Lp K3.docx

  • Uploaded by: Anita Febriani
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp K3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,041
  • Pages: 15
LAPORAN PENDAHULUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K 3)

A. PENGERTIAN K3 Menurut Dainur, kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial yang maksimal, sehingga dapat berproduksi secara maksimal pula. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga kerja dan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Depkes 2003, kesehatan kerja adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang teknik, metoda serta berbagai upaya penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja. Di Indonesia kesehatan kerja mulai diperkenalkan oleh Belanda sejak abad ke 17. Rekomendasi Komite bersama ILO dan WHO tahun 1995 mengenai tujuan kesehatan kerja menekankan upaya pemeliharaan, peningkatan kesehatan dan kapasitas kerja, perbaikan lingkungan dan pekerjaan yang mendukung kesehatan dan keselamatan pekerja serta mengembangkan organisasi dan budaya kerja agar tercapai iklim sosial yang positif, kelancaran produksi dan peningkatan produktivitas. 1.

Keamanan Kerja Keamanan kerja adalah unsur- unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non materil. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya baju kerja, helm, kacamata, sarung tangan, dan sepatu. Sedangkan unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah buku petunjuk penggunaan alat, rambu-rambu dan isyarat bahaya, himbauan dan petugas keamanan.

2.

KesehatanKerja Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun.penyakit.umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB

I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan. 3.

KeselamatanKerja Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.

B. TUJUAN K3 1. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja 2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien 3. Menjamin proses produksi berjalan lancer

C. MANFAAT K3 Bagi pihak manajemen tempat kerja : 1. Meningkatnya dukungan terhadap program kesehatan dan keselamatan pekerja di tempat kerja 2. Citra positif (tempat kerja yang maju & peduli kesehatan) 3. Meningkatnya moral staf 4. Menurunnya angka kemangkiran karena sakit 5. Meningkatnya produktivitas 6. Menurunnya biaya kesehatan Bagi pekerja : 1. Meningkatnya percaya diri 2. Menurunnya stress 3. Meningkatnya semangat kerja 4. Meningkatnya kemampuan mengenali dan mencegah penyakit 5. Meningkatnya kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sekitar

D. TRIAS KESEHATAN DANKESELAMATANKERJA Tempat kerja dan pekerja merupakan populasi, bila menggunakan pendekatan trias epidemiologi bahwa dengan berfokus pada kesehatan dan keselamatan populasi pekerja, host digambarkan sebagai manusia yang rentan, karena terkait dengan sifat bahaya kerja, sehingga diasumsikan bahwa semua individu pekerja dan kelompok beresiko terkena bahaya kerja. Agent adalah faktor yang berhubungan dengan penyakit dan cedera, diklasifikasikan menjadi biologi, kimia, ekonomi, fisik, atau

psikososial. Environment, berhubungan dengan kondisi eksternal yang berpengaruh terhadap interaksi host dan agents. Apabila interaksi antara host, agent dan environment tidak dapat dikendalikan, maka timbulah penyakit atau cedera. Ketiga faktor timbulnya penyakit tersebut ada dalam lingkungan pekerja, dengan demikian maka diasumsikan bahwa semua pekerja yang ada dalam lingkungan kerja maka mempunyai resiko untuk sakit atau cedera, dengan demikian proaktif dari perawat menjadi hal yang penting dalam upaya mencegah terjadinya penyakit atau cedera akibat kerja melalui design yang efektif melalui 3 level prevensi; primer,sekunder dan tersier. Lingkup Kegiatan Program Keperawatan Kerja: a. Riwayat kesehatan terutama para pekerjadan keluarga pekerja b. Pengkajian atau screening c. Surveillance atau monitoring d. Primary health care e. Konseling Program Pelayanan Kesehatan Kerja adalah program pelayananparipurna, terdiridari 3 level prevensi yaitu prevensi primer, sekunder dan tersier yang dilaksanakan dalam suatu sistem yang terpadu. 1) Pelayanan prevensi primer, kegiatannya antara lain: a. Pemeriksaan kesehatanawal, berkala dan khusus b. Immunisasi c. Kesehatan lingkungan kerja d. Perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya perkerjaan e. Penyerasaian manusia dengan mesin dan alat kerja(ergonomik) f. Pengendalian bahayalingkungan kerja g. Pendidikan dan penyuluhan tentangkesehatan kerja h. Pemeliharaan berat badan ideal i. Perbaikan gizi, menu seimbang dan pemilihan makanan yang sehat dan aman j. Olahraga 2) Pelayanan Prevensi sekunder Pelayanan diberikan kepada pekerja yang sudah mengalami gangguan pekerjaan. Pelayanan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja, kegiatannya antara lain: a. Konseling b. Screening adanya gangguan akibat kerja c. Penatalaksanaan kasus d. Penanganan kegawat daruratan baik fisik maupun psikologis akibat kerja e. Rujukan

f. HomeVisite terhadap pekerjayangmengalamigangguanakibat kerja 3) Pelayanan Prevensi tersier Pelayanan diberikan kepada pekerja yang telah menderita cacat sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanen baik sebagian maupun seluruh kemampuan bekerjanya. Kegiantannya antara lain: a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih ada secara maksimal. b. Penempatan kembali pekerja yang secara selektif sesuai kemampuannya.

E. SYARAT-SYARAT K3 Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang perlindungan atas keselamatan karyawan dijamin pada pasal 108 yaitu: a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan kesusilaan c. Pelaksanaan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia serta d. Nilai-nilai agama

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI K3 Faktor-faktor yang berpengaruh pada kesehatan kerja meliputi: 1. Penyakit umum (penyakit infeksi yang di derita tenaga kerja seperti ISPA, Diarchea, menyebabkan tingginya absenteisme tenaga kerja dan menurunkan produktivitas). 2. Penyakit akibat kerja (akibat hygiene perusahaan yang kurang baik, akibat gangguan mental psikologi akibat kerja) 3. Status gizi tenaga kerja yang kurang baik (disebabkan karena penyakit endemis, parasit atau intake makanan yang kurang, beban kerja, sehingga dapat berpengaruh pada produktivitas) 4. Lingkungan kerja yang kurang nyaman (seperti faktor fisik, fisiologis, mental psikologis, faktor kimia dan biologis, kondisi tersebut bila tidak optimal bisa mengganggu kesehatan mulai dari yang ringan seperti mengganggu kenyamanan kerja hingga yang berat yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja) 5. Perencanaan ergonomi (perencanaan penserasian manusia dan mesin/alat, termasuk perbaikan cara kerja, perencanaan ergonomi yang baik diperoleh hasil kerja optimal dan produktivitas tinggi) 6. Faktor mental psikologi (kegairahan dan kenyamanan kerja akan sangat meningkatkan dedikasi dan motivasi kerja. 7. Kesejahteraan tenaga kerja yang rendah (akibat pengupahan yang rendah, keluarga berencana yang kurang terlaksana)

8. Kurang pemahaman (kurangnya pemahaman baik pengusaha maupun tenaga kerja bahwa ada hubungan antara kondisi kesehatan dengan produktivitas).

1) Faktor Biologis Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya

strain

kuman

yang

resisten,

terutama

kuman-kuman

pyogenic,colli,bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, bendabenda yang terkontaminasi dan udara.Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekret (misalnya HIVdan Hepatitis B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Pencegahan : a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi. b. Sebelumbekerjadilakukan pemeriksaankesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat badani, punyacukupkekebalan alami untuk bekrjadengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi. c. Pengelolaan limbah infeksiusdengan benar d. Kebersihan diri dari petugas

2) Faktor Kimia Petugas dilaboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh

karena

alergi

(keton).

Bahan

toksik

(trichloroethane,

tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar. Pencegahan : a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium. b. Menggunakan karet isap (rubberbulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol. c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,

celemek, jas laboratorium) dengan benar. d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekatan antara mata dan lensa. e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar. 3) Faktor Ergonomi Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai Tofitthe Job tothe Manandtofitthe Mantothe Job. Sebagian besar pekerja diperkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah,bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). 4) Faktor Fisik Faktor fisik dilaboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi : 1. Kebisingan,getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian. 2. Pencahayaanyang kurang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja. 3. Suhu dan kelembaban yang tinggi ditempat kerja. 4. Terimbas kecelakaan/kebakaranakibat lingkungansekitar. 5. Terkenaradiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani. Pencegahan : a. Pengendalian cahayadi ruangkerja b. Pengaturan ventilasi danpenyediaanair minumyangcukup memadai. c. Menurunkangetaran dengan bantalanantivibrasi. d. Pengaturan jadwal kerjayangsesuai. e. Pelindungmatauntuk sinarlaser f. Filteruntuk mikroskop

5) Faktor Psikososial Beberapa contoh factor psikososial yang dapat menyebabkan stress 1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja dilaboratorium kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan. 2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton. 3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja. 4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja disektor formal ataupun informal.

G. INDIKATOR K3 Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah: 1) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi: a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya. b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesaat c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya 2) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi: a. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan Penerangan

H. PELAYANAN KESEHATAN KERJA Per Menakertrans No.03/1982 1.

Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

2.

Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja

3.

Pembinaan & pengawasan lingkungan kerja

4.

Pembinaan & pengawasan sanitasi air

5.

Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja

6.

Pencegahan thd peny umum & PAK

7.

P3K

8.

Pelatihan Petugas P3K, Perencanaan tempat kerja, APD, gizi

9.

Rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK

10. Pembinaan thd tenaga kerja yg punya kelainan

I. K3 DALAM BEBERAPA SEKTOR 1) Sektor Informal : Dalam 70 – 80% angkatan kerja di sektor informal Termasuk sektor ini : petani, nelayan, pedagang kecil dll memiliki keterbatasan : a. Kurang mampu memelihara kes diri & kelg b. Sering terpajan bahaya potensi lingkungan c. Jam kerja tidak teratur d. Beban kerja terlalu berat e. Penghasilan rendah f. Belum mendapat yankesja 2) Sektor Informal : Departemen Kesehatan : a. Tdk menggunakan pola kegiatan yg diatur oleh sistem manajemen profesional b. Modal, peraturan, perlengkapan dan omzet biasanya kecil c. Umumnya dilakukan gol masy berpenghasilan rendah d. Tdk selalu menggunakan keahlian & ketrampilan formal

J. PENYAKIT AKIBAT KERJA Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu : a. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut,yang silikonsnya merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian. b. Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras. c. Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas vlas, henep, dan sisal (bissinosis). d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan. e. Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari penghirupan debu organic. f. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun. g. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun. h. Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang beracun. i. Penyakit.yang.disebabkan.oleh.krom..atau.persenyawaannya.yang beracun. j. Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal, fluor,benzena, derivat halogen,derivat nitro,dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun. k. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol, atau keton. .

l. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida, hydrogen sianida, hydrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel. m. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi). n. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih. o. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetic dan radiasi mengion. p. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau biologik. q. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter,pic,bitumen, minyak mineral, antrasena, atau persenyaweaan, produk atau residu dari zat tersebut. r. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh abses. s. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminnasi khusus.

K. MASALAH KESEHATAN KERJA Penelitian Depkes (1989) : Penyakit/gangguan kesehatan : a. Gangguan virus : 

Petani



Nelayan

b. Gangguan pendengaran : 

Penyelam



Pandai besi

c. Kelainan paru : 

Penyelam



Perajin batu bata

d. Kelainan kulit : 

Petani



Nelayan

L. ASUHAN KEPERAWATANKESEHATANKERJA 1. Pengkajian a. Inti (core) i. Histori 

Kapan mulai bekerja



Usia mulai bekerja



Alasan bekerja



Pengalaman pekerja

b. Demografi: Distribusipekerjaberdasarkanjeniskelamin,usia, pendidikan, jenis pendidikan, kecelakaan kerja, keamitian akibat kerja jumlah tanggungan, pekerjaan sampingan pekerja, kebiasaan pekerja, jenis olahraga c. Subsistem 1. LingkunganFisik 1) Iklim/cuaca 2) Suhu ruangan 3) Tingkat kebisingan, paparan zat kimia 4) Penataan ruangan kerja 5) Penataan eksteriorperusahaan 6) Pengaruh penataan terhadap pekerja 7) Dampak lingkungan fisikterhadap pekerja 2. Pendidikan a. Program pendidikan bagi pekerja dan keluarga b. Jenjang karir dan pendidikan c. Penghargaan terhadap pendidikan pekerjadan keluarga d. Fasilitas pendidikan di perusahaan e. Jenis pendidikanyangdiberikan 3. Keamanan dan Transportasi a. Jenis fasilitas keamanan dan transportasi pekerjadan keluarga b. Pemanfaatan fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerja c. Dampak fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerjadan keluarga 4. Politik dan Pemerintahan a. Jenis aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga b. Efektifitas aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga c. Perlindungan pemerintah terhadap pekerja dan keluarga d. Situasi politik dan pengaruh terhadap pekerja dan keluarga 5. Pelayanan Umum dan Kesehatan a. Jenis pelayanan umum dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga (sarana olahraga, klinik, RS, sarana penyaluran hobi/bakat) b. Kondisi sarana umum dan kesehatan c. Pemanfaatan fasilitas umum dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga d. Dampak pelayanan umum dan kesehatan terhadap pekerja dan keluarga 6. Komunikasi

a. Jenis sarana komunikasi yang diberikan perusahaan b. Cara pemanfaatan sarana komunikasi c. Acara yang berhubungan dengan pertemuan direksi, pekerja dan keluarga (formal/informal) d. Dampak sarana komunikasi bagi pekerjadan keluarga 7. Ekonomi a. Penghasilan pekerja (berdasarkanUMR/kelayakan hidup) b. Efektifitas penghasilan dalam mengatasi keuangan keluarga pekerja c. Bentuk bonus, atau tambahan penghasilan yang

diberikan

perusahaan d. Tingkat kesejahteraan pekerjadan keluarga 8. Rekreasi a. Jenis rekreasi yang diberikan perusahaan b. Pemanfaatan rekreasi perusahaan bagi pekerja dan keluarga c. Jenis rekreasi yang dilakukan oleh pekerja dan keluarga selain dari perusahaan d. Jadwal rekreasi/frekuensi rekreasi e. Dampak rekreasi terhadap motivasi bekerja 2. Analisis Data Prioritas: a. Masalah (aktual, resiko,potensial) b. Ketersediaan sarana c. Kemauan pekerjadan keluarga Kemauan perusahaan Analisa masalah berdasarkan data fokus, antara lain: a. Kecelakaan kerja yang sering terjadi b. Perilaku yang tidak sehat c. Lingkungan yang tidak sehat d. Penyakit akibat kerja e. Pengetahuan yang kurang f. Kurangnya fasilitas pendukung

3. Diagnosa Keperawatan Yang MungkinMuncul a. Perilaku kesehatan cenderungberisiko b. Risiko cedera

4. Intervensi No Diagnosa NOC 1 Perilaku kesehatan cenderung Knowledge:

NIC Health Education

berisiko berhubungan dengan HealthPromotion kurang pemahaman

1.Identifikasi

Setelahdilakukan

kebutuhan

tindakan

pendidikan

keperawatan

selama 1 x 60 menit

kesehatan pada

masalah

siswa

teratasi

dengan kriteria hasil: 1. Perilaku yang

2.Tentukan pengetahuan

meningkatkan

siswatentang

kesehatan(4)

kesehatan

2.Sumber

terkemuka

3.Rumuskan tujuan

perawatan kesehtan

untuk

(4)

pendidikan

program

kesehatan 4.Gunakan presentasigrup 2

RisikoCedera

Safety Behavior

untuk memberi Environment dukungan

Setelahdilakukan

Management

tindakan selama

keperawatan (Manajemen 1x

Kelompok tidak dengan

30 menit lingkungan) pekerja 1.Sediakan

mengalamiinjury kriteri hasil:

lingkungan yang

aman

untuk pasien 2. Identifikasi kebutuhan

1. Kelompok pekerja

keamanan

terbebas dari cedera

pasien,

dengan kondisi

2. Kelompok pekerja

3.

mampu

fisik dan fungsi

menjelaskan

kognitif pasien

cara/metode

dan

untukmencegah

penyakit

injury/cedera

terdahulu

Kelompok pekerja

pasien

menjelaskan factor

lingkungan

risiko dari

yangberbahaya

lingkungan/perilaku

(misalnya

personal

memindahkan

Kelompok pekerja

perabotan)

memodifikasi gaya hidup

untuk

mencegah injury 5.

riwayat

3. Menghindarkan

mampu

4.

sesuai

4.

Mengontrol lingkungan dari kebisingan

Menggunakan

5. Memindahkan

fasilitas kesehatan

barang-barang

yang ada

yangdapat

6. Mampu mengenali perubahan

status

membahayaka n

kesehatan

5. Implementasi Perawat bertanggungjawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yangsifatnya: a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah. b. Mendidik komunitasi tentangperilaku sehat. c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligusmenfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu: a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga. b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada

saat

terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnose dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang memotivasi keluarga untuk

anak,

melakukan penieriksaan kesehatan

seperti mata,gigi, telinga, dll. c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada

tingkat berfungsinya secara optimal

dari

ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu. 6. Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses,hasil. a. Relevansi antara kenyataan dengan target b. Perkembangan/kemajuan proses, kesesuaian dengan perencanaan, peran pelaksana, fasilitas dan jumlah peserta b. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana c. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai,apakah masyarakat puas. Proses Evaluasi: a. Menilai respon verbal dan nonverbal b. Mencatat adanyakasus baruyg dirujuk ke RS

DAFTAR PUSTAKA

1.Poerwanto,Helena

dan

Syaifullah.Hukum

PerburuhanBidangKesehatandan

Keselamatan Kerja.Jakarta: Badan PenerbitFakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. 2.Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

3.Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja.

4.Silalahi,BennettN.B.danSilalahi,Rumondang.1991.Manajemenkeselamatan

dan

kesehatan kerja: PustakaBinaman Pressindo. 5.Suma'mur. 1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Haji

Masagung

6.Suma'mur.

1985. Keselamatan

GunungAgung, 1985

kerja

dan

pencegahan

kecelakaan.

Jakarta:

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"