LAPORAN PENDAHULUAN MENARIK DIRI DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
DISUSUN OLEH : GILANG DEKA HAYUNA 1808012
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN AJARAN 2018/2019
A. Kasus (Masalah Utama) Gangguan Interaksi sosial: Menarik diri
B. Pengertian, Etiologi, Tanda dan gejala 1. Pengertian Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya (Carpenito, 2009). Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009). Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. 2. Etiologi Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. 3. Tanda dan gejala a. Aspek fisik : 1) Makan dan minum kurang 2) Tidur kurang atau terganggu 3) Penampilan diri kurang 4) Keberanian kurang
b. Aspek emosi : 1) Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil 2) Merasa malu, bersalah 3) Mudah panik dan tiba-tiba marah c. Aspek sosial 1) Duduk menyendiri 2) Selalu tunduk 3) Tampak melamun 4) Tidak peduli lingkungan 5) Menghindar dari orang lain 6) Tergantung dari orang lain d. Aspek intelektual 1) Putus asa 2) Merasa sendiri, tidak ada sokongan 3) Kurang percaya diri Menurut Purba, dkk. (2009) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah: a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan f. Pasien merasa tidak berguna g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup Menurut Budi Anna Keliat (2011), tanda dan gejala Isolasi Sosial: MD adalah sebagai berikut : a. Apatis b. ekspresi sedih c. afek tumpul d. Menghindar dari orang lain (menyendiri) e. Komunikasi kurang/tidak ada.
f. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat. g. Tidak ada kontak mata h. klien sering menunduk. i. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas. j. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. k. Tidak melakukan kegiatan sehari l. Sering tidur, posisi tidur klien seperti posisi tidur janin.
C. Faktor Presdiposisi (Biologi, Psikologi dan Sosial Budaya) Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik diri : 1.
Faktor perkembangan Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profisional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan
jiwa
dan
stress
keluarga.
Pendekatan
kolaburatif
sewajarnya dapat mengurangi masalah respon social menarik diri. 2.
Faktor Biologik Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3.
Faktor Sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak
produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini
D. Faktor Presipitasi Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain: 1.
Stressor sosiokultural Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2.
Stressor psikologik Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhanya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri)
3.
Stressor intelektual a) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain. b) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain. c) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang lain
4.
Stressor fisik a) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari orang lain b) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
E. Pohon Masalah
F. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji 1. Masalah keperawatan: a.
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi…
b.
Isolasi sosial: menarik diri
c.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Data yang perlu di kaji. a.
Resiko perubahanm persepsi sensori: halusinasi…….. Data Subjektif 1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata 2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata 3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus 4) Klien merasa makan sesuatu 5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar 7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang Data Objektif 1) Klien berbicar dan tertawa sendiri 2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu 3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu 4) Disorientasi b.
Isolasi sosial : menarik diri Data obyektif: Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak
diam,
kontak
mata
kurang
(menunduk),
menolak
berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur. Data subyektif: Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak. c.
Gangguan konseps diri: harga diri rendah Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri. Data subyektif: Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa – apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.
G. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi …. berhubungan dengan menarik diri. 2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
H. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa
Keperawatan
1:
Resiko
perubahan
persepsi
sensori:
halusinasi……. Berhubungan dengan menarik diri 1. Tujuan umum: Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi …. 2. Tujuan khusus: a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: 1) Bina
hubungan
saling
percaya:
salam
memperkenalkan diri, jelaskan tuiuan interaksi,
terapeutik, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu. 2) Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak menjawab 3) Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. b. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri Tindakan: 1) Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain. 2) Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri. c. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain Tindakan: 1) Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain. 2) Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul. d. Klien
dapat
klien-perawat, klien-keluarga. Tindakan:
melakukan
hubungan
klien-perawat-klien
lain,
sosial
secara
bertahap:
perawat-klien-kelompok,
1) Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin perawat yang sama. 2) Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain 3) Tingkatkan interaksi secara bertahap 4) Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi 5) Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi 6) Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik e. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain. Tindakan: 1) Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan 2) Beri pujian atas keberhasilan klien f. Klien mendapat dukungan keluarga Tindakan: 1) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga 2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga. Diagnosa 2: Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 1. Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal 2. Tujuan khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : 1) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terpeutik 2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan : 1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien. 2) Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
3) Utamakan memberi pujian yang realistik. b. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki Tindakan : 1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit 2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya. c. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampun yang dimiliki Tindakan : 1) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 2) Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien 3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan d. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya Tindakan : 1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan 2) Beri pujian atas keberhasilan klien 3) Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah e. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : 1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah 2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat 3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
I.
Daftar Pustaka Carpenito, L.J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC Dalami, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jogjakarta: Trans Info Media Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika Purba, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah. Psikososial dan Gangguan jiwa. Medan : USU Press.