Lp Maternitas.docx

  • Uploaded by: Rizqy Robbi'atul Hafidhoh
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Maternitas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,577
  • Pages: 23
LAPORAN PENDAHULUAN PASRTUS SPONTAN

I.

DEFINISI Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk

pulihnya

kembali

alat

kandungan

yang

lamanya

6

minggu.Postpartum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organorgan reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010). Periode post partus adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota baru (Mitayani,2011). Post partus adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 bulan berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan, keluarnya cairan berupa lochea

dan

lain

sebagainya

berkaitan

dengan

saat

melahirkan

(Suherni,2009).

II.

ETIOLOGI Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan

dengan

faktor

hormonal,struktur

rahim,sirkulasi

rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011). 1. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.

1

2. Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim. 3. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta. 4. Teori iritasi mekanik Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus. 5. Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang

dimasukan

merangsang

dalam

pleksus

kanalis

servikalis

frankenhauser,

dengan

amniotomi

tujuan

pemecahan

ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

III.

MANIFESTASI KLINIS 1. Perubahan fisik a. Involusi uterus Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang

keras,

karena

kontraksi

ini

menyebabkan

rasa

nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke – 2-3 hari. b. Kontraksi uterus Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi menurun stabil berurutan,

2

kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti. c. After pain Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri. d. Endometrium Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia.

Epitelisasi

endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh kembali.Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka. e. Ovarium Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin. f. Lochia Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochia dibagi dalam beberapa jenis : 1) Lochia rubra Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.

3

2) Lochia sanguinolenta Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati. 3) Lochia serosa Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair dan tidak berdarah lagi. 4) Lochia alba Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati. g. Serviks dan vagina Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali. h. Perubahan pada dinding abdomen Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar. i. Perubahan Sistem kardiovaskuler Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan eksresi cairan extra vasculer.Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah partus. j. Perubahan sistem urinaria Fungsi

ginjal

normal,

dinding

kandung

kemih

memperlihatkan oedema dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema trigonum,

4

menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun. k. Perubahan sistem Gastro Intestina; Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.

Penyebabnya karena penurunan tonus

pencernaan, enema, kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas l. Perubahan pada mammae Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae

menjadi

tegang,

membengkak,

lebut,

hangat

dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler) m. Laktasi Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan.

Buah dada belum mengandung susu

melainkan colustrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi. Bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi n. Temperatur Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina. o. Nadi Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali

pada

sirkulasi

seiring

lepasnya

placenta.

Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai

5

mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama. p. Tekanan Darah Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan ataupun post partum merupakan tandatanda suatu keadaan yang harus diperhatikan secara serius. q. Hormon Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi.

IV.

PATOFISIOLOGI Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum

hamil.

Perubahan-perubahan

alat

genetal

ini

dalam

keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahanperubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae. Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluhpembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang

6

sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

V.

PATHWAY

7

VI.

KOMPLIKASI a. Klien post partum komplikasi perdarahan Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: 1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir 2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum : 1) Menghentikan perdarahan. 2) Mencegah timbulnya syok. 3) Mengganti darah yang hilang. Penyebab umum perdarahan postpartum adalah: 1) Atonia Uteri 2) Retensi Plasenta 3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban  Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)  Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia) 4) Trauma jalan lahir  Episiotomi yang lebar  Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim  Rupture uteri 5) Penyakit darah Kelainan

pembekuan

darah

misalnya

afibrinogenemia

/hipofibrinogenemia. b. Klien post partum komplikasi infeksi Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang – biaknya mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya. 8

Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan. Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah : 1) Streptococcus haemoliticus anaerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain). 2) Staphylococcus aureus Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang

yang

nampaknya

sehat. Kuman

ini

biasanya

menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum. 3) Escherichia Coli Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius. 4) Clostridium Welchii Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit. c. Klien post partum komplikasi penyakit blues Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan

9

afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana

hati

setelah

persalinan,

yang

berkaitan

dengan

hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain : 1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase

yaitu

suatu

enzim

otak

yang

bekerja

menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi. 2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas. 3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan. 4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). 5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

10

VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008 : -

Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya

-

Keadaan umum: TTV, selera makan dll

-

Payudara: air susu, putting

-

Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum

-

Sekres yang keluar atau lochea

-

Keadaan alat kandungan

Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001:

VIII.

-

Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum

-

Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan Medis a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan) b. 6 – 8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri c. Hari ke 1 – 2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas. d. Hari ke – 2 : mulai latihan duduk e. Hari ke – 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan 2. Pemeriksaan penunjang. ( Siswosudarmo, 2008 )  Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya.  Keadaan umum: TTV, selera makan, dll.  Payudara: air susu, putting.  Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.  Sekres yang keluar atau lochea.  Keadaan alat kandungan.

11

3. Pemeriksaan penunjang post partum. ( Manjoer arif dkk, 2001 )  Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum  Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

IX.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan mengumpulkan data – data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. 1. Identitas Klien a. Nama Klien b. Umur c. Suku / Bangsa d. Pendidikan e. Agama f. Pekerjaan g. Alamat Penanggungjawab a. Nama b. Umur c. Agama d. Pendidikan e. Pekerjaan f. Alamat g. Hubungan dengan klien 2. Anamnesa (Data Subjektif) a. Tanggal / jam b. Keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat dilakukan pengkajian c. Riwayat kehamilan yaitu riwayat positif/negatif pasien pada saat sebelum hamil dan sesudah hamil

12

d. Riwayat persalinan e. Riwayat persalinan : 1) Jenis Pesalinan. 2) Komplikasi dalam persalinan 3) Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau tidak, ada kelainan atau tidak, ada sisa placenta atau tidak. 4) Tali pusat 5) Perineum 6) Perdarahan f. Proses persalinan Bayi 1) Tanggal lahir : untuk mengetahui usia bayi 2) Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg. 3) Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit 4) Pernapasan pada nifas normal 16 – 20 x/menit, suhu normalnya 360 C 5) BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya > 2500 gr, BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr. 6) Cacat bawaan : bayi normal atau tidak 7) Air ketuban : Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh. Banyaknya normal atau tidak. Normalnya 500-1000 cc. 3. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif) a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal biasanya baik. b. Keadaan emosional Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post partum pada klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional stabil. c. Tanda Vital : 36,40C sampai 37,40C.

13

d. Pemeriksaan fisik 1) Muka  Kelopak mata : ada edema atau tidak  Konjungtiva : Merah muda atau pucat  Sklera : Putih atau tidak 2) Mulut  Lidah bersih  Gigi : ada karies atau tidak 3) Leher  Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak  Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak 4) Dada  Jantung Inspeksi

: ada lesi atau tidak

Palpasi

: ada kardiomegali atau tidak

Perkusi

: suara redup

Auskultasi

: lup duk

 Paru-paru Inspeksi

: ada lesi atau tidak, simetris atau tidak

Palpasi

: pergerakan dada simetris atau tidak

Perkusi

: suara sonor

Auskultasi

: ada bunyi tambahan rochi atau wheezing tidak

5) Payudara Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran colostrum (Mochtar, 1990 : 102). 6) Punggung dan pinggang  Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila ditemukan lordosis.  CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.

14

7) Abdomen Bekas luka operasi : untuk mengetahui apakah pernah SC atau operasi lain. e. Uterus Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas 1 hari post partum normal TFU 2 jari di bawah pusat dan kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan posisi uterus di tengah. f. Pengeluaran lochea Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada umumnya dan menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1 hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116). g. Perineum Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun bekas jahitan atau tidak. Pada nifas normal bisa ditemukan bekas jahitan. Kaji kebersihan area perineum. h. Kandung kemih Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu nifas normal kandung kemih tidak teraba. i. Extremitas atas dan bawah 1) Edema

: ada atau tidak

2) Kekakuan otot dan sendi

: ada atau tidak

3) Kemerahan

: ada atau tidak

4) Varices

: ada atau tidak

5) Reflek patella kanan & kiri : normalnya + . Reflek patella negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit urat syarat (Mochtar, 1998 : 102)

15

4. Uji Diagnostik a. Darah

: Pemeriksaan Hb. Hb ibu nifas normal yaitu

11 gram % b. Golongan darah : Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila terjadi komplikasi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perineum;

luka

episiotomi;

involusi

uteri;

hemoroid;

pembengkakan payudara 2. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan. 3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma perineum dan saluran kemih 4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir 5. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi

16

C. RENCANA KEPERAWATAN No. 1.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Keperawatan

Hasil

 Kaji

Gangguan rasa Pasien nyaman (nyeri) peregangan

mendemonstrasikan b/d tidak adanya nyeri. Kriteria hasil: vital

perineum; luka sign dalam batas episiotomi;

Rencana Intervensi

normal,

pasien

Rasional

tingkat  Menentukan

nyeri pasien.  Kaji

intervensi

kontraksi

uterus,

proses

keperawatan sesuai

skala

nyeri.

involusi uteri.

 Anjurkan pasien  Mengidentifikas

involusi uteri; menunjukkan

untuk

i penyimpangan

hemoroid;

membasahi

dan

perineum

berdasarkan

peningkatan

pembengkakan aktifitas, payudara.

nyeri payudara

keluhan terkontrol, lembek,

tidak bendungan ASI.

ada

dengan

air

kemajuan

involusi uteri.

hangat sebelum  Mengurangi berkemih.  Anjurkan

ketegangan dan

latih pasien cara

pada

luka

perineum.  Melatih

merawat

ibu

payudara secara

mengurangi

teratur.

bendungan ASI

 Jelaskan ibu

pada tetang

dan memperlancar

teknik merawat

pengeluaran

luka

ASI.

perineum

dan mengganti  Mencegah PAD

secara

infeksi

dan

teratur setiap 3

kontrol

nyeri

kali sehari atau

pada

setiap

perineum.

lochea banyak.

kali

luka

keluar  Mengurangi intensitas nyeri

17

 Kolaborasi dokter

2.

Resiko defisit Pasien

dapat  cairan

menekan

tentang

pemberian

rangsnag nyeri

analgesic

pada nosiseptor. 

Pantau: 

volume cairan mendemostrasikan

denagn

Mengidentifik

Tanda-tanda

asi

vital setiap 4

penyimpangan

jam.

indikasi

b/d

status

pengeluaran

membaik.

yang

Kriteria

evaluasi:



Warna urine.

kemajuan atau

berlebihan;

tak ada manifestasi



Berat

penyimpangan

perdarahan;

dehidrasi, resolusi

diuresis;

oedema,

keringat

urine di atas 30

berlebihan.

ml/jam,

haluaran



badan

setiap hari.

dari hasil yang

Status

diharapkan.

umum

setiap 8 jam.

kulit  kenyal/turgor kulit

Pantau: masuk

dan

baik.

cairan

keluar



Mengidentifik asi

cairan

keseimbangan cairan

pasien

setiap 8 jam.

secara adekuat

Beritahu dokter

dan teratur.

bila: urine

haluaran <

ml/jam,



Temuantemuan

30

ini

mennadakan

haus,

takikardia,

hipovolemia

gelisah, TD di

dan

bawah

peningkatan

rentang

normal,

perlunya

cairan.

urine

gelap atau encer 





Mencegah

gelap.

pasien jatuh ke

Konsultasi

dalam kondisi

dokter

kelebihan

bila

manifestasi

cairan

kelebihan cairan

beresiko terjadinya

18

yang

terjadi. 3.

Perubahan

Pola

pola eleminasi (BAK)

eleminasi  Kaji pasien

BAK (disuria) teratur. b/d

trauma Kriteria

perineum dan eleminasi saluran kemih.

hasil:

oedem paru. haluaran

urine,

 Mengidentifik

keluhan

asi

serta keteraturan

penyimpangan

pola berkemih.

dalam

BAK  Anjurkan pasien

lancar, disuria tidak

melakukan

ada,

bladder

ambulasi dini.

kosong,

keluhan  Anjurkan pasien

kencing tidak ada.

pola

berkemih pasien.  Ambulasi dini memberikan

untuk membasahi

rangsangan

perineum dengan

untuk

air

pengeluaran

hangat

sebelum

urine

berkemih.

pengosongan

 Anjurkan pasien untuk

berkemih

dan

bladder.  Membasahi

secara teratur.

bladder

 Anjurkan pasien

dengan

air

hangat

dapat

untuk

minum

2500-3000 ml/24

mengurangi

jam.

ketegangan

 Kolaborasi untuk

akibat adanya luka

melakukan kateterisasi pasien

bladder.

bila

kesulitan

pada

 Menerapkan pola berkemih

berkemih.

secara teratur akan

melatih

pengosongan bladder secara teratur.  Minum

19

banyak mempercepat filtrasi

pada

glomerolus dan mempercepat pengeluaran urine.  Kateterisasi memabnatu pengeluaran urine

untuk

mencegah stasis urine. 4.

Resiko infeksi Infeksi b/d

tidak

trauma terjadi.

jalan lahir.

vital  Mengidentifikas

sign,

Kriteria hasil: tanda infeksi tidak ada, luka

 Pantau:

episiotomi

tanda

infeksi.

i penyimpangan dan

 Kaji

kemajuan

sesuai

pengeluaran

intervensi yang

kering dan bersih,

lochea,

dilakukan.

takut berkemih dan

bau dan jumlah.  Mengidentifikas

BAB tidak ada.

warna,

 Kaji

luka

i

kelainan

perineum,

pengeluaran

keadaan jahitan.

lochea

 Anjurkan pasien

dini.  Keadaan

membasuh vulva

secara

setiap

luka

perineum

habis berkemih

berdekatan

dengan

dengan

cara

daerah

yang benar dan

basah

mengganti PAD

mengakibatkan

setiap

kecenderunagn

3

kali

20

perhari

atau

luka

untuk

setiap

kali

selalu kotor dan

pengeluaran

mudah terkena

lochea banyak.

infeksi.

 Pertahnakan

 Mencegah

teknik

septik

infeksi

aseptik

dalam

dini.

secara

merawat pasien  Mencegah (merawat

luka

kontaminasi

perineum,

silang terhadap

merawat

infeksi.

payudara, merawat bayi). 5.

 Meningkatkan

Gangguan

gangguan

parenting tidak ada.

kesempatan ibu

kemandirian ibu

proses

Kriteria hasil: ibu

untuk

dalam

parenting b/d dapat merawat bayi

melakukan

perawatan bayi.

kurangnya

secara

perawatan bayi  Keterlibatan

pengetahuan

(memandikan,

tentang

proses

 Beri

Resiko

mandiri

cara menyusui, merawat

merawat bayi.

tali pusat).

secara mandiri.  Libatkan suami

bapak/suami dalam

dalam

perawatan bayi

perawatan bayi.

akan membantu

 Latih ibu untuk

meningkatkan

perawatan

keterikatan

payudara secara

batih

mandiri

dengan bayi.

dan

 Perawatan

teratur.  Motivasi

ibu

ibu

payudara secara

untuk

teratur

meningkatkan

mempertahanka

intake

n produksi ASI

cairan

dan diet TKTP.

akan

secara kontinyu

21

 Lakukan rawat

sehingga

gabung sesegera

kebutuhan bayi

mungkin

akan

tidak

bila

terdapat

ASI

tercukupi.

komplikasi pada  Meningkatkan ibu atau bayi.

produksi ASI.  Meningkatkan hubungan

ibu

dan bayi sedini mungkin.

22

DAFTAR PUSTAKA

Handayani Sri. 2011. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Gosyen Publishing http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keperawatan-pada-ny-d-denganpost-partum-normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten [Diakses pada 1 Februari 2019 jam 15.00 WIB] Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Reeder, Martin, Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas volume 2. Jakarta: EGC Retno Setyo, Handayani. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : Gosyen

Publishing

Sujiyatini, Nurjanah, Kurniati Ana. 2010. ASUHAN IBU NIFAS ASKEB III. Yogyakarta : Cyrillus Publisher

23

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"