Lp Abortus Inkomlit 4.docx

  • Uploaded by: Satriantr 10
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Abortus Inkomlit 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,606
  • Pages: 23
Asuhan Keperawatan Maternitas dengan Kasus Abortus

ABORTUS I. KONSEP DASAR PENYAKIT

I.1.

DEFINISI Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Arief Mansjoer, dkk, 2001). Definisi aborsi menurut WHO adalah pengeluaran embrio atau janin yang berat badannya 500 gram atau kurang, yang setara dengan usia kehamilan sekitar 22 minggu. Dalam praktik, aborsi lebih sering dideskripsikan sebagai keguguran (abortus) untuk menghindari terjadinya distress, karena beberapa wanita menghubungkan istilah aborsi dengan terminasi kehamilan yang disengaja. Masalah awal kehamilan (abortus). (Chris Brooker, 2008). Aborsi adalah tindakan mengakhiri kehamilan sebelum janin dapat hidup atau membutuhkan surat keterangan kematian (sebelum minggu ke-24 masa gestasi). (Persis Mary Hamilton, 1995). Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh karena akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. (Saifuddin AB, dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006). Menurut Wong & Ferry (1998), abortus adalah terminasi dari kehamilan sebelum viabilitas fetus tercapai (viabilitas dicapai sekitar 20-40 minggu) dengan berat fetus belum 500 gram. Sedangkan menurut Derek Liewollyin dan Jones (2002), abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai beratnya kurang dari 500 gram. Jadi, istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia/berat lajir janin viabel (yang mampu hidup diluar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai 500 gram atau usia kehamilan 20 minggu (terakhir, WHO/FIGO 1998: 22 minggu).

I.2.

ETIOLOGI Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini ialah: a.

Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. c.

Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan alkohol.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun. 3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, dan toksoplasmosis. 4. Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus. (Arief Mansjoer, dkk, 2001).

I.3. a.

KLASIFIKASI Abortus Imminens (disebut juga abortus mengancam/threatened abortion) Adalah:

-

Proses awal dari suatu keguguran ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan hasil konsepsi/ janin masih baik didalam uterus

-

Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules.

-

Pada abortus imminiens, kehamilan masih dapat di pertahankan.

-

Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan sampai kehamilan atern dan lahir normal.

-

Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.

-

Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dengan gerakan janin

-

Jika sara terbatas, pada usia diatas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan/ tindakan. Tanda dan Gejala Abortus Imminiens, meliputi:

-

Perdarahan sedikit/bercak.

-

Kadang disertai rasa mules/kontraksi.

-

Periksa dalam belum ada pembukaan.

-

Palpasi: tinggi fundus uteri sesui usia kehamilan.

-

Hasil test kehamilan (+)/positif. Penatalaksanaan:

-

Tirah baring Istirahat baring (bedrest), bertujuan untuk menambah aliran darah ke uterus dan mengurangi perangsangan mekanis. Ibu(pasien) dianjurkan untuk istirahat baring. Apabila ibu dapat istirahat dirumah, maka tidak perlu dirawat. Ibu (pasien) perlu dirawat apabila perdarahan sudah terjadi beberapa hari, perdarahan berulang, atau tidak dapat istirahat dirumah dengan baik misalnya tidaak ada yang merawat atau ibu merasa sungkan bila di rumah hanya beristirahat saja. Perlu dijelaskan kepada ibu atau pasien dan keluarganya, bahwa beristirahat baring dirumah atau dirumah bersalin/rumah sakit adalah sama saja pengaruhnya terhadap kehamilannya. Apabila akan terjadi abortus inkomplitus, dirawat dimanpun tidak dapat mencegahnya.

-

Periksa TTV (suhu, nadi, pernapasan)

-

Kolaborasi dalam pemberian sedative (untuk mengurangi rasa sakit dan cemas), tokolisis dan progesterone, preparat hematinik (seperti sulfas pferosus/tablet besi)

-

Hindarkan intercourse

-

Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

-

Bersihkan vulpa minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

b. Abortus Insipiens (disebut juga sebagai abortus sedang berlangsung/ inevitable abortion) Beberapa pengertian dari abortus insipiens adalah sebagai berikut: -

Proses abortus yang sedang berlangsung dan tindak dapat lagi dicegah, ditandai dengan terbukanya ostium uteri eksternum, selain perdarahan (Achadiat, 2004)

-

Abortus yang sedang berlasung dan tidak dapat dipertahankan lagi kehamilannya, yang dapat berkembang menjadi abortun inkomplit/ komplit.

-

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menujukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit/komplit. (Saefuidin AB, 2006)

-

Perdarahan pervaginam, dimana dapat timbul rasa nyeri di daerah perut bawah dan panggul, serviks mulai mebuka dan hasil konsepsinya menjulur kenanalis serviks. (Moegni, 1987) Tanda dan gejala:

-

Perdarahan banyak disertai bekuan

-

Mulas hebat (kontraksi makin lama makin dan makin sering)

-

Ostium uteri sternum mulai terbuka (serviks terbuka)

-

Pada palpasi: tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan Penatalaksanaan:

-

Apabila bidan menghadapi kasus abortus insipens, segera berkonsultasi dengan dokter kebidanan sehingga pasien mendapat penangan yang tepat dan cepat.

-

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, bahaya perforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin

-

Biasanya penatalaksanaan yang dilakukan pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yg disertai perdarahan adalah pengeluaran janin atau pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam

-

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta seacara manual

c.

Abortus Inkomplit Beberapa pengertian dari abortus inkomplit adalah :

-

Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Prawirohardjo, 2002)

-

Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri melai kanalis servikalis (Saefudin AB, dkk, 2006)

-

Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluarmelai jalan lahir (Achadiat, 2004) Tanda dan gejala:

-

Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah

-

Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat

-

Ostium uteri sternum atau serviks terbuka

-

Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan

-

Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok Penatalaksanaan: Dalam nenghadapi kasus abortus inkomplit, bidan dapat berkonsultasi dengan dokter, sehingga tidak merugikan pasien. Penatalaksanaan yang biasanya dilakukan pada kasus abortus inkomplit ini adalah:

-

Bila disertai shock karena perdarahan, diberikan infuse cairan fisiologis NaCl atau ringer laktat dan tranfusi darah selekas mungkin

-

Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan dengan kuret tajam dan berikan suntikan untuk mempertahankan kontraksi otot uterus

-

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta secara manual

-

Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi

d. Abortus Komplit Beberapa pengertian dari abortus komplit adalah : -

Prosesus abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Achadiat, 2004)

-

Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil kontrasepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saefudin AB, dkk, 2006) Tanda dan gejala:

-

Perdarahan banyak

-

Mulas sedikit atau tidak (kontraksi uterus)

-

Osteo uteri telah menutup

-

Uterus sudah mengecil ada keluar jaringan, sehingga tidak ada sisa dalam uterus

-

Diagnosis komplit ditegakan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya Penatalaksanaan:

-

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang abortus komplit, bidan dapat berkonsultasi dengan dokter sehingga merugikan pasien

-

Tidak memerluka terapi khusus, tetapi untuk membantu involusi uterus dapat diberikan methergin tablet

-

Bila pasien anemia dapat diberikan sulfas ferosus (zat besi) atau tranfusi darah

-

Diberikan antibotika untuk mencegah infeksi

-

Anjurkan untuk mengkonsumsi vitamin dan mineral

e.

Missed Abortions Beberapa pengertian dari missed abortions adalah:

-

Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari yang tidak dapat dihindari (James L. Lindsey, MD, 2007)

-

Berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut bertahan dalam uterus selama 6 minngu atatu lebih (Achadiat, 2004)

-

Adannya retensi yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan, atau retensi hasil konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atatu lebih, kejadiannya sekitar 2% dari kehamilan (Pilliter, 2002)

-

Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih (Saifudin, AB dkk, 2006) Tanda dan gejala

-

Gejalanya seperti abortus imminiens yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan menghilang

-

Denyut jantung janin tidak terdengar

-

Mulas sedikit

-

Ada keluaran dari vagina

-

Uterus tidak membesar tetapi mengecil

-

Mammae agak mengendor/payudara mengecil

-

Amenorhoe berlangsung terus

-

Tes kehamilan negative

-

Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan

-

Biasanya terjadi pembekuan darah Penatalaksanaan: Missed abortion memerlukan tindakan medis khusus, sehingga bidan perlu berkonsultasi dengan dokter untuk penanganannya.

-

Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahaya adanya hipofibrnogemia, sehingga sulit untuk mengatasi perdarahan yang terjadi bila belum dikoreksi hipofibrnogemianya (untuk itu kadar fibrinogen darah perlu diperiksa sebelum dilakukan tindakan)

-

Pada prinsipnya penanganannya adalah: pengosongan kavum uteri setelah keadaan memungkinkan

-

Bila kadar fibrinogen normal, segera dilakukan pengeluaran jaringan konsepsi dengan cunam ovum, lalu dengan kuret tajam

-

Bila kadar fibrinogen rendah, dapat diberikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi

-

Pada kehamilan kuran dari 12 minggu, dilakukan pembukaan serviks uteri dengan laminaria selama kurang lebih 12 jam ke dalam kavum uteri

-

Pada kehamilan lebih dari 2 minggu, maka pengeluaran janin dilakukan dengan pemberian infuse intravena oksitosin dosis tinggi

-

Bila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut

f.

Abortus Infeksius dan Abortus Septik Beberapa pengertian dari abortus infeksius dan abortus septic, adalah sebagai berikut:

-

Abortus infeksius adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang diperoleh dari luar rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan di rumah sakit. Abortus septic adalah suatu komplikasi lebih jauh daripada abortus infeksius, dimana pasien telah masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian akibat abortus septic ini cukup tinggi (sekitar 60%). (Achadiat, 2004)

-

Abortus infeksius adalah adanya abortus yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi genitalia, sering dikaitkan dengan tindakan abortus tidak aman sehingga dapat menyebabkan perdarahan hebat. Abortus septic adalah abortus infeksius berat yang disertai pengeluaran kuman/toksin, septic syok bacterial dan gagal ginjal akut.

-

Abortus infeksius adalah abortus yang disertai dengan infeksi genital. Abortus septic adalah keadaan yang lebih parah dari abortus infeksius karena disertai dengan penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah dan peritoneum, sehingga dijumpai adanya tanda peritornitis umum atau sepsis dan disertai dengan syok. Tanda dan gejala:

-

Kanalis servikalis terbuka

-

Ada perdarahan

-

Demam

-

Takikardia

-

Perdarahan berbau

-

Uterus membesar dan lembek

-

Nyeri tekan

-

Leukositosis Penatalaksanaan:

Abortus infeksius yang menyebabkan sepsis dapat menimbulkan bahaya kematian ibu, maka penderita (ibu) harus segera dirujuk ke rumah sakit. Tugas bidan adalah mengirimkan penderita ke rumah sakit yang dapat memberikan pertolongan khusus. Prinsip penatalaksanaannya adalah: -

Pemberian terapi abtibiotika (penisilin, dan lain-lain) untuk menanggulangi infeksi.

-

Peningkatan asupan cairan

-

Bila perdarahan banyak, dilakukan pemberian tranfusi darah

-

Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotika atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus

-

Pemasangan CVP (Central Venous Pressure) untuk pengontrolan cairan

-

Pemberian kortisteroid dan heparin bila ada DIC (Disseminated Intravascular coagulation)

g. Abortus Habitualis/Recurent Abortion Beberapa pengertian dari Abortus Habitualis adalah: -

Abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih oleh sebab apapun. (Achadiat, 2004)

-

Abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih secara berturut, penyebab tersering karena factor hormonal. Istilah abortus habitualis masih digunakan untuk menjelaskan pola abortus yang terjadi. Penatalaksanaan:

-

Memperbaiki keadaan umum

-

Perbaikan gizi dan istirahat yang cukup

-

Terapi hormone progesterone, vitamin

-

Kolaborasi untuk mengetahui factor penyebab

I.4.

MANIFESTASI KLINIS

1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu. 2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau lebih cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat. 3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi. 4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.

5. Pemeriksaan ginekologi: a.

Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk darri vulva.

b.

Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.

h. Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri. (Arief Mansjoer, dkk, 2001).

I.5.

PATOFISIOLOGI Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan. (Sarwono, 2006)

I.6.

PATHWAY

I.7.

KOMPLIKASI Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada pasien abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan. Komplikasi dapat berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi sepsis.

1. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. 2. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena diperlukan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi pada kandungan kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperelunya guna mengatasi komplikasi. 3. Infeksi Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortus). 4. Syok Syok pada abortus bias terjadi karena peradangan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

I.8.

PENATALAKSANAAN

A. Penatalaksanaan Keperawatan Untuk penatalaksanaan abortus berulang-ulang dibutuhkan anamnesis yang terarah mengenai riwayat suami istri dan pemeriksaan fisik ibu secara anatomis maupun laboratorik. Apabila abortus terjadi pada trimester pertama atau kedua juga penting untuk diperhatikan. Bila terjadi pada trimester pertama maka banyak fakor yang harus dicari sesua kemungkinan etiologi dan mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-faktor penyebab lainnya cenderung pada factor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya tumor mioma uteri serta infeksi lain berat pada uterus atau serviks. Tahap-tahap penatalaksanaan tersebut meliputi:

1. Riwayat penyakit dahulu: -

Kapan abortus terjadi, apabila pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya, adakah penyebab mekanis yangn menonjol.

-

Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang.

-

Infeksi ginekologi dan obstetri.

-

Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome” (thrombosis, fenomena autoimun, false positive test untuk sifilis).

-

Factor genetic antara suami istri (consanguinity)

-

Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang berkaitan dengan kejadian abortus atau pun partus prematurus yang kemudian meninggal.

-

Pemeriksaan diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.

2. Pemeriksaan fisik a.

Pemeriksaan fisik secara umum

b. Pemeriksaan ginekologi c.

Pemeriksaan laboratorium:

-

Kariotik darah tepi kedua orangtua

-

Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi

-

Biopsy endometrium pada fase luteal

-

Pemeriksaan hormone TSH dan antibody anti tiroid

-

Antibody antifosofolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)

-

Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom)

-

Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit Kultur jaringan serviks (myocoplasma, ureaplasma, chlamydia) bila diperlukan.

B. Penatalaksanaan Medis Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal, bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu dengan riwayat abortus berulang-ulang maka support psikologis untuk pertumbuhan embrio internal uterine yang baik perlu diberikan pada ibu hamil. Kenali kemungkinan terjadinya anti fosfolipid syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intra uterine. Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan untuk membantu pemantauan kelangsungan kehamilan sampai pemberian USG dapat dikerjakan. Gold standard untuk monitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai

kehamilan ini tidak mengalami abortus. Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemberian kariotip jaringan hasil konsepsi tersebut. Pemeriksaan serum á-fetopotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu. Pemeriksaan kariotip dari buah kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan amniosintesis air ketuban untuk menilai bagus atau tidaknya kehamilan. Bila perlu terjadi kehamilan, pada pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penilaian yang sesuai. Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi imunologi. Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-obatan perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga akan sangat membantu. Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif harus dikerjakan secara bertahap baik pengobatan kromosom, anomaly anatomi, kelainan endokrin, infeksi, factor imunologi, antifosfolipid sindrom, terapi immunoglobulin atau imunomodulator perlu diberikan secara berurutan. Hasil ini merupakan suatu pekerjaan yang berat dan memerlukan pengamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

I. II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

II.1. PENGKAJIAN Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Data Subjektif 1. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat 2. Keluhan utama: pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan datang dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung, mengatakan bahwa hasil test kencing positif hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh sedih karena kehilangan kehamilannya. 3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas: a.

Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

b. Riwayat kesehatan masa lalu 4. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. 5. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi , masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakitpenyakit lainnya. 6. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. 7. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya

8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. 9. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. 10. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. 11. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. 12. Data psikososial. -

Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.

-

Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien

13. Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan 14. Pemeriksaan Fisik a) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang di inspeksi antara lain : - mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, - Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. - Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Suhu badan normal atau meningkat - Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Denyut nadi normal atau cepat dan kecil - Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.

- Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. - Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak d)

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. Tekanan darah normal atau menurun (Johnson & Taylor, 2005 : 39)

II.2. DIAGNOSA 1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan 2. Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan pervaginam 3. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi 4. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada perut, terasa kram, terasa ada tekanan pada punggung, pasien tampak meringis 5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan granulosit, perdarahan, kondisi vulva lembab 6. Cemas b.d kurang pengetahuan 7. Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan pasien mengeluh sedih kehilangan kehamilannya.

II.3. INTERVENSI

No Diagnosa 1. 1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan

-

2.

Risiko syok hemoragik berhubung an dengan perdarahan pervagina m -

Tujuan dan KH INTERVENSI Tujuan: setelah a. Kaji kondisi statusa. diberikan asuhan hemodinamika keperawatan b. Ukur pengeluaran …x… jam tidak harian terjadi devisitc. Berikan sejumlah volume cairan, cairan penggantib. seimbang antara harian intake dan outputd. Evaluasi status baik jumlah hemodinamika maupun kualitas. Kreteria hasil: Turgor kulit c. elastis dan lembab Mukosa mulut lembab Nadi 75-80x/mnt d. RR 18-20x/mnt

Tujuan: setelah a. diberikan asuhan keperawatan selama ...x.... jam b. diharapkan syok tidak terjadi. c. Kriteria evaluasi: Kesadaran pasien d. CM - Tanda vital normal - Syncope tidak terjadi

Observasi a. Keadaan Umum pasien Observasi tanda tanda vital Observasi b. kesadaran pasien Observasi tandatanda perdarahan, jumlah, warna, adanya c. stolsel/gumpalan

RASIONAL Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik dengan mengobservasi KU pasien dapat di ketahui apakah pasien jatuh kedalam keadaan syok atau tidak penurunan tekanan darah atau denyut nadi yang tidak normal mengindikasikan adanya tanda syok dengan mengobservasi kesadaran pasien dapat

-

3.

Gangguan Aktivitas b.d kelemahan , penurunan sirkulasi

Perdarahan tidak e. Kolaborasi: diketahui apakah terjadi -Kolaborasi dalam pasien mengalami pemberian cairan syncope atau tidak fisiologis d. dengan -Kolaborasi dalam mengobservasi tandapemberian tanda perdarahan dapat dilakukan penanganan segera apabila perdarahan terjadi sehingga terhindar dari syok e. kolaborasi: - cairan fisiologis berfungsi untuk resusitasi guna mencegah kehilangan cairan lebih banyak lagi transfuse - untuk mengganti kehilangan darah yang berlebihan akibat perdarahan pervaginam Tujuan: setelah a. diberikan asuhan keperawatan selama ...x....b. jam kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya c. komplikasi

Kaji tingkat a. kemampuan klien untuk beraktivitas Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandung Bantu klien untuk b. memenuhi kebutuhan aktivitas seharihari

Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi

d. Bantu klien untuk c. melakukan tindakan sesuai d. dengan kemampuan/kondi si klien e. Evaluasi perkemb angan kemampua e. n klien melakukan aktivitas 4.

Nyeri berhubung an dengan kontraksi uterus ditandai dengan pasien mengeluhnyeri pada perut, terasa kram, terasa ada tekanan pada punggung, pasien tampak meringis.

Tujuan; setelah a. diberikan asuhan keperawatan b. selama ....x.. jam diharapkan nyeri c. berkurang atau terkontrol Kriteria evaluasid.: Pasien melaporkan nyeri e. berkuran Pasien tampak rileks Tanda vital normal

Kaji tingkat nyeri a. pasien Observasi tanda vital. Terangkan nyeri b. yang diderita klien dan penyebabnya Ajarkan metode distraksi c. Kolaborasi dalam pemberian analgetik d.

Mengistiratkan klilen secara optimal Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan Menilai kondisi umum klien

Tingkat nyeri pasien dapat dikaji menggunakan skala nyeri ataupun deskripsi tekanan darah terutama akan meningkat bila pasien merasa nyeri Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri Menggalihkan perhatian pasien terhadap nyeri e. analgetik mengurangi nyeri dan membantu pasien merasa rileks

5.

Risiko infeksi berhubung an dengan penurunan hemoglobi n dan granulosit, perdarahan , kondisi vulva lembab

Tujuan: setelah a. diberikan asuhan keperawatan selama ....x... jam diharapkan tidak terjadi infeksi b. selama perawatan perdarahan. Krite ria hasil: Suhu 37-38 C Tidak tampak c. tanda-tanda infeksi

Kaji kondisi a. Perubahan yang terjadi keluaran/dischart pada dishart dikaji yang keluar ; setiap saat dischart jumlah, warna, dan keluar. Adanya warna bau yang lebih gelap Terangkan pada disertai bau tidak enak klien pentingnya mungkin merupakan perawatan vulva tanda infeksi selama masa b. Infeksi dapat timbul perdarahan akibat kurangnya Lakukan kebersihan genital pemeriksaan yang lebih luar biakan pada c. Berbagai kuman dapat dischart teridentifikasi melalui d. Lakukan dischart perawatan vulva d. Inkubasi kuman pada e. Terangkan pada area genital yang klien relatif cepat dapat cara mengidentifi menyebabkan infeksi. kasi tanda inveksi e. Berbagai manivestasi f. Anjurkan pada klinik dapat menjadi suami untuk tidak tanda nonspesifik melakukan infeksi; demam dan hubungan peningkatan rasa nyeri senggama se;ama mungkin merupakan masa perdarahan gejala infeksi f. Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus

meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

7.

Cemas s.d kurang pengetahu an

Tujuan: setelah a. diberikan asuhan keperawatan selama ....x...jam diharapkantidak terjadi b. kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga c. terhadap penyakit meningkat

Kaji tingkata. pengetahuan/perse psi klien dan keluarga terhadap penyakit b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien Bantu klien mengidentifikasi penyebab c. kecemasan d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui olehd. klien dan keluarga

Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan e. Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi

kecemasan klien dan keluarga

DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: TIM. Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4: Patologi. Jakarta: Trans Info Media. Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan Plus Contoh Asuhan Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika

Related Documents

Lp Abortus Punya Yovan.docx
December 2019 15
Abortus
July 2020 29
Abortus-tugas.docx
June 2020 21
Abortus Iminens.pptx
November 2019 25
Abortus .pdf
December 2019 41

More Documents from "permata bintang"

Uuuyu.docx
April 2020 13
Bab 1 Blm.docx
November 2019 8
1. Cover.docx
November 2019 9
Thypoid 1.docx
April 2020 8