LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ASMA BRONCHIAL
A. KONSEP PENYAKIT 1.
Definisi Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme otot polos bronkiolus. (Corwin E.J., 2009) Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh penyempitan yang intermiten pada saluran napas di banyak tingkat mengakibatkan terhalangnya aliran udara. (Stein J.H., 2009) Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang mengakibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan (mengi atau sesak). (Mansjoer A., 2011) Asma adalah gangguan pernapasan pada bronkus yang menyebabkan penyempitan intermiten pada saluran pernafasan.
2.
Etiologi Secara etiologis asma dibagi dalam 3 tipe : 1. Asma tipe non atopik (intrinsik) Pada golongan ini, keluhan tidak adanya hubungan dengan paparan (exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah :
1
a. Serangan timbul setelah dewasa. b. Pada keluarga tidak ada yang menderita asma. c. Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan. d. Ada hubungan dengan pekerjaan dan beban fisik. e. Rangsangan / stimuli psikis mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma. f. Perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan keadaan yang peka bagi penderita. 2. Asma tipe atopik (ekstrinsik) Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap alergen yang spesifik. Kepekaan ini biasaanya ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat : a. Timbul sejak kanak-kanak b. Pada famili ada yang mengidap asma c. Ada eksim waktu bayi d. Sering menderita rinitis e. Di Inggris penyebabnya house dust mite, di USA tepung sari bunga rumput 3. Asma Campuran (mixed) Pada golongan ini, keluhan diperberat oleh faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik. (Alsagaff, H. dkk.2009)
2
3.
Manifestasi Klinik Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan, maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain : a. Bising mengi (Wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop. b. Batuk produktif, sering pada malam hari. c. Napas atau dada seperti tertekan. (Mansjoer A., 2011)
4.
Komplikasi a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas. b. Chronik persistent bronchitis c. Bronchiolitis d. Pneumonia e. Emphysema
5.
Patofisiologi dan Pathway
Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini : a.
Kontraksi otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan napas.
b.
Pembengkakan membran yang melapisi bronki.
3
c.
Pengisian bronki dengan mukus yang kental.
Selain itu otot – otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar; sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom. Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan
ikatan
antigen
dengan
antibodi,
menyebabkan
pelepasan sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS – A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang
4
pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis. Selain itu reseptor α dan β-adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α-adrenergik dirangsang, terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β-adrenergik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α dan β-adrenergik dikendalikan
terutama
oleh
siklikadenosinmonofosfat
(cAMP).
Stimulasi reseptor-alfa mengakibatkan penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor-beta mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan ialah bahwa penyekatan β-adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos. (Smeltzer, S.C., 2011)
5
PATHWAY: Zat allergen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, mulut dan kontak kulit Reaksi tubuh terhadap allergen Tubuh tidak tahan terhadap allergen Kontraksi otot polos pernapasan Bronkospasme Penyempitan saluran pernapasan
Produksi sputum berlebih
Hambatan aliran pernapasan
Gangguan ventilasi (hipoventilasi)
Distraksi ventilasi yang tidak rata dan sirkulasi paru
Pola napas tidak efektif
Gangguan difusi gas di tingkat alveoli sianosis
Penurunan sirkulasi darah, dispnea, wheezing, anoreksiadan kelemahan
hipoksia Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Bersihan jalan napas tdkefektif
Batuk Gangguan pemenuhan istirahat tidur
Intoleransi aktivitas
ansietas Imunitas menurun Ketidaktahuan tentang penyakit
Resiko tinggi infeksi
Sumber : Stein J.H., (2008); Carpenito, L.J. (2009); Smeltzer, Suzanne, C. (2011) 6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
6
Pengobatan medikamentosa : 1) Waktu serangan a. Bronkodilator
Golongan adrenergik
Golongan methylxanthine
Golongan antikolinergik
b. Antihistamin c. Kortikosteroid d. Antibiotika e. Ekspektoransia 2). Di Luar serangan a. Disodiumchromoglycate (DSCG) b. Ketotiten Pengobatan nonmedikamentosa : 1. Waktu serangan a.
Pemberian oksigen (O2)
b.
Pemberian cairan
c.
Drainasepostural
d.
Menghindari alergen
2. Di Luar serangan a. Pendidikan b. Imunoterapi / desensifikasi c. Pelayanan / kontrol emosi. (Alsagaff H.,1993:5) 7
Menurut Mansjoer A. dkk (2009) tujuan dari terapi asma adalah: 1. Menyembuhkan dan mengobati gejala asma. 2. Mencegah kekambuhan. 3. Mengupayakan
fungsi
paru
senormal
mungkin
serta
mempertahankannya. 4. Mengupayakan aktifitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise. 5. Menghindari efek samping obat asma. 6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel.
Terapi awal yaitu : 1. Oksigenasi 4-6 liter/menit 2. Agonis ß-2 (salbutamol 5 mg atau feneterol 2.5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nebulasi dan pemberian dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian agonis ß-2 dapat secara subcutan atau IV dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5 % dan diberikan berlahan. 3. Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengahnya saja. 4. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg IV jika tidak ada respon segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
8
B. ASUHAN KEPERAWATAN 1.
Pengkajian a. Pengkajian Primer 1) Airway:
adanya
sumbatan
jalan
napas
oleh
adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan refleks batuk 2) Breathing: pasien dapat bernapas spontan atau tidak, pernapasan yang sulit atau tidak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi, ada cedera pada dada atau tidak, saturasi oksigen 3) Ciculation: Peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernapasan, hentikan perdarahan, perhatikan adanya cedera abdomen atau dada 4) Disability: periksa GCS 5) Ekposure: memberikan ruangan atau ektra selimut bila pasien kedinginan. b. Pengkajian Sekunder 1) Riwayat kesehatan sekarang Keluhan utama adalah sesak napas 2) Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat sesak napas, terkena debu,dingin, panas. 3) Riwayat kesehatan keluarga Adakah keluarga yang menderita hipertensi atau penyakit lainnya, sakit asma 4) Anamnesa AMPLE A (Alergies): adanya alergi obat atau tidak M (Medikasi): obat yang dikonsumsi sebelumnya P (Paint): nyeri yang dirasakan L (Last Meal): diit terakhir yang dimakan E (Event of injury): ada tidaknya luka/trauma 5) Pemeriksaan head to toe a) Keadaan umum
9
Kesadaran,Tanda vital: tekanan darah,
frekuensi nadi,
peningkatan pernapasan b) Pemeriksaan integumen Kulit: jika kekurangan O2 kulit tampak pucat/sianosis, jika kurang cairan maka turgor kulit jelek. Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cianosis Rambut: umumnya tidak ada kelainan c) Pemeriksaan kepala leher Muka:
adanya
pernapasan
cuping
hidung,adakah
perdarahan dari hidung, telinga Leher: adakah kaku kuduk, ada trauma/luka d) Pemeriksaan dada Suara
napas
kadang
terdengar
ronchi,
wheezing,
pernapasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan, perdarahan e) Pemeriksaan abdomen Didapatkan penurunan/ peningkatan peristaltik usus, dan kadang kembung, adanya luka, perdarahan f) Pemeriksaan inguinal, genetalia dan anus Kadang terdapat inkontinensia atau retensio urin, melena g) Pemeriksaan ekstermitas Susah digerakkan
2.
Diagnosa Keperawatan 1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus, bronchospasme 2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan dan deformitas dinding dada. 3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan karbondioksida. 4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia), kelemahan.
10
5) Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan laju metabolik, dispnea saat makan 6) Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita.
3.
Perencanaan Keperawatan
No
1
Diagnosa
Tujuan dan Kriteri
Keperawatan
Hasil (NOC)
Ketidakefektifan
Setelah mendapatkan
1. Auskultasi suara napas
bersihan jalan
perawatan diharapkan
sebelum dan sesudah
napas
jalan napas kembali
suction
berhubungan
bersih
2. Informasikan
dengan obstruksi
NOC:
keluarga
jalan napas
- Respiratory
status:
ventilation status:
airway patency
pada tentang
suction 3. Minta
- Respiratory
klien
untuk
napas dalam sebelum suction
Kriteria Hasil:
4. Beri oksigen melalui
- Mendemonstrasikan batuk
Intervensi (NIC)
efektif
dan
nasal
untuk
memfasilitasi suction
suara napas
yang 5. Gunakan
bersih,
tidak
steril setiap melakukan
sianosis,
tidak
tindakan
dispnea
alat
yang
6. Monitor status oksigen
- Menunjukkan jalan
pasien
napas yang paten 7. Hentikan suction dan (irama
napas,
beri
frekuensi
napas
menunjukkan
dalam normal suara abnormal
rentang tidak
oksigen
bila tanda
bradikardi
ada Airway Management napas 1. Buka
jalan
napas
menggunakan
tehnik
11
chin lift atau jaw trust bila perlu 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi bila perlu dilakukan pemasangan jalan napas buatan 4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakukan
fisioterapi
dada bila perlu 6. Keluarkan
sekret
dengan batuk efektif atau suction 7. Auskultasi suara napas catat
adanya
suara
napas tambahan 8. Monitor respirasi dan saturasi oksigen 2
Ketidakefektifan
Setelah mendapatkan
Airway Management
pola napas
perawatan diharapka
1. Posisikan pasien untuk
berhubungan
pola napas kembali
memaksimalkan
dengan sesak
normal
napas
napas
NOC: - Respiratory
2. Identifikasi status:
ventilation - Respiratory
perlunya
jalan
pasien pemasangan
jalan napas buatan status: 3. Pasang mayo bila perlu
airway patency
4. Keluarkan
- Vital sign status
dengan
Kriteria Hasil:
suction
- Mendemonstrasikan
sekret batuk
atau
5. Auskultasi suara napas
12
batuk
efektif
suara
napas
bersih,
dan 6. Atur intake cairan untuk yang
tidak
ada
sianosis dan dispnea - Menunjukkan
jalan
napas yang paten
mengoptimalkan keseimbangan 7. Monitor respirasi dan status O2 Oxygen Therapy
- Tanda vital dalam 1. Bersihkan batas normal sesuai usia
hidung,
mulut bila ada sekret 2. Pertahankan
jalan
napas yang paten 3. Monitor aliran oksigen 3
Ketidakseimbang Tujuan
:
an nutrisi kurang dilakukan dari
Setelah NIC: Nutrition asuhan management
kebutuhan keperawatan
dalam
tubuh
2x24 jam, kebutuhan
berhubungan
nutrisi adekuat
dengan metabolik, dispnea makan
1) Kaji
ahli
Nutritional status saat Nutritional status:
untuk
menentukan
jumlah
kalori
nutrisi
yang
1) Adanya
pasien
sesuai
dengan tujuan 2) Mengidentifikasika n kebutuhan nutrisi 3) Tidak ada tandatanda malnutrisi 4) Menunjukan peningkatan fungsi
dengan
gizi
nutrient intake
peningkatan berat
alergi
makanan 2) Kolaborasi
laju Kriteria hasil:
badan
adanya
dan
dibutuhkan
3) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat
untuk
mencegah konstipasi 4) Berikan yang dikonsulkan
makanan sudah dengan
ahli gizi dalam porsi kecil dan sering serta dalam
keadaan
13
pengecapan
dari
menelan
hangat. 5) Ajarkan
5) Tidak
terjadi
penurunan
berat
badan
pasien
bagaimana membuat catatan
makanan
harian. 6) Kolaborasi
untuk
pemberian terapi anti mual dan anti muntah.
Nutrition monitoring 1) Monitor adanya penurunan berat badan 2) Monitor lingkungan selama makan 3) Monitor kekeringan, turgor kulit, rambut kusam, dan mudah patah. 4) Monitor mual muntah 5) Monitor kalori dan intake nutrisi.
4
Ansietas
Setelah
dilakukan
berhubungan
asuhan
keperawatan
dengan keadaan selama penyakit diderita.
2x24
yang cemas berkurang.
NIC: Anxiety reduction 1. Tenangkan pasien dan
jam, kaji tingkat kecemasan
NOC:
14
Anxiety self-control Kriteria hasil: 1. Pasien
mampu
pasien. 2. Jelaskan
seluruh
prosedur
tindakan
menurunkan
kepada
penyebab-
perasaan yang mungkin
penyebab
muncul
kecemasan.
melakukan tindakan.
2. Keluarga
dapat
keadaan
stimulus
empati).
pasien cemas. 3. Pasien
mampu
saat
memahami pasien
(rasa
4. Berikan
informasi
tentang
diagnosa,
prognosis, dan tindakan
mencari informasi
dengan
tentang
yang baik.
hal-hal
dan
pada
3. Berusaha
menurunkan
lingkungan ketika
pasien
komunikasi
yang
dapat
5. Dampingi pasien untuk
dilakukan
untuk
mengurangi kecemasan
menurunkan
dan
kecemasan.
kenyamanan.
4. Pasien
mampu
6. Dorong
meningkatkan
pasien
untuk
menggunakan
menyampaikan tentang
strategi
isi perasaannya.
koping
yang efektif.
7. Ciptakan
hubungan
15
5. Pasien
saling percaya.
melaporkan kepada
8. Bantu
perawat
pasien
menjelaskan
keadaan
penurunan
yang bisa menimbulkan
kecemasan
kecemasan.
6. Pasien
mampu
9. Bantu
pasien
untuk
mempertahankan
mengungkapkan
hubungan
yang membuat cemas
sosial
dan konsentrasi. 7. Pasien
dan dengarkan dengan penuh perhatian.
melaporkan kepada
hal
10.
perawat
Ajarkan
pasien
teknik relaksasi
dapat tidur cukup, tidak ada keluhan fisik kecemasan,
akibat dan
tidak ada perilaku yang menunjukan kecemasan
16
4.
Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien dengan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan Dalam evaluasi tujuan terdapat 3 alternatif yaitu: a. Tujuan tercapai Klien menunjukkan perubahan dengan standart yang telah ditetapkan b. Tujuan tercapai sebagian Klien menunjukkan perubahan sebagian sesuai standart yang telah ditetapkan c. Tujuan tidak tercapai Klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
17
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC
Kowalak, Welsh. 2009. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Nurarif A H, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction
Reeves, Charlene J dkk. 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika Wilkinson, Judith M. 2009. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
18
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONCHIAL
Disusun oleh : DANITRI ASTUTI OKTAVIANI NIM : SN181032
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2018/2019
19