Lp Waham.docx

  • Uploaded by: Kyg Manggala
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Waham.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,302
  • Pages: 18
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM 1. KASUS (MASALAH UTAMA) Gangguan Proses Pikir: Waham 2. PROSES TERJADINYA MASALAH a. Definisi Menurut Gail W. Stuart (2007), Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial. Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya. Suatu sistem kepercayaan yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan yang salah yang tidak dapat diubah dengan alasan logis kejadian nyata. Keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan klien tidak konsistensi dengan tingkat intelektual, latar belakang budaya klien (Kelliat. B. A. 1999). Waham merupakan salah satu tanda dari respon perilaku yang bersifat neurobiologis berupa gangguan proses fikir atau dikenal juga dengan penyakit psikotik. Pasien tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang ditemukan pada kondisi psikotik lain. Tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata. pasien memiliki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang : •

Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas tertentu)



Biasanya

terorganisasi

mengumpulkan

alasan

dengan –

baik

alasan

(misal,

tentang

“orang

sesuatu

jahat

yang

ini”

sedang

dikerjakannya yang dapat dijelaskannya secara rinci). •

Biasanya waham kebesaran (misal, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya)



Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia. Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat

dikenali sampai sistem waham mereka disadari oleh keluarga atau teman – temannya. Diagnosis mungkin sulit karena pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela. mereka sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi

sosial

baik

karena

keinginan

mereka

sendiria

tau

akibat

ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka. Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai batas – batas setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide – ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi. paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan. reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada ditempat tidur karena sakit (dan sensorisnya terganggu). Jadi, dapat disimpulkan bahwa waham adalah Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan.

b. Etiologi Sampai saat ini belum jelas apa yang menjadi sebab utama dari pada waham khususnya waham kebesaran tetapi dari berbagai literatur dijelaskan bahwa waham sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yaitu : 1)

Faktor Predisposisi a) Faktor genetik : Dianggap mempengaruhi tansisi gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau keturunan. b) Faktor Perkembangan: hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif c) Faktor

Psikologis:

Hubungan

yang

tidak

harmonis,

peran

ganda/bertentangan , dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan d) Faktor Biologis: Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, dan perubahan pada sel kortikal dan limbik c. Tanda dan gejala 1) Usaha bunuh diri atau membunuh orang lain 2) Menolak makan/obat 3) Gembira atau takut 4) Gerakan tidak terkontrol 5) Mudah tersinggung 6) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan 7) Tidak bisa membedakan antara yang nyata dan tidak nyata. 8) Menghindar dari orang lain

9) Mendominasi pembicaraan 10) Mengajukan kegiatan keagamaan secara berlebihan atau sama sekali tidak melaksanakannya 11) Permusuhan dan curiga 12) Perwatan diri terganggu 13) Merasa dirinya kaya, walaupun sebenarnya tidak punya d. Klasifikasi Waham 1) Waham Agama Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkjan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan 2) Waham Kebesaran Keyakinan klien

yang

berlebihan

terhadap

kemampuan

yang

disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan 3) Waham Somatik Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan 4) Waham Curiga Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan 5) Waham Sisip Fikir Klien yakin bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan kedalam fikiran yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan 6) Waham Nihilistik Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak didunia/meninngal yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan 7) Waham Siar Fikir Klien yakin bahwa ada orang lain mengetahui apa yang dia butuhkan walaupun dia tidak menyatakan pada orang tersebut apa yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai kenyataan

e. Rentang Respon Waham Respon Adaptif

Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten pengalaman Perilaku sesuai

Respon Maladaptif

Distorsi pikiran Ilusi Reaksi emosi berlebihan /kurang Perilaku aneh/tdk biasa Menarik diri

dg

Gangguan isi piker halusinasi Perubahan proses emosi Perilaku tidak terorganisasi Isolasi sosial

f. Proses Terjadinya Waham Perasaan diancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi Mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau obyek realitas dengan menyalahartikan kesan terhadap kejadian Individu memproyeksi pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif/tidak dapat diterima menjadi bagian internal Individu mencoba memberi pembenaran/rasional/alasan interpretasi Personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu.

Bila individu tidak mampu berfikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia makan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham curiga. Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap individu harus mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Menurut seorang ahli medis dalam penelitiannya memberikan definisi tentang mekanisme koping yaitu semua aktivita kognitif dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yangnn sakit untuk mempertahanakna intrgritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak dna membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan ( dipowski, 2009). Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara reakstik tuntunan situasi stress. a. Perilaku mnyuerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b. Perilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologic untuk memindahkan seseorang dari sumber stress. c. Perilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseoprang mengoprasikan,

menmgganti

tujuan

atau

mengorbankan

aspek

kebutuhan personal seseorang. 2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanismne yang dapat membantu mengatasi cenas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptive terhadap stress. Berdasarkan fase-fasenya maka proses terjadinya waham dibagi menjadi 6 fase yaitu sebagai berikut: 1. Fase Lack of Human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orangorang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ). 2. Fase lack of self esteem Tidak adanta pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah. 3. Fase control internal external Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang

dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain. 4. Fase environment support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. 5. Comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ). 6. Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial. G. Penatalaksanaan Farmakoterapi

Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain : 1. Anti Psikotik Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain : a. Chlorpromazine Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral. b. Trifluoperazine Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari. c. Haloperidol Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg. Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien. 2. Anti parkinson Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari Difehidamin

Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari 3. Anti Depresan Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari. Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari. 4. Anti Ansietas Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain: Fenobarbital

: 16-320 mg/hari

Meprobamat

: 200-2400 mg/hari

Klordiazepoksida

: 15-100 mg/hari

Psikoterapi Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan

pada

klien

bahwa

keasyikan

dengan

wahamnya

akan

menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas. Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien,

misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan. Terapi Keluarga Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien. 3. POHON MASALAH Masalah

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem

Gangguan proses pikir: waham

Etiologi

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

4. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DI KAJI a. Risiko tinggi perilaku kekerasan b. Gangguan proses pikir: Waham c. Harga diri rendah kronis Data yang perlu di kaji adalah: a. Faktor Predisposisi



Genetis; diturunkan



Neurobiologis; adanya gangguan pada kosteks pre frontal dan kosteks limbik



Neurotransmiter; abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan glutamat



Virus: paparan virus influenza pd trimester III



Psikologis: ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tdk peduli

b. Faktor Presipitasi 

Proses pengolahan informasi yang berlebihan



Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal

 Sosial-Budaya Teori ini menyatakan bahwa stres lingkungan dapat menyebabkna terjadinya respons neurobiologis yang mal-adaptif, misalnya : lingkungan yang penuh dengan kritik (rasa bermusuhan); kehilangan kemandirian dalam kehidupan atau kehilangan harga diri; kerusakan dalam hubungan interpersonal dan gangguan dalam hubungan interpersonal; kesepian; tekanan dalam pekerjaan; dan kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap terjadinya gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.

c. Mekanisme Koping Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif meliputi:



Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas



Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi



Menarik diri



Pada keluarga, mengingkari

d. Perilaku Waham 

Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat supranatural



Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh



Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa



Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dengan orang lain



Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar



Sisip pikir: percaya ada pikiran

orang lain yang masuk dalam

pikirannya 

Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain

Dari ke empat poin tersebut maka dapat disimpulkan data yang perlu dikaji baik subjektif maupun objektifnya adalah sebagai berikut Masalah Keperawatan Gangguan proses pikir:Waham

e. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Gangguan Proses Pikir: Waham

Data yang perlu dikaji Subjektif:  Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat  Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus Objektif:  Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya  Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang  Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan

f. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Tujuan Klien a. Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap b. Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan c. Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar Keluarga a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien b. Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang belum dipenuhi oleh wahamnya c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara optimal 2. Tindakan Keperawatan Klien a. Bina hubungan saling percaya dengan klien: beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas. b. Jangan membantah dan mendukung waham klien :  Katakan perawat menerima keyakinan klien : “saya menerima keyakinan 

anda” disertai dengan ekspresi menerima. Katakana perawat tidak mendukung

:

“sukar

bagi

saya

untuk

mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati.  Tidak membicarakan isi waham klien. c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung  Anda berada di tempat aman, kami akan menemani anda.  Gunakan keterbukaan dan kejujuran  Jangan tinggalkan klien sendirian. d. Observasi apakah waham klien mengganggu aktifitas sehari-hari dan perawatan diri. e. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis. f. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-hati terlibat diskusi tentang waham klien) g. Tanyakan apa yang biasa dilakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini. h. Jika klien selalu berbicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klien penting.

i. j.

Observasi kebutuhan klien sehari-hari. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun

di rumah sakit (rasa takut, ansietas, marah) k. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham. l. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadwal) m. Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya. n. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, tealitas tempat, dan realitas waktu) o. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok orientasi realitas p. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien q. Diskusikan dengan klien tentang obat, dosis, frekuensi, efek samping, dan akibat penghentian. r. Diskusikan perasaan klien setelah makan obat. s. Berikan obat dengan prinsip 6 benar. Keluarga a. Diskusikan dengan keluarga :  Gejala waham  Cara merawatnya  Lingkungan keluarga  Follow-up dan obat. Anjurkan keluarga melaksanakan tindakan di atas dengan bantuan perawat b. Diskusikan dengan klien tentang obat, dosis, frekuensi, efek samping, dan akibat penghentian. c. Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuaN

DAFTAR PUSTAKA Budiana keliat. (1999). Proses keperawatan kesehatan jiwa. EGC: Jakarta Nita. 2009. Prinsip dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan untuk S1: Salemba Medika: Jakarta Rasmun. (2001). Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga. Jakarta : Fajar Interpratama Stuart, Gail Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. 2003. EGC: Jakarta Wiscarzt. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. 2002. EGC: Jakarta

Strategi pelaksanaan 1

1)

Fase prainteraksi Kondisi klien mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan Tuhan, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan dapat berbicara dengan Tuhan. Diagnosa keperawatan : Gangguan proses pikir ; waham kebesaran Tujuan khusus : TUK 1, 3 Intervensi : SP 1 pasien

2)

Fase Orientasi “ Selamat pagi, perkenalkan nama saya Becy, saya perawat yang dinas pagi hari ini di ruang ........... saya dinas dari pk 07.30-14.00 nanti, saya yang akan merawat bapak hari ini, nama bapak siapa?senangnya dipanggil apa? “ Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak rasakan sekarang?” berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “ Dimana enaknya kita berbincang-bincang bapak?”

3)

Fase Kerja “ Saya mengerti bapak merasa bahwa bapak adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bapak?” “ Tampaknya bapak gelisah sekali, bisa bapak ceritakan apa yang bapak rasakan?” “ O... jadi bapak merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mangatur-ngatur diri bapak sendiri?” “ Siapa menurut bapak yang sering mengatur-atur diri bapak? “ Jadi ibu yang terlalu mengatur-atur ya bapak, juga kakak dan adik yang lain?” “ Kalau bapak sendiri inginnya seperti apa?” “ O.... bagus bapak sudah punya rencana dan jadwal tersebut bapak.” “ Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut bapak”

“ Wah...... bagus sekali, jadi setiap harinya bapak ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan kalau di rumah terus ya.” 4)

Fase Terminasi “ Bagaimana perasaan bapak setalah berbincang-bincang dengan saya?” “ Apa saja yang telah kita bicarakan? Bagus” “ Bagaimana kalau jadwal ini bapak coba lakukan, setuju bapak?” “ Bagaimana kalau saya datang kembali 2 jam lagi?” “ Kita bercakap-cakap tentang kemampuan ysng pernah bapak miliki? Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini lagi?” “ Sampai jumpa dan selamat siang”.

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"

Askep Acss.docx
June 2020 3
Lp Hdr.docx
June 2020 7
Askep Acss.docx
June 2020 6
Lp Waham.docx
June 2020 6
Lp Rbd.docx
June 2020 6