Lp Combustio.docx

  • Uploaded by: Rahma Zainuddin
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Combustio.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,150
  • Pages: 28
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMENT DENGAN DIAGNOSA MEDIS COMBUSTIO PADA Tn. “N” DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD. KOTA MAKASSAR

DISUSUN OLEH KELOMPOK II, PROFESI NERS VII

PRESEPTOR LAHAN

( ................................................. )

PRESEPTOR INSTITUSI

( .................................................... )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2019

DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK II PROFESI NERS VII UMI

1. Indriani., S.Kep

(144 2018 1022)

2. Rahma Ida Fitri.,S.Kep

(144 2018 1023)

3. Nur Rahma Z., S.Kep

(144 2018 1024)

4. Hernawati Hartono., S.Kep

(144 2018 1025)

5. Maya Puspita Sari M., S.Kep

(144 2018 1026)

6. Juriati., S.Kep

(144 2018 1028)

7. Herunnisa., S.Kep

(144 2018 1029)

8. Nur Asia.,S.Kep

(144 2018 1030)

9. Kamrullah.,S.Kep

(144 2018 1037)

LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO A. Definisi Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma termal. Terdapat dua jenis luka bakar menurut ketebalannya. Luka bakar dengan ketebalan parsial adalah luka bakar yang tidak merusak epitel atau merusak sebagian dari epitel, sedangkan luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan jika permukaan kulit yang terluka luas akan membutuhkan eksisi dan cangkok kulit. Menurut (Smeltzer dan Bare 2013). luka bakar adalah kerusaan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan sumber panas seperti api,air panas,bahan kimia,listrik dan radiasi. B. Klasifikasi Luka Bakar 1. Kedalaman Luka Bakar Menurut (Smeltzer dan Bare 2013), luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar superficial partial-thickness, deep partial-thickness, dan full-thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat satu, dua dan tiga. a) Pada luka bakar derajat-satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bias terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami lepuh/bullae.

b) Luka bakar derajat-dua meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisian kembali kapiler; folikel rambut masih utuh.

c) Luka bakar derajat-tiga meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervariasi mulai dari warna putih hingga merah, cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut hancur.

Setiap daerah yang terbakar memiliki tiga zona cedera: a) Daerah sebelah dalam dikenal sebagai zona koagulasi dimana terjadi kematian selular. b) Daerah tengah disebut zona stasis tempat terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi dan cedera jaringan.

c) Daerah sebelah luar merupakan zona hiperemia. Zona ini merupakan luka bakar derajat-satu yang harus sudah sembuh dalam waktu satu minggu dan lebih khas untuk cedera terbakar atau tersengat arus listrik ketimbang cedera akibat cairan yang panas 2. Luas Permukaan Tubuh Yang Terbakar Brunner & Suddarth (2013) mengestimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan menggunakan Rumus Sembilan (Rule of Nine). Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan Sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas. 3. Berat ringannya luka bakar American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu: a) Luka bakar mayor 

Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.



Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan perineum.



Terdapat

trauma

inhalasi

dan

multiple

injuri

tanpa

memperhitungkan derajat dan luasnya luka. 

Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

b) Luka bakar moderat 

Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.



Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.



Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan perineum.

c) Luka bakar minor



Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10% pada anak-anak.



Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.



Tidak terdapat luka bakar pada wajah, tangan dan kaki.



Luka tidak sirkumfer.



Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik dan fraktur.

C. Fase Luka Bakar Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase ( yaitu: 1. Fase akut Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik. 2. Fase sub akut Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis, dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energy. 3. Fase lanjut Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya. D. Etiologi 1. Luka bakar termal Luka bakar thermal disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan atau gas panas dan bahan padat (solid). Luka bakar paling sering disebabkan karena terpajan suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena logam yang panas (Borley & Grace, 2006).

2. Luka bakar kimia Luka bakar kimia disebabkan oleh kontak jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Derajat luka bakar karena bahan kimia berhubungan langsung dengan lama kontak, konsentrasi zat kimia dan banyaknya jaringan yang terpapar. Semua pakaian yang terkena harus dilepas dan kulit diperiksa untuk melihat daerah luka. Karena kedalaman luka juga ditentukan oleh konsentrasi agen yang ada pada kulit, maka pengenceran dengan bilasan air yang banyak menjadi tahapan dalam penatalaksanaan pasien luka bakar akibat basa kuat lebih merusak daripada akibat asam kuat. 3. Luka bakar listrik Luka bakar akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi ketika arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia merupakan penghantar listrik yang baik. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage, dan cara gelombang listrik mengenai tubuh. Arus listrik bisa menyebabkan terjadinya cedera melalui 3 cara: a. Henti jantung (cardiac arrest) akibat efek listrik terhadap jantung b. Perusakan otot, saraf dan jaringan oleh arus listrik yang melewati tubuh c. Luka bakar termal akibat kontak dengan sumber listrik. 4. Luka bakar radiasi Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Hal ini berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terpapar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga

merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi. Awalnya luka ini dengan kedalaman sebagian, tetapi dapat berlanjut ke trauma yang lebih dalam. E. Manifestasi Klinis 1. Derajat I (Superfisial Burn) Penyebab tersengat matahari, terkena api dengan intensitas rendah. Tanda dan ngejala kerusakan terbatas pada bagian epidermis, kulit kering, eritema, nyeri tidak ada bulla, biasanya akibat sun-burn, akan sembuh dalam jangka 3-6 hari. 2. Derajat II (Partial-Thickness) Penyebab luka bakar derajat II yaitu karena Tersiram air mendidih, terbakar oleh nyala api. Luka bakar derajat II terbagi atas: a. Derajat II A (Partial- thickness burn) Meliputi epidermis dan sebagian dermis, bersifat sangat nyeri, Dasar luka berwarna merah, terdapat prosese eksudasi, Bulla/blister mungkin terbentuk dalam beberapa jam biasanya utuh/pecah. Nampak folikel rambut, b. Derajat II B (Deep Dermal Burn) Meliputi Epidermis dan seluruh lapisan dermis, bersifat sangat nyeri, dasar luka berwarna pucat,

luka Nampak kering, terbentuk

bulla/blister, tidak terlihat folikel rambut, Bulla terkelupas. 3. Derajat III (Full-Thicknes Burns) Kerusakan meliputi seluruh dermis dan lapisan yang lebih dalam (lemak, subcutan otot, pembuluh darah & tulang), idak ada bulla, kulit berwarna abu-abu dan pucat, kering, terdapat eskar, rasa nyeri berkurang/ tidak ada nyeri karena terjadinya kerusakan syaraf.

F. Patofisiologi Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi kulit dengan luka bakar akan mengalami keusakan pada epidermis, dermis,

maupun jaringan subkutan tergantung lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Cidera luka bakar mempengaruhi semua sistem organ. Besarnya respon patofisiologis ini berkaitan erat dengan luasnya luka bakar dan mencapai masa stabil ketika terjadi luka bakar kira0kira 60% seluruh permukaan tubuh (Hudak & Gall, 1996). Tingkat keperawatan perubahan tergantung pada luas dan kedalaman luka bakar yang menimbulkan kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan berlangsung 24 – 72 jam pertama. Kondisi ditandai dengan pergeseran cairan dari komponen vaskuler ke ruang interstisium. Bila jaringan terbakar, vasodilatsi meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul perubahan permeabilitas sel pada luka bakar dan sel disekitarnya. Dampaknya jumlah cairan yang banyak berada pada ekstra sel, sodium chloride dan protein lewat melalui daerah yang tebakar dan membentuk gelembung-gelembung dan edema atau keluar melalui luka terbuka. Akibat adanya edema luka bakar, lingkungan kulit mengalami kerusakan. Kulit sebagai barier mekanik berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang penting dari organisme yang masuk. Terjadinya kerusakan lingkugan kulit akan memungkinkan mikro organisme masuk dalma tubuh dan menyebabkan infeksi luka yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Dengan adanya edema juga akan berpengaruh terhadap peningkatan peregangan pembuluh darah dan saraf yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri terseut dapat mengganggu mobilitas pasien. Ketika terjadi kehilangan cairan dalam sitem vaskuler, terjadi homo konsentrasi dan hematokrit naik, cairan darah menjadi kurang lancar pada daerah luka bakar dan nutrisi kurang. Adanya cidera luka bakar menyebabkan tahanan

vaskuler

perifer

meningkat

sebagai

akibat

respon

stress

neurohomoral. Hal tersebut dapat meningkatkan afterload jantung dan mengakibatkan penurunan curah jantung lebih lanjut. Akibat penuruna curah jantung, menyebabakan metabolisme anaerob dan hasil akhir produk asam

ditahan karena rusaknya fungsi ginjal. Selanjutnya timbul asidosis metabolik yang menyebabkan perfusi jaringan terjadi tidak sempurna. Mengikuti periode pergeseran cairan, pasien tetap dalam kondisi akut. Periode ini ditandai dengan anemia dan malnutrisi. Anemia akan berkembang akibat banyak kehilangan eritrosit. Keseimbangan nitrigen negatif mulai terjadi pada waktu terjadi luka bakar yang disebabkan kerusakan jaringan kehilangan protein dan akibat respon stress. Hal ini akan berlangsung selama periode akut karena terus menerus kehilangan protein melalui luka. Gangguan respiratori timbu karena obstruksi saluran nafas bagian atas atau karena efek syok hipovolemik. Obstruksi saluran nafas bagian atas disebabkan karena inhalasi bahan yang merugikan atau udara yang terlalu panas, menimbulkan iritasi pada saluran nafas, edema laring dan obstruksi potensial. Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok. Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat

mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem. G. Penentuan Luas Luka Bakar Pada luka bakar dapat ditentukan luas lukanya dengan beberapa metode, diantaranya rule of nine, Lund and Browder, dan Hand Palm. Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. 1. Rule of Nine

a. Kepala dan leher : 9% b. Ekstremitas atas : 2 x 9% (kanan dan kiri) c. Paha dan betis-kaki : 4 x 9% (kanan dan kiri) d. Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9% (kanan dan kiri) e. Perineum dan genitalia : 1% 2. Lund and Browder Pada metode ini total area tubuh yang terkena dikalkulasikan berdasarkan lokasi dan usia. Metode lund and browder merupakan modifikasi prosentase bagian tubuh menurut usia yang memberikan perhitungan lebih akurat tentang luas luka bakar (Hardisman, 2014). Pada

anak di bawah usia 1 tahun kepala sebesar 19% dan setiap pertambahan usia satu tahun , prosentase kepala tutun 1% hingga tercapai nilai dewasa.

3. Hand Palm Pada metode permukaan telapak tangan (hand palm), area permukaan tangan pasien adalah sekitar 1% dari total luas permukaan tubuh. Biasanya metode ini digunakan untuk luka bakar kecil.

H. Komplikasi 1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal. 2. Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. 3. Adult Respiratory Distress Syndrome, akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien. 4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling. 5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi. 6. Gagal ginjal akut 7. Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine. 8. Kontraktur

I. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium a) Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah. b) Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi. c) GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbondioksida (PaCO2) mungkin terlihat padaretensi karbon monoksida. d) Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awalmungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis. e) Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatancairan. f) Alkali

Fosfat

:

Peningkatan

Alkali

Fosfat

sehubungandengan

perpindahan cairan interstisial ataugangguan pompa, natrium. g) Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress. h) Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan. i) BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan. 2. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.

3. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemiamiokardial atau distritmia. 4. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhanluka bakar. D. Penatalaksaan a. Pertolongan pertama 1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh,misalnya dengan menyelimuti dan dan menutup bagian yang terbakar untuk menghen tikan pasukan oksigen pada api yang menyala. 2. Singkirkan baju,perhiasaan dan benda-benda lain yang membuat efek torniket,karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedema. Setelah sumber panas di hilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiram nya dengan air mengalir selama sekurang kurangnya 15 menit .Akan tetapi,cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi.Es tidak seharusnya b. Penggantian Darah Luka bakar pada kulit memnyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polistemia terjadi pertama kali. Oleh sebab itu, pemberin sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan c. Perawatan luka Bakar Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan, selanjutnya dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantunga pada karakteristik dan ukuran dari luka : 1. Luka bakar derajat 1, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu dibalut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID ( ibuprofen, acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.

2. Luka bakar derajat 2 (siperfisial), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami ( xenograf (pig skin) atau allograf (homograf,caveder skin) atau bahan sintetis (opsite,biobrane,transcyte,integra). 3. Luka derajat 2 (dalam) dan luka derajat 3, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early excision and grafting ) d. Nutrisi Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah : 1. Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak. 2. Riwayat penyakit sebelumnya sperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan lain-lain. 3.

Luas derajat luka bakar

4. Suhu dan kelmbabpan ruangan ( mempengaruhi kehilangan panas melalui evaporasi ) 5. Aktivitas fisik dan fisioterapi 6. Penggantian balutan 7. Rasa sakit dan kecemasan 8. Penggunaan obat-obatan tertentu dan pembedahan e. Early excision dan Grafting (E&G) Dengan metode ini eschar diangkat secara operatif dan kemudian luak ditutup dengan cangkok kulit (autograf atau allograft), setelah terjadi penyembuhan, graft akan terkelupas dengan sendirinya. E&G dialkuakn 37 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar,

tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar yaitu dapat terjadi hipotermi, atau terjadi pendarahan masive akibat eksisi. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka . f. Escharotomy Luka bakar grade 3 yang melingkar pada ektremitas dapat menyebabkan iskemik distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan dan kaki. Tanda dini iskemia adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada ujung-ujung distal. Juga luka menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy. Dilakukan insisi memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas. g. Antibiotik Pemberian antibiotik dapat secara topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh antibiotik yang sering dipakai berupa salep antara lain : Silver sulfadiazine, Mafedine acetate, silver nitrate, Povidone- iodine, Bacitracin ( biasanya untuk luka bakar grade 1 ), Neomycin, Polymiyixin B, Nysatatin, mupirocin, Mebo. J. Resusitasi Cairan 1. Formula Parkland untuk resusitasi klien luka bakar 24 jam pertama menggunakan cairan ringer laktat: 4ml / kgBB / %luka bakar a. Pemberian resusitasi cairan pada orang dewasa : Contohnya pria dengan berat 75 kg dengan luas luka bakar 20% Maka membutuhkan cairan : (4 ml) X (75kg) X (20) = 6000 ml dalam 24 jam pertama ½ jumlah cairan 3000 ml diberikan dalam 8 jam ½ jumlah cairan sisanya 3000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.

b. Pemberian resusitasi cairan pada anak: 1) 4 ml/kg untuk jam pertama 10 kg dari berat 2) 2 ml/kg untuk jam kedua 10 kg dari berat 3) 1 ml/kg untuk >20kg dari berat badan Hasil akhir 

Urin output 0.5-1.0 ml/kg/hari untuk dewasa



Urin output 1.0-1.5 ml/kg/hari untuk anak-anak

2. Formula Evans : a. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam b. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumah plasma / 24 jam (no a dan b pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar) c. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat penguapan) Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. 3. Rumus Baxter Menurut Moenadjat (2009), metode resusitasi ini mengacu pada pemberian cairan kristaloid dalam hal ini Ringer Laktat (karena mengandung elektrolit dengan komposisi yang lebih fisiologis dibandingkan dengan Natrium Klorida) dengan alasan; cairan saja sudah cukup untuk mengantikan cairan yang hilang (perpindahan ke jaringan interstisium), pemberian kristaloid adalah tindakan resusitasi yang paling fisiologis dan aman a.

Dewasa : Ringer laktat 4cc x berat badan x %luas luka bakar per 24jam

b.

Anak : Ringer laktat : Dextran = 17 : 3 2cc x berat badan x % luas luka bakar ditambah kebutuhkan faal Kebutuhan faal :  <1 tahun : BB x 100cc  1-3 tahun : BB x 75cc  3-5 tahun : BB x 50cc  ½ jumlah cairan diberikan alam 8 jam pertama  ½ diberikan 16 jam berikutnya Separuh kebutuhan diberikan dalam 8 jam I (dihitung mulai saat kejadian luka bakar). Separuh kebutuhan diberikan dalam 16 jam sisanya

KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Biodata Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, dan informasi apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari klien. 2. Keluhan Utama Keluhan utama yang dirasakan klien luka bakar/combustion adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan karena karena iritasi terhadap syaraf. Dalam pengkajian nyeri harus diperhatikan PQRST. Sesak nafas yang timbul beberapa jam/hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru. 3. Riwayat penyakit sekarang Gambaran keadaan klien mulai terjadinya luka bakar, penyebab lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama menjalani perawatan ketika dilakukan pengkajian. 4. Riwayat penyakit masa lalu Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alcohol 5. Riwayat penyakit keluarga Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit 6. Pola ADL Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri 7. Riwayat psikososial Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut. Aktivitas Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus Sirkulasi Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). Integritas ego Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. Eliminasi Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. Neurosensori Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). Nyeri/kenyamanan Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. Pernafasan Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).

Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam(ronkhi) 15. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat b. TTV Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama. c. Pemeriksaan kepala dan leher 1) Kepala dan rambut Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar 2) Mata Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar 3) Hidung Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok. 4) Mulut Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang 5) Telinga Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen 6) Leher Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan d. Pemeriksaan thorak/dada

Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi e. Abdomen Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis f. Urogenital Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter. g. Musculoskeletal Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri h. Pemeriksaan neurologi Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik) B. Diagnosa Post Operasi : 1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik di tandai dengan kerusakan integritas kulit. 2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan adanya luka bakar 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema luka bakar, rasa nyeri. 4. Hipovolemia berhubungan dengan pemulihan kembali integritas kapiler. 5. Resiko tinggi infeksi ditandai dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun. C. Intervensi 1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik di tandai dengan kerusakan integritas kulit. Defenisi : pengalaman nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau di gambarka dalam kerusakan yang sedemikian rupa. NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu mengontrol nyeri denga kriteria hasil : a. Mampu mengontrol nyeri

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. NIC : a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi, lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. b. Mengukur tanda- tanda vital c. Ajarakan teknik non farmakologi d. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgesik 2. gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka bakar defensi : perubahan atau gangguan epidermis dan dermis NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit membaik dengan kriteria hasil : a. tidak ada luka/lesi di kulit b. integritas kulit yang baik bisa dipertahankan c. perfusi jaringan baik d. mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami NIC : a. menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar b. hindari kerutan pada tempat tidur c. monitor kulit akan adanya kemerahan d. monitor aktivitas dan mobilisasi pasien e. monitor adanya tanda dan gejala infeksi f. membersihkan luka dan mengganti verban 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema luka bakar, rasa nyeri. Defenisi : keterbaatasan dalam gerakan fisik darisatu atau lebih extremitas secara mandiri NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan pasien meningkat dalamelakukan aktivitas dengankriteria hasil : a. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas fisik b. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah c. Memperagakan penggunaan alat d. Bantu untuk mobilisasi (walker) NIC :

a. b. c. d.

Identifikasi toleransi dalam melakukan pergerakan Anjurkan pasien dan keluarga untukmengubah posisi tiap 2jam Ajarkan dan motivasi pasien melakukan ROM aktif dan pasif Mengukur vital sign sebelum dan sesudah melakukan pergerakan ROM e. Kolaborasikandengan pemberian obat 4. Hipovolemia berhubungan dengan pemulihan kembali integritas kapiler. Defenisi : penurunan volume cairan intravaskuler, intertistial, dan intraseluler NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam di harapkan dapat membaik dengan kriteria hasil : a. Mempertahankan urine,output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, b. Ttv normal c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, d. Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan NIC : a. Monitor status dehidrasi (kelembapan menbran mukosa nadi addekuat, tekana darah ortostatik ) jika di perlukan b. Mengukur vital siign c. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan d. Dorong pasien untuk menambah intake oral e. Pemberian cairan melalui IV 5. Resiko tinggi infeksi ditandai dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun. Defenisi : beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan terhindar dari infeksi dengan kriteria hasil : a. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit,faktor yang mempengaruhi serta penatalaksanaanya c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi d. Jumlah leukosit dalam batas normal e. Menunjukkan perilaku hidup sehat NIC : a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal b. Monitor hitung granulosit dan WBC c. Berikan perawatan pada daerah pada epidema

d. Inspeksi kulit dan membranmukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase. e. Ajarkan cara menghindari infeksi f. Kolaborasi dengan pemberian antibiotik D. Evaluasi 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal 2. Jalan nafas paten 3. Pola nafas teratur 4. Keluaran urin normal 5. Proses penyembuhan luka meliputi warna, ukuran kedalaman luka dan jaringan nekrotik.

FATHWAYCOMBUSTIO

DAFTAR PUSTAKA Smeltzer & Bare (2013), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruer & Suddarth Edisi 8, Jakarta : EGC. Borley R. Neil dan Grase A. Pierce. 2007. At a glance IlmuBedah. Edisi 3. Jakarta Erlangga Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, EGC. Jakarta, 2013 Herdman, T. Heather. Nanda International Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017. EGC Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, volume 1, EGC. Jakarta, 2014. Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta : Gosyen Publising. Moenadjat Y. 2009. Luka bakar masalah dan tatalaksana. Jakarta : Balai penerbit FKUI

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"