Makalah Teknik Laboratorium Kimia Organik.docx

  • Uploaded by: Arnita Sasghia
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Teknik Laboratorium Kimia Organik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,027
  • Pages: 22
Makalah Teknik Laboratorium Kimia Organik

KROMATOGRAFI KOLOM TEKAN

Oleh : KELOMPOK II Elsye Mesak

H311 15 316

Wirda Asriani Hamja

H311 15 507

Nariskawati

H311 15 508

Arnita Sasghia

H311 15 514

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................................... Daftar Isi.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1.3. Tujuan .......................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penjelasan Awal Kromatografi Kolom ......................................................... 2.2 Prinsip Kerja Kromatografi Kolom ............................................................... 2.3 Instrumen Kromatografi Kolom.................................................................... 2.4 Prosedur Kromatografi Kolom ...................................................................... 2.5 Aplikasi Kromatografi Kolom ...................................................................... 2.6 Kromatografi Kolom Tekan ......................................................................... BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga terselesaikannya makalah ini. Makalah ini menjelaskan tentang kromatografi kolom. Penyusun mengucapkan terima kasih terutama kepada dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penyusunan dalam menyelesaikan makalah ini, serta terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang kromatografi kolom. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan saran-saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Makassar, Agustus 2018

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat di laboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan , dan kromatografi preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat ialah : (1) Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan), (2) Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi, penjerapan), dan (3) Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian). Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut. Salah satu jenis dari kromatografi adalah kromatografi kolom. Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai kromatografi kolom baik kolom konvensional maupun kolom vakum.

1.2

Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud kromatografi kolom dan prinsip kerja kromatografi kolom? b. Bagaimana instrumen kromatografi kolom? c. Bagaimana prosedur umum kromatografi kolom? d. Bagaimana aplikasi kromatografi kolom? e. Apa yang dimaksud kromatografi kolom tekan? f. Bagaimana prinsip kerja, komponen dan penerapan kromatografi kolom tekan?

1.3

Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian dan prinsip kerja kromatografi kolom b. Untuk mengetahui instrumen kromatografi kolom. c. Untuk mengetahui prosedur umum kromatografi kolom d. Untuk mengetahui aplikasi kromatografi kolom e. Untuk mengetahui pengertian kromatografi kolom tekan f. Untuk mengetahui prinsip kerja, komponen dan penerapan kromatografi kolom tekan

.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Awal Kromatografi Kolom Kromatografi adalah teknik di mana senyawa yang akan dipisahkan didistribusikan antara fase gerak dan fase diam. Dalam sistem seperti itu, distribusi yang berbeda didasarkan adsorpsi selektif yang menimbulkan pemisahan. Ada berbagai jenis kromatografi, seperti kertas, lapisan tipis, atau kromatografi kolom, masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Kromatografi kolom adalah salah satu metode yang paling berguna untuk pemisahan dan pemurnian zat padat dan cairan saat melakukan percobaan skala kecil. Pemisahannya bisa berupa cairan / padat (adsorpsi) atau cairan / cairan (partisi) pada kromatografi kolom. Fase diam, adsorben padat, biasanya ditempatkan di kolom kaca vertikal dan fasa gerak, ditambahkan dari atas dan membiarkan mengalir turun melalui kolom dengan gravitasi atau tekanan eksternal (gambar 1)

Gambar 1. Kromatografi kolom melibatkan fase gerak yang mengalir di atas fase diam. 2.2 Prinsip Kerja Kromatografi Kolom Setelah campuran dari fase diam dan sampel yang akan dipisahkan dimasukkan ke kolom, nantinya komponen dari campuran itu akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda.

Gambar 2. Kromatografi kolom Komponen dengan tingkat afinitas dan adsorpsi yang rendah pada fase diam akan bergerak lebih cepat dan terelusi keluar lebih dulu dibanding dengan komponen yang memiliki tingkat afinitas dan adsorpsi lebih besar yang bergerak lebih lambat dan terelusi keluar terakhir. Molekul terlarut terserap ke kolom dengan cara yang reversibel. Laju komponen diberikan sebagai berikut 𝑅=

jarak pergerakan komponen jarak pergerakan fase gerak

Yaitu rasio jarak yang ditempuh dengan zat terlarut terhadap jarak yang ditempuh oleh pelarut.

Karena komponen yang berbeda dalam campuran memiliki interaksi yang berbeda dengan fase stasioner dan mobile, mereka akan dibawa bersamaan dengan fase gerak ke berbagai tingkat dan pemisahan akan tercapai. Komponen individu, atau elutan, dikumpulkan sebagai tetesan pelarut dari bagian bawah kolom. Banyak senyawa tidak terlihat oleh mata saat dilarutkan dalam pelarut atau teradsorbsi pada adsorben. Proses visualisasi membuat zat ini terlihat. Teknik yang digunakan untuk tujuan ini meliputi lampu UV yang menyebabkan fluoresensi atau pendar dan reaksi kimia yang memberikan senyawa berwarna. Permukaan partikel padat biasanya lebih aktif daripada bagian dalamnya yang umum dikatakan mempunyai aktivitas permukaan (surface activity). Bila

partikel tersebut dimasukkan dalam suatu larutan, permukaan partikel tadi mempunyai daya tarik baik pada zat-zat yang terlarut maupun pada zat pelarutnya. Daya tarik atau adsorpsi dapat berbagai bentuk, yaitu yang bersifat elektrostatik (ionic), daya tarik antara dua dipole, antara dipole dan dipole induksi, dan yang berupa kekuatan van der waals (London forces). Partikel padat yang mempunyai aktivitas permukaan tadi dalam kromatografi dinamakan adsorben. Adsorben harus mempunyai permukaan yang luas dan mempunyai aktivitas kimia seperti disebutkan di atas. Untuk menghasilkan data yang ada menfaatnya, kecepatan elusi harus dibuat konstan. Kecepatan elusi tergantung dari besarnya/ukuran partikel bahan isian, dimensi dari kolomnya, viskositas dan tekanan yang dipakai untuk mengalirkan zat pelarut. Kecepatan linear eluan biasanya 1 cm per menit. Berbagai fraksi dapat dikumpulkan secara terpisah dan dapat diteliti lebih lanjut dengan metode lain seperti dengan spektrometri. Gambar skematik alat yang dipakai untuk kolom kromatografi adsorpsi seperti pada gambar 1.

Gambar 3. Skematik alat kromatografi kolom adsorpsi Metode pemisahan kromatografi kolom ini memerlukan bahan kimia yang cukup banyak sebagai fasa diam dan fasa bergerak bergantung pada ukuran kolom gelas. Untuk melakukan pemisahan campuran dengan metode kromatografi kolom

diperlukan waktu yang cukup lama, bisa berjam-jam hanya untuk memisahkan satu campuran. Selain itu, hasil pemisahan kurang jelas artinya kadang-kadang sukar mendapatkan pemisahan secara sempurna karena pita komponen yang satu bertumpang tindih dengan komponen lainnya. Masalah waktu yang lama disebabkan laju alir fasa gerak hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, ukuran diameter partikel yang cukup besar membuat luas permukaan fasa diam relative kecil sehingga tempat untuk berinteraksi antara komponen-komponen dengan fasa diam menjadi terbatas. Apabila ukuran diameter partikel diperkecil supaya luas permukaan fasa diam bertambah menyebabkan semakin lambatnya aliran fasa gerak atau fasa gerak tidak mengalir sama sekali. Selain itu fasa diam yang sudah terpakai tidak dapat digunakan lagi untuk pemisahan campuran yang lain karena sukar meregenerasi fasa diam (Hendayana, 2006). Untuk memisahkan campuran, kolom yang telah dipilih sesuai campuran diisi dengan bahan penyerap seperti alumina dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut. Pengisian dilakukan dengan bantuan batang pengaduk untuk memanfaatkan adsorben dan gelas wool pada dasar kolom. Pengisian harus dilakukan secara hat-hati dan sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara, untuk membantu homogenitas biasanya kolom setelah diisi divibrasi diketok-ketok. Sejumlah cuplikan yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben. Komponen-komponen dalam campuran diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom. Dengan penambahan pelarut secara terus-menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara bahan penyerap, komponen campuran dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap apabila suatu komponen yang satu dengan yang lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan (Yazid, 2005).

2.3 Instrumen Kromatografi Kolom 

Kolom vertikal (sebaiknya kolom kaca) dengan kenop di ujung bawah.

Gambar 4. Instrumen Kromatografi Kolom 

Statif dan klep



Wadah penampung hasil elusi (beaker, Erlenmeyer, tabung reaksi, dll)



Fase diam atau adsorben biasanya ditambahkan pada kolom setelah penambahan pasir halus. Partikel fase diam harus memiliki ukuran dan bentuk yang seragam tanpa kontaminasi. Alumina dan silika gel merupakan dua adsorben yang paling popular

dipakai. Di bawah ini dicantumkan adsorben dari yang mempunyai kemampuan adsorbs besar ke yang kecil. 1. Alumina 2. Charcoal (arang) 3. Silika gel 4. Magnesia 5. Kalium karbonat 6. Sukrosa 7. Starch 8. Serbuk selulosa

Aktivitas permukaan dari setiap adsorben berbeda pada sisi yang satu ke sisi yang lain dan dari batch yang satu ke batch yang lain. Perlakuan pendahuluan menurut cara-cara yang ditentukan dapat menghilangkan aktivitas tersebut. Daya adsorpsi alumina dapat diatur dengan mengatur jumlah air yang dikandung. Caranya ialah dengan mengeringkan alumina pada suhu 360°C selama 5 jam, kemudian membiarkan alumina kering tersebut untuk menyerap air sampai jumlah tertentu. Aktivitasnya tergantung dari kadar airnya dan dinyatakan dalam skala Brockmann. Luas permukaan alumina kira-kira 150 m3/g. Sekitar 5% kadar air sudah cukup untuk melapisi alumina dengan lapisan air tunggal. Alumina yang berkadar air 3% mempunyai aktivitas yang umum digunakan. Silika gel mempunyai luas permukaan yang lebih besar, yaitu sekitar 500 m3/g, tetapi mempunyai aktivitas kimia yang lebih kecil dan lebih disukai untuk pemisahan senyawa-senyawa organik yang peka terhadap perubahan-perubahan karena aktivitas permukaan yang mempunyai sifat katalitik. Tabel 1. Hubungan skala Brockmann dan kadar air alumina



Skala Brockmann

Kadar air (%)

I

1

II

3

III

6

IV

10

V

15

Fasa gerak atau pelarut dari kromatografi dapat berupa pelarut tunggal atau pelarut campuran yang diperlukan untuk pemisahan. Zat pelarut mempunyai peranan yang penting dalam elusi, yang dapat

menentukan baik-buruknya pamisahan. Zat terlarut yang mampu menjalankan elusi terlalu cepat tidak akan mampu mengadakan pemisahan yang sempurna. Sebaliknya elusi yang terlalu lambat akan menyebabkan waktu retensi yang terlalu lama.

Urutan zat pelarut atas dasar kemampuan elusinya telah dikemukakan terdahulu (seri eluotropik). Beberapa golongan solute dapat juga diurutkan dengan dasar kenaikan adsorbilitasnya pada kolom alumina, seperti yang tertulis di bawah ini. 1. Perfluorokarbon 2. Hidrokarbon jenuh 3. Hidrokarbon tidak jenuh 4. Haida dan eter 5. Aldehid dan eter 6. Alkohol dan thiol 7. Asam dan basa 

Wol kapas atau bantalan asbes digunakan untuk menahan fase diam dan hanya membiarkan keluarnya pelarut dan sampel saja.

2.4 Prosedur Kromatografi Kolom 

Pengisian kolom Mini kolom yang dipakai dibuat dari pipa kaca, panjang 150 mm dan

diameter 8 mm. Kolom tersebut diisi dengan bahan isial florisil (100-200 mesh) setinggi 15 mm di bagian bawah dan 15 mm di bagian atas dengan alumina netral (E. Merck) yang tidak mempunyai daya fluoresensi. Untuk menjaga agar bahan isian tidak bergerak, bagian atas maupun bagian bawah dibatasi dengan wol kaca atau pulp kertas. Pengisian kolom harus dikerjakan dengan seragam. Setelah adsorben dimasukkan

dapat

diseragamkan

kepadatannya

dalam

kolom

dengan

menggunakan vibrator atau dengan plunger. Selain itu dapat juga dikerjakan dengan memasukkan adsorben dalam bentuk larutan (slurry) dan partikelnya dibiarkan mengendap. Pengisian kolom yang tidak seragam akan menghasilkan rongga-rongga di tengah-tengah kolom. Cara memecahkan masalah ini dapat dikerjakan dengan mengadakan back flushing, sehingga terjadi pengadukan, yang seterusnya dibiarkan lagi mengendap. Pada bagian bawah (dasar) dan atas dari

isian kolom diberi wol kaca (glass wool) atau sintered glass disc untuk menyangga isian. Bila kolom telah berisi bahan isian, permukaan cairan tidak boleh dibiarkan turun di bawah permukaan bahan isian bagian atas, karena akan memberi peluang masuknya gelembung-gelembung udara masuk ke dalam kolom. Cara pengisian kolom ada dua macam : -

Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi

kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi. - Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi. 

Fase gerak yang terelusi melalui seluruh fase diam (kolom campuran) mencapai bagian bawah kolom. Kemudian hasil elusi dikumpulkan di gelas kimia yang ditempatkan di bawah kolom.



Ketika fase gerak mengalir, komponen dari sampel memiliki laju yang berbeda ketika melalui gel silika. laju ini ditentukan oleh adsorpsi dan afinitas molekul terhadap fase diam dan fase gerak.



Komponen fraksional campuran dengan afinitas lebih besar ke fase gerak bergerak cepat dan mencapai bagian bawah lebih dulu. Mereka yang memiliki afinitas tinggi terhadap fase diam bersifat lambat dan terlambat mencapai dasar.



Pada akhirnya pita berwarna dari sampel terbentuk. Setiap warna adalah indikator dari satu kumpulan senyawa tertentu dalam contoh campuran. Kemudian melalui pergerakan fase gerak berbagai komponen diambil dari kolom dengan aliran pelarut lebih lanjut. Elusi ini terjadi setetes demi setetes yang dapat menghabiskan waktu dari beberapa jam hingga berhari-hari

tergantung pada ukuran sampel, panjang kolom, fase gerak yang digunakan dan material yang digunakan sebagai fase diam. Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Jaga kolom tetap bersih dan bebas dari debu 2. Jangan mengganggu kolom hingga pemisahan selesai 3. Hindari celah dalam kemasan fase diam 2.5 Aplikasi Kromatografi Kolom 

Kolom kromatografi paling cocok untuk memisahkan senyawa aktif dari bahan tanaman. Karena tanaman mengandung banyak bahan seperti alkaloid, resin, glikosida, tanin, flavonoid dan molekul bio lainnya, masing-masing konstituen harus dipisahkan. Karena ekstrak tumbuhan sangat banyak, metode ini paling baik untuk memisahkannya.



Pemisahan senyawa setelah sintesis organik untuk mendapatkan molekul yang diinginkan.



Untuk memisahkan atau memurnikan campuran senyawa alami seperti alkaloid, glikosida.

Kromatografi kolom lebih menguntungkan daripada kebanyakan teknik kromatografi lainnya karena dapat digunakan baik dalam aplikasi analitik maupun preparatif. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran dan juga pemisahan dan pemurnian komponen-komponen tersebut. Kromatografi kolom mengisolasi senyawa yang diinginkan dari campuran sedemikian rupa sehingga campuran dari atas kolom. Kolom biasanya berupa kaca atau plastik dengan sinter frits untuk menahan pengepakan. Pelarut cair (eluent) dilewatkan melalui kolom dengan gravitasi atau dengan tekanan udara. Eluen, alih-alih naik dengan aksi kapiler ke lapisan tipis, mengalir ke bawah melalui kolom yang diisi dengan adsorben. Keseimbangan terbentuk antara zat terlarut yang teradsorpsi pada adsorben dan pelarut yang mengalir turun melalui kolom. Fase stasioner hampir selalu merupakan adsorben. Adsorben adalah zat yang menyebabkan molekul atau ion yang lewat menempel pada permukaan

partikelnya. Fase gerak adalah pelarut yang mengalir melewati fase diam, melarutkan molekul senyawa untuk dipisahkan.

2.6 Kromatografi kolom tekan Kromatografi kolom dibagi menjadi dua kategori berdasarkan bagaimana pelarut mengalir melalui kolom. Jika pelarut dibiarkan mengalir turun melalui kolom dengan gravitasi atau perkolasi, itu disebut dengan kromatografi kolom gravitasi. Jika pelarut didorong ke kolom dengan tekanan udara positif, disebut dengan kromatografi kolom tekan atau flash chromatography. Kromatografi kolom sederhana di mana fase gerak bergerak dengan cepat karena penggunaan tekanan positif dari tabung nitrogren. Udara yang ditekan mengandung O2 dan uap air yang dapat menyebabkan peruraian produk dari ekstrak dan berubah saat pemisahan kromatografi. Kromatografi kolom tekan adalah teknik yang digunakan untuk memisahkan campuran molekul ke dalam konstituen individual, sering digunakan dalam proses penemuan obat. Kromatografi kolom tekan berbeda dari teknik konvensional dikarenakan: 1. Menggunakan partikel silika gel yang lebih kecil (250-400 mesh), 2. Aliran yang terbatas pelarut yang disebabkan partikel gel yg kecil, tekanan gas (10-15 psi) digunakan untuk membawa pelarut melalui fase diam dari kolom. Hasilnya adalah pemisahan yang cepat dan tinggi kromatografi. a. Prinsip Kerja Eluen secara cepat didorong (di bawah tekanan gas biasanya berupa nitrogen atau udara yang dipompa) melalui kolom kaca pendek dengan diameter dalam yang besar. Kolom kaca diisi dengan adsorben dari ukuran partikel yang ditentukan. Fase diam yang sering digunakan adalah silika gel 40-63 μm. Partikel yang lebih kecil dari 25 μm hanya boleh digunakan dengan fase gerak yang viskositasnya rendah, jika tidak laju aliran akan sangat rendah. Umumnya alas gel sekitar 15 cm bekerja dengan tekanan 1,5-2 bar. Hanya silika yang tidak termodifikasi yang digunakan sebagai fase diam, jadi hanya memungkinkan untuk kromatografi fase normal. Sama dengan HPLC, fase terbalik juga sering digunakan pada kromatografi kolom tekan.

b. Komponen Pemilihan sorben: Persyaratan dasar untuk keberhasilan pemisahan adalah pemilihan absorben yang sesuai. Fase diam yang paling penting dalam kromatografi kolom adalah silika. Silika gel (SiO2) dan alumina (Al2O3) adalah dua adsorben yang biasa digunakan oleh peneliti organik untuk kromatografi kolom. Adsorben ini dijual dengan ukuran mesh berbeda, biasanya ditunjukkan oleh angka pada label botol: “silica gel 60” atau “silica gel 230-400”. Bilangan ini mengacu pada mesh dari pengayak yang digunakan. khusunya jumlah lubang dalam mesh atau ayakan yang melalui campuran partikel silika yang dilewatkan pada proses pembuatan. Ukuran partikel adsorben mempengaruhi bagaimana pelarut mengalir melalui kolom, Partikel lebih kecil (nilai mesh lebih besar) digunakan untuk kromatografi kolom tekan; partikel lebih besar (nilai mesh lebih kecil) digunakan untuk kromatografi kolom gravitasi. Contohnya silika gel 70-230 digunakan untuk kolom gravitasi dan 230-400 mesh digunakan untuk kromatografi kolom tekan. Jumlah silika gel bergantung pada perbedaan Rf dari senyawa yang dipisahkan dan jumlah sampel. Dari n gram sampel, dharus digunakan 30-100 n gram silika gel. Untuk pemisahan yang lebih mudah, perbandingan yang dekat dengan 30:1 efektif, untuk pemisahan yang sulit, dibutuhkan lebih banyak silika gel. Namun, dengan menggunakan silika gel lama waktu yang dibutuhkan bertambah. Densitas silika gel bubuk sekitar 0,75 g/mL. Adsorben yang biasa digunakan dalam kromatografi kolom tekan adalah sebagai berikut: 1. Silika: medium yang sedikit asam. Baik untuk senyawa yang biasa, menghasilkan pemisahan yang baik. 2. Florisil: medium netral. 200 mesh dapat efektif untuk pemisahan yang mudah. Kurang dari 200 mesh baik untuk pemurnian dengan filtrasi. Beberapa senyawa melengket pada florisil jadi harus diuji terlebih dahulu. 3. Alumina: Medium netral. Dapat efektiff untuk pemisahan yang mudah dan pemurnian amina. 4. Silika fase terbalik: Senyawa yang paling polar terelusi lebih cepat, yang nonpolar lebih lambat.

Sistem pelarut: Kromatografi kolom tekan biasanya dilakukan dengan campuran 2 pelarut yaitu komponen polar dan nonpolar. Sistem satu komponen yang sesuai (ditulis dari yang paling sedikit poolar ke yang paling polar) hanyalah: 1. Hidrokarbon: pentana, petroleum eter, heksana 2. Eter dan diklorometan (polaritas hampir sama) 3. Etil asetat Sistem pelarut dua komponen yang umum (ditulis dari yang paling sedikit polar ke yang paling polar) yaitu: 1. Eter/petroleum eter, eter/heksana dan eter/pentana 2. Etil asetat/heksana 3. Metanol/diklorometana 4. 10% amonia dalam larutan metanol/diklorometana c. Pemilihan sistem pelarut Senyawa yang akan dipisahkan harus memiliki Rf KLT 0,15-0,20 dalam sistem pelarut yang dipilih. Sistem pelarut dua komponen dengan satu pelarut memiliki polaritas yang lebih tinggi dibanding yang lain biasanya bagus karena membiarkan penyesuaian kepolaran rata rata dari eluen. Perbandingan pelarut menentukan polaritas sistem pelarut, juga laju elusi senyawa yang dipisahkan. Semakin tinggi polaritas atau kepolaran pelarut, meningkatkan laju elusi semua senyawa. Sistem pelarut dua komponen yang biasa digunakan untuk meningkatkan polaritas adalah diklorometana/heksana, eter/heksana, heksana/etil asetat dan diklorometana/etanol. Jika Rf = 0,2 dibutuhkan volume pelarut 5x volume silika gel kering untuk menjalankan kolom.

d. Mengepak Kolom Ambil kolom kaca dan pastikan memasukkan kapas ke dalam kolom di atas keran pemutar untuk mencegah silika gel keluar dari kolom melalui keran pemutar. Jika memasukkan terlalu banyak, aliran pelarut akan menjadi lambat dengan tekanan udara di atas kolm. Selanjutnya, masukkan ½ inch lapisan pasir di atas kapas. Gunakan secukupnya untuk mendapatkan permukaan yang rata, yang sama dengan diameter badan kolom. Pastikan permukaannya rata. Kemudian

tuangkan silika gel menggunakan corong. Silika gel hampir sama dengan asbestos, dan diketahui bersifat karsinogenik. Gunakan dengan hati-hati. Kemudian, Selanjutnya, tekan sisi kolom dengan tabung karet untukmeratakan silikagel. Tuangkan sejumlah pelarut elusi ke dalam kolom. Gunakan gas bertekanan untuk mendorong pelarut melalui silika. Ketika mendorong, akan terlihat bagian atas silika menjadi lebih homogen, ini akibat dorongan terhadap udara yang terjebak di silika gel. Kemudian bilas dengan pelarut melalui silika gel sampai silika lebih homogen. Jangan biarkan kolom beroperasi dengan kering, jika tidak udara akan kembali ke atas silika. e. Menerapkan Sampel Biarkan pelarut yang tinggal di atas silika turun hingga terbilas dengan permukaan silika. Jika permukaan atas silika tidak datar, tepuk pelan kolom. Masukkan sampel dalam volume minimum pelarut elusi. Masukkan melalui bagian atas kolom, hati-hati jangan menganggu bagian atas silika. Biarkan sampel meresap ke dalam silika. Kemudian bilas sisi kolom dengan pelarut elusi. Biarkan meresap ke dalam silika. Setelah itu, tambahkan pasir untuk melindungi permukaan atas silika ketika menambahkan pelarut lebih banyak. f. Mengelusi Sampel Tambahkan pelarut elusi ke dalam kolom. Gunakan tekanan untuk mendorong pelarut melalui kolom. Tekanan harus minimum jika perlu untuk menjaga aliran yang tetap yang keluar dari kolom. Hati hati jika telah memilih pelarut, akan mengambil sedikit waktu sebelum senyawa yang diinginkan mulai berelusi. Maksudnya bahwa pelarut yang akan keluar terlebih dahulu dan tidak mengandung senyawa yang kita inginkan dan dapat dibuang. Jika Rf senyawa 0,33 atau kurang, hati-hati dalam membuang sejumlah pelarut yang sama dengan volume silika gel kering yang digunakan untuk kolom. Ketika mengumpulkan pelarut sebanyak ini, mulai mengumpulkan pelarut elusi ke dalam tabung reaksi pemisah (fraksi). Ketika pelarut telah digunakan seluruhnya, sampel seharunya telah selesai dielusi ke dalam tabung reaksi yang dikumpulkan. Untuk memaksimalkan efisiensi kromatografi, fraksi yang dikumpulkan harus tidak lebih dari sekitar sepersepuluh dari volume kolom. Contohnya, jika menggunakan 25 g silika gel, harus dikumpulkan fraksi sekitar 3 mL.

g. Menempatkan Sampel Gunakan KLT untuk menentukan pada fraksi mana yang mengandung senyawa yang diinginkan. Cara terbaik yaitu spot 10 fraksi pada satu lempengkromatografi lapis tipis dan elusi 10 pelat jalur sekali, daripada melakukan analisis individual untuk setiap fraksi. Kombinasikan fraksi yang mengandung sampel pada rotavap (rotary evaporator). h. Membersihkan Kolom Semua pelarut yang tersisa dari kolomdialirkan dengan menggunakan gas bertekanan. Bila semua pelarut cair telahdihilangkandarireservoir,hilangkansisa pelarut terakhir dengan menggunakan vakum (dari aspirator) ke bagian bawah kolom.Buang silika gel bekas dalam wadahkhususpembuangansilika gel.

Gambar 5. Kromatografi Kolom Tekan i. Keuntungan: -

Metode yang cepat dan ekonomis untuk sintesis skala laboratorium

-

Ideal untuk pemisahan senyawa hingga dalam jumlah gram

-

Tidak ada peralatan mahal yang dibutuhkan

-

fase gerak dan fase diam tidak mahal dan cukup dibuang ketika selesai digunakan sekali atau dapat digunakan lagi

j. Penerapan -

Pemurnian bahan sintetik

-

Isolasi senyawa yang diinginkan dari bahan alam

-

Penyederhanaan campuran hingga preparasi resolusi tinggi kromatografi cair

-

Fraksinasi campuran kompleks menjadi kelompok sederhana untuk dianalisis

-

Digunakan untuk pemurnian peptida

-

Digunakan untuk pemisahan senyawa organik yang berhubungan dekat

-

Sistem tekan berguna untuk pemuurnian senyawa runut dari campuran organik

-

Alat

untuk

memonitor

proses

mengidentifikasi campuran senyawa

reaksi

dan

untuk

mengisolasi

dan

BAB III KESIMPULAN

1. Kromatografi kolom adalah salah satu metode yang paling berguna untuk

pemisahan dan pemurnian zat padat dan cairan saat melakukan percobaan skala kecil. Pemisahannya bisa berupa cairan / padat (adsorpsi) atau cairan / cairan (partisi) pada kromatografi kolom. 2. Setelah campuran dari fase diam dan sampel yang akan dipisahkan dimasukkan ke kolom, nantinya komponen dari campuran itu akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. 3. Instrumen kromtografi kolom terdiri dari kolom vertical, statif dan klep,

wadah penampung hasil elusi dan fase diam 4. Beberapa aplikasi kromatografi kolom yaitu memisahkan senyawa aktif dari

bahan tanaman, Pemisahan senyawa setelah sintesis organik untuk mendapatkan molekul yang diinginkan dan untuk memisahkan atau memurnikan campuran senyawa alami seperti alkaloid, glikosida 5. Kromatografi kolom tekan sederhana di mana fase gerak bergerak dengan

cepat karena penggunaan tekanan positif dari tabung nitrogren. Udara yang ditekan mengandung O2 dan uap air yang dapat menyebabkan peruraian produk dari ekstrak dan berubah saat pemisahan kromatografi. 6. Prinsip kerja dari kromatografi kolom tekan yaitu eluen secara cepat didorong (di

bawah tekanan gas biasanya berupa nitrogen atau udara yang dipompa) melalui kolom kaca pendek dengan diameter dalam yang besar.

DAFTAR PUSTAKA

Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB. Bandung. K. Hostettmann, M. Hostettmann, A. Marston. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Penerbit ITB. Bandung. Hendayana, Sumar. Kimia Pemisahan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 Khopkar, S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga, 2008 Yazid, Estien. Kimia Fisika Paramedis. Yogyakarta: Andi, 2005 Fitriya, Anwar, L. dan Sari, F., 2009, Identifikasi Flavonoid dari Buah Tumbuhan Mempelas, Jurnal Penelitian Sains, 12(3), 1-5. Swathi, G., Srividya, A., Ajitha, A. dan Rao, V. U. M., 2015, Review On: Flash Chromatography, World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 4(8), 281-296. Roge, A.B., Firke, S.N., Kawade, R.M., Sarje, S.K., dan Vadvalkar, S.M., 2011, Review on Flash Chromatography, International Journal of Phamarceutical Science and Research, 2(8): 1930-1937. Still, W.C., Kahn, M., dan Mitra, A., 1978, Rapid Chromatograpic Technic for Preparative Separations with Moderate Resolutions, Journal of Organic Chemistry, 43(14), 2923-2925.

Related Documents


More Documents from ""