Makalah 1 Persyaratan Laboratorium

  • Uploaded by: mutiara
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah 1 Persyaratan Laboratorium as PDF for free.

More details

  • Words: 2,444
  • Pages: 10
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 2 B. Tujuan .......................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3 A. Alat-alat di Laboratorium Kultur Jaringan ................................................... 3 B.

Ruang di Laboratorium Kultur Jaringan .................................................. 6

C.

Kegiatan di Laboratorium ........................................................................ 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9 A.

Kesimpulan ............................................................................................... 9

B.

Saran ......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kultur jaringan memiliki prospek untuk dikembangkan karena dapat menjadi sarana pendidikan dan dapat menjadi lahan bisnis pembibitan komoditas unggul. Untuk memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan yang akan dilakukan. Ruang dan peralatan yang diprelukan untuk kegiatan kultur jaringan diuraikan berikut ini (Abbas, 2011). Teknik kultur jaringan (kultur in vitro) mensyaratkan kondisi steril baik ruang, peralatan, bahan maupun seluruh rangkaian kerjanya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan eksplan didalam kultur harus selalu dalam kondisi aseptis. Untuk itu semua tahapan pelaksanaan teknik kultur in vitro harus dilaksanakan didalam laboratorium dan harus ditunjang oleh organisasi serta perlengkapan laboratorium yang memadai serta tata cara kerja yang teliti dari si peneliti. Laboratorium tidak harus dibangun baru, ruang-ruang didalam laboratorium yang sudah ada dapat direnovasi untuk keperluan kultur jaringan, namun demikian pendirian laboratorium baru merupakan langkah yang terbaik. Laboratorium sebaiknya mempunyai pembagian ruangan yang diatur sedemikian rupa sehingga tiap kegiatan terpisah satu dengan yang lainnya, tetapi masih dapat saling berhubungan dan mudah dicapai. Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita melakukan percobaan atau penelitian. Dengan mengenal alat, kita dapat mengetahui fungsi masing-masing bagian dari alat tersebut serta cara pengoperasian atau penggunaan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan atau penelitian yang dilakukan. Dan dengan kita mengetahui akan fungsi dan cara penggunaan alat-alat yang akan digunakan dapat memperlancar jalannya suatu percobaan atau penelitian. Sehingga dengan berbekal pengetahuan pemahaman akan fungsi dan cara kerja dari alat yang digunakan kita dapat memperoleh hasil suatu percobaan atau penelitian yang maksimal. Selain pengetahuan pemahaman akan alat, kita juga dituntut untuk terampil dalam alat-alat yang kita gunakan. Hal tersebut harus dibarengi dengan ketelitian dalam melakukan suatu percobaan ataupun penelitian sehingga didapatkan hasil yang maksimal. B. Tujuan Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui alat-alat dan ruangan di laboratorium Kultur Jaringan 2. Untuk mengetahui kegiatan di laboratorium Kultur Jaringan

2

BAB II PEMBAHASAN A. Alat-alat di Laboratorium Kultur Jaringan Peralatan yang mutlak dimiliki untuk memulai melakukan kegiatan kultur jaringan, yaitu timbangan analitik, destilator, pH meter, autoklaf, laminar airflow, dan gelas-gelas standar. Peralatan yang kemungkinan dapat menimbulkan resiko pada pemakainya atau menimbulkan kerusakan bila salah prosedur dalam mengoperasikan (Abbas, 2011). 1. Timbangan Analitik Sebelum menimbang suatu bahan yang penting diperhatikan adalah: 1) kapasitas timbangan. Timbangan analitik yang ada di Laboratorium Bioteknologi memiliki kapasitas maksimum 300 gram. Untuk keperluan melebihi 300 gram dimohon tidak menggunakan timbangan analitik karena dapat menyebabkan kerusakan timbangan . 2) Water pas. Water pas timbangan harus selalu berada di dalam lingkaran indikator timbangan. Bila melakukan penimbangan pada saat water pas tidak berada pada posisi yang sebenarnya, maka pembacaan angka digital yang ditampilkan tidak akurat (Abbas, 2011). Cara mengoperasikannya yaitu pertama-tama kabel listrik timbangan dihubungkan dengan sumber arus listrik, kemudian tombol on ditekan pelan-pelan. Setelah itu, tombol sero ditekan agar timbangan menunjuk angka nol baru bahan yang akan diukur beratnya diletakkan di atas wadah objek timbangan. Supaya bahan yang ditimbang akurasinya tinggi, maka setiap kali pembacaan angka digital yang ditampilkan timbangan jendela atau pintu kaca dari timbangan harus ditutup. Setelah selesai menggunakannya kabel listrik yang menghubungkan timbangan dengan sumber arus listrik harus dilepaskan (Abbas, 2011). 2. pH meter Berbagai jenis pengukur pH yang dapat digunakan untuk menetapkan pH media seperti kertas lakmus dan pH meter digital. Pengukuran pH media sebaiknya menggunakan pH meter digital supaya pengukuran atau penetapan angka pH yang dikehendaki dapat dilakukan dengan tepat (Abbas, 2011). Prosedur penggunaan pH meter digital, yaitu pertama-tama kabel pH dihubungkan dengan sumber listik, kemudian pengaturan suhu diset sesuai dengan suhu ruangan, selanjutnya pH meter dikalibrasi dengan cara membuka penutup plastik detektor dan mencelupkan detektor pada pH standar (larutan yang sudah diketahui dengan pasti pH-nya). Sambil memutar tombol kalibrasi sampai angka digital pada pH meter menunjukka angka sesuai dengan pH larutan standar. Misalnya larutan

3

standar memiliki pH 7, maka angka pembacaan pada pH meter digital harus disesuaikan atau ditetapkan sama dengan 7 (Abbas, 2011). Kesalahan dalam penetapan pH untuk pembuatan media tumbuh merupakan kegagalan pada semua kegiatan selanjutnya. Akurasi pengukuran pH media merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan untuk kebersilan kegiatan kultur jaringan yang dilakukan. Setelah pH meter selesai digunakan, detektor harus dibilas dengan air bersih kemudian ditutup kembali dengan plastik penutup ujung detektor. Selanjutnya detektor diletakkan kembali pada tempatnya dan kabel listrik dilepas dari sumber arus listrik (Abbas, 2011). 3. Destilator Kegiatan kultur jaringan mutlak harus menggunakan air destilasi atau air suling (air yang bebas dari mineral organik dan anorganik) supaya kebutuhan tanaman akan hara organik dan anorganik dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu, destilator merupakan alat yang vital untuk melakukan kegiatan kultur jaringan (Abbas, 2011). Kebutuhan air sangat besar, khususnya dalam bentuk aquadest atau aquabidest. Karena alat tersebut, sebaiknya laboratorium budidaya in vitro atau laboratorium jaringan mempunyai alat destilasi sendiri yang besar, sesuai dengan kebutuhan. Kadang-kadang diperlukan aquadest yang mempunyai kandungan ion minimal. Jika demikian laboratorium membutuhkan alat de-ionizer (Suryowinoto, 1996). Prinsip kerja dsestilator yaitu air dipanaskan kemudian terbentuk uap air. Uap air dialirkan melalui wadah pendingin sehingga uap air mengalami kondensasi atau pengembunan. Titik air yang terbentuk melalui proses kondensasi ditampung pada wadah tertentu. Air hasil tampungan itu disebut air destilasi (Abbas, 2011). Cara mengoperasikan destilator yang ada di laboratorium Bioteknologi adalah pertama-tama kabel listrik disambungkan dengan sumber arus listrik dan selang air pendingin disambungkan dengan kran sumber kran. Setelah air di dalam tangki pemanasan mendidih atau tebentuk uap air, baru air pendingin dialirkan dan diatur secukupnya saja agar tidak terlalu boros dalam penggunaaan air. Selanjutnya selang yang dilalui air kondensasi dihubungkan dengan wadah yaitu penyulingan harus dijaga terus menerus agar tidak terjadi kebakaran pada destilator. Aliran air pendingin berfungsi juga dalam mensuplai air kedalam tangki pemanasan (Abbas, 2011). 4. Autoklaf Autoklaf mutlak harus dimiliki untuk melakukan kegiatan kultur jaringan karena media dan semua peralatan yang digunakan harus dalam

4

keadaan aseptik (steril). Autoklaf terdiri atas berbagai macam tipe dan model. Laboratorium Bioteknologi memiliki autoklaf model horizontal dan vertikal. Model vertikal terdiri atas dua tipe yaitu tipe yang tidak dilengkapi dengan timer dan tipe yang dilengkapi dengan timer (pengatur otomatis) (Abbas, 2011). Menurut Suryowinoto (1996), autoklaf digunakan untuk sterilisasi media, maupun alat-alat seperti pipet, skalpel, gunting, pinset, cawan petri, botol, mutlak dibutuhkan autoklaf.. Prinsip kerja autoklaf adalah pemanasan dan tekanan yang dipadukan sehingga semua mikro organisme tidak ada yang dapat bertahan hidup pada kisaran suhu mendekati 100 C, tetapi dengan tekanan yang tinggi membuat tidak dapat hidup. Elemen panas yang dihubungkan dengan sumber arus listrik membuat air dalam autoklaf mendidih yang menimbulkan panas dan tekanan yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Biasanya digunakan tekanan 1,2 kg/cm2 dengan suhu 1200c dengan waktu 25-30 menit. Sudah cukup untuk mensterilkan media kultur (Abbas, 2011). Cara mengoperasikan autoklaf harus dicek airnya karena jika airnya habis dapat menyebabkan elemen pemanas autoklaf mengalami pemanasan. Ukurun yang baik yaitu batas permukaan air paling atas sampai pada plat penyangga. Alat-alat atau media kultur yang akan diautoklaf dimasukkan kedalam autoklaf kemudian penutup autoklaf dikancing. Saat penutup autoklaf dikancing, kancing yang saling berlawanan dikunci secara persamaan. Selanjutnya kabel dihubungkan ke sumber arus listrik kemudian tombol off/on di set. Pengatur pembuangan udara dibiarkan dulu terbuka sampai ada tetesan uap air yang keluar, baru dikencangkan supaya media udara yang ada didalam autoklaf terbuang terlebih dahulu. Tanda saat autoklaf selesai yaitu timbul bunyi seperti suara sirine yang berarti autoklaf harus di off (Abbas, 2011). 5. Laminar Airflow Laminar airflow merupakan alat yang mutlak dimiliki untuk melakukan kegiatan kultur jaringan karena dalam kegiatan kultur jaringan terutama pada saat kegiatan transfer atau mengkulturkn tanaman harus bekerja pada tempat dan ruang yang steril. Pada kondisi normal udara dipenuhi dengan spora-spora dari jamur yang berterbangan, begitu pula bakteri-bakteri banyak berterbangan diudara bersama dengan debu yang diterbangkan oleh angin yang dapat mengontaminasi media kultur. Untuk itu perlu suatu alat laminar airflow yang didalamnya terdapat tekanan udara bersih yang dapat membuat udara luar tidak dapat masuk (Abbas, 2011).

5

Prinsip kerja laminar airflow yaitu hembusan udara bersih didalam laminar airflow dibangkitkan oleh kipas yang dihembuskan melewati filter atau penyaring udara. Udara bersih tersebut menimbulkan tekanan didalam laminar airflow yang lebih tinggi dibanding dengan tekanan udara luar yang menyebabkan udara luar yang penuh dengan sumber kontaminan tidak dapat masuk kedalam laminar airflow (Abbas, 2011). Cara pengoperasiannya yaitu pertama-tama kabel listrik laminar airflow dihubungkan dengan sumber arus listrik, kemudian tombol on laminar airflow di set pada posisi on dan menyalahkan lampu ultraviolet selama 15-20 menit agar semua sumber kontamian yang ad didalam laminar airflow mati oleh tekanan yang ada didalamnya. Setelah di on kan selama 15 menit lampu UV dimatikan kemudian permukaan bagian dalam laminar airflow disemprot dengan alkohol 70% setelah itu laminar airflow siap digunakan (Abbas, 2011). 6. Botol Kultur Digunakan sebagai wadah untuk kegiatan kultur jaringan. 7. Labu Ukur dan Gelas Ukur Suatu labu berskala (dikenal dengan labu volumetri atau labu ukur) adalah suatu wadah berdasar datar, berbentuk alpukat, dengan leher panjang dan sempit. Suatu lingkaran tipir yang dietsa pada leher menunjukkan volumenya pada temperatur ini tertentu 20 C, labu itu kemudin dikatakan berskala untuk berisi sebuah labu dengan ditandai dengan memberikan cairan dengan volume yang dinyatakan. Suatu labu dapat juga ditandai dengan memberikan ciran dengan volume yang ditentukan pada kondisi-kondisi tertentu; namun labu ini tidak cocok untuk pekerjaan eksak dan jarang digunakan. Bejana yang dimkasudkan untuk berisi cairan dengan volume tertentu ditandai dengan C atau TC atau In, sementara yang dimaksudkan untuk memberikan volume tertentu, ditandai dengan D atau TD (Widodo dan Retno, 2010). 8. Pipet Volume berbagai Ukuran Pipet volume digunakan untuk memipet masing-masing larutan stok yang telah diisapkan dalam kegiatan pembuatan media (Abbas, 2011). Pipet volume digunakan untuk mengambil cairan sesuai volume yang diinginkan secara tepat. Ukuran pipet juga bervariasi, 5,10,15,20, 25 cm3 dan seterusnya (Widodo dan Retno, 2010). B. Ruang di Laboratorium Kultur Jaringan Laboratorium yang ideal untuk kultur jaringan adalah laboratorium yang memiliki: 1) Ruang Persiapan ruangan ini dipergunakan sebagai tempat untuk mempersiapkan eksplan, medium dan alat-alat. Ruang persiapan biasanya

6

dibagi menjadi berberapa ruangan kecil yang dipergunakan untuk menyimpan medium dan alatalat yang sudali steril, untuk menyimpan alatalat gelas, bahan-bahan kimia dan pembuatan medium (ruang timbang), dan ruangan untuk mencuci. Di dalamnya terdapat timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet ukur, erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur), alat untuk mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood, destilator, dan kereta dorong; 2) Ruang transfer merupakan ruangan dimana semua kegiatan aseptis dimulai. Kegiatan yang dilakukan meliputi : sterilisasi, isolasi bagianbagian tanaman dan penanaman eksplan dalam medium. Di dalamnya terdapat laminar airflow cabinet, dissecting, mikroskop, alat diseksi (scalpel, pinset, spatula, gunting, dan jarum), pilter, miliopore, handsprayer, lemari tempat penyimpanan alat-alat steril, timbangan kecil dan elektrofusion chamber; 3) Ruang kultur. Ruangan ini dipergunakan untuk memelihara eksplan yang telah ditanam pada medium secara aseptis.yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop binokuler, dan shaker. Umumnya tanaman tropis yang dikultur secara in vitro menghendaki suhu 25ºC, sehingga suhu ruang tempat penyimpan (inkubasi) kultur sebaiknya diatur suhu 25ºC; 4) Ruang stok yang di dalamnya dilengkapi dengan rak penyimpan media; Ruangan ini dipergunakan sebagai tempat untuk mempersiapkan eksplan, medium dan alat-alat. Ruang persiapan biasanya dibagi menjadi berberapa ruangan kecil yang dipergunakan untuk menyimpan medium dan alat-alat yang sudali steril, untuk menyimpan alat-alat gelas, bahan-bahan kimia dan pembuatan medium (ruang timbang), dan ruangan untuk mencuci. 5) Ruang mikroskop atau ruang analisis. Ruangan ini dipergunakan untuk pengamatan dan analisa selama kultur berjalan, reaksi suatu kultur dalam media perlakuan sering diikuti sejak awal inisiasi yang di dalamnya dilengkapi dengan mikroskop, gelas preparat, dan penutup dan mikrotome (Abbas, 2011). C. Kegiatan di Laboratorium Untuk merancang kebutuhan ruang laboratorium untuk keperluan budi daya in vitro, pertama kali harus di pahami garis besar kegiatan yang akan dikerjakan dalam masing-masing ruang laboratorium tersebut (Suryowinoto, 1996).

7

Prosedur dalam pelaksanaan kultur jaringan, yaitu sebagai berikut (Rahardja dan Wahyu, 2004). 1. Persiapan Media yang akan digunakan berupa media cair dan padat. Ke dua media ini disiapkan dalam botol erlenmeyer yang ditutup dengan kasa steril dan aluminium foil. Botol yang berisi media disterilkan dengan cara memanaskannya dalam autoklaf yang bersuhu 120 ºC dan tekanan 1,5 kg/cm2 selama 20 menit. Setelah disterilkan, media kultur disimpan dalam tempat yang steril atau kulkas. Ruangan dan peralatan yang dipakai harus disterilkan dengan larutan antiseptik atau alkohol. Lampu UV dalam ruangan entkas atau laminar airflow dinyalakan satu jam sebelum digunakan, tujuannya untuk mensterilkan ruangan tersebut (Suryowinoto, 1996). 2. Pengambilan dan Perawatan Eksplan Eksplan bisa diambil dari tunas pucuk, tunas ketiak daun, ujung akar, atau daun muda. Bahan eksplan disterilkan dengan cara merendamnya dalam larutan kalsium hipoklorit 5% selama 5 menit. Setelah itu, eksplan dibilas beberapa kali menggunakan akuades yang steril. Bahan eksplan yang sudah steril dan botol erlenmeyer yang berisi media cair dimasukkan ke dalam entkas. Bagian luar eksplan dikupas memakai pisau tajam yang steril sampai eksplan berukuran 1-1,5 mm. Setelah eksplan siap tanam, tutup botol erlenmeyer dibuka dan eksplan diambil menggunakan pinset, lalu dimasukkan ke dalam media cair. Botol yang sudah ditanami eksplan ditutup dengan kasa sterl dan aluminium foil (Suryowinoto, 1996). 3. Pengocokan Botol yang sudah ditanami eksplan diletakkan di atas meja pengocok atau shaker yang sudah dilakukan. Frekuensi pengocokan dilakukan 6 jam sehari selama 1,5-2 bulan. Tujuan pengocokan sebagai berikut. (Suryowinoto, 1996) a. Menggiatkan kontak antara permukaan eksplan larutan media. b. Memudahkan peresapan larutan nutrisi ke dalam jaringan eksplan. c. Melancarkan sirkulasi udara. d. Menjaga homogenitas atau keseragaman larutan nutrisi dalam media. e. Merangsang lepasnya PLB yang terbentuk.

8

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu: 1. Alat-alat yang biasa digunakan dalam laboratorium Kultur Jaringan meliputi timbangan analitik, pH meter, destilator, autoklaf, laminar airflow, botol kultur, labu ukur, gelas ukur, pipet volume berbagai ukuran, 2. Ruangan yang ada di laboratorium Kultur Jaringan, yaitu ruang persiapan, ruang transfer, ruang kultur , ruang stok, dan ruang mikroskop. 3. Kegiatan yang ada di lab kultur Jaringan, yaitu persiapan, pengambilan dan perawatan, serta pengocokan. B. Saran Adapun saran dari makalah ini, yaitu pada saat melakukan praktikum sebaiknya kita bekerja sesuai SOP, agar mengurangi tingkat kesalahan dan kecelakaan pada saat melakukan praktikum.

9

DAFTAR PUSTAKA Abbas, Barahima. 2011. Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan. Bandung: Alfabeta. Rahayu, P. C. Dan Wahyu Wiryanta. 2004. Aneka Cara Memprebanyak Tanaman. Jakarta: Agromedia Pustaka. Suryowinoto, Moeso. 1996. Pemuliaan Tanaman secara In Vitro. Yogyakarta: Kanisius. Widodo, D. S. dan Retno A. L. 2010. Kimia Analisis Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

10

Related Documents


More Documents from "Diana Sartika"