LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR PRODUKSI TERNAK RUMINANSIA PEDAGING
Oleh : NIKMAHTUN SAFITRIAH 201710350311086
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018
HALAMAN PENGESAHAN Nama
: Nikmahtun Safitriah
NIM
: 201710350311086
Jurusan
: Peternakan
Fakultas
: Pertanian - Peternakan
Mata Praktikum
: Dasar Produksi Ruminansia Pedaging
Laporan Praktikum ini telah diterima sebagai persyaratan untuk mengikuti ujian akhir praktikum pada program studi Dasar Produksi Ruminansia Pedaging Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. Asisten I
Asisten II
(Febrina .D) 201610350311005
(Bayu Aji .P) 201610350311045
Asisten III
Asisten IV
(Muh Auliya .R)
(Intan Ramadhani)
201610350311079
201610350311011
Malang, 21 Desember2018 Mengetahui : K e p a l a, Laboratorium Peternakan
Instruktur Praktikum
ii
Dr. Ir. Khusnul Khotimah, MM., MP.
Ari Prima, S.Pt., M.Si
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi Dasar Produksi Ternak Ruminansia Pedaging. Laporan ini digunakan untuk melengkapi tugas mata kuliah Dasar Produksi Ternak Ruminansia Pedaging di Jurusan Peternakan di Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2018. Laporan ini dibuat berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan selama satu semester. Adapun isi dari laporan resmi ini adalah hasil dari seluruh laporan praktikum yang telah dilaksanakan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar praktikum ini bisa bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Malang, 21 Desember 2018
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................................iv DAFTAR ISI....................................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2
Tujuan ................................................................................................................. 2
1.2.1
Pemeliharaan di Kandang ........................................................................... 2
1.2.2
Kunjungan RPH .......................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3 2.1
Pemeliharaan ....................................................................................................... 3
2.2
Kunjungan RPH .................................................................................................. 4
BAB III ............................................................................................................................... 6 METODOLOGI PRAKTIKUM ......................................................................................... 6 3.1
Waktu dan Tempat .............................................................................................. 6
3.2
Alat dan Bahan .................................................................................................... 6
3.2.1
Alat:............................................................................................................. 6
1.2.1
Bahan: ......................................................................................................... 6
1.3
Langkah Kerja ..................................................................................................... 7
BAB IV ............................................................................................................................... 8 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................... 8 BAB V ................................................................................................................................ 9 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................... 9 5.1
Kesimpulan ......................................................................................................... 9
5.1.1
Pemeliharaan di Kandang ........................................................................... 9
5.1.2
Kunjungan RPH .......................................................................................... 9
v
vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasilan bahan makanan
berupa
daging
yang
nilai
ekonomi
tinggi
dan
penting dalam kehidupan masyarakat.Ternak adalah segala jenis binatang yang dipelihara untuk tujuan diambil produksinya, berupa daging,dan susu,. Produk tersebut bisa diperoleh dari berbagai jenis ternak, antara lain, kambing, sapi, domba, dan kerbau,Ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Sementara ternak kerja yaitu ternka yang dipelihara untuk diambil tenaganya. Pemeliharaan sapi potong di Indonesia di lakukan secara ekstensif,semi intensif,danintensif,Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari Iklim di indonesia dalah Super Humid atau panas basah yaitu klimat yang ditandai dengan panas yang konstan, hujan dan kelembaban yang terus menerus. Temperatur udara berkisar antara 21.11°C-37.77°C dengan kelembaban relatir 55100 persen. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada ternak sehingga suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung meningkat, serta konsumsi pakan menurun, akhirnya menyebabkan produktivitas ternak rendah. Selain itu berbeda dengan factor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, maka iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia. Ternak potong sangat dibutuhkan dalam mencukupi kebutuhan protein hewani bagi manusia. Konsumsi daging di masyarakat masih sangat tinggi meskipun harga daging tinggi, apalagi di saat hari raya permintaan daging akan meningkat oleh sebab itu pasar daging masih berpotensi cerah dan sampai kapanpun daging masih dikonsumsi meski persentase kebutuhan tidak terlalu tinggi. Pada saat ini pemenuhan kebutuhan daging berasal dari peternak-peternak tradisional yang juga dipelihara secara tradisional. Biasanya peternak-peternak ini berternak sampai
1
ternaknya siap untuk dipotong yang kemudian dijual ke RPH (Rumah Potong Hewan) di kota tersebut untuk selanjutnya dilaksanakan pemotongan yang pada akhirnya hasil-hasil potongan ini dijual ke pasaran. Untuk itu peran RPH sangat berarti bagi kebutuhan konsumsi daging masyarakat. Kegiatan pemotongan hewan potong diadakan di rumah potong hewan, adapun arti dari rumah potong hewan (RPH) ialah suatu bangunan dengan desain tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan selain unggas bagi konsumsi masyarakat luas. Usaha pemotongan hewan merupakan usaha kegiatan yang dilakukan perseorangan atau badan hukum yang melakukan pemotongan hewan di rumah pemotongan hewan milik sendiri atau pihak lain atau menjual jasa pemotongan hewan. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum adalah sebagai berikut 1.2.1 Pemeliharaan di Kandang 1. Mengetahui jenis kandang yang bisa digunakan untuk ternak potong seperti kambing 2. Mengetahui pakan apa saja yang diberikan pada ternak potong kambing dan sapi 3. Mengetahui alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuantitatif sapi dan kambing 1.2.2 Kunjungan RPH 1. Mengetahui sejarah RPH Gadang 2. Mengetahui ruangan di RPH Gadang
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan 1. Penilaian Ternak dan Pendugaan Umur Bibit yang baik dihasilkan dari korelasi (hubungan) yang dekat antara pertumbuhan dan perkembangan, atau dengan kata lain ada korelasi antara bobot badan dengan ukuran ukuran badan. Misal, lingkar dada pada hewan yang sedang tumbuh dapat dikatakan bahwa setiap lingkar dada bertambah 1%. Bobot badan bertambah kurang lebih 3%. Pengukuran tubuh ternak dapat digunakan untuk menduga bobot badan seekor ternak sapi dan seringkali dipakai sebagai parameterteknis penentuan bibit. (Gumelar & Aryanto, 2011) Secara teoritis umur sapi bakalan yang baik untuk digemukkan adalah 1,5-2,5 tahun atau gigi seri tetap sudah 1-2 pasang (poel 1 dan 2) karena umumnya sapi bakalan yang berumur demikian memiliki laju pertumbuhan yang optimal, efisiensi pakan yang tinggi (Pawere,dkk,2012). 2. Evaluasi Pertumbuhan dan Evaluasi Pakan Performa pertumbuhan pada umur sapih dan umur satu tahun merupakan performa yang penting dalam sistem produksi sapi potong. Sifat tersebut diwariskan pada keturunannya sehingga peningkatan pertumbuhan generasi keturunannya dapat dicapai melalui seleksi. Program seleksi membutuhkan data performa populasi terutama untuk sifat-sifat yang bernilai ekonomis tinggi seperti halnya performa pertumbuhan. (I, Nurgiartiningsih, & Ciptadi, 2017) Pakan-pakan yang beredar di pasaran ini perlu untuk dilakukan pengujian terhadap kualitasnya. Metode pengujian pakan dapat dilakukan secara fisik, kimiawi, dan biologis. Metode secara fisik berupa pengamatan terhadap struktur, bau dan kondisi dari pakan yang dapat diamati secara langsung, metode secara kimiawi dilakukan dengan menguji kandungan nutrien atau zat gizi yang terkandung dalam pakan di laboratorium, sedangkan metode secara biologis dengan melakukan percobaan pakan
3
yang diberikan ke ternak dan diamati pertumbuhan dan produksi dari ternak. (purnamasari,dkk,2016) 3. Fisiologi Ternak, Lingkungan, dan Evaluasi Perkandangan Pemeliharaan sapi yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya pola pemeliharaan, kualitas dan kuantitas pakan serta faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan tersebut adalah ketinggian tempat. Ketinggian tempat yang berbeda menyebabkan perbedaan suhu udara, kelembaban, dan curah hujan. Pengaruh dari perbedaan tingkat ketinggian tersebut secara tidak langsung adalah ketersediaan pakan hijauan serta terjadinya cekaman atau ternak merasa tidak nyaman yang akan berdampak pada produksi ternak tersebut (Pradana, Busono, & Maylinda, 2015) Keberhasilan usaha peternakan sapi perah rakyat diantaranya bergantung dari keterpaduan dari kedua hal tersebut yaitu dari kondisi perkandangan dan pada tatalaksana pemerahan belum dilakukan secara optimal. Kedua hal tersebut kelihatannya belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3 peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Latar belakang tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti kondisi perkandangan yang meliputi penilaian kondisi kandang dan sarana penunjangnya, serta kinerja tatalaksana dalam pemerahan. Dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman peternak tentang manajemen sapi perah yang baik sehingga akan berdampak pada
peningkatan
produksi
dan
ekonomi
yang
baik
juga.
(Jamilah,dkk,2016) 2.2 Kunjungan RPH RPH adalah suatu kompleks bangunan yang mempunyai disain dan kontruksi khusus yang digunakan sebagai tempat pemotongan hewan. Ketentuan mengenai RPH diatur dalam SK Menteri Pertanian No. 555/Kpts/TN.240/9/1986 dan ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6159-1999 tentang rumah pemotongan hewan. RPH merupakan unit pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging yang aman, sehat, utuh dan
4
halal, sebagai tempat pemotongan hewan yang benar, sebagai tempat pemantauan
dan
survailans
penyakit
1
hewan
serta
zoonosis.(Tolistyawati,2015) Keberadaan Rumah Pemotongan Hewan sangat diperlukan, agar dalam pelaksanaan pemotongan hewan dapat terjaga dan terkendali dengan baik. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah membangun Rumah Pemotongan Hewan di berbagai daerah di seluruh Indonesia. (Khasrad & Yuni, 2012)
5
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum di kandang dilakukan pada hari Minggu tanggal 11 November 2018 pada pukul 05.00.00 WIB – selesai dan praktikum kunjungan ke RPH dilakukan pada hari Jumat tanggal 30 November 2018 Praktikum bertempat di kandang peternakan milik Universitas Muhammadiyah Malang dan RPH Gadang.
3.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 3.2.1
Alat: 1. Timbangan pakan 2. Alat tulis 3. Thermometer 4. Hygrometer 5. Thermometer rectal 6. Stetoskop 7. Stopwatch 8. Skop 9. Ember 10. Sikat 11. Sapu lidi 12. Sepatu boot.
1.2.1
Bahan: 1. Bahan pakan 2. Sapi 3. Kambing 4. Air 5. Sabun
6
1.3 Langkah Kerja Adapun langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: a. Pemeliharaan di kandang 1. Mengukur lingkar dada dari masing-masing ternak dengan cara melingkarkan pita ukur pada posisi di bagian dada ternak ( tepat di belakang kaki depan). 2. Mengukur panjang badan ternak dengan cara menggunakan mistar, ditarik garis lurus dari sendi bahu sampai benjolan pada tulang tapis (pin bone). 3. Mengukur tinggi pundak dari masing masing ternak dengan cara menggunakan tongkat ukur yaitu ukur jarak tertinggi pundak dengan tanah. 4. Menghitung bobot badan ternak dengan menggunakan rumus duga. 5. Menghitung kandungan bahan kering 6. Menimbang dan mencatat masing-masing ternak 7. Menghitung kebutuhan pakan 8. Menentukan kebutuhan ternak 9. Menghitung BK hijauan dan konsentrat 10. Menghitung pemberian pakan dengan rumus 11. Membersihkan kandang setiap hari selama praktikum 12. Memberikan pakan dua kali sehari saat pagi dan sore 13. Menghitung sisa pakan pada hari berikutnya 14. Menimbang bobot akhir ternak pada hari terakhir praktikum.
b. Kunjungan RPH 1. Menyiapkan alat yang akan dibawa ke RPH 2. Melakukan perjalanan ke RPH 3. Mendengarkan Penjelasan kepala RPH 4. Melihat dan mencatat semua proses yang terjadi di RPH.
7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
8
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum adalah sebagai berikut: 5.1.1 Pemeliharaan di Kandang 1. Kandang koloni, kandang panggung, kandang individual kandang ini biasanya diberi sekat dan yang berisi satu ekor ternak kambing atau domba per sekat 2. Pakan yang diberikan untuk ternak potong kambing dan sapi diantaranya ialah, konsentrat, hijaun rumput gajah, polar dan air minum 3. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuantitatif ternak ialah, rondo dan meteran atau alat ukur. 5.1.2 Kunjungan RPH 1. Pada tahun 1937, RPH terletak di sebelah selatan Stasiun Kereta Api Kota Baru yang pada saat itu masih memakai sebutan atau istilah Abattoir, pemotongan per hari mencapai 20 ekor sapi. Kota Malang sebagai ibukota karesidenan masih terus berkembang dengan pesat, oleh sebab itu dipandang perlu untuk mendirikan Abattoir baru yang lebih besar, lengkap dan memenuhi syarat.Adapun dasar dan alasan pendirian Abattoir adalah untuk memenuhi salah satu segi yang penting dari tugas pokok Dinas Kehewanan, (saat ini Dinas Peternakan) yaitu kesehatan masyarakat veteriner dengan melayani masyarakat untuk keperluan pemotongan hewan yang sehat serta untuk meningkatkan keuangan daerah dengan berstatus sebagai Perusahaan Pembantaian. Pendirian Abattoir tidak terlepas dari kondisi dan situasi pada waktu itu, tetapi juga dengan memperhitungkan perkembangan pada tahun–tahun mendatang baik mengenai pertumbuhan penduduk, peningkatan jumlah pemotongan hewan, arah perkembangan kota dan segi lainnya. Pendirian Abattoir yang baru selain untuk pemotongan sapi juga dibangun Abattoir khusus untuk babi yang pembangunannya dimulai pertengahan
9
tahun 1937 terletak di daerah Desa Gadang atau tepatnya di Kelurahan Ciptomulyo Kecamatan Kedungkandang yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Sukun. Pembangunan selesai pada bulan Maret 1938 dan mulai dipergunakan pada tanggal 16 Maret 1938. 2.
Ruangan-ruangan yang ada di RPH Gadang antara lain ialah ruangan karantina, ruangan pemotongan, ruangan pelayuan, ruangan pembagian daging, ruangan cuci jeroan dan ruangan distribusi.
5.2 Saran Adapun saran dari praktikum adalah sebagaiberikut 1. Diharapkan praktikum selanjutnya koordinasinya yang jelas 2. Alat dan bahan disiapka matang-matang sebelum praktikum 3. Pemberitahuan informasi ke praktikan jangan mendadak.
10
DAFTAR PUSTAKA
Gumelar, A. P., & Aryanto, R. (2011). Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Betina Fries Holland di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan. Buana Sains, 163-170. I, S., Nurgiartiningsih, V. A., & Ciptadi, G. (2017). Evaluasi Performa Bobot Badan dan Statistik Vital Sapi Mudara Berdasarkan Data Kelahiran. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu , Vol. 5(2): 40-43. Jamilah, H., Tasripin, D. S., & Hermawan. (2016). Evaluasi Kondisi Perkandangan dan TatatlaksanaPemerahan Pada Peternakan Sapi Perah Rakyat di KPSBU Lembang. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Khasrad, J. H., & Yuni, A. D. (2012). Kondisi Tempat Pemotongan Hewan Bandar Buat Sebagai Penyangga Rumah Pemotongan Hewan (Rph) Kota Padang. Jurnal Peternakan Indonesia, 14 (2) :373. Pawere, F. R., Baliarti, E., & Nurtini, S. (2012). Proporsi Bangsa, Umur, Bobot Badan Awal dan Skor Kondisi Tubuh Sapi Bakalan Pada Usaha Penggemukan . Buletin Peternakan , Vol. 36 (3): 193-198. Pradana, A. P., Busono, W., & Maylinda, S. (2015). Karakteristik Sapi Madura Betina Berdasarkan Ketinggian Tempat di Kecamatan Galis dan Kadur Kabupaten Pamekasan. J. Ternak Tropika, Vol. 16(.2): 64-72. Purnamasari, D. K., Erwan, Syamsuhaidi, & Kurniawan, M. (2016). Evaluasi Kualitas Pakan Komplit dan Konsentrat Unggas yang Diperdagangkan. Jurnal Peternakan Sriwijaya, Vol. 5(01):30-38. Tolistiawaty, I., Widjaja, J., Isnawat, R., & Lobo, L. t. (2015). Gambaran Rumah Potong Hewan/Tempat Pemotongan Hewan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9(2) : 45–52 .
11