ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN Dengan FLAIL CHEST
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing Ns. Cipto Susilo, S.Kep.,M.Kep.
Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4. 5.
Avin Agung Prastyo Dewi Putri Witarni Andy Setia Pratama Riza Ulfatul Quraini Istianatul Islamiah
(1411011004) (1411011012) (1411011018) (1411011024) (1411011049)
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2017 i
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga makalah mata kuliah kegawat daruratan II ini dapat kami selesaikan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah kegawat daruratan II di Universitas Muhammadiyah Jember. Sekiranya mahasiswa dapat memanfaatkan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat banyak bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan rasa terima kasih. Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Makalah ini dengan sebaikbaiknya, namun demikian, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap adanya kritik dan saran dari semua pihak untuk dapat menyempurnakan makalah ini.
Jember, 28 Oktober 2017
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i Kata Pengantar ................................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................................. iii BAB I: Pendahuluan ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2 C. Tujuan .................................................................................................. 2 1. Tujuan Umum ............................................................................... 2 2. Tujuan Khusus .............................................................................. 2 D. Manfaat................................................................................................ 2 BAB II : Tinjauan Pustaka ................................................................................ 3 A. Konsep Dasar Penyakit ...................................................................... 3 1. Anatomi Fisiologi ........................................................................ 3 2. Pengertian Flail Chest .................................................................. 4 3. Etiologi ......................................................................................... 5 4. Manifestasi Klinis ........................................................................ 6 5. Patofisiologi ................................................................................. 6 6. Komplikasi ................................................................................... 7 7. Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 7 8. Penatalaksanaan ........................................................................... 7 B. Algoritma Penanganan ....................................................................... 8 1. Bagan Algoritma .......................................................................... 8 C. Konsep Dasar Keperawatan ............................................................... 9 1. Pengkajian .................................................................................... 9 2. Diagnosa Keperawatan................................................................. 12 3. Perencanaan Keperawatan ........................................................... 13 BAB III : Penutup ............................................................................................... 16 A. Kesimpulan ......................................................................................... 16 B. Saran .................................................................................................... 16 Daftar Pustaka.................................................................................................... 17
iii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paruparu, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan. Gejala yang yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu: nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal, pasien menahan dadanya dan bernapas pendek, dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan darah menurun, gelisah dan agitas, kemungkinan cyanosis, batuk mengeluarkan sputum bercak darah, hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jejas pada thorak (Dwi Fitrianti Arieza Putri, 2017). Flail chest terjadi karena tidak adanya kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan dindig dada. Gerakan pernapasan menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak terkoordinasi. Flail chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi, dan akan menimbulkan gerakan paradoksal dari dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi. Peran perawat pada kasus ini adalah mampu membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis, memberi motivasi dan menjaga pasien. Selain itu perawat harus dapat menentukan asuhan keperawatan yang tepat dalam menangani pasien dengan penyakit trauma dada. Dari data diatas kami tertarik mengangkat kasus trauma dada, karena peran dan fungsi perawat dalam merawat pasien trauma dada sangat penting, selain trauma dada itu sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan organ serta terganggunya pada sistem sirkulasi dalam darah. Maka dari itu peran perawat dalam kasus trauma dada
2
ini adalah membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis, mengayomi, memberi motivasi dan menjaga pasien.
B. Rumusan Masalah 1. Apa konsep dasar penyakit dari flail chest? 2. Apa algoritma penanganan dari flail chest? 3. Apa konsep dasar keperawatan dari flail chest? 4. Bagaimana asuhan keperawatan dari flail chest?
C. Tujuan 1. Tujuan Umum: Mengetahui asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan flail chest serta mengetahui konsep medis dari flail chest. 2. Tujuan Khusus: a. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar penyakit dari flail chest. b. Mahasiswa dapat mengetahui algoritma penanganan dari flail chest. c. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar keperawatan dari flail chest. d. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan dari flail chest.
D. Manfaat 1. Bagi mahasiswa Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada flail chest. 2. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Menjadi bahan referensi untuk studi belajar tentang konsep dasar penyakit dan keperawatan pada flail chest.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit 1. Anatomi Fisiologi Tulang ribatau iga atau Os costae jumlahnya 12 asang (24 buah), kiri dan kanan, bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan. Bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas vertebra
torakalis
dengan
perantara
persendian.
Perhungan
ini
memungkinkan tulang-tulang iga dengan bergerak kembang kempis menurut irama pernafasan. Tulang iga dibagi tiga macam : a. Iga sejati (os kosta vera),banyaknya tuju pasang, berhubungan langsung dengan tulang dada dengan perantara persendia. b. Tulang iga tak sejati (os kosta spuria), banyaknya tiga pasang, hubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan dari tulang iga sejati ke- 7. c. Tulang iga melayang (oskosta fluitantes), banyaknya dua pasang, tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada. Tulang-tulang
iniberfungsi
dalam
system
pernapasan,untuk
melindungi organ paru-paru serta membantu menggerakkan otot diagfrakma didalam proses inhalasi saat bernapas. Setelah tulang iga terdapat lapisan otot Muskulus latisimun dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax. Tapi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior. Setelah lapisan otot. Rongga dada berisi organ vital paru dan jantung, pernapasan berlangsung denganbantuan gerak dinding dada. Inpirasi terjadi karna kontraksi otot pernapasan yaitu muskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akanterhisab melalu trakea dan bonkus.
4
paru-paru dilapisi oleh pleura. lapisan ini adalahmembran aktif yang disertai dengan pembulu darah dan limfatik. Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura visceralis menutup paru dan sifat sensitife, pleura iniberlanjut ke hilus dan mediastinum bersama kurang lebih sama dengan melebihi tepi paru pada setiap area dan sepenuhnya terisi dengan ekpansi paru kurang lebih paru normal, hanya ruang potensi yang ada. Rongga toraks dibentuk oleh suatu kerangka dada berbentuk cukup yang tersusun dari tulang otot yang kokoh dan kuat, namun dengan kontruksi yang lentur dan dengan dasar suatu lembar jaringan ikat yang sangat kuat yang disebut Diaphragma. Diafragma bagian muscular perifer berasal dari bagian bawahiga keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi motoric dari intercostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru kurang lebih selama respirasi biasa / tenag sekitar 75%.
2. Pengertian Flail chest atau trauma thoraks adalah keadaan di mana beberapa atau semua tulang costae (iga) patah, biasanya di sisi kanan kiri dada yang menyebabkan adanya pelepasan bagian depan dada sehingga tidak bisa lagi menahan tekanan waktu inspirasi dan malah bergerak kedalam waktu inspirasi. Flail chest adalah suatu keadaan apabila dua iga berdekatan atau lebih mengalami fraktur pada dua tempat atau lebih. Bila fraktur terjadi pada dua maka stabilitas dinding dada lebih besar dan kurang mengancam ventilasi dari pada bila terjadi pada sutu sisi (Dorland, 2011). Flail chest adalaharea thorakyang “melayang” (flail) oleh sebab adanya fraktur iga multiple berturutan (3 iga), dan memiliki garis fraktur = 2 (segmented) pada tiap iganya. Akibatnya adalah terbentuk area “flail” yang akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik
5
pernafasan diding dada. Area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi (Zuhri, 2015). Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan hipoksia yang serius. Kesulitan utama pada kelainan Flail Chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi (kontusio paru). Walaupun tidak stabil dinding dada menimbulkan gerakan paradoksal dari dinding dada pada inpirasi dan ekspirasi, defek ini sendiri saja tidak akan menyebabkan nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada yang tertahan dan trauma jaringan paru.
3. Etiologi Flail chest berkaitan dengantrauma thorak, yang dapat di sebabkan oleh : a. Trauma Tumpul Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain: Kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada lantai yang keras atau akibat perkelahian (R.Labora, 2015). b. Trauma Tembus Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa : Luka tusuk, dan luka tembak. c. Disebabkan bukan trauma Yang dapat mengakibatkan fraktur costa adalah trauma akibat gerakan yang menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress fraktur, seperti pada gerakan olahraga : Lemparan martil, soft ball, tenis, golf.
6
4. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang biasanya tampak untuk menegakkan diagnose flail chest adalah (Liwe Novita, 2014): a. Tampak adanya gerakan paradoksal segmen yang mengambang, yaitu pada saat inspirasi ke dalam, sedangkan pada saat ekspirasi keluar. Keadaan ini tidak akan tampak pada klien yang menggunakan ventilator. b. Sesak nafas c. Takikardi d. Sianosis e. Akral dingin f. Wajah pucat g. Nyeri hebat di bagian dada karna terputusnya integritas jaringan parenkim paru
5. Patofisologi Flail chest, adanya patahan dua segmen koste atau lebih akan menggangu keseimbangan dalam pernpasan. Ketika sekmen thorak mengembang bebas, maka patahan itu akan terdorong bebas ke dalam oleh tekanan atmosfir, yang mengurangi kemampuan paru untuk berkspansi maksimal pada saat inpirasi. Akibatnya jumlah oksigen yang masuk dalam paru akan mengalami penurunan, jika hal ini terjadi, selanjutnya peredaran oksigen dalam darah akan menurun. Pada saat ekspirasi, tekanan paru yang meningkat akan mendorong udara keluar paru, tapi segmen kostae yang telah patah akan menonjol keluar sehinga kesanggupan sangkar torak mendorong udara keluar dari paru
akan
berkurang.
Hal
ini
juga
disebabkan
karna
sebagai
karbondioksida pada paru yang tidak bisa di hembuskan keluar, masuk ke dalam paru yang menonjol pada daerah flail chest. Karbondioksida terakumulasi pada bagian yang fraktur dan volume udara ekspirasi berkurang. Terakumulasinya karbondioksida pada paru mengakibatkan suatu keadaan asidosis respiratori. Pada pasien flail chest,
7
pada saat inspirasi, paru-paru akun menggencet jantung, membatasi pompa jantung sehingga CO menurun dan aliran darah ke seluruh tubuh menjadi berkurang.
6. Komplikasi Gagal nafas yang disebabkan oleh adanya ineffectivair movement (tidak efektifnya pertukatan gas), yang sering diperberat dengan adanya edema/kontusio paru, dan nyeri.
7. Pemeriksaan penunjang Adapun pemeriksaan yang dibutuhkan adalah a. Rontgen Standar 1) Rontgen thorak anteroposterior dan lateral dapata menujukkan jumlah dan tipe costae yang mengalai fraktur 2) Pada pemeriksaan foto thorak pada pasien dewasa dengan trauma tumpul thoraks, adanya gambaran hematothoraks, pneumotoraks, dan kontusio pulmo menunjukkan hubungan yang kuat dengan gambaran fraktur kosta. b. EKG: Mengetahui kelainan masalah pada jantung akibat flail chest c. Monitoring laju nafas. Analisis Gas Darah (AGD) d. Pulse Oksimetri
8. Penatalaksanaan (CSCRF, 2013) Dengan mempertimbangkan keadaan pasien setelah diobservasi dengan Triage Revised Trauma Score (TRTS), maka akan diperoleh akurasi yang sesuai untuk penanganan pada pasien tersebut denga triase yang telah ditentukan. a. Penatalaksanaan Konservatif 1) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri di dada 2) Pemasangan plak/ plaster yang menahan fraktur costae bergera keluar 3) Jika perlu antibiotik
8
4) Fisiotherapy b. Penatalaksanaan Operatif/ invasive 1) Pemasangan Water Seal Drainage (WSD) 2) Pemasangan alat bantu nafas 3) Chest tube 4) Aspirasi (thoracosintesis) 5) Operasi (bedah thoraxis) 6) Tindakan untuk menstabilkan dada a) Mirungkan pasien pada arah daerah yang terkena b) Gunakan bantal pasien pada daerah dada yang terkena 7) Oksigen tambahan
B. Algoritma Penanganan
9
C. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian Kegawatdaruratan Menurut (Musliha, 2010) yaitu a. Pengkajian Primer 1) Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan secret kelemahan reflek batuk 2) Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan/ atau tak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi 3) Circulation TD dapat normal atau meningkat,hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut b. Pengkajian sekunder 1) Aktivitas/istirahat a) Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena b) Keterbatasan mobilitas 2) Sirkulasi a) Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas) b) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah) c) Tachikardi d) Penurunan nadi pada bagian sistal yang cidera e) Capillary refill melambat f) Pucat pada bagian yang terkena g) Masa hematoma pada sisi cidera 3) Neurosensory a) Kesemutan b) Deformitas, krepitasi, pemendekans c) Kelemahan
10
4) Kenyamanan a) Nyeri tiba-tiba saat cidera b) Spasme/ kram otot 5) Keamanan a) Laserasi kulit b) Perdarahan c) Perubahan warna d) Pembengkakan local
2. Pengkajian Umum a. Identitas 1) Identifikasi klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor regestrasi, diagnose medik, alamat semua data mengenai identitas klien tersebut untuk menentukan tindakan. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pada dada saat bernafas. 2) Riwayat kesehatan sekarang Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PORST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, guality atau kualitas (O) yaitu bagaiman nyeri dirasakan oleh klien. Regional (R) yaitu nyeri yang menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut. 3) Riwayat kesehatan yang lalu Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelum.
11
c. Pengkajian pasien dengan pendekatan persistem dengan meliputi 1) Aktivitas / Istirahat Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun instirahat 2) Sirkulasi Tanda : Takikardia, disritmi, irama jantung gallop, nadi apical berpindah, tanda Homman, hipotensi/hipertensi : DVJ 3) Integritas ego Tanda : Ketakutan atau gelisah 4) Makanan dan cairan Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan 5) Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen. Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengerutkan wajah. 6) Pernapasan Gejala : Kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronik, inflamasi/infeksi paru, penyakit interstitial menyebar,
keganasan
pneumothoraks
spontan
sebelumnya,
PPOM. Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus meurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakan dada tidak sama ; kulit pecah ; sianosis ; berkeringat ; krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilitas mekanik tekanan positif. 7) Keamanan Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan 8) Penyuluhan/ pembelajaran Gejala : riwayat faktor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy paru.
12
d. Pengkajian system B 1 (Breath)
Takipnea Peningkatan kerja napas Bunyi napas turun atau takada ada Fremitus menurun Perkusi dada hipersonor Gerakan dada tidak sama Kulit pucat Sianosis Berkeringat Krepitasi subkutan Mental ansietas Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif
B 2 (Bleed)
Takikardi Disritmia Irama jantung gallops Nadi apical berpidah Tanda Homman Hipotensi/ hipertensi Distensi vena juguralis
B 3 (Brain)
Binggung Gelisah Pingsan
B 4 (Blader)
Tidak ada kelaian
B 5 (Bowel)
Tidak ada kelaian
B 6 (Bone)
Mengkerutkan wajah
3. Diagnosa Keperawatan (Herdman, 2015) a. Ketidak efektifan pola pernaasan berhubungan dengan ekpandi paru yang tidak maksimal karna akumulasi udara/cairan. b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder
13
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak cukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasidengan alat eksternal
4. Perencanaan/Intervensi Keperawatan Prioritas Masalah: a. Ketidak efektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karna akumulasi udara/cairan 1) Tujuan Klien akan mendemontrasikan pola nafas aktif 2) Kriteria hasil a) Frekuansi nafas yang efektif dan perbakan pertukaran gas pada paru b) Mengatakan faktor penyebab dan cara adaptasi mengatasi faktor- faktor tersebut 3) rencana tindakan a) Monitoring frekuansi, irama dan kedalaman pernafasan b) Posisikan klien dada posisi semi fowler c) Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif d) Meminimalkan distensi gaster e) Kaji penafasan selama tidur f) Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme sekunder. 1) Tujuan Nyeri berkurang setelah dilakukantindakan perawatan 2) Kriteria hasil a) Klien mengatakan nyeri berkurang b) Tampak
rileks,
mampu
aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
berpartisipasi
dalam
14
c) Tekanan darah normal d) Tidak ada peningkatan nadi dan RR 3) Rencana tindakan a) Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri b) Pertahankan imobilisasi bagi yang sakit dengan tirah baring c) Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan unruk melakukan aktivitas hiburan d) Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi e) Jelaskan prosedu sebelum memulai f) Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif g) Dorong menggunakan teknik manejemen stress, contoh : relaksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan h) Observasi tanda-tanda vital i) Kolaborasi : pemberian analgetik c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage 1) Tujuan Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan 2) Kriteria hasil a) Penyembuhan luka sesui waktu b) Tidak ada laserasi, integritas kulit baik 3) Rencana tindakan a) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainage b) Monitor suhu tubuh c) Lakukan perawatan luka, dengan sering pada patah tulang yang menonjol d) Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh e) Pertahankan seprai tetep kering dan beba kerutan f) Masage kulit sekitar ahir gips dengan alkhol
15
g) Gunakan tempat tidur busu atau udara sesi indikasi h) Kolaborasi pemberian antibiotic d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak cukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal 1) Tujuan Kerusakan mobilitas fisik depat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan 2) Kriteria hasil a) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin b) Mempertahankan posisi fungsional c) Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas 3) Rencana tindakan a) Pertahankan tirahbaring dalam posisi yang diprogramkan b) Tinggikan ekstrimutus yang sakit c) Intruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit d) Beri penyangga pada ektermitas yang sakit diatas dan dibawah fraktur ketika bergerak e) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas f) Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesui kebutuhan Awasi tekanan darah, nadi, dengan melakukan aktivitas g) Ubah posisi secara periodic h) Kolaborasi fisioterapi/ okuasi terapi
16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Flail chest atau trauma thoraks adalah keadaan di mana beberapa atau semua tulang costae (iga) patah, biasanya di sisi kanan kiri dada yang menyebabkan adanya pelepasan bagian depan dada sehingga tidak bisa lagi menahan tekanan waktu inspirasi dan malah bergerak kedalam waktu inspirasi. Gerakan pernapasan menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak terkoordinasi. Flail chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi, dan akan menimbulkan gerakan paradoksal dari dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi. Peran perawat pada kasus ini adalah mampu membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis, memberi motivasi dan menjaga pasien. Selain itu perawat harus dapat menentukan asuhan keperawatan yang tepat dalam menangani pasien dengan penyakit trauma dada.
B. Saran Trauma dada itu sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan organ serta terganggunya pada sistem sirkulasi dalam darah. Maka dari itu peran perawat dalam kasus trauma dada ini adalah membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis, mengayomi, memberi motivasi dan menjaga pasien.
17
DAFTAR PUSTAKA Bottlang Michael, W. B. (2013). Surgical stabilitation of flail chest injuries with MatrixRIB implants: A prospective observational study. injury, 232-238. CSCRF, M. M. (2013). Surgical Fixation vs Nonoperative Management of Flail Chest: A Meta-Analysis. jamcollsurg, 302-311. Dorland, W. N. (2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. Dwi Fitrianti Arieza Putri, A. Y. (2017). Pekerja Proyek Bangunan Dengan Trauma Tembus Dada. 102-106. Herdman, T. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC. Liwe Novita, L. H. (2014). Pola Trauma Tumpul Thoraks Di Instalasi Rawat Darurat Bedah RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2011juni 2012. e-CliniC (eCl), Volume 2, Nomor 2. Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika. R.Labora, J. (2015). Pola Cedera Toraks Pada Kecelakaan Lalu Lintas yang Menyebabkan Kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof.dr.R.D. Kandou. Biomedik, 42-46. Zuhri, N. R. (2015). Grambaran Penatalaksanaan Trauma Thoraks Di RSUP H. Adam Malik Medan.