskiani
(NH0116071)
8. Iskandar
(NH0116077)
3. Indrawati D
(NH0116069)
9. Haget Ajeng
(NH0116059)
4. Andi Ddea Safira
(NH0116014)
10. Nabila Inda Pratiwi
(NH0116205)
5. Hasriyanti
(NH0116062)
11. Gabriella Ciciliya
(NH0116055)
12. Muh.Nadir
(NH0116097)
13. Lisa
(NH0116084)
6. Gusti Ayu Abdul W. (NH0116057)
(NH0116083)
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2018
1
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya berupa kesehatan dan kesempatan kepada Penulis sehingga
penulisan Makalah dengan judul “ADHD” dapat di selesaikan
dengan baik tanpa ada hambatan apapun. Makalah ini berisi tentang defenisi, etiologi, tanda dan gejala serta hal-hal yang menyangkut dengan HIV/AIDS. Akhir kata, Semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikirin untuk teman-teman yang lain. Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan Makalah ini, masih jauh dari kesempurnaaan, baik dari segi penulisan, penyusunan maupun pemakaian tata bahasa, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Makassar,
Januari
2019
Penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................... 3 B. Tujuan ....................................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP MEDIS A. Pengertian .................................................................................................. 5 B. Etiologi………………………………………………………………......5 C. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 7 D. Psikopatologi ............................................................................................. 7 E. Skema ADHD ........................................................................................... 8 F. Pemeriksaan Penunjang............................................................................. 9 G. Pentalaksanaan .......................................................................................... 9 KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian ................................................................................................. 11 B. DiagnosaKeperawatan............................................................................... 17 C. Intervensi ................................................................................................... 18 D. Implementasi ............................................................................................. 30 E. Evaluasi ..................................................................................................... 30 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 44 B. Saran .......................................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit And Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian. Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan. Anak ADHD menunjukkan berbagai keluhan yaitu: perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk atau sedang berdiri. Beberapa gejala lain yang sering terlihat adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan dan suka membuat keributan. Tiga gejala pokok yang sering terlihat pada anak ADHD adalah kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas (I.M.S. Adiputra & I.M.Sutarga, et.all.2015) Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah di seluruh dunia dilaporkan sekitar 3-7% dan di Amerika prevalensi ADHD dilaporkan sekitar 2-26%.2 Kejadian ADHD di negara-negara lain bervariasi antara 2-20% misalnya di Ukraina prevalensi ADHD pada anak sekolah dilaporkan sebesar 20%.3 Prevalensi ADHD di Indonesia belum diketahui secara pasti. Penelitian yang secara terbatas dilakukan di Jakarta dilaporkan prevalensi ADHD sebesar 4,2%, paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah dan pada anak laki-laki. Dan pada tahun 2012 tepatnya di Bali ada 63 anak yang dilaporkan mengalami gangguan ADHD dan pusat terapi anak dan sekolah kebutuhan 3
khusus Pradnyagama Denpasar itu mencapai 150 (I.M.S. Adiputra & I.M.Sutarga, et.all.2015)
B. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini yaitu utnuk mengetahui apa itu ADHD (Attention Deficit And Hyperactivity Disorder) dan bagaimana cara penanganan ADHD ini pada anak-anak.
4
BAB II KONSEP MEDIS A. Pengertian Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) adalah satu kondisi neurologis yang melibatkan gangguan pada proses memusatkan perhatian dan perilaku dan perilaku hiperaktifitas dan impulsivitas yang tidak sejalan dengan tingkat usia anak, kegagalan perkembangan fungsi sirkuit otak yang memonitor kontrol diri dan inhibisi serta perilaku anak dengan ADHD juga meliputi aktifitas motorik yang berlebihan (Moore, 2009). B. Etiologi Pada umumnya penyebab gangguan perilaku ADHD adalah fisik- biologis yang disebabkan karena faktor bawaan fisik muncul karena intervensi lingkungan. Beberapa faktor penyebab dijelaskan sebagai berikut. a. Faktor bawaan fisik i.
Herediter Anak ADHD sering ditemukan pada keluarga yang memiliki riwayat ADHD dan kelainan psikopatologis lainnya seperti mood disorder, conduct disorder (perilaku menyimpang), (Durad & Barlow, 2006). Bahkan ditemukan 80 % ADHD disebabkan oleh faktor herediter (Rief, 2008) Gen pembawa ADHD dicurigai lebih dari datu. Focus perhatian adalah pada gen yang mengatur kerja unsure kimiawi saraf (neurochemical) dopamine pada otak. Faktor hereditas juga berupa disfungsi wilayah otak yang berhubungan dengan fungsi pelaksana aktivitas dan pengaturan diri (Rief, 2008)
ii.
Metabolisme biologis Aktivitas metabolism tubuh juga berperan menjadi penyebab ADHD. Metabolism tubuh anak dengan ADHD secara umum berbeda dengan anak normal. Metabolism tubuh ini meliputi : 1. Terhambatnya aktivitas pada wilayah otak pada sebagian besar wilayah frontal dan basal ganglia. Wilayah otak ini berperan untuk mengontrol 5
tingkat aktivitas, impulsifitas, atensi, dan berfungsi sebagai pengendali perilaku. 2. Rendahnya metabolism glukosa, sebagai sumber energy di wilayah frontal. 3. Kurangnya aliran darah pada wilayah otak tertentu yang berhubungan dengan perilaku ADHD 4. Kurangnya aktivitas elektrikal (hubungan antar simpul) pada bagian – bagian otak yang berhubungan dengan ADHD (Rief, 2008) iii.
Ketidakseimbangan unsur kimiawi tubuh Kondisi kekurangan, ketidakseimbangan, dan ketidakefektifan kerja unsure kimiawi dalam otak (neurotransmiter) yaitu berhubungan dengan kerja mengendalikan perilaku akan menyebabkan ADHD (Rief, 2008)
iv.
Struktur otak dan hambatan perkembangan otak Struktur otak anak dengan ADHD memiliki volume otak lebih kecil sekitar 3% sampai 4 % dari anak normal. Anak dengan ADHD juga megalami keterlambatan di beberapa area otak, terutama di wilayah cortex (Rief, 2008)
v.
Komplikasi prenatal, natal, dan postnatal Kondisi kehamilian, kelahiran, dan pasca lahir anak juga mempengaruhi munculnya ADHD. Pada saat hamil, ibu yang mengkonsumsi alkohol, nikotin dari rokok, dan kontaminasi logam berat atau timah akan berpotensi melahirkan anak dengan resiko ADHD (Rief, 2008). Pada saat lahir, resiko ADHD ada pada bayi mengalami keracunan lahir, lahir premature, dan berat badan di bawah normal, mengalami trauma pada bagian frontal otak, serta sakit yang berefek pada otak seperti enchepalitis.
b. Faktor lingkungan Faktor lingkungan dikatakan menjadi pemicu munculnya beberapa symptom ADHD pada anak yang telah memiliki faktor bawaan fisik ADHD. Hubungan antara faktor lingkungan sabgat erat dengan faktor kondidi fisik anak ADHD, sehingga seringkali terlihat overlapping. Beberapa faktor lingkungan yang mencetuskan ADHD adalah : pola asuh yang beresiko terhadap menculnya symptom ADHD, seperti Ibu perokok 6
sehingga anak menghisap racunnya, anak terlalu banyak makanan yang mengandung zat aditif seperti penyedap, pewarna, dan pengawet (Durand & Barlow,2006) ; serta keracunan logam berat pada anak yang sudah tidak bisa lagi ditolerir (Rief, 2008). Selain itu secara psikologis dan sosial, perlakuan lingkungan pada anak ADHD akan memperdalam kondisi ADHD, seperti respon negative lingkungan dan pemberian label anak nakal pada mereka (Durand & Barlow,2006) C. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis pada anak dengan ADHD yaitu : 1. Sering gagal berfokus pada hal – hal detail atau membuat kecerobohan dalam pekerjaan sekolah, atau kegiatan – kegiatan lainnya 2. Sering kesulitan dalam mempertahankan perhatian pada tugas atau kegiatan bermain 3. Sering tampak seperti tidak mendengarkan bila diajak nerbicara secara langsung 4. Mudah terganggu oleh stimulus – stimulus luar 5. Sering lupa akan kegiatan sehari – harinya 6. Sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan kegiatan (Jenny Thompson, 2012) D. Psikopatologi ADHD Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan masalahmasalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan sekolah. Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatus perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan (Martin, 1998).
7
E. Skema ADHD Skema ADHD ( Dr. Dwidjo Saputro, 2009 )
DISFUNGSI OTAK
HIPOKSIA OTAK
GENETIK
HIPOFUNGSI SISTEM DOPAMIN DAN NOREPRIN
DISFUNGSI KORTIKO STRIATAL
DISFUNGSI KORTEKS PREFONTAL
DEFEK FUNGSI KOGNITIF
KEGAGALAN INHIBISI PERILAKU TERTUNDANYA RESPONS PERILAKU
GEJALA UTAMA ADHD YAITU INATTENTIVENESS dan IMPULSIVITAS
DIAGNOSIS ADHD (DOKTER UMUM)
Deteksi Dini Adhd (Guru, Orang Tua) Dan Diagnosis Adhd Akurasi Meningkat (Dokter Umum)
8
F. Pemeriksaan Penunjang pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan ADHD antara lain : a.
Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang memperberat masalah
b.
Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organik
c.
Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
d.
Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)
G. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain : a. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah b. Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan prososial dan perilaku regulasi diri c. Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial dan regulasi diri d. Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi e. Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri
9
f. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral g. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat membahas permasalahan dan curahan hati probadinya
10
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak antara lain 1. Neonatus (0-28 hari) a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ? b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ? c. Bagaimana kemampuan menghisap ? d. Kapan mulai mengangkat kepala ? e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan) ? f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap su`ra atau bel) ? g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang ? 2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun) a. Bayi usia 1-4 bulan. 1) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ? 2) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)? 3) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata
11
ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh) ? 4) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ? b. Bayi Umur 4-8 bulan 1) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup pada alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ? 2) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangs edang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ? 3) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)? 4) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)? c. Bayi Umur 8-12 bulan 12
1) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ? 2) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)? 3) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)? 4) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang) ?
3. Masa Toddler a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)? b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)? c. Bagaimana
kemampuan
berbahasa
anak
(misalnya
:
memiliki
sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap orang
lain
sangat
tinggi,
mampu
menunjukkan
dua
gambar,
mampu
mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ? d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai baju) ? 4. Masa Prasekolah (Preschool) a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
13
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan bantuan) ? b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)? c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)? d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga) ? 5. Masa school age a. Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ? b. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ? c. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)? d. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ? e. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah? f. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah ? g. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ? h. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ? 6. Masa adolensence a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri ? b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ? 14
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ? d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ? e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya membersihkan rumah,memasak) ? Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain : 7. Pengkajian riwayat penyakit a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau day care. b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah. c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak. d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil. 8. Penampilan umum dan perilaku motoric a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya. b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas. c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan. d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
9. Mood dan Afek a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum. b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa. c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut. 15
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan 10. Proses dan isi piker Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan 11. Sensorium dan proses intelektual a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti halusinasi. b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara nyata. c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan. d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati. e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan tugas 12. Penilaian dan daya tilik diri a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi. c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil. d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya. e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain. f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri 13. Konsep diri a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
16
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk. c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh 14. Peran dan hubungan a. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun sosial. b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua. c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi. d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga. e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik. f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak. 15. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
B. Diagnosa Keperawatan Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara lain : 1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsive 2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak 17
3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan 5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif 7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri 8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama 9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi
C. Intervensi Keperawatan Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan diatas antara lain : 1. Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terhadap prestasi yang buruk Tujuan : Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain atau anak lain dengan kriteria hasil : a. Berhasil menyelesaikan kewajiban atau tugas dengan bantuan b. Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima ketika berinteraksi dengan staf atau anggota keluarga c. Berhasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan d. Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugas secara mandiri e. Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan diingatkan f. Mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya g. Menunjukkan keberhasilan interaksi dengan anggota keluarga 18
Intervensi: h. Identifikasi faktor yang memperburuk dan mengurangi perilaku klien. Rasional : Stimulus eksternal yang memperburuk masalah klien dapat diidentifikasi dan diminimalkan. Demikian juga stimulus yang mempengaruhi klien secara positif dapat digunakan dengan efektif i. Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari distraksi. Lakukan intervensi satu pasien-satu perawat dan secara bertahap tingkatkan jumlah stimulus lingkungan Rasional : Kemampuan klien untuk menghadapi stimulus eksternal terganggu j. Tarik perhatian klien sebelum memberikan instruksi (yaitu panggil nama klien dan lakukan kontak mata) Rasional : Klien harus mendengarkan instruksi sebagai langkah awal untuk patuh] k. Berikan instruksi secara secara berlahan dengan menggunakan bahasa yangs ederhana dan petunjukk yang kongkret Rasional : Kemampuan klien dalam memahami instruksi terganggu (terutama jika instruksi tersebut kompleks dan abstraks) l. Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai tugas Rasional : Pengulangan menunjukkan bahwa klien menerima informasi yang akurat m. Bagi tugas yang kompleks menjadi rugas-tugas kecil Rasional : Kemungkinan untuk berhasil akan meningkat dengan kurangnya komponen tugas yang rumit n. Barikan umpan balik positif untuk pencapaian setiap tahap Rasional : Kesempatan klien untuk mendapatkan keberhasilan dapat meningkat dengan memperlakukan setiap tahap sebagai kesempatan untuk berhasil o. Izinkan berisitirahat klien dapat berjalan-jalan Rasional : Energi kegelisahan klien dapat disalurkan melalui cara yang tepat/dapat diterima sehingga ia dapat menyelesaikan tugas yang akan datang dengan lebih efektif p. Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan jelas Rasional : Klien harus mengerti harapan yang diminta sebelum ia dapat mengusahakan penyelesaian tugas q. Bantu klienmenyelesaikan tugas pada awalnya Rasional : Jika klien tidak mampu menyelesaikan menyelesaikan tugas secara mandiri, memberi bantuan akan memungkinkan klien untuk berhasil dan menunjukkan cara menyelesaikan tugas 19
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif Tujuan : Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang, ditandai dengan a. Espresi-ekspresi verbal dari aspek-aspek positif tentang diri, pencapaian masa lalu dan prospek-prospek masa depan b. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri c. Anap berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan. Intervensi : d. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis Rasional : Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak e. Sampaikan perhartian tanpa syarat bagi pasien Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri f. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada aktivitasaktivitas kelompok Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda g. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak Rasional : Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif. h. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensive Rasional : Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien
20
i. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan Rasional : Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri j. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati pencapaian tugas Rasional : Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap.
3. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengen kriteria hasil: a. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi b. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya c. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri Intervensi : d. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan Rasional : Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain e. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri Rasional : Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal. 21
f. Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk bunuh diri. Tanyakan " Apakah anda mempunyai rencana untuk bunuh diri?" dan "Bagaimana rencana anda untuk melakukannya Rasional : Pertanyaan-pertanyaan yang langsung, menyeluruh dan mendekati adalah cocok untuk hal seperti ini. Anak yang mempunyai rencana yang dapat digunakan adalah berisiko lebih tinggi dari pada yang tidak g. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul Rasional : Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan. h. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaanperasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan. Rasional : Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif. i. Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai dari percobaan memastikan Rasional : Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-perasaan marah, karena bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai suatu akibat dari kemarahan diarahkan pada diri sendiri j. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak Rasional : Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan. k. Coba untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk ansietas anak (misalnya : kantung pasien untuk latihan tinju, joging, bola voli) Rasional : Ansietas dan tegangan dapat diredakan dengan aman dan dengan adanya manfaat bagi anak dengan cara ini. l. Usahakan untuk bisa tetap bersama panak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat Rasional : Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman 22
m. Staf harus mempertahankan dan menyampaikan dengan sikap yang tenang terhadap anak Rasional : Ansietas adalah sesuatu yang mudah menjalar dan dapat ditransmisikan dari staf ke anak dan sebaliknya. Sikap yang tenang menyampaikan suatu rasa kontrol dan perasaan aman bagi anak. n. Sediakan staf yang cukup yang dapat memperlihatkan kekuatan pada anak jika diperlukan Rasional : Hal ini menyampaikan pada anak bukti pengendalian terhadap situasi dan memberikan beberapa keamanan fisik bagi staf. o. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek –sfek samping yang merugikan Rasional
:
Obat-obatan
antiansietas
(misalnya
diazepam,
klordiazepoksida,
alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari ansietas dan memudahkan kerjasama anak dengan terapi. p. Pembatasan-pembatasan mekanis atau ruangan isolasi akan diperlukan jika intervensi penurunan pembatasan tidak berhasil Rasional : Ini adalaj hak anak untuk mengharapkan penggunaan teknik-teknik yang menjamin keamanan anak dan orang lain dengan cara-cara yang paling kurang pembatasannya.
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak Tujuan : Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial dengan kriteria hasil : a. Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk menipulasi orang lain b. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara social
23
c. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respons terhadap rasa frustasi Intervensi: d. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis Rasional : penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitasaktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga diri e. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri f. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan pada aktivitasaktivitas kelompok Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda g. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai negative Rasional : identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu mengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping individu yang efektif h. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif Rasional : Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak i. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan Rasional : Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri
24
5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan Tujuan : Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak mampu dalam memberi respons terhadap stres . Intervensi : a. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten di dalam berespons dan bersedia. Tunjukkan rasa hormat yang positif dan tulus Rasional : Kejujuran, ketersediaan dan penerimaan meningkatkan kepercayaan pada hubungan anak dengan staf atau perawat b. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau joging, bola voli, latihan dengan musik, pekerjaan rumah tangga, permainan-permainan kelompok Rasional : tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan manfaat bagi anak melalui aktivitas-aktivitas fisik c. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang sebenarnya dan untuk mengenali sensiri perasaan-perasaan tersebut padanya Rasional : Anak-anak vemas sering menolak hubungan antara masalah-masalah emosi dengan ansietas mereka. Gunakan mekanisme-mekanisme pertahanan projeksi dan pemibdahan yang dilebih-lebihkan d. Perawat harus mempertahankan suasana tentang Rasional : Ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain e. Tawarkan bantuan pada wajtu-waktu terjadi peningkatan ansietas. Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologis Rasional : Keamanan anak adalah prioritas keperawatan f. Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberaoa anak. Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap penggunaannya Rasional : sebagaimana ansietas dapat membantu mengembangkan kecurigaan pada beberapa individu yang dapat salah menafsirkan sentuhan sebagai suatu agresi
25
g. Dengan berkurangnta ansietas, temani anak untuk mengetahui peristiwa-peristiwa tertentu yang mendahului serangannya. Berhasil pada respons-respons alternatif pada kejadian selanjutnyta Rasional : Rencana tindakan memberikan anak perasaan aman untuk penanganan yang lebih berhasil terhadap kondisi yang sulit jika terjadi lagi h. Berikan obat-obatan dengan obat penenang sesuai dengan yang diperintahkan. Kaji untuk keefektifitasannya, dan beri petunjukkepada anak mengenai kemungkinan efekefek samping yang memberi penharuh berlawanan Rasional : Obat-obatan terhadap ansietas (misalnya diazepam, klordiasepoksida, alprazolam) memberikan perasaan lega terhadap efek-efek yang tidak berjalan dari ansietas dan mempermudah kerjasama anak dengan terapi 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif Tujuan : Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn setiap malam dengan kriteria hasil: a. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur b. Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat c. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa terbangun Intervensi : d. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur Rasional : Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan e. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu Rasional : Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya f. Duduk dengan anak sampai dia tertidur Rasional : kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman g. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan dari diet anak Rasional : Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur
26
h. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung, latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat) Rasional : Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tidur i. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari istirahat dan aktivitas j. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan dalam keadaan ketakutan Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman 7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham kebesaran dengan kriteria hasil : a. Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya sendiri b. Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan ketidakseimbangan dan keperluan untuk mempertahankan ego melalui rasionalisasi dan kemuliaan c. Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain d. Anak berinteraksi dengan orang lain dengan situasi-situasi kelompok tanpa bersikap defensif Intervensi : e. Kenali dan dukung kekuatan-kekuatan ego dasar Rasional : memfokuskan pada spek-aspek positif dari kepribadian dapat membantu untuk memperbaiki konsep diri f. Beri semangat kepada anak untuk menteahui dan mengungkapkan dan bagaimana perasaan ini menimbulkan perilaku defensif, seperti menyalahkan oprang lain karena prilakunya sendiri Rasional : Pengenalan masalah adalah langkah pertama pada proses perubahan ke arah resolusi g. Berikan segera sebenarnya umpan balik yang tidaj mengancam untuk perilakuperilaku yang tidak dapat diterima 27
Rasional : Anak mungkin kurang pengetahuan tentang bagaiamna dia diterima oleh orang lain. Berikan informasi ini dengan cara yang tidak mengancam dapat membantu untuk mengeliminasi perilaku yang tidak diinginkan h. Bantu anak untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menimbulkan sifat defensif dan praktik bermain peran dengan respons-respons yang lebih sesuai Rasional : Bermain peran memberikan percaya diri untuk menghadapi situasi-situasi yang sulit jika hal-hal tersebut benar-benar terjadi i. Berikan dengans egera umpan balik positif bagi perilaku-perilaku yang dapat diterima Rasional : Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan memberi semangat untuk mengulangi perilaku-perilaku yang diinginkan j. Membantu anak untu menetapkan sasaran-sasaran yang realistis, konkret dan memerlukan tindakan-tindakan yang cocok untuk mencapai sasaran-sasaran ini Rasional : Keberhasilan akan meningkatkan harga diri k. Evaluasi dengan anak keefektifan perilaku-perilaku yang baru dan diskusikan adanya perubahan untuk perbaikan Rasional : Karena keterbatasan kemampuan untuk memecahkan masalah, bantuan mungkin diperlukan untuk menetapkan kembali dan mengembangkan strategi baru, pada keadaan di mana metode-metode koping baru tertentu terbukti tidak efektif 8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan efektif dalam berespons perilaku anak dengan kriteria hasil : a. Mengungkatkan dan mengatasi perilaku negatif pada anak b. Mengidentifikasi dan menggunakan sistem pendukung yang diperlukan Intervensi : c. Berikan informasi dan material yang berhubungan dengan gangguan anak dan teknik menjadi orang tua yang efektif Rasional : Pengetahuan dan ketrampilan yang tepat dapat meningkatkan keefektifan peran orang tua 28
d. Dorong individu untuk mengungkapkan perasaan secara verbal dan menggali alternatif cara berhubungan dengan anak Rasional : Konseling suportif dapat membantu keluarga dalam mengembangkan strategi koping e. Beri umpan balik positif dan dorong metode menjadi orang tua yang efektif Rasional : Penguatan positif dapat meningkatkan harga diri dan mendorong kontinuitas upaya f. Libatkan saudara kandung dalam diskusi keluarga dan perencanaan interaksi keluarga yang lebih efektif Rasional : Masalah keluarga mempengaruhi semua anggota keluarga dan tindakan lebih efektif bila setiap orang terlibat dalam terapi tersebut g. Libatkan dalam konseling keluarga Rasional : terapi keluarga dapat membantu mengatasi masalah global yang mempengaruhi seluruh struktur keluarga. Gangguan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga h. Rujuk pada sumber komunitas esuai indikasi, termasuk kelompok pendukung orang tua, kelas menjadi orang tua Rasional : mengembangkan sistem pendukung dapat meningkatkan kepercayaan diri dan keefektifan orang tua. Pemberian model peran atau harapan untuk masa depan 9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi Tujuan : Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan dengan kriteria hasil : a. Berpartisipasi dalam pembelajaran dan m,ulai bertanya dan mencari informasi secara mandiri b. Mencapai tujuan kognitive yang konsisten sesuai tingkat temperamen Intervensi : c. Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri, aktivitas kelompok kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi, seperti bus sekolah, kafetaria yang ramai, aula yang ramai 29
Rasional : Peredaan dalam stimulasi lingkungan dapat menurunkan distraktibilitas. Kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan untuk tepat pada tugas dan membantu klien mempelajari interaksi yang tepat dengan orang lain, menghindari rasa terisolasi d. Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi langkah Rasional : Keterampilan belajar yang terurut akan meningkat. Mengajarkan anak keterampilan pemecahan masalah, mempraktikkan contoh situasional. Keterampilan efektif dapat meningkatkan tingkat prestasi e. Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan antisipasi respons perilaku Rasional : penggunaan psikostimulan mungkin tidak mengakibatkan perbaikan kenaikan kelas tanpa perubahan pada ketrampilan studi anak f. Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat, anak, dan keluarga Rasional : keefektifan kognitif paling mungkin meningkat ketika terapi tidak terfragmentasi, juga tidak terlewatkannya intervensi signifikan karena kurangnya komunikasi interdisiplin. D. Evaluasi Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD antara lain : 1. Asietas dipertahankan pada tingkat di mana anak merasa tidak perlu melakukan agresi 2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan- perasaan yang sebenarnya 3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri 4. Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya sendiri 5. Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan ketidakseimbangan dan keperluan untuk mempertahankan ego melalui rasionalisasi dan kemuliaan 6. Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain 7. Anak berinteraksi dengan orang lain dalam situasi-situasi kelompok tanpa bersikap defensive 8. Anak mencari anggota staf untuk sosial, serta untuk interaksi terapeutik
30
9. Anak telah membentuk dan secara memuaskan mempertahankan, satu hubungan antar probadi dengan pasien lainnya 10. Anak dengan suka rela dan sesuai berpartisipasi di dalam aktivitas kelompok 11. Anak mengungkapkan alasan-alasan bagi ketidakmampuan untuk membentuk hubungan antar pribadi yang dekat dengan orang lain pada masa lalu 12. Anak mampu menunda pemuasan terhadap keinginannya tanpa terpaksa untuk memanipulasi orang lain 13. Anak mampu mengeskpresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara social 14. Anak mampu mengungkapkan kemampuan – kemampuan koping alternatif , dapat diterima secara sosial, sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respon terhadap rasa frustasi 15. Anak mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri 16. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrem terhadap kegiatan 17. Anak mampu untuk mengungkapkan perilaku-perilaku yang menjadi tanda ketika ansietas mulai timbul dan tindakan yang sesuai untuk menghentikan perkembangan dari kondisi tersebut 18. Anak mampu mempertahankan ansietas pada tingkat yang dapat dikendalikan 19. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur 20. Tidak ada gangguan-gangguan yang diamati oleh perawat 21. Anak mampu untuk memulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa terbangun
31
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Anak M usia 7 tahun siswa kelas 1 Sekolah Dasar datang ke rumah sakit bersama ibunya dengan keluhan tak bisa duduk tenang. Energi anak saya seperti tiada habisnya. Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, suka mendominasi pergaulan, berlarian ke sana-kemari dan sering mengganggu teman-temannya. Ibu mengatakan anaknya sering terjatuh karena sering berlarian tanpa tujuan. Anak M lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada pekerjaan sekolahnya. Ibunya mengakui bahwa Anak M berganti-ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya, bermain bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih pada permainan yang lain. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasinya di sekolah. An. M juga mengungkapkan bahwa dia malas mengerjakan PR yang susah dan dia bilang tidak pernah mendapatkan nilai bagus dan selalu mendapat nilai merah. Anak M seringkali sulit dikontrol. Dia sering mengabaikan apa yang Ibunya perintahkan. Dari pemeriksaan ditemukan banyak luka atau parut bekas terjatuh, konsentrasi buruk.
1) PENGKAJIAN A. Identitas Anak Nama
: An. M
Umur
: 7 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
BB
: 18 kg
TB
: 110 cm
Pendidikan
: Sekolah dasar
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Bugis / Indonesia
Alamat
: Jln.perintis kemerdekaan VI
Tanggal MRS
: 1 Januari 2019
Tanggal Pengkajian
: 1 Januari 2019
Nomor Register
: 12.25.95
Diagnosa Medis
: ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) 32
B. Identitas Penanggung Jawab Nama
: Ibu. W
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Bugis / Indonesia
Alamat
: Jln.perintis kemerdekaan VI
Hubungan dengan klien
: Ibu klien
C. Riwayat Kesehatan Klien 1. Keluhan Utama Tidak bisa duduk tenang. Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, suka mendominasi pergaulan, berlarian ke sana-kemari dan sering mengganggu temantemannya.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu mengatakan anaknya sering terjatuh karena sering berlarian tanpa tujuan. Anak M lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada pekerjaan sekolahnya. Ibunya mengakui bahwa Anak M berganti-ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya, bermain bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih pada permainan yang lain. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasinya di sekolah. An. M juga mengungkapkan bahwa dia malas mengerjakan PR yang susah dan dia bilang tidak pernah mendapatkan nilai bagus. Anak M seringkali sulit dikontrol. Dia sering mengabaikan apa yang Ibunya perintahkan
3. Riwayat Kesehatan Dahulu Sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit sama.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga 33
Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.
D. Riwayat Anak 1. Masa Pre – Natal Selama kehamilan ibu 4 kali memeriksakan kandungannya ke Puskesmas dan Dokter, mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali. Selama kehamilan ibu tidak pernah mengalami penyakit yang menular atau penyakit lainnya. Ibu juga berkata saat kehamilannya suka makan makanan laut seperti udang, kerang. 2. Masa Intra – Natal Proses persalinan klien secara normal (spontan) dengan bantuan bidan, dengan umur kehamilan 37 minggu. 3. Masa Post – Natal Klien lahir dalam keadaan normal, dengan BB ± 3200 gram dalam keadaan sehat. Waktu lahir klien langsung menangis.
E. Pengetahuan Orang Tua 1. Tentang Makanan Sehat Orang tua klien belum cukup mengetahui tentang makanan sehat dan gizi klien baik dan berat badannya 18 kg, klien diberikan ASI sampai umur 2 bulan saja dan dilanjutkan dengan PASI.
2. Tentang Personal Hygiene Orang tua klien belum cukup mengetahui tentang kebersihan, dilihat dari kebersihan klien dan orang tuanya sendiri. Badan klien terlihat kusam, rambut klien hitam, kuku klien bersih kotor, mulut klien tampak kelihatan bersih.
3. Imunisasi Klien mendapat imunisasi, yaitu : a. BCG
: 1 kali
b. DPT
: 3 kali
c. Campak
: 1 kali 34
d. Polio
: 3 kali
e. Hepatitis B
: 2 kali
F. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia
Pertumbuhan
7 tahun
BB : 18 kg PB : 110 cm
Perkembangan Sudah bisa belajar berenang, berayun. Tubuhnya telah mampu melakukan aktivitas fisik yang lebih kompleks. Sudah bisa diajari mambaca kalimat dan mengerjakan hitungan matematika sederhana
G. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Penampilan : Klien tampak agak kusam. Kesadaran
: Composmentis
Vital Sign
: TD
: -
RR
: 25 kali / menit
Temp :
37,4 º C
Nadi
:100 kali / menit
BB
: 18 kg
TB
: 110 cm
2. Kebersihan Anak Klien kelihatan kusam karena sering bermain kesana kemari. 3. Suara Anak Waktu Menangis Ketika klien mengangis terdengar suara yang kuat. 4. Keadaan Gizi Anak Keadaan gizi anak cukup baik ditandai dengan BB: 18 kg. (BB normal: 22 kg) 5. Aktivitas Di rumah sakit klien berbaring ditempat tidur dan sesekali berpindah posisi agar klien merasa nyaman. 6. Kepala dan Leher Keadaan kepala tampak bersih, dan tidak ada luka atau lecet. Klien dapat menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan limfe.
35
7. Mata (Penglihatan) Bentuk simetris, tidak ada kotoran mata, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik karena klien tidak menggunakan alat bantu, tidak ada peradangan dan pendarahan. 8. Telinga (Pendengaran) Tidak terdapat serumen, fungsi pendengaran baik karena klien jika dipanggil langsung memberi respon. Tidak ada peradangan dan pendarahan. 9. Hidung (Penciuman) Bentuk simetris, kebersihan hidung baik tidak terdapat kotoran pada hidung, tidak terdapat polip. 10. Mulut (Pengecapan) Tidak terlihat peradangan dan pendarahan pada mulut, fungsi pengecapan baik, mukosa bibir kering. 11. Dada (Pernafasan) Bentuk dada simetris, tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak ada bunyi tambahan dalam bernafas, dengan frekuensi nafas 25 x/menit. 12. Kulit Terlihat sedikit kusam, tidak terdapat lesi maupun luka, turgor kulit baik (dapat kembali dalam 2 detik), kulit klien teraba panas dengan temperatur 37,4 º C. 13. Abdomen Bentuk simetris, tidak ada luka dan peradangan, tidak ada kotoran yang melekat pada kulit. 14. Ekstremitas Atas dan Bawah Bentuk simetris, tidak ada luka maupun fraktur pada ekstremitas atas dan bawah, terdapat keterbatasan gerak pada ekstremitas atas bagian dekstra karena terpasang infuse RL 20 tetes/menit.
15. Genetalia Klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak terpasang kateter.
H. Pola Makan dan Minum Di rumah : Klien makan 3x sehari dengan menu sayur sop dan klien suka minum air putih dan susu.
36
Di RS
: Klien
mendapatkan
bubur
ayam
3x
sehari
dan
tidak
bisa
menghabiskannya, klien minum hanya ½ gelas dari 1 gelas.
I. Pola Eliminasi Di rumah : Klien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat dan bau khas feses, BAK klien 4-5x/hari berwarna kuning jernih dan berbau amoniak. Di RS
: Klien BAB 1x dalam 2 hari dengan konsistensi padat dan berbau khas feses. Dan klien BAK 2-3x/hari berwarna kuning jernih dan berbau amoniak.
J. Terapi Yang Didapatkan di RS a. Terapi obat Psikotimulan b. Terapi obat Non Stimulan ( Anti depresi, Anti psikotik )
K. Analisa Data No 1
Data Subyektif dan Data Obyektif DS : - Ibu mengatakan
Etiologi
Problem
Hiperaktifitas
Risiko Cedera
bahwa energy anaknya seperti tiada habisnya dan agresif. -
Ibu
mengatakan
anaknya sering terjatuh karena sering berlarian tanpa tujuan.
DO: - Anak sering kali terlihat berlarian dan ditemukan banyak luka atau
parut
bekas 37
terjatuh.
2
DS : An. M mengungkapkan bahwa
dia
Tidak adekuatnya
Ketidakefektifan
tingkat
Koping
malas
mengerjakan PR yang
kepercayaan diri
susah dan dia bilang
terhadap
tidak
pernah
mendapatkan bagus
kemampuan untuk
nilai melakukan koping.
dan
selalu
mendapat nilai merah
DO: Anak terlihat tidak bisa berkonsentrasi dengan perawat dan sering menengok ke kanan dan ke kiri saat
berbicara
dengan perawat.
2) Prioritas Diagnosa 1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas. 2. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan tidak adekuatnya tingkat kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk melakukan koping.
3) Intervensi No
Diagnosa
Dx
Keperawatan
1
Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas Definisi:
NOC
Risk Kontrol Klien terbebas dari cidera
NIC
1. Sediakan lingkungan yang
aman
bagi
pasien
Pasien dan anggota 2. Menghindari keluarga
lingkungan
yang 38
Berisiko
mempraktikkan
berbahaya
mengalami cedera
keamanan dan
3. Menganjurkan
sebagai akibat
melakukan tindakan
keluarga
kondisi
kewaspadaan di
menemani pasien
lingkungan yang
rumah.
berinteraksi
Menggunakan
4. Bantu
untuk
pasien
anggota
dan
keluarga
dengan sumber
fasilitas kesehatan
mengidentifikasi
adaptif dari
yang ada
situasi dan bahaya
sumber defensive
yang
dapat
individu.
mengakibatkan kecelakaan. 5. Anjurkan pasien dan keluarga
untuk
mengadakan perbaikan
dan
menghilangkan kemungkinan keamanan
dari
bahaya. 6. Beri
dorongan
kepada orang dewasa untuk mendiskusikan peraturan keamanan terhadap anak. 7. Rujuk
pasien
ke
sumber-sumber komunitas yang lebih tepat 2
Ketidakefektifan
Decision making
koping
Role inhasment
menggunakan
berhubungan
Sosial support
system
pendukung
dengan tidak
Kriteria Hasil :
ketika
melakukan
adekuatnya
1. Pasien
koping.
1. Dorong pasien untuk
39
tingkat
menggunakan
kepercayaan diri
system pendukung
turunkan
terhadap
yang tepat seperti
yang
kemampuan
keluarga dan teman
dalam lingkungan.
untuk melakukan
untuk
membantu 3. Jelaskan
koping.
dalam
melakukan
Definisi:
koping.
Ketidakmampuan untuk membentuk
2. Identifikasi
orang
dan stimulus
tidak
perlu
kepada tua
semua
terapi dan prosedur
2. Mengatakan penurunan stress 3. Mampu
dan
jawab
pertanyaan pasien. Rujuk pasien untuk
penilaian valid
mengidentifikasi
melakukan
tentang
strategi
konseling
stressor,ketidakad
koping
tentang
pada
psikolog.
ekuatan pilihan respon yang dilakukan dan/ketidakmamp uan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia.
Pasien menggunakan system pendukung yang tepat seperti keluarga dan teman untuk membantu dalam melakukan koping.
40
1) Implementasi
No
Tanggal dan
DX
Waktu
1
03 2019, 08.00
Januari pukul
Implementasi 1. Menyediakan
lingkungan
Evaluasi yang S : Orang tua mengatakan
aman bagi pasien 2. Menghindari
sudah
lingkungan
yang
pemahaman
berbahaya
terhadap
3. Menganjurkan
keluarga
untuk
menemani pasien
yang
dapat
mengakibatkan kecelakaan. 5. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengadakan perbaikan dan menghilangkan
kemungkinan
keamanan dari bahaya. 6. Memberi dorongan kepada orang dewasa
untuk
keamanan
anaknya
agar
O: Hiperaktivitas klien sedikit berkurang.
keluarga mengidentifikasi situasi A : bahaya
akan
tidak cedera.
4. Membantu pasien dan anggota
dan
mengerti
mendiskusikan
peraturan keamanan terhadap anak. 7. Merujuk pasien ke sumber-sumber komunitas yang lebih tepat
Masalah teratasi sebagian 1. Menyediakan lingkungan
yang
aman bagi pasien 2. Menghindari lingkungan
yang
berbahaya 3. Menganjurkan keluarga
untuk
menemani pasien 4. Membantu dan
pasien anggota
keluarga mengidentifikasi situasi dan bahaya yang
dapat
mengakibatkan kecelakaan. P : Lanjutkan Intervensi
41
2
03 2019,
Januari pukul
14.00
1. Mendorong
pasien
untuk S : Orang tua mengatakan
menggunakan system pendukung
aktivitas
anaknya
ketika melakukan koping.
bisa dikendalikan.
sudah
2. Mengidentifikasi dan menurunkan O: Klien sudah terlihat bisa stimulus yang tidak perlu dalam lingkungan.
lebih tenang. A : Masalah teratasi sebagian
3. Menjelaskan kepada orang tua
1. Mendorong
pasien
semua terapi dan prosedur dan
untuk
jawab pertanyaan pasien.
system
pendukung
ketika
melakukan
4. Merujuk pasien untuk melakukan konseling pada psikolog.
menggunakan
koping. 2. Mengidentifikasi menurunkan
dan
stimulus
yang tidak perlu dalam lingkungan. P :Lanjutkan intervensi
1
04 Januari
1. Menganjurkan pasien dan keluarga S : Orang tua mengatakan
2019
untuk mengadakan perbaikan dan
sudah
09.00 WIT
menghilangkan
pemahaman
kemungkinan
keamanan dari bahaya.
terhadap
mengerti
akan
keamanan
anaknya
42
agar
2. Memberi dorongan kepada orang dewasa
untuk
tidak cedera.
mendiskusikan O: Hiperaktivitas klien sedikit
peraturan keamanan terhadap anak.
berkurang.
3. Merujuk pasien ke sumber-sumber A : komunitas yang lebih tepat
Masalah teratasi.
P : Pasien diperbolehkan pulang dan orang tua diberikan Health Education.
2.
04.Januari
1. Menjelaskan kepada orang tua S
:Orang
tua
mengatakan
2019
semua terapi dan prosedur dan
aktivitas
11.00 WIT
jawab pertanyaan pasien.
bisa dikendalikan.
anaknya
sudah
2. Merujuk pasien untuk melakukan O: Klien sudah terlihat bisa konseling pada psikolog
lebih tenang. A : Masalah teratasi. P : Pasien diperbolehkan pulang dan orang tua diberikan Health Education.
43
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit And Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Dimana salah satu penanganan yang efektif bagi penderita ADHD ini adalah pendekatan perilaku. Dimana pendekatan perilaku ini terdapat bimbingan konseling berupa layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya. B. Saran Dari kesimpulan di atas diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua Mahasiswa dan Mahasiswi Stikes Nani Hasanuddin Makassar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit ADHD (Attention Deficit And Hyperactivity Disorder). Tak lupa pula kami mengharapkan ada koreksi dalam hal pembuatan makalah ini, dan semoga dengan adanya tugas ini kami dapat lebih bermanfaat.
44
DAFTAR PUSTAKA Baihaqi, MIF, Sugiarmin, M. (2006). Memahami Anak ADHD. Cetakan I. Bandung : Penerbit PT Refika Aditama Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing Intervension Clasification (NIC). (T. R. D. Nurjanah Intasari, Ed.) (6th ed.). Singapore: Elseviers Singapore Pte Ltd. Durant, V.M. & Barlow, H.M.2006.Essentials of Abnormal Psycology. Terj. Helly Pajitno 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Pustaka Pelajar : Yogyakarta Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes Clasification (NOC). (T. R. D. Nurjanah Intasari, Ed.) (5th ed.). Singapore: Elseviers Singapore Pte Ltd. NANDA International, I. (2015). Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 20152017 :Edisi 10. Jakarta : EGC Rief, S. F. 2008. The ADD/ADHD Checlist A Practical Reference For Prents and Teachers 2nd. Jossey Bass : USA Thompson, Jenny, 2012. Memahami Anak Kebutuhan Khusus. Penerbit : Erlangga Saputo, Dwidjo Dr. 2009. ADHD ( Attention Deficit Hyperactive Disorder ). Jakarta : CV Sagung Seto. Martin, Grand L, PH.D. 1998. Terapi Untuk Anak ADHD. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
45