Lp Kenyamanan Dan Aktifitas.docx

  • Uploaded by: gabriela rayani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Kenyamanan Dan Aktifitas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,194
  • Pages: 8
LAPORAN PENDAHULUAN AKTIVITAS KEBUTUHAN DASAR MANUSIA A. Pengertian Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal. Ketika kebutuhan energy tidak tercukupi maka akan terjadi penurunan dalam kapasitas fisIologi seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan akan mengakibatkan intoleransi aktivitas, terjadi kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen karena status penyakit sehingga dilakukan tirah baring untuk mempertahankan atau memenuhi aktivitas harian yang diperlukan atau diharapkan. Kita dapat melihat perbedaan orang sehat dengan yang mengalami intoleransi aktivitas adalah ketika mereka meakukan suatu gerakan. Bagi orang normal, berjalan dua tiga meter tidak merasa lelah, akan tetapi bagi pasien yang mengalami intoleransi aktivitas, bergerak atau berjalan sedikit saja nafasnya sudah terengah-engah karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energi yang cukup untuk bergerak. Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008). Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. B. Etiologi Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut : 1. Kelainan Postur 2. Gangguan Perkembangan Otot 3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat 4. Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular 5. Kekakuan Otot

C. Manifestasi Klinik Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan. D. Patofisiologi Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang lebih menitik beratkan respon tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena tubuh tidak mampu memproduksi energi yang cukup. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, untuk bergerak, kitamembutuhkan sejumlah energi. Pembentukan energi dilakukan di sel,tepatnya di mitokondria melalui beberapa proses tertantu. Untuk membentuk energi, tubuh memerlukan nutrisi dan CO2. Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi

energi

yang

banyak.

Jadi,

apapun

penyakit

yang

membuat

terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dapat mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktifitas. Intoleransi aktivitas pada klien dengan STEMI,NSTEMI,CHF disebabkan jantung tidak mampu untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen karena kerusakan sifat kontraktil dari jantung dan curah jantung kurang dari normal. Hal ini disebabkan karena meningkatnya beban kerja otot jantung, sehingga bisa melemahkan kekuatan kontraksi otot jantung dan produksi energi menjadi berkurang. Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah : 1.

Kerusakan Otot

Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.

2.

Gangguan pada skelet Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi

tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya. 3.

Gangguan pada sistem persyarafan Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak. Impuls tersebut

merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dank e organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi. a.Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Diagnostik a.

Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang).

b.

CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi)

c.

MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang)

2. Pemeriksaan laboratorium a.

Pemeriksaan darah dan urine

b.

Pemeriksaan Hb

b. Komplikasi 1.

Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur

2.

Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic

3.

Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal

4.

Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan

5.

Status emosi stabil

(Rosidawati, dkk 2008) c. Penatalaksanaan 1. Pencegahan primer Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang khidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan. a. Hambatan terhadap latihan b. Pengembangan program latihan c. Keamanan 2. Pencegahan sekunder Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan.

Keberhasian intervensi berasal dari suatu

pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. (Tarwoto & Wartonah, 2006) 3. Penatalaksanaan terapeutik E. Pengkajian Keperawatan Menurut (Hidayat, 2014) pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas sebagai berikut : a) b)

Biodata pasien Riwayat Kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas/latihan. Pola aktivitas atau

latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :

Aktivitas Aktivitas

0

1

2

3

4

Makan dan minum Mandi Eliminasi (BAK&BAB) Berpakaian Mobilisasi

di

tempat tidur Pindah Ambulasi

Keterangan : 0 : mandiri 1 : alat bantu 2 : dibantu orang lain 3 : dibantu orang lain dan alat 4 : tergantung total

F. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan Keperawatan 1. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, bedres yang lama (Imobilisasi), motivasi yang kurang, pembatasan pergerakan,nyeri. Intervensi : Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas Bantu pasien dalam melakukan aktifitas sendiri Catat tanda vital Kolaborasi dengan dokter

Lakukan aktivitas yang adekuat Rasional : Merencanakan intervensi dengan tepat Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan persepsi kognitif, imobilisasi, gangguan neuromuskuler, kelemahan, pasien dengan traksi. Intervensi : Pertahanan body alignment dan posisi yang nyaman Cegah pasien jatuh Lakukan latihan aktif maupun pasif Lakukan fisiotheraphy dada dan postural Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi Rasional : Mencengah iritasi dan komplikasi Mempertahankan keamanan pasien Meningkatkan sirkulasi dan mencengah kontraktur Meningkatkan fungsi paru

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromoskuler, menurunnya kekuatan otot, menurunnya kontrol otot dan koordinasi, kerusakan persepsi kognitif, depresi, gangguan fisik Intervensi : Pertahanan body alignment dan posisi yang nyaman Cegah pasien jatuh

Lakukan latihan aktif maupun pasif Lakukan fisiotheraphy dada dan postural Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi Rasional : Mencengah iritasi dan komplikasi Mempertahankan keamanan pasien Meningkatkan sirkulasi dan mencengah kontraktur Meningkatkan fungsi paru

DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba medika Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa aksara Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori Dan Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta: Mediaction Publishing Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC. Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Related Documents


More Documents from "M Syikir Biges"