1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan bahwa setiap penduduk mempunyai kemampuan hidup sehat yaitu keadaan sejahtera badan dan jiwa, dan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan kesehatan dilaksanakan secara bertahap. Untuk mencapai tujuan tersebut sangat dibutuhkan eksistensi tenaga keperawatan yang profesional dimana dalam memberikan pelayanan digunakan pelaksanaan asuhan keperawatan. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi bidang keperawatan, untuk memenuhi tuntunan masyarakat. Maka perawat dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan secara komprehensif yang meliputi aspek biopsikososial spiritual melalui pendekatan proses keperawatan, sehingga asuhan keperawatan dapat diberikan secara tepat guna dengan penuh tanggung jawab. Salah satu masalah penyakit yang sering terjadi pada anak usia 1 – 3 tahun yaitu Kejang Demam yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti, akan
tetapi
akan
menimbulkan
komplikasi
pada
pertumbuhan
dan
perkembangan anak.
Berdasarkan data dari Medical Record RSUD Martapura Kab. Ogan Komering Ulu Timur, jumlah kasus kejang demam dapat dilihat sebagai berikut.
Poltekes kemenkes palembang
2
Pada Tahun 2017 kasus kejang demam rawat inap berjumlah 12 orang dengan jumlah pasien laki – laki 7 orang (58,33%) dan jumlah pasien perempuan 5 orang (41,6%), dan jumlah pasien yang meninggal sebanyak 0 orang (0%). Pada Tahun 2018 (Januari – Maret ) kasus kejang demam rawat inap berjumlah 7 orang dengan jumlah pasien laki – laki 4 orang (57,14%) dan jumlah pasien perempuan sebanyak 3 (42,85%), dan jumlah pasien yang meninggal sebanyak 0 orang (0%) Masih tingginya angka kejadian kejang demam menjadi dasar perlunya penerapan asuhan keperawatan pada kasus Kejang Demam untuk membantu proses penyembuhan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga angka kejadian Kejang Demam dapat menurun. Salah satu penatalaksanaan dari kejang demam adalah kompres hangat. Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh degan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat pada bagian yang memerlukan. Tujuan kompres panas adalah memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien, mengurangi perdarahan setempat, mengurangi rasa sakit pada suatu daerah setempat. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan pendidikan, maka setiap mahasiswa menyusun suatu Asuhan Keperawatan pada klien secara individu. Berdasarkan data tersebut di atas, maka penulis berkeinginan membuat laporan tugas akhir dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Anak Toddler dengan Kejang Demam dan Penerapan Kompres Hangat di Ruangan Keperawatan Anak RSUD Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur”.
Poltekes kemenkes palembang
3
B. Batasan Masalah Karena luasnya masalah kejang demam, maka bahasan laporan tugas akhir ini hanya mencakup pelaksanaan “Asuhan Keperawatan Pada Anak Toddler dengan Kejang Demam dan Penerapan Kompres Hangat di Ruangan Keperawatan Anak RSUD Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur”.
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk menambah wawasan dan keterampilan serta mendapatkan gambaran tentang penerapan Asuhan Keperawatan secara komprehensif dan sistematis mulai dari pengkajian, perencanaaan, pelaksanaan dan evaluasi pada Asuhan Keperawatan Pada Anak Toddler dengan Kejang Demam dan Penerapan Kompres Hangat di Ruangan Keperawatan Anak RSUD Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada kasus Anak Toddler dengan Kejang Demam dan Penerapan Kompres Hangat di Ruangan Keperawatan Anak RSUD Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur b. Mampu menganalisa data untuk di jadikan diagnosa perawatan pada Kejang Demam dan Penerapan Kompres Hangat di Ruangan Keperawatan Anak RSUD Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur c. Mampu Membuat perencanaan tindakan keperawatan pada kasus kejang demam pada anak toddler di ruangan keperawatan RSUD Martapura Kab. Ogan Komering Ulu Timur.
Poltekes kemenkes palembang
4
d. Mampu melakukan intervensi dan prosedur dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada kasus kejang demam pada anak toddler di ruangan keperawatan RSUD Martapura Kab. Ogan Komering Ulu Timur. e. Mampu dalam melakukan implementasi dan sosialisasi keperawatan pada kasus kejang demam pada anak toddler di ruangan keperawatan RSUD Martapura Kab. Ogan Komering Ulu Timur.. f. Mampu Melakukan evaluasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan kasus kejang demam pada anak toddler di ruangan keperawatan RSUD Martapura Kab. Ogan Komering Ulu Timur.
D. Manfaat penulisan 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan penulis khususnya mengenai penyakit Kejang Demam pada anak toddler di ruangan keperawatan RSUD Martapura Kab. Ogan Komering Ulu Timur. 2. Bagi Akademik a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi D.III Keperawatan Politehnik Kesehatan Palembang dan pengaplikasian dari mata kuliah b. Sebagai bahan bacaan di Perpustakaan 3. Bagi Pelayanan RS Dapat memberikan masukan bagi Rumah Sakit untuk mengambil langkahlangkah kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terutama yang berkaitan dengan Asuhan Keperawatan dengan Kejang demam.
Poltekes kemenkes palembang
5
4. Bagi Klien dan Keluarga Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus di kurangi dengan cara yang diantaranya a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik. b. Memberitahukan cara penanganan kejang. c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali. d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus di ingat adanya efek samping obat
Poltekes kemenkes palembang
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis 1. Pengertian Panas atau demam adalah kondisi dimana otak mematok suhu di atas setting normal yaitu di atas 38°C. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu >38.5°C. Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh akan memproduksi panas. Menurut Riyadi, juono dan sukarmin, (2009)Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C). Kondisi yang menyebabkan kejang demam antara lain : infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis. (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus)
Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE), kejang demam merupakan kejang selama masa kanak-kanak setelah usia 1 bulan, yang berhubungan dengan penyakit demam tanpa disebabkan infeksi sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang neonatus dan tidak berhubungan dengan kejang simptomatik lainnya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Kejang demam merupakan kejang yang terjadi karena rangsangan demam, tanpa adanya proses infeksi intrakranial; terjadi pada sekitar 2-4% anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun. (Rifqi Fadly Arief , CME. Penatalaksanaan Kejang Demam. 2015). Kejang demam terbagi menjadi dua, yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Poltekes kemenkes palembang
7
1. Kejang demam sederhana berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), tonik-klonik. dan terjadi kurang dari 24 jam, tanpa gambaran fokal dan pulih dengan spontan. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. 2. Kejang demam kompleks biasanya menunjukkan gambaran kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Durasinya lebih dari 15 menit dan berulang atau lebih dari 1 kali kejang selama 24 jam. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali, dan di antara bangkitan kejang kondisi anak tidak sadarkan diri. Kejang lama terjadi pada sekitar 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% kejang demam 2. Epidemiologi Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering, biasanya merupakan kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan studi populasi, angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa 2–7%, sedangkan di Jepang 9–10%. Dua puluh satu persen kejang demam durasinya kurang dari 1 jam, 57% terjadi antara 1-24 jam berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari 24 jam.2 Sekitar 30% pasien akan mengalami kejang demam berulang dan kemudian meningkat menjadi 50% jika kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun. Sejumlah 9–35% kejang demam pertama kali adalah
Poltekes kemenkes palembang
8
kompleks, 25% kejang demam kompleks tersebut berkembang ke arah epilepsi. 3. Insiden Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% populasi anak usia 6 bulan – 5 tahun, dan paling sering pada usia 17 -23 bulan, 80% kejang demam sederhana, 20% kejang demam kompleks (8% berlangsung >15 menit dan 16% berulang dalam waktu 24 jam), 2 – 4% menjadi epilepsy, lebih sering pada anak laki – laki. (UKK Neurologi IDAI, 2011 kejang demam yang perlu diwaspadai ) 4. Etiologi Peranan infeksi pada sebagian besar kejang demam adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas reaksi demamnya yang terjadi(Lumbantobing, 2004). Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya tonsilitis, ostitis media akut,bronkitis(Judha & Rahil, 2011). Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009) Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15 menit menunjukan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik dan memerlukan pengamatan menyeluruh. Tanggung jawab dokter yang paling penting adalah menentukan penyebab demam dan mengesampingkan meningitis. Infeksi saluran pernapasan atas, dan otitis media akut adalah penyebab kejang demam yang paling sering (Behrman, Robert , Kliegman, Arvin, 2000).
Poltekes kemenkes palembang
9
( http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus)
Penyebab utama kejang demam ialah demam yag tinggi. Demam yang terjadi sering disebabkan oleh : 1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) 2. Gangguan metabolic 3. tonsilitis, otitis media, bronchitis. 4.
Keracunan obat
5. Faktor herediter 6. Idiopatik. (http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/kejang-demam.html)
5. Anatomi Fisiologi 1. Pengertian Otak (Encephalon) adalah Pusat Sistem Saraf ( Central Nervous System, CNS). Otak berfungsi mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak mengendalikan semua fungsi tubuh dan merupakan pusat dari seluruh kegiatan tubuh manusia. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan fisik dan mental manusia. Sebaliknya apabila otak terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental akan terganggu. Otak diselimuti oleh selaput otak yang disebut meningens yang terdiri dari 3 lapisan yaitu : 1. Durameter Lapisan paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk
Poltekes kemenkes palembang
10
melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula spinalis. 2. Arakhnoid Lapisan bagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang subarakhnoid dan memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan.
3. Piameter Lapisan paling dalam dari otak dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung 2. Bagian Otak a. Otak Besar ( Cerebrum ) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berfikir, analisa, logika, bahasa, perasaan, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Otak Besar / Cerebrum terbagi menjadi empat bagian yang disebut lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. a. Lobus Frontal Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
Poltekes kemenkes palembang
11
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum. b. Lobus Parietal Berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit. c. Lobus Temporal Berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa bicara atau komunikasi dalam bentuk suara. d. Lobus Occipital Bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata. b. Otak Kecil (Cerebellum) Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: · Mengatur sikap atau posisi tubuh · Mengontrol keseimbangan · Koordinasi otot dan gerakan tubuh Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika
Poltekes kemenkes palembang
12
terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi. c. Batang Otak ( Brainstem ) Mengatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight ( menghadapi atau menghindar ) saat datangnya ancaman. Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu: a. Mesencephallon Disebut Otak Tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran. b. Diencephallon Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan mesencephalon. Terdiri dari 1) Thalamus ( yang terletak diantara korteks otak besar dan otak tengah ) yang berfungsi untuk menyampaikan impuls / sinyal motorik menuju korteks otak besar dan medulla spinalis. 2) Hipotalamus adalah bagian otak yang terdiri dari sejumlah nukleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid, glukosa dan suhu. Hipotalamus merupakan pusat kontrol autonom. Salah satu fungsi yang penting adalah karena terhubung dengan sistem syaraf dan kelenjar hipofisis yang merupakan salah satu homeostasis Poltekes kemenkes palembang
13
sistem endokrin yaitu fungsi neuroendokrin yang berpengaruh terhadap sistem syaraf otonom sehingga dapat menjaga homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh, perilaku konsumsi dan emosi. Hipotalamus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju korteks otak besar. Akson dari berbagai sistem indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan menuju korteks otak besar. Hipotalamus berfungsi juga mengirim sinyal menuju kelenjar adrenal yaitu epinephrine
dan
norepinephrine
yang
menskresikan
Antideuretic Hormone (ADH), Oksitosin, dan Regulatori Hormone. c. Medulla Oblongata Adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari medulla spinalis menuju otak. Medulla Oblongata mempengaruhi reflek fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, fungsi pencernaan. Selain itu juga mengatur gerak refleks lain seperti bersin, batuk, dan berkedip. d. Pons Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan. Adalah bagian otak yang berupa serabut syaraf yang menghubungkan dua
Poltekes kemenkes palembang
14
belahan otak kecil (kiri dan kanan). Pons juga menghubungkan korteks otak dan medula. Pons disebut juga Pons Varoli / Jembatan Varol. Sebagai bagian dari batang otak, pons juga mempengaruhi beberapa fungsi otomatis organ vital tubuh salah satunya mengatur intensitas dan frekuensi pernapasan. Pons juga dikaitkan dengan kontrol siklus tidur. Selain itu pons juga berhubungan dengan batang otak untuk mengontrol refleks.
6. Patofisiologi Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi di pecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainya kecuali ion klorida. Akibatnya konsentrasi ion kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Poltekes kemenkes palembang
15
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran di perlukan energi dan bantuan enzim Natrium Kalium Adinosin Tri Posfatase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10 sampai 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hiposemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi, artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
Poltekes kemenkes palembang
16
meningkatnya aktivitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat (Judha & Rahil, 2011). Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis penyebab terbanyak adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen. Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikkan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot. Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit jaringan tubuh yang lain akan disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron . Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat menaikkan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang. Serangan cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan kesadaran, otot ekstremitas maupun bronkus juga dapat mengalami spasma sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh penutupan lidah dan spasma bronkus (Price, 2005). (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-avidbintar)
Poltekes kemenkes palembang
17
7. Pathway
Poltekes kemenkes palembang
18
8. Manifestasi Klinik Manifestasi yang terjadi pada kejang demam adalah demam tejadi pada 24 jam pertama sakit sering sewaktu
suhu
tubuh
meningkat
cepat
tetapi pada sebagian anak, tanda pertama penyakit mungkin kejang dan pada yang lain, kejang terjadi saat demam menurun. Derajat demam bukan merupakan faktor kunci yang memicu kejang. Selama suatu penyakit, setelah demam turun dan naik kembali sebagian anak tidak kembali kejang walaupun tercapai tingkatan suhu yang sama, dan sebagian anak yang lain
tidak lagi mengalami kejang pada
penyakit demam berikutnya walaupun tercapai tingkat suhu yang sama. (Abraham M. Rudolph, 2006) Sebagian besar pasien mengalami kejang demam jinak dan hanya akan sekali kejang selama suatu penyakit demam. Hanya 20% dari kejang demam pertama bersifat
kompleks, sekitar 80% mengalami kejang kompleks
sebagai kejang pertama. Anak yang kemungkinan besar mengalami kejang demam
kompleks
tidak
dapat
diketahui
pasti
sebelum
kejadian. Namun, mereka cendrung bherusia kurang dari 18 bulan dan memiliki riwayat difungsi neurologik atau gangguan perkembangan. Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan
dan
tungkai dapat
diklasifikasikan
menjadi 2
bagian yaitu
kejang parsial sederhana dan kejang parsial kompleks. 1. Kejang Parsial sederhana Kesadaran tidak terganggu dapat mencangkup satu atau lebih hal berikut ini:
Poltekes kemenkes palembang
19
Tanda-tanda motoris : Kedutan pada wajah, tangan, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama. Tanda atau gejala otonomik : muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus: mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia. Gejala psikis: dejavu, rasa takut, visi panoramik. 2. Kejang Parsial Kompleks Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik: Mengecap-ngecapkan bibir, berulang-ulang pada
mengunyah, gerakan mencongkel yang
tangan, dan gerakan
tangan
lainya.
Dapat
tanpa otomatisme tatapan terpaku (Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, 2002). (http://www.e-jurnal.com/2013/12/patofisiologi-kejang-demam.html) 9. Komplikasi Komplikasi pada kejang demam anak menurut Garna & Nataprawira (2005) 1. Epilepsi 2. Kerusakan jaringan otak 3. Retardasi mental 4. Aspirasi 5. Asfiksia (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-avidbintar)
10. Pemeriksaan Penunjang Poltekes kemenkes palembang
20
1. Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan atau menegakkan diagnosis meningitis. 2. Elektroensefalografi (EEG) tidak berguna dilakukan untuk memperkirakan berulangnya kejang, memperkirakan epilepsy dikemudian hari dan untuk menentukan tidaknya kelainan organik 3. Laboratorium lain dilakukan hanya atas indikasi seperti Demam pemeriksaan darah tepi lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) atau urine dan Dehidrasi dilakukan pemeriksaan Na, K, Cl, Mg, Ca, P dan Glukosa. untuk mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam. (UKK Neurologi IDAI 2011 kejang demam dan epilpsi.5) 11. Diagnosa Banding Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya meningitis atau ensefalitis. Funsi lumbal terindikasi bila ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien tidak mendapatkan antibiotik maka perlu pertimbangan fungsi lumbal. (Mansjoer Arif dkk, 2001.435). 12. Penatalaksanaan Pada kebanyakan kasus, biasanya kejang demam berlangsung singkat dan saat pasien datang kejang sudah berhenti. Bila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah 1. diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB, dengan cara pemberian secara perlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam 3-5 menit, dan dosis maksimal yang dapat diberikan adalah 20 mg.
Poltekes kemenkes palembang
21
2. phenytoin intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. 3. Penerapan kompres hangat Menurut Padila, S.Kep Ners (2013) Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh degan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat pada bagian yang memerlukan. Tujuan kompres panas adalah : a. Memperlancar sirkulasi darah b. Mengurangi rasa sakit c. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien d. Mengurangi perdarahan setempat e. Mengurangi rasa sakit pada suatu daerah setempat. Tindakan kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat, tetapi sering diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga pasien. Untuk dapat mengangkat intervensi ini ke permukaan maka perlu adanya upaya untuk membuktikan efektifitas dari tindakan ini dalam menurunkan demam khususnya pada pasien anak penderita demam tifoid. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu adanya upaya untuk membuktikan Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien. Hasil penelitian Tri Redjeki (2002),
dirumah sakit umum Tidar
Magelang mengemukakan bahwa kompres hangat lebih banyak menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kompres air dingin,
Poltekes kemenkes palembang
22
karena akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah, pasien menjadi menggigil. Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori – pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh. (https://www.google.com/ 2Fjournals.ums.ac.id)
13. Prognosis Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya dan tidak membahayakan kematian. Frekwensi berulangnya kejang berkisar 25 – 50 %, umumnya terjadi pada bulan pertama. Resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.
B. Konsep Dasar Anak 1. Konsep tumbuh kembang anak Toddler adalah anak antara rentang usia 12 sampai 36 bulan atau anak usia 13 th . Toddler tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar. Pertumbuhan ditandai dengan perubahan ukuran bagian badan anak, yaitu dari kecil menjadi besar. Sedangkan perkembangan ditandai oleh perubahan kemampuan, yaitu dari pengetahuan yang terbatas pada waktu lahir menjadi
Poltekes kemenkes palembang
23
kaya akan kemampuan, seperti berjalan, berlari, tersenyum, berbicara, belajar, dan bergaul di kemudian hari. Didalam mempelajari proses perkembangan manusia dengan tugas-tugas perkembangannya kita harus memahami dengan baik istilah seperti ; belajar dan kematangan. Belajar adalah adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dengan latihan atas dasar kematangan dari orang yang sedang belajar itu. Dan kematangan adalah kelengkapan dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi-fungsi badan dan mental sehingga seseorang dapat menjalankan tugasnya dengan sebaikbaiknya. Mental adalah mengenai keadaan psikologis, yaitu mencakup pikiran, status emosional dan perilaku. 2. Perspektif Keperawatan Anak Filosofi keperawatan Anak Merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang meliputi : a. Perawatan Berfokus pada Keluarga Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga. Perawat sebagai pemberi pelayanan berfokus pada keluarga dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan keluarga → Acuan dalam memberikan pelayanan. b. Atraumatic Care Atraumatic careAdalah perawatan yang tidak menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga
Poltekes kemenkes palembang
24
c. Mencegah atau mengurangi cidera dan nyeri baik fisik maupun psikologis d. Modifikasi lingkungan e. Manajemen Kasus 3. Prinsip-Prinsip Keperawatan Anak Ada Beberapa hal yang menjadi prinsip dasar keperawatan anak yang harus di jadikan pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus memahami, mengingat beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan keperawatan, diantaranya : a. Anak bukan miniatur orang dewasa, anak mempunyai pola tumbang menuju poses kematangan → tolak ukuran. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa, melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses pematangan. b. Anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap pekembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktifitas, eliminasi, istirahat tidur dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis, anak juga mempunya kebutuhan yang lain seperti kebutuhan psikologis sosial dan spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada usia tumbuh kembang. c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak sakit tapi
Poltekes kemenkes palembang
25
menurunkan angka kesakitan dan kematian anak mengingat anak adalah penerus bangsa d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak. Dikatakan sejahtera bila tidak cemas, takut dan gangguan psikologis lainnya. e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah,
mengkaji,
mengintervensi
dan
meningkatkan
kesejahteraan hidup (Proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral/etik dan aspek legal/hukum) f. Tujuan keperawatan anak adalah meningkatkan maturasi yang sehat bagi anak sebagai makhluk biopsikososial legal/hukum)dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat g. Kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang, sebab ilmu tumbuh kembang ini mempelajari aspek kehidupan anak. 4. Peran Perawat dalam Keperawatan Anak Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat mempunyai Peran Dan fungsi sebagai berikut: 1. Pemberi Perawatan 2. Sebagai Advocat Keluarga (sebagai pembela keluarga dalam menentukan haknya pasien) 3. Pencegahan penyakit /Promosi Kesehatan 4. Pendidikan 5. Konseling 6. Kolaborasi
Poltekes kemenkes palembang
26
7. Pengambil keputusan etik 8. Peneliti 5. Konsep Dasar Perawatan 1. Pengkajian Tahapan pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat dan lengkap sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang ditentukan dalam standar praktek keperawatan dari American Nursing Association. Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapis) atau profesi kesehatan lainnya (Taylor, Lilis Le Mone, 1997). Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi : a. Data subyektif 1.
Biodata/Identitas
2.
Riwayat Penyakit
3.
Riwayat perkembangan
4.
Riwayat kesehatan keluarga.
5.
Riwayat sosial
6.
Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
7.
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
8.
Pola nutrisi
Poltekes kemenkes palembang
27
9.
Pola eliminasi
10. Pola aktivitas dan latihan 11. Pola tidur/istirahat b. Data Obyektif 1.
Pemeriksaan Umum
2.
Pemeriksaan Fisik
6. Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermia Berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal 2. Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan asupan gizi dan kebutuhan nutrisi tubuh yang tidak seimbang 3. Intolerin Aktivitas Berhubungan dengan ketidakcukupan kebutuhan psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari 2. Perencanaan Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhnya kebutuhan klien (Maryam,2008). Intervensi keperawatan menurut Dochterman & Bulechek adalah “ semua treatment yang didasarkan pada penilaian klinik dan pengetahuan perawat untuk
meningkatkan
outcome
pasien/klien”.
Berdasarkan prioritas keperawatan contoh intervensi dari suatu kasus yaitu bersihan jalan nafas efektif berhubungan dengan akumulasi secret. Penulis
Poltekes kemenkes palembang
28
melakukan rencana tindakan perawatan selama 1x24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan criteria hasil jalan nafas paten dengan nafas bersih, pernafasan bersih, suara paru fasekuler (Wilkinson,2011). Intervensi atau rencana yang akan dilakukan monitor tanda-tanda vital untuk mengetahui status kesehatan klien (suparman,2012). Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, nadi, perifri, dan nadi apical (HR), pernafasan (RR), dan suhu tubuh. Berikan fisioterapi dada untuk mengeluarkan secret, kolaborasi dengan dokter untuk mempercepat proses penyembuhan (Riksani,2012).
Intervensi Keperawatan a. Diagnosa Keperawatan 1 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh dia atas kisaran normal 1. Tujuan Keperawatan (Noc) a. Suhu tubuh dalam rentang normal b. Nadi dan RR dalam rentang normal c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing 2. Intervensi keperawatan (Nic) a. Monitor intake dan output cairan Rasional : Untuk memperbaiki kemungkinanan adanya dehidrasi. b. Kompres hangat pada dahi, aksila dan lipatan paha Rasional
: Untuk mempercepat penurunan suhu tubuh.
b. Diagnosa keperawatan 2 Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan asupan gizi dan kebutuhan nutrisi tubuh yang tidak seimbang
Poltekes kemenkes palembang
29
1. Tujuan Keperawatan(Noc) 1. Menunjukkan kenaikan berat badan yang progresif ke arah tujuan 2. Tidak adanya tanda-tanda malnutrisi 2. Intervensi Keperawatan (Nic) 1. Membantu dengan atau menyediakan asupan makanan dan cairan dalam diet yang seimbang Rasional
: Untuk memperbaiki kecukupan nutrisi yang di perlukan tubuh
2. Evaluasi tingkat defisit asupan makanan melalui timbang berat badan Rasional
: Untuk mengembalikan berat badan normal
c. Diagnosa keperawatan 3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakcukupan kebutuhan psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari 1. Tujuan Keperawatan (Noc) a. Mengidentifikasi faktor negatif yang mempengaruhi toleransi aktivitas. b. Menggunakan tehnik yang di identifikasi untuk meningkatkan toleransi aktivitas 2. Intervensi Keperawatan (Nic) a. Membuat program dan membantu aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik untuk meningkatkan rentang atau durasi aktivitas individu.
Poltekes kemenkes palembang
30
Rasional
: Membuat anak kembali ceria
b. Memfasilitasi aktivitas fisik yang teratur untuk mempertahankan atau meningkatkan kebugaran dan kesehatan Rasional
: Membuat anak kembali merasa sehat dan segar
(http://nersrezasyahbandi.blogspot.co.id/2013/02/askep-asuhan-keperawatan-anakkejang.html)
3. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan
Poltekes kemenkes palembang
31
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus Desain yang di pilih untuk studi kasus yang akan dilaksanakan adalah kasus deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan B. Subjek Studi Kasus Subjek penelitian yang akan digunakan adalah 2 klien dengan penyakit kejang demam pada anak todler di ruang anak RSUD martapura Kabupaten OKU Timur tahun 2018. C. Fokus studi Gambaran asuhan keperawatan pada penderita penyakit kejang demam di ruang anak RSUD Martapura Kabupaten OKU Timur tahun 2018 D. Definisi Operasional Studi Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian pada praktik keperawatan yang di berikan secara langsung pada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humaninstic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif pasien untuk menghadapi masalah yang di hadapi pasien. Anak Todler Anak Toddler adalah anak antara rentang usia 12 sampai 36 bulan atau anak usia 1-3 th . Toddler tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar.
Poltekes kemenkes palembang
32
Tahap proses keperawatan meliputi 1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan yang terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif ( misal tanda vital, wawancara pasien/keluarga dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik). (Nanda2015) 2. Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respon dari seorang individu, keluarga atau kelompok aktivitas. (nanda 2015) 3. Perencanaan Intervensi Perencanaan intervensi adalah berbagai perawatan berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan yang di lakukan oleh seorang perawat untuk meningkatkan hasil pasien. (Nanda 2015) 4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan 5. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Poltekes kemenkes palembang
33
Penerapan Kompres Hangat Kompres
adalah metode pemeliharaan suhu tubuh
degan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat pada bagian yang memerlukan. Tujuan kompres panas adalah : a.
Memperlancar sirkulasi darah
b.
Mengurangi rasa sakit
c.
Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
d.
Mengurangi perdarahan setempat
e.
Mengurangi rasa sakit pada suatu daerah setempat.
Derajat suhu air untuk kompres hangat adalah 34 - 38°C. Prosedur pemberian kompres hangat adalah : 1. Menyiapkan perlengkapan (botol air hangat, kendi air hangat dengan suhu 34 - 38°C, handuk penutup botol air, thermometer air, dan jam tangan) 2. Pasien dan keluarga di beritahu tentang tindakan yang akan dilakukan. 3. Mencuci tangan 4. Tempatkan botol air hangat dalam handuk pembungkus 5. Pasang dengan hati-hati pada daerah tubuh yang tepat 6. Jangan pernah tempatkan botol air hangat pada daerah nyeri. 7. Cek kulit dalam 10-15 menit untuk memastikan suhu benar dan tidak ada tanda-tanda terbakar.
Poltekes kemenkes palembang
34
E. Tempat dan waktu 1. Lokasi Studi Kasus Lokasi studi kasus di laksanakan di ruang anak RSUD Martapura kabupaten OKU Timur tahun 2018 2. Waktu Studi Kasus Studi Kasus ini di laksanakan mulai bulan maret – juni 2018
F. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara/Anamnesa Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pasien maupun keluarga untuk memperoleh data subjektif. 2. Observasi Yaitu di lakukan dengan cara mengamati perilaku dan kondisi pasien 3. Studi Perpustakaan Yaitu dengan membaca dan mempelajari serta memahami hal2 yang bersifat teoritis berdasarkan pendapat para ahli yang berhubungan dengan kejang demam. 4. Pemeriksaan Fisik Di lakukan dengan cara Heat to toe 5. Dokumentasi Suatu metode pengumpulan data dimana di dapat melalui pencatatan yang di lakukan berkaitan dengan pasien, seperti buku laporan asuhan keperawatan status pasien
Poltekes kemenkes palembang
35
G. Analisa data dan penyajian data Analisa data yang di lakukan sejak penelitian di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data di lakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya di tuangkan dalam opini pembahasan. Tehnik analisis yang di gunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang di peroleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Tehnik analisis di gunakan dengan cara observasi oleh peneliti di bandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah : 1. Pengumpulan data Data di kumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, Observasi dan Dokumentasi). Hasil di tulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian di bentuk dalam bentuk transkrip. 2. Mereduksi data dengan membuat kodeing dan katagori Data yang terkumpul kemudian di buat kodeing yang di buat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang di terapkan. 3. Penyajian data
Poltekes kemenkes palembang
36
Penyajian data dapat di lakukan dengan tabel, gambar, bagan, maupun teks naratif. Kerahasian dari responden di jamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden. 4. Kesimpulan Dari data yang di sajikan, kemudian data di bahas dan di bandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan di lakukan dengan metode induksi. Data yang di kumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi. H. Studi kasus Sebelum dilakukan studi kasus, responden akan menandatangani format persetujuan sebagai responden dalam studi kasus ini. Hal ini dilakukan sebelum penulis melakukan pengumpulan data setelah mendapatkan persetujuan barulah penulis dapat melakukan studi kasus dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Perestujuan 2. Informed consent 3. Anonymity (tampa nama) 4. Confidentiality (rahasia)
Poltekes kemenkes palembang
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil dan Gambaran Lokasi Penelitian a. Sejarah singkat RSUD Martapura Kementerian / Lembaga
: Kesehatan RI
Satuan Kerja
: RSUD Martapura Kelas D
Alamat
: Jalan Letnan Muchtar No.185 Tebat Sari
Rencana Wilayah
: Jln.Adiwiyata Simpang Lengot Kotabaru
Pengembangan
Selatan Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur
Klasifikasi Rumah Sakit
: D
Mail
:
[email protected]
Fax
: (0735) 481004
Kode
: 1609011
Tahun didirikan
: 2009
Tahun Operasional
: 2012
Kepemilikan
: Pemerintah Daerah
Luas Lahan
: 40.000 Ha
Dasar Hukum RSUD
: 1. UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Martapura
Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 No 47,Tambahan Lembaran Negara RI No 4286); 2. UU
No
1
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negaran RI Tahun 2004 No 5,Tambahan Lembaran Negara RI No 4355); 3. UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Poltekes kemenkes palembang
38
No 66,Tambahan Lembaran Negara RI No 4400); 4. UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 No 125,Tambahan Lembaran Negara RI No 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara RI Tahun 2008 No 59,Tambahan Lembaran Negara RI No 4844); 5. UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 No 126,Tambahan Lembaran Negara RI 3637); 6. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 No 144,tambahan Lembaran Negara RI No 5063); 7. PP No 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara RI Tahun 2005 No 137,Tambahan Lembaran Negara RI No 4575); 8. PP No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2005 No 14,Tambahan Lembaran Negara RI No 4578); 9. PP No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,Pemerintahan
Daerah
Provinsi,dan
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota
(Lembaran
Negara
RI
Poltekes kemenkes palembang
39
Tahun 2007 No 82,Tambahan Lembaran Negara RI No 4737); 10. PP No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2007 No 89,Tambahan Lembaran Negara RI No 4741); 11. Perpres
No
54
Tahun
2010
tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 12. Keppres No 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2002 No 73,Tambahan Lembaran Negara RI No 4212)Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Perpres No 53 Tahun 2010; 13. PMK
No
741/MENKES/PER/VIII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
RSUD Martapura Kelas D terletak di Ibukota kabupaten OKU Timur.Kabupaten OKU Timur yang dikenal dengan motto “Sebiduk Sehaluan” dengan Ibukota Martapura yang berada di jalur Lintas Sumatera menuju Pulau Jawa dan sebaliknya. Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah maka sesuai dengan UU No 22 Tahun 1999 dan Peraturan Daerah No 26 Tahun 2000,RSUD Martapura ditetapkan sebagai Lembaga Teknis Daerah dengan struktur organisasi yang telah disesuaikan dengan prinsip kaya fungsi dan miskin struktur.
Poltekes kemenkes palembang
40
b. Ketersediaan Sarana dan Prasarana RSUD Martapura RSUD Martapura sementara ini memiliki dua tempat pelayanan yaitu : 1. RSUD Martapura Lokasi Tebat Sari 2. RSUD Martapura Lokasi Simpang Lengot Kotabaru Selatan Kondisi sarana dan prasarana RSUD Martapura Lokasi di Tebat Sari yang masih digunakan adalah sebagai berikut : Tabel II.2.1.1 Sarana Prasarana RSUD Martapura Lokasi Tebat Sari
No
Jenis sarana Kesehatan Ruang Kebidanan
Kondisi Baik
2009
PEMDA
2.
Kamar Operasi
Baik
2010
PEMDA
3.
Ruang ICU
Baik
2012
PEMDA
4.
IPAL
Rusak
2010
PEMDA
5.
Radiologi
Baik
2009
PEMDA
1.
Tahun Kepemilikan
Keterangan Hak Pakai Pinjam DINKES Hak Pakai Pinjam DINKES Hak Pakai Pinjam DINKES Hak Pakai Pinjam DINKES Hak Pakai Pinjam DINKES
Kondisi sarana dan prasarana RSUD Martapura di Lokasi Simpang Lengot Kotabaru Selatan adalah sebagai berikut : Tabel II.2.1.2 Sarana Prasarana RSUD Martapura Lokasi Simpang Lengot Kotabaru Selatan
No 1. 2.
Jenis sarana Kesehatan Ruang Kebidanan Kamar Operasi
Kondisi Baik Baik
Tahun Kepemilikan 2017 2017
PEMDA PEMDA
Keterangan Belum Selesai Belum Lengkap
Poltekes kemenkes palembang
41
3.
CSSD
Baik
2017
PEMDA
4.
IPAL
Baik
2016
PEMDA
5.
Radiologi
Baik
2017
PEMDA
6. 7. 8. 9. 10. 11.
Instalasi Farmasi Kamar Jenazah Laundry UTDRS Laboratorium IGD
Baik Baik Baik Baik Baik Baik
2017 2017 2017 2017 2017 2015
PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA
12. Poli Rawat jalan
Baik
2015
PEMDA
13. Ruang Rawat Inap Kelas 3 14. Ruang Rawat Inap Kelas 15. Instalasi Gizi 16. IPAL Tambahan 17. Incenerator 18. Instalasi Air Bersih
Baik
2016
PEMDA
Baik
2016
PEMDA
Belum Lengkap Belum dioperasikan Belum ada izin Bappeten Dalam Proses Dalam Proses Dalam Proses Dalam Proses Dalam Proses Belum Lengkap Belum Lengkap Belum Lengkap Dalam Proses
Baik Baik Baik Baik
2017 2017 2017 2017
PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA
Dalam Proses Baik Baik Baik
c. Ketersediaan Sumber Daya Manusia ( SDM) Sumber Daya manusia (SDM) Kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi dan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan,yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.RSUD Martapura melakukan pembenahan dari berbagai sistem yang bertujuan memaksimalkan sebagai pelayanan rujukan.
Poltekes kemenkes palembang
42
Sumber daya manusia yang ada di RSUD Martapura sebagai berikut : Tabel II.2.2 Data Ketenagaan RSUD Martapura Tahun 2017 (Per 1 Oktober)
No 1.
Kualifikasi
PNS
Pendidikan
Daerah
Dokter Spesialis
MOU Honda
TKS
total
-
1
-
-
1
Kebidanan 2.
Dokter Spesialis Bedah
-
1
-
-
1
3.
Dokter Spesialis
-
1
-
-
1
Penyakit Dalam 4.
Dokter Spesialis Mata
1
-
-
-
1
5.
Dokter Spesialis Syaraf
-
2
-
-
2
6.
Dokter Umum
3
3
1
-
7
7.
Dokter Gigi
1
-
-
-
1
8.
Apoteker
2
2
-
-
4
9.
S1 Kesehatan
11
-
4
1
16
10. S1 Keperawatan
2
-
1
1
4
11. S1 Farmasi
-
-
-
2
2
12. S1 Tehnik Kimia
1
-
-
-
1
13. D IV Kebidanan
4
-
3
2
9
14. D IV Analis Kesehatan
1
-
-
3
4
masyarakat
15. D III Keperawatan
66
16. D III Kebidanan
35
17. D III Kesehatan
3
-
-
2
5
18. D III Keperawatan Gigi
3
-
-
1
4
19. D III Tehnik Gigi
-
1
-
-
1
20
1
-
2
2
5
21. D III Radiologi
4
-
1
3
8
22. D III Fisioterapi
1
-
2
1
4
23. D III Gizi
1
-
-
1
2
Lingkungan
D III Analis Kesehatan
Poltekes kemenkes palembang
43
24. D III Rekam Medik
1
-
-
1
2
25. D III Manajemen RS
-
-
1
-
1
26. D III Informatika
-
-
-
1
1
27. D 1 Kebidanan
2
-
-
-
2
28. D 1 Manajemen
1
-
-
-
1
29. SPK
3
-
-
-
3
30. SPAG
1
-
-
-
1
31. SMF
1
-
-
4
5
32. SMK Keperawatan
-
-
1
-
1
33. SMA
-
-
4
-
4
Pemasaran
Total Pegawai
214
NB : Data diatas tidak termasuk satpam,sopir,tenaga masak,laundry,dan cleaning service
B. HASIL PENGKAJIAN a. Laporan Kasus 1. Pengkajian a. Identitas Klien dan hasil anamnesis Identitas Klien Nama Umur Jenis kelamin Tanggal lahir Alamat Tanggal periksa No. Reg Nama Ayah Nama Ibu Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu Alamat Agama
Kasus 1 An. “M” 2 tahun Laki-laki 23 November 2016 Kota Baru Martapura 02 Juni 2018 04-32-02 Tn. “S” Ny. “W” Karyawan Swasta IRT Ds. Kota Bau Islam
Kasus 2 An. “D” 14 Bulan Perempuan 21 januari 2017 Jl. Veteran Martapura 03 juni 2018 05-45-05 Tn. “N” Ny. “R” Petani IRT Ds. Veteran Jaya Islam
Poltekes kemenkes palembang
44
b. Keluhan Utama Kasus 1
Kasus 2
Ibu Klien Mengatakan bahwa 1 hari yang lalu
Ibu Klien Mengatakan bahwa 2
sebelum anaknya di bawa ke rumah sakit,
hari sebelumnya anaknya
anaknya demam terus menerus, kejang di
demam tinggi, kemudian di
sertai batuk dan pilek, bibir kering, lidah
bawa kebidan untuk di periksa,
terlihat kotor, BAB dan BAK seperti biasa.
kemudian bidan menyarankan
Riwayat Kesehatan sekarang:
an “D” harus di rawat di rumah
Pasien kejang sekitar 5 menit sesampai di
sakit, namun tetap di beri obat
IGD RS, kejang 1 kali sehari, durasi kejang
penurun panas.
sekitar 2 menit. Sifat Kejang pasien melihat
Riwayat Kesehatan Sekarang
ke atas, tangan dan kaki lurus serta mulut
Pasien mengalami Kejang
kaku seperti menggigit, setelah kejang pasien
selama 3 menit pada saat klien
menangis. Kejang tersebut muncul didahului
sampai di IGD RS. Tubuh
demam selama 3 hari, terus menerus, batuk
tampak kaku, lidah tergigit dan
berdahak (+), pilek (+). Nafsu makannya
gigig tampak terkatup rapat,
berkurang. Pasien tidak mual dan muntah.
klien tampak mengantuk,
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil
lemah.
(BAK) dalam batas normal. Pasien sempat
Temp :40°C
berobat di puskesmas dan mendapat obat
RR : 26x/menit
(sirup), namun demam tersebut tidak menurun c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Riwayat Kehamilan dan
Kasus 1
Kasus 2
kelahiran Prenatal
Natal
ANC dengan bidan
ANC dengan Bidan
Demam tinggi (-)
Tidak ada komplikasi
Perdarahan (-)
selama kehamilan
Spontan di bidan
Kelahiran spontan
Cukup bulan
dengan dibantu bidan.
Poltekes kemenkes palembang
45
Posnatal
BBL 2700gr
BBL 3100gr
Panjang 48 cm
Panjang 50 cm
ASI (-)
ASI di berikan sampai
Di berikan makanan
usia 5 bulan.
tambahan mulai usia 6
Bulan ke 6 di bantu
bulan
dengan susu formula
Imunisasi :
MP ASI di berikan usia
a. Hepatitis B (+)
6 Bulan
b. BCG (+)
Imunisasi:
c. Polio 1 (+)
a. Hepatitis B (+)
d. Polio 2 (+)
b. BCG (+)
e. Polio 3 (+)
c. Polio 1 (+)
f. Hepatitis B. 2 (+)
d. Polio 2 (+)
g. Hepatitis B. 3 (+)
e. Polio 3 (+)
h. DPT 1 (+)
f. Hepatitis B. 2 (+)
i. DPT 2 (+)
g. Hepatitis B. 3 (+)
j. DPT 3 (+)
h. DPT 1 (+)
k. Campak (+)
i. DPT 2 (+)
Tumbuh Kembang :
j. DPT 3 (+)
Tengkurap : 4 Bulan
k. Campak (+)
Duduk
: 6 Bulan
Tumbuh Kembang :
Merangkak : 8 Bulan
Tengkurap : 3,5 Bulan
Berdiri
: 10 Bulan
Duduk
Berjalan
: 12 Bulan
Merangkak : 8 Bulan
: 5 Bulan
Berdiri
: 9 Bulan
Berjalan
: 11 Bulan
d. Riwayat Kesehatan Masa Lampu Kasus 1
Kasus 2
Trauma kepala (-)
Trauma kepala (-)
Demam tinggi (+)
Demam tinggi (+)
Riwayat kejang disertai demam (+)
Riwayat kejang disertai demam (+)
Poltekes kemenkes palembang
46
Riwayat kejang tanpa demam (-)
Riwayat kejang tanpa demam (+)
Riwayat alergi (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat Operasi (-)
Riwayat Operasi (-)
e. Riwayat Penyakit Keluarga Kasus 1
Kasus 2
Riwayat kejang demam (-)
Riwayat kejang demam (-)
Riwayat kejang tanpa demam (-)
Riwayat kejang tanpa demam (-)
Riwayat alergi (+) Ayah Klien
Riwayat alergi (-)
Riwayat batuk pilek (+) kakak Klien
Riwayat batuk pilek (+) Ayah Klien
f. Riwayat Sosial Riwayat sosial
Kasus 1
Kasus 2
Yang mengasuh
Ibu dan Nenek Klien
Ayah dan Ibu klien
Hubungan dengan anggota
Baik
Baik
Hubungan klien baik
Hubungan klien baik
dengan teman
dengan teman
sebaya
sebaya
Klien nampak
Klien nampak diam,
kooperatif, tidak
dan agak sedikit
keluarga Hubungan dengan teman sebaya
Pembawaan secara umum
takut dengan petugas takut dengan petugas Keadaan lingkungan rumah
Lingkungan rumah
Lingkungan rumah
bersih
bersih
g. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik Kepala
Kasus 1
Kasus 2
UUB sudah menutup
UUB sudah menutup
LK 48 cm,
LK 48 cm,
normosefal.
normosefal.
Poltekes kemenkes palembang
47
Rambut
Mata
Hitam, lurus, tidak
Hitam, lurus, tidak
mudah dicabut.
mudah dicabut.
Konjungtiva
Konjungtiva
:
Anemis (-/-) Sclera
Anemis (+/-) : Tidak
ikterik Pupil
:
Sclera
: Tidak
ikterik : Bulat,
Pupil
: Bulat,
isokhor Ɵ 3 mm/ 3
isokhor Ɵ 3 mm/ 3
mm
mm
Reflek cahaya : +/+
Reflek cahaya : +/+
Telinga
Sekret -/-
Sekret -/-
Hidung
Sekret -/-, tidak ada
Sekret -/-, tidak ada
tanda-tanda
tanda-tanda
perdarahan
perdarahan
Mulut
Pemeriksaan leher
Paru
Bibir
: kering Bibir : kering
Selaput lendir : Basah
warna : Pucat
Palatum
: Utuh
Palatum : Utuh
Lidah
: kotor
Lidah : kotor
pembesaran KGB
pembesaran KGB
tidak ada
tidak ada
Kaku kuduk tidak
Kaku kuduk tidak
ditemukan.
ditemukan.
Inspeksi gerakan
Inspeksi gerakan
dada simetris kiri dan
dada simetris kiri dan
kanan,retraksi(-)
kanan,retraksi(-)
Palpasi fremitus
Palpasi fremitus
kanan=kiri
kanan=kiri
Perkusi sonor
Perkusi sonor
seluruh lapangan paru Auskultasi
seluruh lapangan paru Auskultasi
bronkhovesikuler,
bronkhovesikuler,
ronki+/+, wheezing -/-
ronki+/+, wheezing -/-
Poltekes kemenkes palembang
48
Jantung
Auskultasi bunyi
Auskultasi bunyi
jantung normal, bising
jantung normal, bising
jantung (-).
jantung (-).
Inspeksi datar,
Inspeksi datar,
distensi (-), venektasi
distensi (-), venektasi
(-)
(-)
Palpasi supel,
Palpasi supel,
organomegali (-)
organomegali (-)
turgor cukup
turgor cukup
Perkusi tympani
Perkusi tympani
Auskultasi bising
Auskultasi bising
usus (+), normal
usus (+), normal
RCT < 3 detik, akral
RCT < 3 detik, akral
hangat.
hangat.
Keadaan umum
Tampak sakit sedang
Tampak sakit sedang
BB
12 kg
10 kg
Kesadaran
Kompos mentis
Kompos mentis
TD
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Nadi
118 x/mnt reguler,
118 x/mnt reguler,
cukup
cukup
Nafas
28x/mnt, reguler
28x/mnt, reguler
Suhu
39,0 oC
40 oC
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Ekstremitas
Status Generalis
Vital Sign
h. Pemeriksaan laboratorium Kasus 1
Kasus 2
- Darah Rutin
- Darah Rutin
Hb:
13,1 gr/dl
Hb:
12 gr/dl
Ht :
37,2 %
Ht :
39,2 %
Leukosit : 19.900 /mm
Leukosit : 19.900 /mm
Poltekes kemenkes palembang
49
Trombosit : 360.000/mm
Trombosit : 340.000/mm
Hitung jenis: 0/1/63/27/9
Hitung jenis:
GDS : 110 mg/dl
0.10/1.40/49.60/40.50/0.40
Diagnosis Kerja
Diagnosis Kerja
Kejang demam sederhana e.c suspek
Kejang demam sederhana e.c suspek
bronkopneumonia
bronkopneumonia
.Diagnosis Banding :
. Diagnosis Banding :
Epilepsi
Epilepsi
Meningoensepalitis
Meningoensepalitis
Poltekes kemenkes palembang
50
2. Analisa Data No 1.
Hari/Tanggal Kasus 1 Sabtu, 2 Juni 2018
Data DS : Ibu pasien mengatakan badan anaknya panas DO : Suhu tubuh pasien 39,0°C Bibir basah Lidah kotor
Etiologi Infeksi di luar susunan saraf pusat ↓ Peningkatan suhu tubuh ↓ Metabolisme Meningkat ↓ Hipertermi
Masalah Hipertermi
Kasus 2 Minggu, 3 Juni 2018
DS : Ibu pasien mengatakan badan anaknya panas DO : Suhu tubuh pasien 40°C Bibir kering Lidah kotor
Infeksi di luar susunan saraf pusat ↓ Peningkatan suhu tubuh ↓ Metabolisme Meningkat ↓ Hipertermi
Hipertermi
Poltekes kemenkes palembang
51
3. Diagnosa Keperawatan No 1.
Hari/Tanggal Kasus 1 Sabtu, 2 juni 2018
Data DS : Ibu Pasien mengatakan badan anaknya panas DO : Suhu tubuh pasien 39°C Bibir Kering Lidah kotor
Masalah Hipertermi
Etiologi Infeksi di luar susunan saraf pusat ↓ Peningkatan suhu tubuh ↓ Metabolisme meningkat ↓ Hipertermi
Kasus 2 Minggu, 3 Juni 2018
DS : Ibu Pasien mengatakan badan anaknya panas DO : Suhu tubuh pasien 40°C Bibir kering Lidah kotor
Hipertermi
Infeksi di luar susunan saraf pusat ↓ Peningkatan suhu tubuh ↓ Metabolisme meningkat ↓ Hipertermi
Poltekes kemenkes palembang
52
b. Hasil Pengkajian 1. No 1.
Perencanaan Hari/Tanggal Kasus 1 Sabtu, 2 juni 2018
Diagnosa Keperawatan
Tujuan kriteria hasil
Perencanaan
Hipertermi berhubungan dengan ketidak efektifan regulasi suhu sekunder terhadap infeksi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam di harapkan pasien tidak terjadi peningkatan suhu tubuh Kriteria hasil : Panas badan hilang Pasien dapat mengungkapkan keadaaan suhu tubuhnya Suhu tubuh dalam batas normal
Pantau suhu inti sesuai rute yang tepat Gunakan pakaian yang longgar dan ringan
Rasional
Untuk dapat mengetahui batas normal keadaan pasien Pakaian yang longgar dan ringan akan mempermudah Instruksikan keluarga perpindahan panas dari dengan cara mengukur tubuh ke lingkungan suhu tubuh Agar keluarga tidak langsung panik dan dapat Pertahankan tirah mengetahui suhu tubuh baring anaknya normal atau tidak Agar pasien dapat beristirahat dan gejala Kolaborasi dalam peningkatan suhu tubuh, pemberian antipiretik serta dapat mencegah peroral atau rektal terjadinya resiko komplikasi Pantau suhu inti Membantu dalam sesuai rute yang tepat mengurangi peningkatan suhu tubuh
Poltekes kemenkes palembang
53
Kasus 2 Minggu, 3 Juni 2018
Hipertermi berhubungan dengan ketidak efektifan regulasi suhu sekunder terhadap infeksi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam di harapkan pasien tidak terjadi peningkatan suhu tubuh Kriteria hasil : Panas badan hilang Pasien dapat mengungkapkan keadaaan suhu tubuhnya Suhu tubuh dalam batas normal
Gunakan pakaian yang longgar dan ringan
Untuk dapat mengetahui batas normal keadaan pasien.
Pakaian yang longgar dan Instruksikan keluarga ringan akan dengan cara mengukur mempermudah suhu tubuh perpindahan panas dari tubuh ke lingkungan. Pertahankan tirah baring Agar keluarga tidak langsung panik dan dapat mengetahui suhu tubuh Kolaborasi dalam anaknya normal atau tidak pemberian antipiretik peroral atau rektal Agar pasien dapat beristirahat dan gejala peningkatan suhu tubuh, serta dapat mencegah terjadinya resiko Pemberian kompres komplikasi. panas, untuk membantu penurunan Membantu dalam suhu tubuh. mengurangi peningkatan suhu tubuh
Poltekes kemenkes palembang
54
2. Pelaksanaan / Implementasi No Hari/ Tanggal
Diagnosa Keperawatan
1.
Hipertermi
Kasus 1 Sabtu, 2 Juni 2018
Implementasi Hari 1
Hari 2
Hari 3
Mengkaji tanda-tanda vital pasien Temp : 39°C Pols : 90x/menit RR : 26x/menit Memberikan cairan IVFD
Mengkaji tanda-tanda vital pasien Temp : 38 °C Pols : 80x/menit RR : 24x/menit Memberikan cairan IVFD
Mengkaji tanda-tanda vital pasien Temp : 37,5°C Pols : 78x/menit RR : 24x/menit Memberikan cairan IVFD
Mengajarkan kepada ibu pasien tanda awal hipertermi adalah serangan/sengatan panas kulit merah, keletihan, kehilangan nafsu makan Memberikan Obat anti piretik dan antibiotik, paracetamol 3x250 mg
Mengajarkan kepada ibu pasien tanda awal hipertermi adalah serangan/sengatan panas kulit merah, keletihan, kehilangan nafsu makan
Mengajarkan kepada ibu pasien tanda awal hipertermi adalah serangan/sengatan panas kulit merah, keletihan, kehilangan nafsu makan
Memberikan Obat anti Memberikan Obat anti piretik dan antibiotik, piretik dan antibiotik, paracetamol 3x125 paracetamol 3x125 mg mg
Poltekes kemenkes palembang
55
2.
Kasus 2 Minggu, 3 juni 2018
Hipertermi
Mengkaji tanda-tanda vital pasien Temp : 40°C Pols : 90x/menit RR : 26x/menit Memberikan cairan IVFD
Mengkaji tanda-tanda vital pasien Temp : 37,5°C Pols : 80x/menit RR : 24x/menit Memberikan cairan IVFD
Mengkaji tanda-tanda vital pasien Temp : 36°C Pols : 78x/menit RR : 24x/menit Memberikan cairan IVFD
Kompres Hangat kuku Kompres Hangat kuku Kompres Hangat kuku pada sekitar daerah pada sekitar daerah pada sekitar daerah axila axila dan ubun-ubun axila dan ubun-ubun dan ubun-ubun Mengajarkan kepada ibu pasien tanda awal hipertermi adalah serangan/sengatan panas kulit merah, keletihan, kehilangan nafsu makan
Mengajarkan kepada ibu pasien tanda awal hipertermi adalah serangan/sengatan panas kulit merah, keletihan, kehilangan nafsu makan
Mengajarkan kepada ibu pasien tanda awal hipertermi adalah serangan/sengatan panas kulit merah, keletihan, kehilangan nafsu makan
Memberikan Obat anti piretik dan antibiotik, paracetamol 3x250 mg
Memberikan Obat anti Memberikan Obat anti piretik dan antibiotik, piretik dan antibiotik, paracetamol 3x125 paracetamol 3x125 mg mg
Poltekes kemenkes palembang
56
3. Evaluasi Catatan Perkembangan 1 (Kasus 1) No 1.
Hari/ Tanggal Sabtu, 2 Juni 2018
Jam 09.00
Diagnosa Keperawatan Hipertermi
Catatan Perkembangan (SOAPIE) S : Ibu pasien mengatakan badan anaknya panas O : - Suhu tubuh pasien 39°C - Bibir kering - Lidah kotor A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan Kenali tanda dan gejala dengan dini apabila terjadi peningkatan suhu tubuh I : Mengajarkan ibu pasien untuk dapat mengenali tanda dan gejala dengan dini apabila terjadi peningkatan suhu tubuh dan anjurkan keluarga untuk melakukan tehnik kompres hangat apabila terjadi peningkatan suhu tubuh yang berulang E : Masalah teratasi sebagian
Poltekes kemenkes palembang
57
Catatan Perkembangan 1 (Kasus 2) No 1.
Hari/ Tanggal Minggu, 3 juni 2018
Jam 09.00
Diagnosa Keperawatan Hipertermi
Catatan Perkembangan (SOAPIE) S : Ibu pasien mengatakan badan anaknya panas O : - Suhu tubuh pasien 40°C - Bibir kering - Lidah kotor A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan Kenali tanda dan gejala dengan dini apabila terjadi peningkatan suhu tubuh Anjurkan ibu pasien melakukan tehnik kompres hangat apabila terjadi peningkatan suhu tubuh yang berulang I : Mengajarkan ibu pasien untuk dapat mengenali tanda dan gejala dengan dini apabila terjadi peningkatan suhu tubuh dan anjurkan keluarga untuk melakukan tehnik kompres hangat apabila terjadi peningkatan suhu tubuh yang berulang E : Masalah teratasi sebagian
Poltekes kemenkes palembang
58
Catatan Perkembangan 2 ( Kasus 1) No
Hari/
Jam
Tanggal 1.
Minggu, 3 Juni 2018
10.15
Diagnosa
Catatan Perkembangan
Keperawatan
(SOAPIE)
Hipertermi
S : Ibu pasien mengatakan badan anaknya sudah turun walaupun masih panas sedikit O : - Suhu tubuh pasien 37,5°C A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan Kenali tanda dan gejala dengan dini apabila terjadi peningkatan suhu tubuh Anjurkan ibu pasien untuk melakukan tehnik kompres hangat apabila terjadi peningkatan suhu tubuh yang berulang I : Mengajarkan ibu pasien untuk dapat mengenali tanda dan gejala dengan dini apabila terjadi peningkatan suhu tubuh dan anjurkan keluarga untuk melakukan tehnik kompres hangat apabila terjadi peningkatan suhu tubuh yang berulang E : Masalah teratasi sebagian
Poltekes kemenkes palembang
59
Catatan Perkembangan 2 (Kasus 2) No
Hari/
Jam
Tanggal 1.
Senin, 4 Juni 2018
10.15
Diagnosa
Catatan Perkembangan
Keperawatan
(SOAPIE)
Hipertermi
S : Ibu pasien mengatakan badan anaknya sudah turun walaupun masih panas sedikit O : - Suhu tubuh pasien 37,5°C A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan Kenali tanda dan gejala dengan dini apabila terjadi peningkatan suhu tubuh Anjurkan ibu pasien untuk melakukan tehnik kompres hangat apabila terjadi peningkatan suhu tubuh yang berulang I : Mengajarkan ibu pasien untuk dapat mengenali tanda dan gejala dengan dini apabila terjadi peningkatan suhu tubuh dan anjurkan keluarga untuk melakukan tehnik kompres hangat apabila terjadi peningkatan suhu tubuh yang berulang E : Masalah teratasi sebagian
Poltekes kemenkes palembang
60
Catatan Perkembangan 3 (Kasus 1) No
Hari/
Jam
Tanggal 1.
Senin, 4
10.00
Diagnosa
Catatan Perkembangan
Keperawatan
(SOAPIE)
Hipertermi
S : Ibu pasien mengatakan
juni 2018
suhu tubuh anaknya sudah normal dan tidak panas lagi O : - Suhu tubuh pasien 37°C A : Masalah teratasi P : Intervensi di hentikan dan pasien pulang I : Intervensi di hentikan dan pasien pulang E : Masalah teratasi
Catatan Perkembangan 3 (Kasus 2) No
Hari/
Jam
Tanggal 1.
Selasa, 5 juni 2018
10.00
Diagnosa
Catatan Perkembangan
Keperawatan
(SOAPIE)
Hipertermi
S : Ibu pasien mengatakan suhu tubuh anaknya sudah normal dan tidak panas lagi O : - Suhu tubuh pasien 36,1°C A : Masalah teratasi P : Intervensi di hentikan dan pasien pulang I : Intervensi di hentikan dan pasien pulang E : Masalah teratasi
Poltekes kemenkes palembang
61
c. Pembahasan Dari catatan perkembangan selama 3 hari masa perawatan pada kasus 1, dapat di lihat bahwa penurunan suhu tubuh tidak terlalu signifikan. Karna ibu pasien tidak menerapkan kompres hangat. Sedangkan pada kasus 2, penurunan suhu tubuh sangat signifikan yaitu dari 40°C menjadi 38°C setelah ibu pasien melaksanaka penerapan kompres hangat.
Poltekes kemenkes palembang
62
BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN Panas atau demam adalah kondisi dimana otak mematok suhu di atas setting normal yaitu di atas 38°C. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu >38.5°C. Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh akan memproduksi panas. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi karena rangsangan demam, tanpa adanya proses infeksi intrakranial; terjadi pada sekitar 2-4% anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun. Anak Toddler adalah anak antara rentang usia 12 sampai 36 bulan atau anak usia 1-3 th . Toddler tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar. Kompres
adalah
metode
pemeliharaan
suhu
tubuh
degan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat pada bagian yang memerlukan. Tujuan kompres panas adalah : a.
Memperlancar sirkulasi darah
b.
Mengurangi rasa sakit
c.
Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
d.
Mengurangi perdarahan setempat
e.
Mengurangi rasa sakit pada suatu daerah setempat.
Poltekes kemenkes palembang
63
Dari hasil penelitian selama di RRI Anak RSUD Martapura yang telah di uraikan pada bab sebelumnya maka di dapatkan hasil 1. Hasil penerapan Asuhan Keperawatan Kejang Demam pada Anak Toddler dan Penerapan Kompres Hangat Di RRI Anak RSUD Martapura Kab. OKU Timur Sama dengan teori yang ada 2. Hasil penerapan kompres hangat yang dilakukan secara benar, dapat menurunkan suhu tubuh dan membantu memberikan kesembuhan pada klien. B. SARAN 1. Bagi RSUD Martapura Kab. OKU Timur Tetap memberikan dan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada klien dengan sebaik-baiknya tampa membedakan jenis kelamin, agama, pekerjaan dan status sosial.
2. Bagi Keluarga Klien Peran serta keluarga klien sangatlah penting bagi kesembuhan klien anak dengan kejang demam, maka di harapkan agar keluarga mampu memberikan perhatian lebih dan lebih mengetahui cara penanganan penyakit kejang demam pada anak toddler.
3. Bagi Penulis Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis tentang penyakit kejang demam pada anak toddler dan penerapan kompres hangat.
Poltekes kemenkes palembang
64
DAFTAR PUSTAKA 1. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, Padila, S.Kep.Ners, 2013 2. ( http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus) 3. (http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/kejang-demam.html) 4.
(http://www.e-jurnal.com/2013/12/patofisiologi-kejang-demam.html)
5.
(UKK Neurologi IDAI 2011 kejang demam dan epilpsi.5)
6.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=41378&val=3594)
7. (https://www.google.com/ 2Fjournals.ums.ac.id) 8. (http://nersrezasyahbandi.blogspot.co.id/2013/02/askep-asuhankeperawatan-anak-kejang.html)
Poltekes kemenkes palembang
65
Lampiran 1.
Cheklis Kejang Demam No 1
3
Cheklist Memberikan salam, perkenalkan diri Identitas + USIA ( 6 bulan infeksi SSP, epilepsi – Riwayat Penyakit Sekarang 5 tahun) < 6 bln & > 5 tahun Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan utama ?
4 5
kejang Onset kejang?
6 7
9
Kejang demam kompleks Apakah ada demam? Apakah suhu diukur? Berapa ? Apakah pasien sempat sadar? Bagaimana gerakannya?
10
Apakah kejang berulang?
10 11
Keluhan tambahan? Infeksi lainnya (batuk, pilek Cari et causa , etc)? Apakah sudah mengkonsumsi obat-obatan?
2
8
12
Berapa kali? Berapa lama? Kejang < 15 menit, berhenti sendiri. kejang demam sederhana Kejang lama (> 15 menit atau berlangsung > 2x tanpa sadar)
Tonik-klonik ; tanpa gerakan fokal. Kejang fokal / parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial Tidak berulang dalam 24 jam Berulang lebih dari 1x dalam 24 jam
Riwayat Penyakit Dahulu 13
Riwayat kejang sebelumnya?
Poltekes kemenkes palembang
66
14 15
16 17
Ada kejang tanpa demam sebelumnya? Riwayat penyakit sebelumnya?
Ya → bukan kejang demam
Perkembangan pasien? Riwayat kejang dalam keluarga?
Poltekes kemenkes palembang