Lkp Bu Sari.docx

  • Uploaded by: Metri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lkp Bu Sari.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,999
  • Pages: 21
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK PERTEMUAN I PEMERIKSAAN MAKANAN SECARA FISIK (ORGANOLEPTIK)

A. IDENTITAS PRAKTIKAN Nama Mahasiswa NIM Semester Kelompok/ Tingkat Jenis Praktikum Tujuan Metode Prinsip

: : : : : : :

Metri Agustina Pangesti P1337433217045 4 9/2 Pemeriksaan fisik makanan secara organoleptik. Pemeriksaan menggunakan indra manusia.

Pemeriksaan menggunakan indra penciuman, perabaan, perasa, pendengar dan penglihatan. : Pemeriksaan menggunakan indra manusia dengan penciuman, perabaan, perasa, pendengar dan penglihatan.

B. DASAR TEORI Pemeriksaan fisik bahan makanan merupakan salah satu upaya dalam prinsip hygiene sanitasi makanan yang pertama yaitu pengamanan terhadap bahan makanan. Pemeriksaan fisik ini merupakan cara pemeriksaan dengan menggunakan indra manusia menggunakan penciuman, perabaan, perasa, pendengar, penglihatan pada makanan yang diperiksa meliputi beberapa parameter yaitu: warna objek bau, rasa, tekstur. Tujuan pemeriksaan: Mahasiswa memahami, mengambil, mengirim, memeriksa makanan secara indrawi (organoleptik) Prinsip pemeriksaan: 1. Pemeriksaan warna pada makanan 2. Pemeriksaan rasa pada makanan 3. Pemeriksaan bau pada makanan 4. Pemeriksaan tekstur pada makanan C. PROSEDUR 1. Alat yang dibutuhkan: a. Tempat untuk mewadahi makanan b. Tempat untuk mewadahi minuman 2. Bahan yang dibutuhkan: a. Makanan yang akan diperiksa b. Minuman yang akan diperiksa

3. Cara kerja: Laksanakan teknik pengambilan, pengiriman objek pemeriksaan makanan secara organoleptik (indra manusia) dengan cara mencium objek melihat, merasakan, meraba, mendengarkan, makanan tersebut. (Lihat pada makalah yang diberikan).

D. HASIL Ambil sampel bahan makanan (daging, telur, ikan, sayuran, buah, susu, tepung dan bumbu letakan di nampan atau piring, amati dengan indra penglihatan dan indra peraba. No. Nama Makanan Ciri-Ciri Secara Fisik 1. Sayur lodeh Warna : Warna dari sayur lodeh hijau, dan kuahnya berwarna kuning keputih-putihan karena tercampur santan. Rasa : Masih terasa santan, gurih akibat santan, tidak kecut. Bau : Bau khas sayur lodeh yang bercampur santan, belum berbau busuk. Tekstur : Tidak lembek, tidak berlendir, dan sayurnya mudah dikunyah (tidak overcook).

E. PEMBAHASAN Uji organoleptik atau uji indra atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu. Pada praktikum yang kelompok kami lakukan, teknisnya yaitu 3 orang mencicipi sayur lodeh, serta menilai dari segi fisik yaitu bau, rasa, dan warna. Untuk hasil uji organoleptik sayur lodeh, baunya khas sayur lodeh yang tercampur santan, belum berbau busuk. Rasanya gurih khas santan, tidak kecut. Warnanya hijau, kuahnya berwarna kuning keputih-putihan karena bercampur santan. Serta teksturnya tidak lembek, tidak berlendir, serta tidak overcook. Santan merupakan bahan tambahan pangan alami yang digunakan untuk menambah rasa gurih pada sayuran. Namun, penggunaan santan juga tidak boleh berlebihan, karena tingginya kadar lemak jenuh. Serta konsumsi santan kelapa yang berlebihan dapat juga menaikkan kadar kolesterol dalam darah. F. KESIMPULAN Dari praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa sayur lodeh masih segar dan masih dapat dikonsumsi. Serta, penambahan bahan tambahan pangan berupa santan membuat rasa sayur lodeh lebih gurih.

Dosen/ Asisten

Purwokerto, 24 Januari 2019 Mahasiswa

……………………………………………………

Metri Agustina Pangesti

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK PERTEMUAN 4, 5 & 6 PEMERIKSAAN SALMONELLA

G. IDENTITAS PRAKTIKAN Nama Mahasiswa NIM Semester Kelompok/ Tingkat Jenis Praktikum Tujuan Metode Prinsip

: : : : : :

Metri Agustina Pangesti P1337433217045 4 9/2 Pemeriksaan Salmonella pada makanan. Ingin mengetahui adanya cemaran Salmonella dan kualitas makanan. : Kualitatif. : Bakteri Salmonella pada pewarna gram akan berwarna merah karena Salmonella bersifat gram negative.

H. DASAR TEORI Salmonella merupakan salah satu bakteri pathogen, karena sesuatu hal Salmonella dapat berada pada makanan atau minuman. Jika makanan yang mengandung (terkontaminasi) Salmonella dan makanan atau minuman tersebut dikonsumsi maka dapat menimbulkan penyakit. Penyakit yang disebabkan karena terinfeksi Salmonella disebut Salmonellosis. Sebagai sumber dari Salmonella adalah tinja. Jumlah bekteri Salmonella pada air dan makanan pada umumnya sedikit sehingga untuk isolasinya dibutuhkan bebeapa tahapan yang mempunyai tujuan agar bakteri tersebut menjadi subur (banyak). Tahapan tersebut meliputi tahapan pra enrichment dan enrichment; seleksi serta identifikasi. Tahap pra enrichment dan enrichment mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menyuburkan atau memperkaya bakteri tersebut, sedangkan pada tahap seleksi digunakan untuk menyeleksi bakteri tersebut dari bakteri yang lain atau pada tahap tersebut dirangsang agar bekteri Salmonella dapat tumbuh subur sedangkan bakteri lain dihambat pertumbuhannya. Pada tahap ini menggunakan medium yang spesifik. Berdasarkan dari Surat Keputusan Dirjen POM 03726/B/SK/VII/ 89, bahwa Salmonella baik dalam makanan atau minuman, susu dan sayuran dikonsumsi mentah adalah negatif (tidak terdapat salmonella). I.

PROSEDUR 1. Alat yang digunakan: a. Pipet ukur b. Timbangan c. Beaker glass d. Tabung reaksi e. Cawan petri f. Jarum ose g. Jarum tusuk h. Inkubator i. Lampu bunsen 2. Bahan yang digunakan:

a. Sampel makanan yang sering dihuni Salmonella antara lain telur, ikan, sosis (sampel diambil dan segera b. disimpan dalam tempat yang dingin). c. Media Laktosa Broth cair. d. Media Selenit Broth cair. e. Media Salmonella Shigella Agar f. Media Triple Sugar Iron Agar g. Media Sulfur Indol Motility h. Media Urease Agar i. Kapas j. Alkohol 70% k. Kertas aluminium foil, kertas label 3. Cara Kerja a. Tahap Pra Enrichment 1) Ambil 10 gram sampel masukkan ke dalam medium LB. 2) Simpan piaraan tersebut dalam inkubator pada suhu ±35 C selama 24 jam. 3) Setelah 24 jam, lanjutkan ke tahap enrichment. b. Tahap Enrichment 1) Ambil 1 ml dari suspensi LB dari tahap pra enrichment, selanjutnya masukkan ke dalam medium SB 2) (Selenit Broth). 3) Simpan piaraan tersebut dalam incubator pada suhu ±35 C selama 24 jam. 4) Setelah 24 jam, lanjutkan ke tahap seleksi. c. Tahap Seleksi 1) Ambil suspensi dari piaraan pada tahap enrichment sebanyak 1 ml, selanjutnya masukkan ke dalam 2) medium SSA (dengan piaraan sebaran). 3) Simpan piaraan tersebut dalam incubator pada suhu ±35 C selama 24 jam. 4) Setelah 24 jam, amati koloni yang tumbuh pada medium SSA tersebut, dengan ciri koloni Salmonella 5) tidak berwarna/transparan atau coklat muda dan bagian tengahnya terdapat noda hitam. 6) Selanjutnya koloni yang diduga Salmonella diteruskan ke tahap identifikasi. d. Tahap Identifikasi 1) Koloni yang diduga Salmonella diambil dengan ose dan tanam dengan cara goresan pada medium 2) TSIA (Triple Sugar Iron Agar) dan buat piaraan tusukan dengan jarum tusuk. 3) Simpan piaraan tersebut dalam incubator pada suhu ±35 C selama 24 jam. 4) Setelah 24 jam, amati piaraan apabila terdapat warna hitam pada permukaan agar, catat sebagai hasil yang positif. 5) Piaraan yang berumur 24 jam tersebut dibuat piaraan tusukan pada agar Sulfur Indol Motility. 6) Simpan piaraan tersebut dalam incubator pada suhu ±35 C selama 24 jam. J. HASIL Dari Praktikum yang telah kami lakukan didapatkan hasil negatif salmonella dengan sampel makanan yaitu kornet. K. PEMBAHASAN Dari praktikum yang telah kami lakukan di Laboratorium Mikrobiologi kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang pukul 08.00 WIB menggunakan sampel makanan kornet

dengan dilakukan empat langkah yaitu : Tahap Pra Enrichment, Tahap Enrichment, Tahap Seleksi dan Tahap Identifikasi. Pada tahap pra enrichment, diambil 10 gr kornet yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam media LB kemudian simpan dalam incubator dengan suhu ±35 C selama 24 jam. Pada tahap enrichment, diambil 1 ml dari suspensi LB dari tahap pra enrichment, selanjutnya masukkan ke dalam medium SB kemudian simpan dalam incubator dengan suhu ±35 C selama 24 jam. Pada tahap selanjutnya yaitu tahap seleksi, ambil sampel dari incubator, masukkan media SSA kedalam cawan petri tunggu sampai dingin setelah dingin masukkan 1 ml sampel ke cawan petri yang berisi media SSA ratakan menggunakan druglassky (teknik sebaran). Simpan pada incubator dengan suhu ±35 C selama 24 jam. Setelah 24 jam, amati koloni yang tumbuh pada medium SSA tersebut, dengan ciri koloni Salmonella tidak berwarna/transparan atau coklat muda dan bagian tengahnya terdapat noda hitam. Namun, pada sampel kelompok kami ditemukan hasil negative atau tidak terjadi pertumbuhan salmonella, ini berarti sampel tidak mengandung bakteri salmonella. Oleh sebab itu tidak dilakukan tahan identifikasi atau cukup sampai tahap seleksi. Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen POM 03726/B/SK/VII/ 89 bahwa bahwa Salmonella baik dalam makanan atau minuman, susu dan sayuran dikonsumsi mentah adalah negatif (tidak terdapat salmonella).

L. KESIMPULAN Jadi dapat disimpulkan bahwa bahan makanan yang kami uji (kornet) baik atau aman untuk dikonsumsi karena negative bakteri salmonella sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen POM 03726/B/SK/VII/ 89.

Dosen/ Asisten

Purwokerto,………………………………. Mahasiswa

……………………………………………………

Metri Agustina Pangesti

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK PEMERIKSAAN DETEKSI KUALITAS KIMIA : PEWARNA PADA MAKANAN (RHODAMIN B DAN METHANYL YELLOW)

M. IDENTITAS PRAKTIKAN Nama Mahasiswa : Metri Agustina Pangesti NIM : P1337433217045 Semester : 4 Kelompok/ Tingkat : 9/2 Jenis Praktikum : Pemeriksaan kualitas kimia pada makanan (Pewarna) Tujuan : Deteksi pewarna makanan yang terkandung di dalam makanan, baik yang diperbolehkan ataupun tidak diperbolehkan Metode : Colourimetri (kualitatif dan Kuantitatif ) Prinsip

: Sampel direaksikan dengan reagen: Jika warna larutan berubah menjadi merah maka sampel diindikasikan positif mengandung Methyl Yellow Jika terjadi perubahan warna pada lapisan bagian atas menjadi ungu (lembayung) maka sampel diindikasikan positif mengandung Rhodamin B.

N. DASAR TEORI Menurut Wisnu Cahyadi, (2006), penentuan mutu bahan pangan tergantun pada beberapa factor, seperti cita rasa, tekstur, nilai gizi dan sifat mikrobiologis. Sebelum factor tersebut diatas dipertimbangkan, secara visual factor warna kadang-kadang sebagai penentu yang pertama. Selain warna sebagai salah satu penentu mutu, warna juga digunakan sebagai indicator kesegaran dan atau kematangan. Penyebab berwarnanya bahan pangan/makanan adalah karena secara alami bahan pangan telah mengandung zat warna secara alami, atau sengaja ditambahkan kedalam bahan pangan pada saat pembuatan pangan/makanan tersebut. Secara garis besar, zat pewarna makanan berdasarkan sumbernya terdiri dari 2 jenis zat pewarna yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Pewarna alami dapat diperoleh atau bahkan secara alami memang sudah dipunyai oleh tanaman atau hewan, yang sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai pewarna makanan. Contoh pewarna alami dari tanaman dan hewan adalah, klorofil, mioglobin dan hemoglobin, anthosianin, flavonoid, tannin, betalain, quinon dan xanthon, serta karotenoid. Pewarna alami yang ikut menyumbangkan nilai nutrisi (karetonoid, riboflavin, dan kobalamin), merupakan bumbu (kunyit dan paprika), pemberi rasa (caramel) ke bahan olahannya. Pewarna sintetis adalah zat pewarna buatan yang sebelum digunakan sebagai pewarna makanan harus melalui prosedur pengujian. Zat pewarna yang diizinkan penggunaannnya dalam pangan disebut sebagai permitted color atau certified color. Zat pewarna dianggap aman jika kandungan arsen tidak boleh 0,0004% dan timbale tidak boleh 0,0001, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada.

Peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 033 tahun 2012, tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP). Namun demikian masih terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk tambahan dalam pembuatan makanan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan masyarakat dan disamping itu harga zat pewarna untuk industry non pangan lebih murah serta zat pewarna tekstil atau kulit lebih menarik. O. PROSEDUR 1. Alat yang digunakan: a. Labu takar 100 ml b. Pipet ukur c. Timbangan digital d. Beacker glass e. Pengaduk f. Sendok g. Rapid test kit 2. Bahan yang digunakan: a. Rhodamin B b. Larutan HCl 0,1 N c. Aquadest d. Reagent Methyl Yellow-1 e. Reagent Methyl yellow-2 f. Reagent Rhodamin-1 g. Reagent Rhodamin-2 h. Reagent Rhodamin-3 3. Cara Kerja Pemeriksaan dengan rapid test kit a. Persiapan sampel padatan 1) Ambil sampel sesuai dengan teknik pengambilan sampel. 2) Iris sampel menjadi potongan kecil. 3) Ambil potongan sampel kira-kira 10 gram lalu masukkan ke dalam gelas/wadah. 4) Tambahkan air secukupnya. 5) Sampel yang telah diberi air kemudian di aduk-aduk dan dihasilkan ekstrak sampel. b. Pemeriksaan sampel (Methyl Yellow) 1) Ambil ekstrak sampel sebanyak 3–5 ml masukkan ke dalam tabung reaksi yang tersedia. 2) Tambahkan dan campur dengan Reagent-1 sebanyak 2 tetes. 3) Tambahkan dan campur dengan Reagent-2 sebanyak 5–7 tetes. 4) Baca hasil sebagai uji kualitatif, jika warna larutan berubah menjadi merah maka sampel diindikasikan positif mengandung Methyl Yellow dan jika tidak terjadi perubahan warna maka sampel negatif. c. Pemeriksaan sampel (Rhodamin-B) 1) Ambil ekstrak sampel sebanyak 3–5 ml masukkan ke dalam tabung reaksi yang tersedia. 2) Tambahkan dan campur dengan Reagent Rhodamin-1 sebanyak 5–7 tetes. 3) Tambahkan dan campur dengan Reagent Rhodamin-2 sebanyak 1 (satu) ujung sendok/microspoon. 4) Tambahkan dan campur dengan Reagent Rhodamin-3 sebanyak 10–15 tetes. 5) Baca hasil sebagai uji kualitatif, jika terjadi perubahan warna pada lapisan bagian atas menjadi ungu (lembayung) maka sampel diindikasikan positif mengandung Rhodamin B.

P. HASIL Dari hasil praktikum yang kami amati yaitu sampel makanan yang kami beli di Pasar Banyumas yang berwarna kuning yaitu bika ambon hasilnya negatif mengandung Methyl yellow dan yang berwarna merah yaitu kueku hasilnya negatif mengandung Rhodamin-B. Q. PEMBAHASAN Setelah dilakukan praktikum pemeriksaan penambahan warna pada makanan bika ambon dan kueku yang dibeli di Pasar Banyumas didapatkan hasil negatif mengandung Methyl yellow dan Rhodamin-B. Hal tersebut sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI Nomor 033 tahun 2012, tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya untuk bahan pangan. Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung Rhodamin-B dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati serta bahaya dari Methyl Yellow jika dikonsumsi secara terus-menerus dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enakdan tekanan darah rendah. Pada jangka panjang dapat menyebabkan kanker kandung kemih. R. KESIMPULAN Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan penambahan warna makanan dari makanan bika ambon dan kueku yang dibeli di Pasar Banyumas aman untuk dikonsumsi karena negatif Methylyellow dan Rhodamin-B sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 033 tahun 2012.

Dosen/ Asisten

Purwokerto, Mahasiswa

……………………………………………………

Metri Agustina Pangesti

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK PEMERIKSAAN DETEKSI KUALITAS KIMIA : FORMALIN

A. IDENTITAS PRAKTIKAN Nama Mahasiswa : Metri Agsutina Pangesti Nim : P1337433217045 Semester :4 Waktu Dan Lokasi : Juma’at, 8 Februari 2019 di Labiratorium Kimia Mata Kuliah : Penyehatan Makanan Dan Minuman - A Jenis Praktikum : Pemeriksaan Formalin Pada Makanan. : Mengetahui Kadar Formalin Dalam Makanan Tujuan Metode :Colourimetri ( Kuantitatif dan Kualitatif ) Menggunakan Absorben Dibandingakn Dengan Kurva Standar Dan Strip

B. DASAR TEORI Kata formalin yang sering kita jumpai sebetulnya mengacu pada “formaldehyde” (FA) yang merupakan aldehida terbentuknya gas 2dengan rumus kimia H CO. Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. Formalin adalah nama dagang formaldehida yang dilarutkan dalam air dengan kadar 36–40%. Formalin biasa juga mengandung alkohol 10–15% yang berfungsi sebagai stabilator supaya formaldehidnya tidak mengalami polimerisasi. Formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia, dengan gejala: sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, depresi susunan syaraf dan gangguan peredaran darah. Injeksi formalin (suntikan) dengan dosis 100 gram dapat menyebabkan kematian dalam waktu 3 jam. Tahu merupakan produk pangan yang sering direndam formalin. Tahu yang tidak direndam formalin hanya bertahan 1–2 hari saja kemudian berlendir. Sedangkan yang direndam formalin akan bertahan 4–5 hari bahkan bisa sampai 1 bulan dalam kadar tertentu. Formalin Merusak Saraf Pusat Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya untuk urusan luar tubuh. Contohnya untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan disinfektan dalam industri plastik, busa, dan resin untuk kertas. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 % sebagai pengawet. Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut, dan pusing. Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi, dan memicu kanker.

Kegunaan Formalin Formaldehid dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai desinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai desinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama Formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian. Formalin merupakan antiseptic yang mampu membunuh bakteri dan kapang. Dalam konsentrasi rendah (2-8%) terutama digunakan untuk mensterilkan peralatan kedokteran. Namun formalin lebih popular untuk mengawetkan mayat dan specimen biologi lainnya. Penggunaan lainnya: 1. Pengawet mayat. 2. Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya. 3. Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca. 4. Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia fotografi. 5. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. 6. Bahan untuk pembuatan produk parfum. 7. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. 8. Pencegah korosi untuk sumur minyak. 9. Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%). Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin dan pembersih karpet. Penggunaan Formalin yang Salah Ada produsen tertentu yang menyalahgunakan formalin untuk campuran dalam pembuatan makanan. Meskipun demikian telah ada peraturan yang dengan tegas menyatakan bahwa formalin dilarang digunakan untuk bahan tambahan makanan. Bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88, yakni (1) asam borat dan senyawanya, (2) asam salisilat dan garamnya, (3) dietilpirokarbonat, (4) dulsin, (5) kalium klorat, (6) kloramfenikol, (7) minyak nabati yang dibromisasi, (8) nitrofurazon, dan (9) formalin (formaldehida) Praktik yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pegelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Ciri-ciri makanan berformalin sebagai berikut: 1. Mi basah: a. Bau sedikit menyengat. b. Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25 C). Pada suhu 10 C atau dalam lemari es bisa tahan lebih 15 hari. c. Mi tampak mengkilat (seperti berminyak), liat, tidak mudah putus, dan tidak lengket. 2.

3.

Tahu: a. Bentuknya sangat bagus. b. Kenyal c. Tidak mudah hancur dan awet (sampai tiga hari pada suhu kamar 25 C). d. Pada suhu lemari es 10 C tahan lebih dari 15 hari. e. Bau agak menyengat. f. Aroma kedelai sudah tak nyata lagi. Ikan: a. Warna putih bersih. b. Kenyal.

c. Insangnya berwarna merah tua dan bukan merah segar. d. Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk. e. Tidak terasa bau amis ikan, melainkan ada bau menyengat 4.

Bakso a. Kenyal. b. Awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan sampai lima hari.

5.

Ikan asin: a. Ikan berwarna bersih cerah b. Tidak berbau khas ikan c. Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25° C). d. Liat (tidak mudah hancur). Ayam potong: a. Berwarna putih bersih. b. Tidak mudah busuk atau awet dalam beberapa hari.

6.

Pengaruh Formalin Terhadap Tubuh Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/ kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membrane mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, tenggorokan serasa terbakar serta kegerahan. Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian.

C. PROSEDUR 1.

Alat yang dibutuhkan : a. Spektrofotometer b. Rangkaian destilasi (Labu destilasi, kondensor, dan kompor listrik) c. Waterbath d. Timbangan digital e. Labu Erlenmeyer f. Pengaduk g. Sendok h. Mortar dan penggerus (jika diperlukan) i. Pipet ukur j. Tabung reaksi k. Beaker glass l. Corong gelas m. Gelas ukur n. Rapid test kit

2. Bahan yang dibutuhkan : a. Reagen Nash ( 150 gram Amonium dilarutkan dalam 3ml Asam Asetat Glacial, 2ml Acetyl Aceton dalam Aquades sampai volume2 liter ) b. Formaldehide 37% HPO ( Asam Phospat Pekat ) c. Aquades d. Reagen Formaldehide- 1 e. Universal Indikator pH strip f. Reagen Formalin g. Label 3. Cara Kerja Pemeriksaan dengan spektrofotometer a. Analisa kualitatif 1) Tahap destilasi a) Masing-masing sampel ditimbang sebanyak ± 20 gram menggunakan timbangan digital. b) Sampel yang telah ditimbang kemudian dimasukkan dalam labu destilasi serta tambahkan 3 ml HPO dan 100 ml aquades c) Destilasi dilakukan selama 15 menit (dihitung mulai dari tetesan uap pertama yang tertampung di labu erlenmeyer) 2) Tahap analisa a) Hasil destilasi diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur dan masukkan ke dalam tabung reaksi. b) Tambahkan 1 ml aquadest, homogenkan c) Tambahkan 2 ml Reagent Nash, homogenkan d) Panaskan dalam waterbath selama 30 menit. e) Jika sampel mengandung formalin setelah pemanasan akan berbentuk warna hijau kekuningan sedangkan jika sampel tidak mengandung formalin warnanya akan tetap jernih. f) Sampel yang positif mengandung formalin analisa dilanjutkan ke analisa kuantitatif b. Analisa kuantitatif 1) Perngukur absorbansi sampel a) Sampel yang positif mengandung formalin dilaur absorbansi warna terbentuk menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombag 415 dan transmiten 100% kemudian dicatat hasilnya. b) Dilakukan blanko pada setiap pembacaan absorbansi blanko dilakukan dengan memasukkan aquadest dalam kuvet, disetting absorban 0,00 dan transmitten 100% 2) Pembuatan larutan stock dengan kadar formalin 1000 ppm a) Larutan formalin 37% ditimbang seberat 5,35 gr dan masukkan dalam beacker glass. b) Tambahkan aquadest sampai volume mencapai 2 liter. 3) Pembuatan larutan standar a) Membuat larutan standart dari larutan stock dengan kadar formalin 1000 ppm (misal kosentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 50 ppm dan 100 ppm). 4) Penghitungan kandungan formalin a) Pembuatan kurva standar

 Masing-masih larutan standar yang telah dibuat di ambil dengan pipet ukur sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi  Masing-masing tabung reaksi ditambah 1 ml aquades dan 2 ml Reagen Nash  Masing-masing tabung yang berisi larutan standar dipanaskan dalam waterbath selama 30 menit sampai terbentuk warna hijau kekuningan dalam intensitas yang berbeda-beda tergantung konsentrasi formalin dalam larutan standar  Dinginkan larutan, spektofotometer disetting dengan panjang gelombang 215  Blangko dilakukan dengan memasukkan aquadest dalam kuvet disetting absorban 0.000 dan transmitten 100%  Absorban dari masing-masing larutan standar dibaca dan dicatat hasilnya.  Data absorbansi Y dan Konsentrasi X dari masing-masing larutan standar digunakan untuk menentukan persamaan kolerasi linearnya sampai didapat ɦ mendekati 1.  Persamaan kurva standar ditentukan dengan menggunakan rumus Y = A+ BX b) Perhitungan formalin pada sampel  nilai absorbansi dari tiap-tiap sampel dimasukkan dalam pemanasan kurva standar sebagai nilai x\  hasil yang diperoleh adalah kadar formalin dalam ppm, 20 gram bahan  transformasikan satuan dalam mb/100ml Pemerikasaan dengan Rapid Test Kit a. Persiapan sampel padatan  Ambil sampel dan iris menjadi potongan kecil  Timbang sampel kurang lebih 10 gram, lalau masukkan ke dalam gelas/wadah  Tambahkan air secukupnya (sampel terendam) objek selanjutnya diaduk-aduk dan dihasilkan ekstrak sampel b. Pemeriksaan sampel  Ambil sampel ekstrak sampel sampai dengan tanda batas 5 ml, masukkan ke dalam tabung sampel yang telah dibilas dengan larutn sampel  Tambahkan 10 tetes reagen formaldehyde- 1, homogenkan  Celupakn test strip kedalam larutan selama 1 detik, kibaskan test strip untuk menghilangkan kelebihan cairan  Setelak 60 detik bandingkan test strip dengan skala  Catat hasilnya D. HASIL Dari praktikum yang sudah kami lakukan, kami mengambil sampel mie basah, dan hanya menggunakan test strip saja untuk memeriksa ada atau tidaknya formalin. Hasil yang kami peroleh setelah di cocokan warnanya pada wadah test strip yaitu negatif formalin. Tetapi, test strip yang kami gunakan sudah tidak layak pakai atau kadaluwarsa, sehingga hasil yang didapatkan kurang akurat.

E. PEMBAHASAN Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan methanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal luas sebagai bahan pembunuh hama dan banyak digunakan dalam industry. Kegunaan formalin diantaranya : a. Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang, dan pakaian b. Pembasmi lalat dan serangga lain c. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak d. Bahan untuk pembuatan parfum e. Bahan korosi untuk sumur minyak f. Bahan insulasi busa Penggunaan formalin yang salah Penggunan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Ciri-ciri produk yang mengandung formalin : a. Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapahari dan tidak mudah membusuk. b. Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin c. Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk d. Ikan basah yang ynag berwarna putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua bukanberwarna merah segar, awet sampai beberapa hari. Bahaya formalin  Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat seperti iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing  Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang. Gejalanya yaitu mata berair, gangguan pencernaan, hati, ginjal, pancreas, sistem saraf pusat, mentruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang dank arena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh. F. KESIMPULAN Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk, yang dapat menyebabkan keracunan makanan dalam jangka waktu yang lama dan berulang. Formalin bisa digunakan untuk membunuh hama, kebutuhan industry dan mengawetkan jenazah. Dan dari sampel yang kami bawa negatif mengandung formalin tetapi hasil itu tidak akurat karena faktor alat yang sudah kadaluwarsa.

Purwokerto, 8 Februari 2019 Asisten Dosen

……………………………...

Praktikan

Metri Agustina Pangesti P1337433217045

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK PEMERIKSAAN DETEKSI KUALITAS KIMIA :BORAKS A. IDENTITAS PRAKTIKAN NAMA MAHASISWA NIM SEMESTER WAKTU DAN LOKASI MATA KULIAH JENIS PRAKTIKUM TUJUAN METODE PRINSIP

: Metri Agustina Pangesti : P1337433217041 : 4 (EMPAT) : laboratorium mikrobiologi : PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN-A : Pemeriksaan Boraks pada makanan. : Mengetahui ada tidaknya boraks dalam makanan : 1. Nyala api (pengabuan) 2. Colourimetri : 1. Sampel diabukan dan ditambah asam sulfat akan menjadi asam borat, jika dinyalakan akan berwarna hijau dalam methanol 2. Sampel ditambahkan HCl 4N akan membentuk asam borat yang memberi warna merah dengan penambahan kertas kurkumin dalam etanol

B. DASAR TEORI Di zaman sekarang ketersediaan makanan dimuka bumi sangat berlimpah dengan berbagai jenis rasa, rupa dan tekstur. Produsen dalam menyediakan makanan dibuat semenarik mungkin dan berharap makanan tidak cepat rusak (masa simpannya lama). Pengetahuan dari beberapa produsen yang terbatas mengakibatkan penggunaan bahan kimia yang berbaya (bahan yang dilarang penggunaanya dalam makanan) sebagai bahan tambahan pangan (BTP). Menurut Wisnu Cahyadi (2006, h. 128) Asam borat (H 3BO 3)dikenal dengan nama borax, di Jawa Barat dikenal dengan kata “bleng”, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer”. Bahan ini disalahkan gunakan oleh sebagian masyarakat yakni, ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan untuk pengenyal ataupun sebagai pengawet. Menurut Permenkes RI. No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan(BTP) didalamnya tercantum juga bahan yang dilarang digunakan dalam BTP, antara lain adalah asam borat dan senyawanya (Boric acid), formaldehyde (formalin), . Senyawa ini yang sebenarnya diproduksi untuk kepentingan industry non pangan, yaitu untuk pembuatan bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Namun demikian sebagian masyarakat masih menggunakan borax (bleng) untuk pembuatan makanan.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Beberapa makanan yang pembuatannya menggunakan bleng: Karak/lèmpèng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan calon kerupuk) Mi basah Lontong, sebagai pengeras Ketupat, sebagai pengeras Bakso, sebagai pengawet dan pengeras Kecap, sebagai pengawet Cenil, sebagai pengeras, menurut FG. Winarno (Th. 1992,) dan (wikipedia.org)

Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak sertamerta berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara kumulatif di dalam hati, otak, dan testes (buah zakar). Dalam dosisi tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, dan lain-lain. Pada anak kecil dan bayi, boraks sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian. Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika dosisnya mencapai 10–20 gram atau lebih. Demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma merangsang sistem saraf pusat menimbulkan depresi apatis sianosis tekanan darah turun kerusakan ginjal pingsan kematian. Tentunya tidak ada seorang pun yang akan mengonsumsi barang yang diketahui mengandung zat berbahaya di dalamnya. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui cara mendeteksi adanya kandungan boraks dalam bahan makanan. Kebanyakan masyarakat mengira bahwa mendeteksi boraks harus di laboratorium sehingga memerlukan biaya mahal. Hal ini membuat masyarakat malas menguji dan langsung mengonsumsi barang yang dibeli. Padahal jika dapat mengetahui cara yang benar dan mudah untuk mendeteksi boraks, pasti masyarakat tidak akan kesulitan untuk melakukan sendiri.

C. PROSEDUR KERJA 1.

2.

Alat yang dibutuhkan: a. Mortar dan penggerus (jika diperlukan) b. Pengaduk kaca c. Sendok d. Pipiet ukur e. Pipet filler f. Cawan poselin g. Kompor h. Furnace i. Pinset j. Krustang k. Sarung tangan l. Timbangan Bahan yang dibutuhkan a. Larutan kapur b. Lakmus merah c. Lakmus biru d. Methanol e. Larutan H 2SO4 pekat

3.

Cara kerja a. Metode nyala api (pengabuan) 1) Haluskan sampel makanan, timbang 10 gram, masukkan dalam cawan porselin. 2) Tambahkan larutan kapur jenuh sampai kondisi basa. 3) Isatkan diatas waterbath/kompor. 4) Pijarkan sampai menjadi arang/abu dalam furnace, keluarkan dengan hati-hati. 5) Tambahkan 5 ml larutan H2 SO pekat, aduk. 4

6) Tambahkan 10 ml methanol, nyalakan, hasil ada 2 kemungkinan: a) Jika nyala api biru (negatif ) b) Jika nyala api hijau (positif ) 7) Catat hasil pengamatan. b. Metode kolorimetri 1) Pembuatan kertas curcuma. a) Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang, kemudian tumbuk dan saring, sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning. b) Kemudian, celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan keringkan. 2) Pembuatan kertas kontrol a) Membuat larutan borax (ambil satu sendok teh boraks masukan ke dalam beaker glass yang berisi air dan aduk, b) Ambil larutan borax dengan pipet, teteskan pada kertas curcuma yang sudah disiapkan. c) Amati perubahan warna pada kertas curcuma. Warna pada kertas curcuma yang dihasilkan akan dipergunakan sebagai kontrol positif. 3) Pemeriksaan sampel a) Haluskan bahan yang akan diuji dan beri sedikit air. b) Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas curcuma c) Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas curcuma. d) Apabila warnanya sama dengan kertas control, maka sampel dikatakan positif mengandung boraks. e) Apabila warnanya tidak sama dengan warna kontrol, berarti bahan makanan tersebut negative (tidak mengandung boraks).

D. HASIL

Dari praktikum yang kami lakukan dengan menggunakan sample makanan mie basah hasil yang didapatkan adalah mie basah negative dari kandungan borak. E. PEMBAHASAN Dari praktikum yang kami lakukan dengan menggunakan sample mie basah saat dilakukan pemeriksaan dengan metode nyala api, pijaran api tersebut berwarna biru yang berarti mie basah yang di pemeriksa dari kantin kampus 7 negatif dari kandungan boraks serta aman dikonsumsi. Sedangkan, pemeriksaan menggunakan metode kalometri didapatkan hasil positif ini disebabkan karena adanya kerusakan pada kertas curcuma yang digunakan sehingga terdapat adanya perbedaan hasil dari pemeriksaan boraks pada mi basah tersebut.

F. KESIMPULAN Kesimpulan dari pemeriksaan borak pada makanan yang dilakukan oleh kelompok kami adalah bahwa sample mie basah yang kami periksa negative dari kandungan borak dan aman jika dikonsumsi.

Dosen/ Asisten

Purwokerto,………………………………. Mahasiswa

……………………………………………………

Metri Agustina Pangesti ……………………………………………………

Related Documents

Lkp Bu Sari.docx
May 2020 4
Lkp Curriculum.docx
November 2019 19
Lkp Project.docx
December 2019 17
Lkp Ikhtiologi 2.docx
April 2020 10

More Documents from "Fitradi Nur Hidayat"