LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama Harga Diri Rendah B. Proses terjadinya msasalah 1. Pengertian Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000). Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa–apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2002). Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini : a. Citra tubuh (Body Image) Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998). b. Ideal Diri (Self Ideal) Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita – cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri. c. Identitas Diri (Self Identifity) Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 1998). Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja
d. Peran Diri (Self Role) Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 1998). e. Harga Diri (Self Esteem) Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. 2. Etiologi Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal. Menurut Carpenito, koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran. Adapun Penyebab Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah, yaitu : a.
Factor Presdisposisi Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua, penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
b.
Factor Presipitasi Factor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehillangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.
3.
Rentang respon konsep diri
Berikut ini adalah rentang konsep diri menurut Stuart dan Sundeen (1998) Respon adaptif
Aktualisasi diri
Respon maladaptif
Konsep diri
Harga diri
positif
rendah
Kerancuan Depersonalisasi identitas
Gambar 1: rentang konsep diri (Stuart & Sundeen, 1998 hal 230). a. Aktualisasi diri: pengungkapan perasaan/kepuasan dari konsep diri positif. b. Konsep diri positif: dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan. c. Harga diri rendah: perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diit, dan merasa gagal mencapai keinginan. d. Kerancuan identitas: ketidakmampuan individu mengintegrasikan aspek psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan, dan perasaan hampa. e. Depersonalisasi: merasa asing terhadap dirinya sendiri dan kehilangan identitas.
4.
Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Umumnya disertai oleh evalauasi diri yang negative membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a.
Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan
struktur,
bentuk
dan
fungsi
tubuh
yang tidak
tercapai
karena
dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai b.
Kronik Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa.
5.
Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain: a.
Data subjektif: 1) Mengkritik diri sendiri atau orang lain 2) Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan 3) Perasaan tidak mampu 4) Rasa bersalah 5) Sikap negatif pada diri sendiri 6) Sikap pesimis pada kehidupan 7) Keluhan sakit fisik 8) Pandangan hidup yang terpolarisasi 9) Menolak kemampuan diri sendiri 10) Pengurangan diri/mengejek diri sendiri 11) Perasaan cemas dan takut 12) Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif 13) Mengungkapkan kegagalan pribadi 14) Ketidak mampuan menentukan tujuan
b.
Data objektif: 1) Produktivitas menurun 2) Perilaku destruktif pada diri sendiri
3) Perilaku destruktif pada orang lain 4) Penyalahgunaan zat 5) Menarik diri dari hubungan social 6) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah 7) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan) 8) Tampak mudah tersinggung/mudah marah
6.
Penatalaksanaan Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi : a. Psikofarmaka Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singka 2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil 3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofreni 4) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti 5) Tidak menyebabkan kantu 6) Memperbaiki pola tidur 7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi 8) Tidak menyebabkan lemas otot. Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole. b. Psikoterapi Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi
neuroleptika
oral
atau
injeksi,
dosis
terapi
kejang
listrik
4-5
joule/detik.(Maramis, 2005). d. Keperawatan Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik
perilaku
menggunakan
latihan
keterampilan
sosial
untuk
meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapy aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas klien Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat. 2. Alasan masuk Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini. 3. Faktor predisposisi Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal.Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan. 4. Pemeriksaan fisik Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien. 5. Psikososial a. Genogram Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh b. Konsep diri c. Gambaran diri Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai. d. Identitas diri Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
e. Fungsi peran Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut. f. Ideal diri Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. g. Harga diri Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain. h. Hubungan social Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain. i. Spiritual Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan. j. Status mental 1) Penampilan Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti
biasanya,
kemampuan
klien
dalam
berpakaian,
dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis klien.
2) Pembicaraan Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan. 3) Aktivitas motoric
Lesu, tegang, gelisah.
Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari
Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4) Alam perasaan
Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
Khawatir : objeknya belum jelas
5) Afek
Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan.
Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6) Interaksi selama wawancara
Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
Mudah tersinggung
Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah
Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
Persepsi
7) Proses pikir
Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya
Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.
Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali
Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
8) Isi fikir
Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada.
Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna yang terkait pada dirinya.
Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan halhal yang mustahil atau diluar kemampuannya.
Waham : Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan keyakinan Kebesaran
:
keyakinan
klien
yang
berlebihan
terhadap
kemampuannya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan Waham yang bizar Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun klien tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai kenyataan Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan. 6. Tingkat kesadaran a. Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan). b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang terjadi dilingkungannya d. Orientasi : waktu, tempat dan orang e. Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara f. Memori 1) Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan. 2) Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir. 3) Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi. 4) Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
5) Tingkat konsentrasi
Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda-benda yang nyata
Daya tilik diri Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang Kebutuhan persiapan pulang Makan Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien menyiapkan dan membersihkan alat makan. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), pergi menggunakan WC atau membersihkan WC. Mandi Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien. Berpakaian Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi penampilan dandanan klien. Istirahat dan tidur Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian. Pemeliharaan kesehatan Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem pendukung yang dimiliki. Aktivitas di dalam rumah Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari. Aktivitas di luar rumah Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah. Pola dan mekanisme koping Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya. Aspek medis Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain. B. Masalah dan Data Yang Perlu Di Kaji No
Masalah Keperawatan
1
Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif
Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
Data Obyektif
Ekspresi wajah kosong Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara Suara pelan dan tidak jelas
2
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3
Berduka disfungsional
Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli Mengungkapkan tidak bisa apa-apa Mengungkapkan dirinya tidak berguna Mengkritik diri sendiri
Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi Mengungkapkan sedih karena tidak naik kelas Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain karena diceraikan suaminya Dan lain – lain…
Merusak diri sendiri Merusak orang lain Menarik diri dari hubungan sosial Tampak mudah tersinggung Tidak mau makan dan tidak tidur Perasaan malu Tidak nyaman jika jadi pusat perhatian
Ekspresi wajah sedih Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara Suara pelan dan tidak jelas Tampak menangis
C. Pohon Masalah Menurut Keliat (1999) pohon masalah pada kasus harga diri rendah adalah sebagai berikut: Resiko perilaku kekerasan
Akibat
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Core problem
Berduka disfungsional
Penyebab
D. DiagnosaKeperawatan 1. Harga diri rendah 2. Berduka disfungsional 3. Resiko PK E. Intervensi Keperawatan Tujuan: Pasien mampu: 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3. Menilai kemampuan yang dapat digunakan 4. Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan 5. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan 6. Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya. Tindakan Keperawatan: 1) Membina hubungan saling percaya, dengan cara: a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien. b) Perkenalkan diri dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang Perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien yang disukai. c) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini. d) Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana. e) Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi. f)
Tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah : a) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan) b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan pasien. 2) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah : a) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini. b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien. 3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah : a) Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat pertemuan. b) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan. 4) Melatih kegiatan yang telah dipilih pasien sesuai kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah : a) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya). b) Bantu pasien memasukkan pada jadual kegiatan untuk latihan dua kali per hari. c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan pasien. 5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah : a) Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan. b) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari. c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap aktivitas. d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
e) Beri
kesempatan
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
setelah
pelaksanaan kegiatan. f) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat,B.A. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC. Purwaningsih, Wahyu, Karlina, & Ina. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika Press. Direja, & Ade, H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika. Keliat, B.A. & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.Jakarta : EGC
STRATEGI PELAKSANAAN 1
1. Fase pra interaksi Kondisi klien terlihat murung banyak menunduk dan pesimis, nada lemah, mengatakan malu bertemu dengan orang. Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep diri; harga diri Tujuan Khusus; TUK 1, 2, 3, 4, 5 Intervensi : SP 1 pasien 2. Fase Orientasi “ Selamat pagi, perkenalkan saya....., kalau boleh tahu bapak/ibu namanya siapa....., bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini? .......terlihat segar”. “ Bagaimana kita bercakap-cakap tentang hobi atau kegiatan yang bapak/ibu sukai di rumah. Setalah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”. “ Dimana kita duduk? bagaimana kalau di ruang tamu? berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit. 3. Fase Kerja “ Ibu........, kegiatan apa yang ibu sukai di rumah..., keinginan apa yang bapak/ibu ingin lakukan............, apa saja kemampuan yang bapak/ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya yaǃ apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring .........dst”. “ wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki”. “ Ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat yang pertama bisakah, yang kedua......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih dikerjakan di rumah sakit ini. “ Sekarang coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”. O yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur bapak/ibu”. Mari kita lihat tempat tidur bapak/ibu. Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?” “ Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dua bantal dan selimutnya. Bagus ǃ sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. “ Nah sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagusǃ. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/ kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus ǃ” Ibu sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus “
“ Coba .....lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau ......lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan. 4. Fase Terminasi “ Bagaimana perasaan ibu.......setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat tidur? Yach, .......ibu.....ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah ibu praktekkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.” “ Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian ibu.......mau berapa kali sehari merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat , jam 16.00” “ Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. ........ masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring,,kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya”