Lporn Shampo Aloe Vera.docx

  • Uploaded by: Tyas
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lporn Shampo Aloe Vera.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,945
  • Pages: 14
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Lebih dari 60 persen populasi di dunia mengalami permasalahan rambut berketombe. Di Indonesia sendiri, angkanya lebih tinggi karena iklim tropis, polusi, kebiasaan hidup, serta penggunaan penutup kepala seperti jilbab maupun helm yang dapat memengaruhi permasalahan kulit kepala selaku media pertumbuhan rambut. Gangguan kulit kepala seperti sensitif, berminyak dan berketombe, yang mengganggu pertumbuhan rambut secara normal seringkali terjadi. Kerontokan rambut pun menjadi permasalahan kulit kepala lebih serius. Kesadaran untuk merawat kulit kepala memang tidak setinggi kesadaran untuk merawat kulit wajah (Voight,1994). Shampo adalah salah satu sediaan semisolid yang merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa untuk memberikan efek lokal dan kadang-kadang sistemik. Sampo adalah sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai (Visvanattan, 2007). Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air dengan tujuan untuk melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat. Namun tidak semua sampo berupa cairan atau digunakan dengan campuran air, ada juga sampo kering berupa serbuk yang tidak menggunakan air (Ansel.2011). Tanaman Lidah Buaya dikenal sebagai bahan obat tradisional dan kosmetika termasuk dalam bidang farmasi. Khasiat yang tersimpan dari lidah buaya untuk pembersih darah, penurun panas, obat wasir, batuk rejan dan mempercepat penyembuhan luka. Sejumlah nutrisi yang bermanfaat terkandung di dalam lidah buaya, berupa bahan organik dan anorganik, di antaranya vitamin, mineral, beberapa asam amino, serta enzim yang diperlukan tubuh. Pemanfaatan

daun lidah buaya dapat berfungsi sebagai anti inflamansi, antijamur, antibakteri dan regenerasi sel, untuk mengontrol tekanan darah, menstimuli kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung bagi penderita HIV. Penggunaannya dapat berupa gel dalam bentuk segar atau dalam bentuk bahan jadi seperti kapsul, jus, makanan dan minuman kesehatan (Tungadi,2014). Lidah buaya tidak hanya berguna untuk mengurangi atau mengobati kerontokan pada rambut, namun lidah buaya dapat pula digunakan untuk membuat rambut lebat dan tambah subur. Tidak jarang pula orang langsung menggunakannya

dengan

cara

membelahnya

menjadi

dua

bagian

dan

mengusapkannya di rambut (Anonim.2003). Dalam praktikum ini akan dibuat shampo gel, dimana shampo ini dibuat dengan menggunakan gel dari lidah buaya (Aloe vera) serta dengan meningkatkan viskositas dari shampo cair biasa. Shampo gel lidah buaya ini dibuat dengan menggunakan metode maserasi dan destilasi.

1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja dalam pembuatan Sampo Lidah Buaya (Aloe vera L.)

1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui khasiat lidah buaya didalam sampo serta mengetahui cara pembuatan sampo dari ekstrak lidah buaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Shampo Shampoo adalah sabun cair yang digunakan untuk mencuci rambut dan kulit kepala yang terbuat dari campuran bahan – bahan alami ( tumbuhan ) atau zat-zat kimia. Pengertian lain dari sampo yaitu sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala tidak membahayakan rambut, kulit kepala (Balsam.1992). Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas, shampo harus memiliki sifat sebagai berikut : a. Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air. b. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala menjadi kering. c. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi shampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetik. d. Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata. e. Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan kedalamnya.

2.2 Jenis-jenis Shampo a) Shampo bubuk Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks. b) Shampo emulsi Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo strawberry. c) Shampo krim atau pasta Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak kelapa atau isopropanolamida laurat. d) Shampo larutan Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini meliputi viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan. Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam fenilraksa; kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah. Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi umumnya berkadar 0,5% (Ansel.2011).

2.3 Mekanisme Shampo a. Sebelum mencuci rambut Kelenjar sebasea di bawah rambut sebum ini melindungi rambut kering tetapi juga dapat menarik kotoran dan tidk larut dalam air.

b. Pada saat memakai sampo Surfaktan anionik membentuk lemak dan membawanya keluar dari rambut. c. Pada saat membilas sampo Membilas rambut dengan air untuk mencairkan konsentrasi surfaktan. Ini dilakukan untuk menghilangkan interaksi stabilitas dengan matriks kondisioner. d. Pada saat kondisioner Molekeul kondisioner kalisionis tertarik ke permukaan anionik rambut. Sehingga dapat menghaluskan rambut. Intinya, surfaktan anionik pada sampo akan membentuk misel yang akan menarik kotoran yang melekat pada rambut kemudian akan hilang akibat pembilasan dengan air. Setelah rambut bersih, molekul kondisioner kationik akan tertarik ke permukaan anionik rambut. Hasilnya rambut terlapisi kondisioner tersebut dan jadi lembut (Anonim.2003).

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain gelas ukur, beaker glass, batang pengaduk, wadah (baskom), rotary vakum evaporator, kertas saring, tabung reaksi, rak tabung reaksi dan tisu / lap. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain lidah buaya, etanol, kloroform, pereaksi dragendorff, pereaksi mayer, methanol, NaOH, H2SO4 pekat, FeCl3%, HCl 2 N dan aquades. 3.2 Cara Kerja 3.2.1 Maserasi Lidah Buaya

- Sebanyak 250 gram lidah buaya di bersihkan - Kemudian di blender - Ditambahkan 1.750 ml etanol 70 % dan ditutup rapat - Dibiarkan selama 3-5 hari sambal diaduk berulang-ulang - Ekstrak disaring dengan kertas saring Ekstrak

3.2.2 Destilasi Ekstrak

-

Dilakukan pemisahan menggunakan Rotary Vakum Evaporator

Ekstrak pekat 500 gram

3.3.3 Identifikasi (Skrining fitokimia) 1. Alkaloid Identifikasi alkaloid dilakukan dengan metode Mayer dan Dragendorff. 0.5 gram ekstrak pekat ditambah dengan 1 ml HCl 2 N dan 9 ml aquades dipanaskan selama 2 menit, dinginkan dan kemudian disaring filtrat dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing ditambah dengan pereaksi Mayer dan Dragendorff. Terbentuknya endapan menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid. Reaksi dengan pereaksi mayer akan terbentuk endapan putih, dengan pereaksi dragendorff akan terbentuk endapan merah jingga. Hasil yang didapat terbentuk endapan putih pada pereaksi Mayer yang menunjukkan adanya alkaloid. 2. Flavoniod Identifikasi flavonoid dilakukan dengan melarutkan ekstrak pekat dalam methanol panas dan menambahkan 0.1 gram serbuk Mg dan 5 tetes HCl pekat. Jika didapat perubahan warna dari kuning tua menjadi orange maka ekstrak tersebut mengandung flavonoid. Dari hasil praktikum ini tidak didapat perubahan warna sehingga ekstrak tidak mengandung flavonoid. 3. Saponin Identifikasi Saponin dilakukan dengan mengambil 5 ml ekstrak kental dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan sedikit aquades dan dikocok selama 10 detik. Dari hasil praktikum ini didapat busa pada tabung reaksi yang menandakan adanya saponin. 4. Terpenoid dan Steroid Terpenoid dan Steroid dilakukan dengan melarutkan ekstrak pekat dalam 0.5 ml kloroform, kemudian menambahkan asam asetat anhidrat dan menetesi dengan campuran 2 ml H2SO4 melalui dinding tabung. Dikatakan mengandung terpenoid jika larutan berwarna coklat / violet dan dikatakan mengandung steroid jika

larutan berwarna hijau, biru atau hitam. Dari hasil praktikum tidak didapat perubahan warna apapun. 5. Tanin Identifikasi Tanin dilakukan dengan melarutkan ekstrak dalam 10 ml aquades kemudian disaring dan filtrate ditambah FeCl3% dan didiamkan beberapa saat

dan akan terjadi perubahan warna menjadi hijau kehitaman maka akan

mengandung tanin dan fenol. Sedangkan tabung yang keduanya dijadikan pembanding. Pada percobaan ini didapatkan warna hijau yang menandakan adanya tanin. 3.3 Formulasi Aloevera

5 gram

Castrol oil

17 ml

Polyethylene glikol 400

2 ml

Glycerine

8 ml

Cocoamidopil bentanite

10%

Methyl paraben

1 ml

Acacia

3 gram

Tragacanth

2 gram

Citric acid

qs

Ess. Oil

qs

BAB IV DATA HASIL

4.1 Data Hasil Pada praktikum ini didapatkan data hasil untuk pengukuran tinggi busa dan pH yaitu sebagai berikut :

Waktu

Tinggi

pH

T0

32cm

4,9

T5

28cm

6,01

T10

28cm

6,01

T30

27cm

6,01

BAB V PEMBAHASAN Praktikum ini yaitu pembuatan shampoo dari ekstrak Aloe Vera (Lidah buaya). Bahan-bahan yang dgunakan adalah Castrol oil (Minyak jarak) yang baik untuk pertumbuhan rambut. Selain itu yaitu ada Polyethylen glikol 400 stabil di udara dan dalam lartan, berat molekul kurang dari 2000 adalah hisgroskopis tidak mendukung pertumbuhan mikroba dan tengik. Gliserin digunakan sebagai pengatur kekentalan. Cocoamidhopil bentanite berfungsi sebagai surfaktan yang dapat diguanakan sebagai pembersih atau penghasil busa. Methyl paraben berfungsi sebagai pengawet dan dapat mempertahankan agar dapat tahan lama. Acacia dan targacanth sebagai emulsifying agent. Lalu Citrid acid diunakan untuk mengatur pH dalam Sampoo. Essensial oil digunakan sebagai penambah aroma, dan pada sampoo ini digunakan essensial jasmine. Hal yang pertama dilakukan adalah memanaskan air panas 20 ml ke dalam waterbath untuk mengembangkan tragacanth dan dipindahkan dalam mortar kemudian digerus ad homogeny kurang lebih 15 menit. Selanjutnya ditambahkan CAB dan diaduk ad homogen. Selanjutnya dalam moortir yang lain mencampurkan Castrol oil dan gom acacia dan diaduk ad homogen. Lalu ditambahakan campuran di mortar pertama ke mortar kedua. Menambahkan gliserin dan PEG 400 dan diaduk ad homogen. Setelah semua tercampur memasukan ekstrak aloevera digerus hingga homogen.

Terakhir yaitu

memasukan essensial oil sebanyak 3 tetes. Evaluasi dilakukan pada tahap terakhir dengan didapatkan sesuai pada pengamatan di bab sebelumnya. Uji Organoleptis ini pada pembuatan shampoo aloevera dilakukan uji organoleptis yaitu diketahui warna putih cream, dan bau . Uji pH yang dilakukaan pada praktikum ini dalah pertama mengambil sedikit sediaan yang sudah jadi dan dipindahkan pada beaker glass kemudian di tambahkan air dan diaduk. Kemudian di cek pH menggunakan pH meter. Uji Ketahanan Busa dialakukan dengan langkah yaitu : sebanyak 10 ml larutan uji

dimasukkan ke gelas ukur 25 ml, kemudian digojok dengan tangan 20 kali hingga terbentuk busa. Lalu diukur tinggi busanya dan perubahan tinggi busa selama waktu tertentu. Mencatat tinggi busa pada menit ke-0, 5, 10, dan 30 menit setelah pengocokan. Menghitung selisih tinggi busa sebagai nilai ketahanan busa. Uji Viskositas Sebanyak 150 gr shampo dimasukkan perlahan-lahan ke dalam wadah dan dipasang pada viskosteter, nyalakan alat dan lihat viskositasnya dengan mengamati gerakan jarum penunjuk pada viskosteter. Pengukuran viskositas shampoo dilakukan 3 kali, yaitu 2 hari, 15 hari dan 30 hari setelah pembuatan. Praktikum ini tidak dilakukan uji Viskositas dikarenakan alat yang kurang memadai. Uji Iritasi yaitu mengoleskan larutan shampoo pada kulit dibiarkan 5 menit dan diamati tidak ada warna merah dan iritasi pada kulit.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Praktikum ini diahasilkan sampo dari ekstark lidah buaya yang cukup baik. Sampoo ini menghasilkan ph 6,01 dan konsistensi tinggi busa yang tidak terlalu jauh. Organoleptis dari sampo lidah buaya ini ialah bau yang ber aroma jasmine dan warna putih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2003. Clear Conditioning Shampoo. Lubrizol Corporation 2. Ansel,H,C.2011. Pengantar Benruk Sediaan Farmasi.Jakarta: UI Press 3. Balsam, M. S. 1992. Cosmetics Science And Technology Second Edition. London: Jhon Willi and Jan, Inc 4. Tungadi, R. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolid. Jakarta: CV. Sagung Seto 5. Visvanathan, C. 2007. Shampoo Production, asian institute of technology School of environment, resources and development. Thailand: Environmental engineering and managementprogram 6. Voight,R.1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Ugm

LAMPIRAN

Related Documents

Aloe Book
May 2020 14
Aloe Vera.docx
April 2020 12
Aloe Vera
December 2019 39
Aloe Vera
November 2019 39

More Documents from ""