BAB I KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terkontrol dan berlebihn akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang tidak responsif. Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau kanker (Helvia, 2013). Neoplasma dapat bersifat ganas dan jinak. Neoplasma ganas atau kanker tumbuh secara tidak terkendali, menginfiltrasi ke jaringan sekitar sekaligus merusaknya, dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yang dapat disebut sebagai metastasis. Sedangkan neoplasma jinak memiliki batas tegas dan tidak infiltratif, tidak merusak, serta tidak bermetastasis, tetapi dapat bersifat ekspansif, yaitu dapat terus membesar sehingga menekan jaringan sekitarnya (De Jong & Sjamsuhidajat, 2010). B. Etilogi Etiologi neoplasma belum diketahui secara pasti, tetapi bersifat multifaktorial. Terdapat faktor endogen yaitu epigenetik dan heredofamilial, hormonal, status imun, nullipara, aging, stress berat. Faktor endogen seperti heredofamilial berkaitan erat dengan mutasi gen breast cancer 1 (BRCA 1) pada kromosom 17q21.3 dan BRCA 2 pada kromosom 13q12–13 serta mutasi germ-line dalam TP– 53. Gen ini berperan sebagai DNA repair dan gen supresor tetapi inaktif atau terdapat defek. Sedangkan faktor eksogen seperti faktor konsumtif berupa defisiensi protein, vitamin A, antioksidan, dan diet tinggi lemak. Selain itu terapi sulih hormon, trauma, perokok, dan obesitas memiliki
faktor resiko mengalami
fibroadenoma (Greenberg et al., 2008; Soetrisno, 2010). Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain riwayat perkawinan yang dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli et al (2011) menyatakan bahwa pasien yang tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95% 2.56–16.31) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah.
·
Selain itu, hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah <21 tahun meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23–6.53) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah <21 tahun meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23–6.53) C. Patofisiologi Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu asinus atau duktus terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM intrakanalikuler atau stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem duktulus intralobulus dan FAM perikanalikuler atau stroma yang tumbuh proliferatif mengitari sistem kanalikulus sistem duktulus intralobulus (Nasar et al., 2010). Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan empat sentimeter, dan banyak ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara kiri pada penderita yang right handed. Benjolan ini dapat bertambah besar satu sentimeter dibawah pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Secara makroskopik, benjolan ini berbeda morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi tajam dan permukaannya putih keabuan sampai merah muda serta homogen. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat susunan lobulus perikanalikular yang mengandung stroma padat dan epitel proliferatif (Soetrisno, 2010; Sabiston, 2011) D. Tanda dan gejala Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu, nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya merupakan tanda lanjut dari penyakit. Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah bening, nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis,
·
batuk menetap, anoreksi atau berat badan yang turun, gangguan pencernaan, pusing, penglihatan yang kabur dan sakit kepala. Tumor payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Tumor payudara umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan adanya Tumor payudara pada tahap lanjut.(brunner and suddarth, 2013) E. Pemeriksaan Penunjang 1. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB) Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25 gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel (Mulandari, 2003; Fadjari, 2012). Sebelum
dilakukan
pengambilan
jaringan,
terlebih
dulu
dilakukan
pembersihan pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan seperti pada gambar 6.
·
Gambar 6. Pemeriksaan FNAB (David, 2010).
Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG. Setelah jarum di masukkan kedalam bagian payudara yang tidak normal, maka diakukan aspirasi melalui jarum tersebut.pada FNAB serikali tidak dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidocain yang digunakan sebagai bahan anastesibsa menmbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan mikroskopik. (soetrisno, 2010) 2. Mamografi: memperlihatkan struktur internal payudara, dapat mendeteksi kanker yang tak teraba atau tomur yang terjadi pada tahap awal. 3. Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat kontras kedalam aliran duktus. 4. Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras;hasil komplement dari mamografi. 5. Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
·
6. Termografi: mengidentifikasikan pertubuhan cepat tumor sebagai “titik panas” karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi. 7. Diafanografi
(transimulasi):
mengidentifikasi
tumor
atau
massa
dengan
membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar. Prosedur masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat daripada mamografi. 8. CT-scan dan MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara, khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk pemeriksaan rutin dan tidak untuk mamografi. 9. Biopsi payudara(jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitive terhadap massa dan berguna untuk klasifikasi histology pentahapan, dan seleksi terapi yang tepat 10. Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi mengandung reseptor hormon (estrogen dan progesteron). Pada sel malignan, reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan pembagian sel. Kurang lebih dua pertiga semua wanita dengan kanker payudara reseptor estrogennya positif dan cenderung berespon baik terhadap terapi hormon menyertai terapi primer untuk memperluas periode bebas penyakit dan kehidupan. 11. Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah, dan scan tulang: dilakukan untuk mengkaji adanya metastase. F. Komplikasi Metastase ke jaringan sekitar mellui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura, tulang dan hati. H. Penatalaksanaan Medis Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non pembedahan). Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara mastektomi parsial, mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan penyebaran knker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi hormonal. 1. Terapi kuratif : a. Untuk kanker mamma stadium 0,I,II dan III
·
1) Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative tomoorektomi + diseksi aksila 2) Terapi ajuvan, : a) Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads b) Kemoterapi
untuk
pra
menopause
(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd
dengan
po hari ke
CMF 1-14,
methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus diulangi tiap 4 minggu dan flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP (Cyclophosphamide 500 mg/m2 hari ke 1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus. c) Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-2 tahun 3) Terapi bantuan, roboransia, 4) Terapi sekunder bila perlu 5) Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan (fisioterapi) 2. Terapi paliatif Untuk kanker mamae stadium III B dan IV : a. Terapi utama 1) Pramenopause, bilateral ovariedektomi 2) Pasca menopause ; a) Hormone resptor positif (takmosifen) dan b) Hormone resptor negative (kemoterapu dengan CMF atau CAF) b. Terapi ajuvan 1) Operable (mastektomi simple) 2) Inoperable (radioterapi) kanker mamae inoperative : 1) Tumor melekat pada dinding thoraks 2) Odema lengan 3) Nodul satelit yang luas
·
4) Mastitis karsionamtosa c. Terapi bantuan ; roboransia d. Terapi komplikasi , bila ada : 1) patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah 2) Odema lengan : a) Deuretik, b) Pneumatic sleeve, c) Operasi tranposisi omentum atau kondoleon, 3) Efusion pleura, a) Aspirasi cairan atau drainase bullae, b) Bleomisin 30 mg dan teramisin 1000 mg, intra pleura c) Hiperkalsemia : 1) deuretika dan rehidrasi, 2) kortikosteroid, 3) mitramisin ¼-1/2 mg/kg BB IV 4) Nyeri, terapi nyeri sesuai WHO 5) Borok,perawatan borok e. Terapi sekunder, bila ada I. Prognosis Adapun prognosis pasien kanker payudara berdasarkan stadiumnya tersaji pada tabel 1.
Tujuan akhir dari suatu program ini bukan saja memperbaiki ketahanan hidup , tetapi juga perbaikan penyembuhan sebab kanker yang diobatik pada stasium dini dengan sendirinya menaikkan angka survival biarpun penyembuhannya belum tentu tercapai.
· BAB II KONSEP KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN PASIEN TUMOR MAMMAE 1. PENGKAJIAN a. Identitas, (lihat factor-faktor predisposisi) b. Keluhan utama ada benjolan pada payu dara dan lain-lain keluahan serta sejak kapan, riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktro etiologi/resiko. c. Konsep diri mengalmi perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker mamma. d. Pemeriksaan klinis ; Mencari benjolan Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone antara lain estrogen dan progesterone, makas ebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi + 1 minggi dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yag lebih kurang sama tinggi. 1) Inspeksi a) Simetri mamma kiri-kanan b) Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit, tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi dan lain-lain. Inspeksi ini juga dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling dan lain-lain. 2) Palpasi a) Kien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil. b) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltasi, besar, batas dan operabilitas. c) Pemebesaran kelenjar gerah bening (kelenjar aksila) d) Dakah metastase Nudus (regional) atau organ jauh) Stadium kanker e. Pemeriksaan penunjang 1) Pemeriksaan penunjang klinis a) Pemeriksaan radiologist
· i. Mammografi/USG Mamma ii. X-foto thoraks iii. Kalau perlu: Galktografi, Tulang-tulang, USG abdomen, Bone scan, CT scan b) Pemeriksaan laboratorium c) rutin, darah lengkap, urine d) duyla darah puasa dan 2 jpp e) enxym alkali sposphate, LDH f) CEA, MCA, AFP g) Hormon reseptor ER, PR h) Aktivitas estrogen/vaginal smear i) Pemeriksaan sitologis j) FNA dari tumor k) Cairan kista dan pleura effusion l) Secret putting susu 2) Pemeriksaan sitologis/patologis a) Durante oprasi Vries coupe b) Pasca operasi dari specimen operasi 2. Dignosa Keperawatan Pra Operasi a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan
keluarga
ditandai
dengan
peningkatan
tegangan,
kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik. b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Post Operasi a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
· b. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika. c. Gangguan
nutrisi
(kurang
dari
kebutuhan
tubuh)
berhubungan
dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping. d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive pembedahan e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia. f. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
umum,
gangguan
neuromuscular, nyeri.
3. Perencanaan Pra Operasi a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan
keluarga
ditandai
dengan
peningkatan
tegangan,
kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik. Tujuan : 1) Klien dapat mengurangi rasa cemasnya 2) Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif. 3) Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan. INTERVENSI a. Tentukan
RASIONAL pengalaman
klien
a. Data-data mengenai pengalaman klien
sebelumnya terhadap penyakit yang
sebelumnya
dideritanya.
untuk
akan memberikan dasar
penyuluhan
dan
menghindari
· adanya duplikasi.
b. Berikan
informasi
tentang
b. Pemberian informasi dapat membantu
prognosis secara akurat.
klien
dalam
memahami
proses
penyakitnya. c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,
c. Dapat menurunkan kecemasan klien. d. Membantu
klien
dalam
memahami
konfrontasi. Beri informasi dengan
kebutuhan untuk pengobatan dan efek
emosi wajar dan ekspresi yang
sampingnya.
sesuai.
e. Mengetahui dan menggali pola koping
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek
samping.
Bantu
mempersiapkan
diri
klien
klien
solusi
dalam
pengobatan.
kurang
mengatasinya/memberikan
dalam
upaya
meningkatkan
kekuatan dalam mengatasi kecemasan. f. Agar klien memperoleh dukungan dari
e. Catat koping yang tidak efektif seperti
serta
interaksi
sosial,
orang yang terdekat/keluarga. g. Memberikan
ketidak berdayaan dll.
kesempatan
pada
klien
untuk berpikir/merenung/istirahat. h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan
f. Anjurkan untuk mengembangkan
keyakinan
interaksi dengan support system.
ditolong.
bahwa
dia
benar-benar
g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman. h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi. Tujuan : 1) Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan siap. 2) Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
· 3) Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan. -
Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI a. Review
RASIONAL pengertian
keluarga
klien
tentang
dan
diagnosa,
pengobatan dan akibatnya.
kanker
dan
pengobatannya,
ceritakan
pada
klien
klien
lain
adanya
duplikasi
dan
pengulangan terhadap pengetahuan klien. b. Memungkinkan dilakukan pembenaran
b. Tentukan persepsi klien tentang
pengalaman
a. Menghindari
tentang yang
menderita kanker.
terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian. c. Membantu
klien
dalam
memahami
proses penyakit. d. Membantu klien dan keluarga dalam
c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara
membuat keputusan pengobatan. e. Mengetahui
sampai
sejauhmana
spesifik, hindarkan informasi yang
pemahaman klien dan keluarga mengenai
tidak diperlukan.
penyakit klien.
d. Berikan
bimbingan
kepada
klien/keluarga sebelum mengikuti
f. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
prosedur pengobatan, therapy yang
g. Mengkaji perkembangan proses-proses
lama, komplikasi. Jujurlah pada
penyembuhan dan tanda-tanda infeksi
klien.
serta masalah dengan kesehatan mulut
e. Anjurkan klien untuk memberikan umpan
balik
verbal
dan
mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya. f. Review klien /keluarga tentang pentingnya
status
nutrisi
yang
optimal. g. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
yang
dapat
mempengaruhi
intake
makanan dan minuman. h. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
· h. Anjurkan
klien
memelihara
kebersihan kulit dan rambut.
Post Operasi a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot. Tujuan : 1) Tampak rileks 2) Mampu tidur atau istirahat dengan tepat 3) Mengekspresikan penurunan nyeri
INTERVENSI a. Kaji
keluhan
lokasi,
Rasional nyeri,
lamanya,
perhatikan a. memmbandingkan nyeri masa
dan
intensitas
(skala 0-10)
lalu
dengan
sekarang
dan
bagaimana pasien mentoleransi
b. Beri massage kulit disekitar luka
nyeri.
operasi Hal ini didukung oleh b. Hal ini didukung oleh pendapat pendapat Black dan Hawks(2014) c. Menganjurkan
berdzikir
dalam
hati(Black dan Hawks 2014) d. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
Black dan Hawks (2014) bahwa massage menghambat
dapat perjalanan
rangsangan nyeri pada pusat yang lebih tinggi di sistem saraf
e. Ajarkan latihan nafas dalam
pusat. Selanjutya rangsangan
f. Berikan obat nyeri yang tepat pada
taktil dan perasaan positif yang
jadwal teratur sebelum nyeri berat
berkembang ketika dilakukan
dan sebelum aktivitas dijadwalkan
bentuk sentuhan yang penuh
g. Berikan analgetik sesuai dengan indikasi
perhatian
dan
empatik
disebakan oleh sel-sel saraf kulit c. Dengan menfokuskan perhatian secara aktif pada tugas kognitif
· dianggap
dapat
membatasi
kemampuan seseorang untuk memperhatikan
sensasi
yang
tidak menyenangkan d. pemberian
posisi
menurunkan
dapat intensitas
nyeri.meningkatkan oksigen
dan
perasaan
kadar
menciptakan
terbebas
dari
ketegangan,
sehingga
meningkatkan
toleransi
terhadap
nyeri
dan
dapat
terkontrol oleh pasien. e. Terapi memblok
ini
bekerja
produksi
untuk suptansi
alami tubuh dan memiliki efek samping memberi rasa ngantuk
b. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika. Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil Kriteria hasil : 1) Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya 2) Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat. 3) Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif. 4) Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
INTERVENSI
RASIONAL
a. Kontak dengan klien sering dan a. Perasaan empatik dan perhatian untuk perlakukan klien dengan hangat dan
siap membantu klien dalam mengatasi
sikap positif.
permasalahan yang ada.
b. Berikan dorongan pada klien untuk b. Perasaan yang diungkapakan pada orang
· mengekpresikan
perasaan
dan
pikiran tentang kondisi, kemajuan,
yang dipercaya akan membuat perasaan lega dan tidak tekanan batin.
prognose, sisem pendukung dan c. Informasi pengobatan. c. Berikan
yang
akurat
memberikan
masukan dan instropeksi diri dalam
informasi
yang
dapat
menerima dirinya.
dipercaya dan klarifikasi setiap d. Ektulisasi diri dibutuhkan bagi klien mispersepsi tentang penyakitnya. d. Bantu
klien
dengan kaneker.
mengidentifikasi e. Respon klien yang negatfi diperlukan
potensial kesempatan untuk hidup
bantuan baik fisik mapun psikis-moral
mandiri melewati hidup dengan
untuk memenuhi kebutuhan sejhri-sehari.
kanker,
Dampak dari pada chemoterapi perlu
meliputi
interpersonal,
hubungan f. peningkatan
adanya penjelasan dan perawatan rambut.
pengetahuan, kekuatan pribadi dan g. Konseling kesehatan secara bersama akan pengertian
serta
perkembangan
lebih lebih efektif.
spiritual dan moral. e. Kaji
respon
negatif
terhadap
perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat
diri,
penolakan
untuk
isolasi
sosial,
mendiskusikan
masa depan. f. Bantu
dalam
penatalaksanaan
alopesia sesuai dengan kebutuhan. g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
· Tujuan : 1) Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi 2) Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat 3) Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya INTERVENSI
RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap hari, a. apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
klien. b.
b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran
triceps
serta
Memberikan
informasi
klien. c.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang
Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
lambat dan pembesaran kelenjar d.
Kalori merupakan sumber energi.
parotis.
Mencegah
e.
d. Anjurkan
klien
mengkonsumsi
makanan
tentang
penambahan dan penurunan berat badan
amati
penurunan berat badan.
Memberikan informasi tentang status gizi
mual
muntah,
distensi
untuk
berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
tinggi
penurunan nafsu makan serta mengurangi
kalori dengan intake cairan yang
stimulus
adekuat. Anjurkan pula makanan
meningkatkan ansietas.
kecil untuk klien.
f.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti
berbahaya
yang
dapat
Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
bau busuk atau bising. Hindarkan g.
Untuk
makanan
makan/membangkitkan selera makan.
yang
terlalu
manis,
berlemak dan pedas. f. Ciptakan
suasana
menyenangkan
h. makan
misalnya
yang
visualisasi,
makan i.
Agar dapat diatasi secara bersama-sama
Untuk
mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
relaksasi,
perjalanan penyakit, pengobatan dan
latihan
moderate
perawatan terhadap klien.
komunikasi
j. terbuka
Membantu penyakit,
tentang problem anoreksia yang dialami klien.
ingin
tehnik
sebelum makan. h. Anjurkan
perasaan
(dengan ahli gizi, perawat dan klien).
bersama teman atau keluarga. g. Anjurkan
menimbulkan
menghilangkan efek
gejala
samping
dan
meningkatkan status kesehatan klien. k.
Mempermudah
intake
makanan
dan
· Kolaboratif
minuman dengan hasil yang maksimal
i. Amati studi laboraturium seperti
dan tepat sesuai kebutuhan.
total limposit, serum transferin dan albumin
j. Berikan pengobatan sesuai indikasi Phenotiazine,
antidopaminergic,
corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida k. Pasang
pipa
memberikan
nasogastrik
untuk
makanan
secara
enteral, imbangi dengan infus.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive pembedahan. Tujuan : Hasil yang diharapkan : Pertahankan lingkungan akseptik yang aman, mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
INTERVENSI a. Kaji balutan / luka untuk karakteristik drain b. Awasi vital sign c. Perhatikan prinsip septik, antiseptik setiap tindakan. d. Ganti balutan / rawat luka tiap hari e. Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi) f. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien g. Kolaborasi, pemberian antibiotik
h. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
· Tujuan : 1) Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik 2) Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan INTERVENSI
RASIONAL
a. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya
efek
samping
therapi
kanker, amati penyembuhan luka. b. Anjurkan
klien
untuk
tidak
menggaruk bagian yang gatal.
d. Berikan advise pada klien untuk
kulit,
pemakaian
minyak,
bedak
informasi
untuk
perencanaan
asuhan
dan
mengembangkan
identifikasi
cream tanpa
rekomendasi dokter.
awal
terhadap perubahan integritas kulit. b. Menghindari
c. Ubah posisi klien secara teratur.
menghindari
a. Memberikan
perlukaan
yang
dapat
yang
terus
menimbulkan infeksi. c. Menghindari
penekanan
menerus pada suatu daerah tertentu. d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif
i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan neuromuscular, nyeri. Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total. Kriteria hasil : 1) Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri. 2) Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu. 3) Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
INTERVENSI
RASIONAL
a. Rencanakan periode istirahat yang a. mengurangi cukup
yang
tidak
diperlukan, dan energi terkumpul dapat
b. Berikan
latihan
aktivitas
bertahap. c. Bantu
aktivitas
secara
digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
pasien
kebutuhan
dalam
memenuhi b. tahapan-tahapan
sesuai kebutuhan.
membantu
proses
yang
diberikan
aktivitas
secara
perlahan dengan menghemat tenaga
· d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons
pasien.
namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini. c. mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali. d. menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
· DAFTAR PUSTAKA
Tortora G. J., Derrickson B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. John Wiley & Sons. Budiyanto, T., Ma'rifah, A, R., & Susanti, P, I . (2015). Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Ca Mammae Di Rsud Prof Dr Margono Soekarjo Purwekerto. Jurnal Keperawatan maternitas. Vol 3. 90-96. Diakses pada tanggal
2 November
2015
https://ppnijateng.org. Doenges, M, E., Moorhouse, M, F. & Geissler, A, C. (2013). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC. Astarani, K., & Fitriana, R. F. (2015). Terapi Back Massage Menurunkan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Abdomen. Jurnal Penelitian Keperawatan. Vol 1. 196-204. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2015 ejurnal.stikesbaptis.ac.id Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8, Buku 1. Singapore: Salemba Medika.
·
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE DI RSUD. LABUANG BAJI PROV. SULAWESI SELATAN
OLEH MEGAWATI YUNUS 70300116032 CI LAHAN
(
CI INSTITUSI
)
(
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019
)
·
ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMMAE DI RSUD. LABUANG BAJI PROV. SULAWESI SELATAN
OLEH MEGAWATI YUNUS 70300116032 CI LAHAN
(
CI INSTITUSI
)
(
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019
)
·
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE DI RSUD. LABUANG BAJI PROV. SULAWESI SELATAN
OLEH NURHUDAYA FAUZIAH. L 70300116015 CI LAHAN
(
CI INSTITUSI
)
(
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019
)
·
ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMMAE DI RSUD. LABUANG BAJI PROV. SULAWESI SELATAN
OLEH NURHUDAYA FAUZIAH. L 70300116015 CI LAHAN
(
CI INSTITUSI
)
(
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019
)